Nim : 18004123
Soal:
1. Pilih dua aliran dari aliran-aliran di bawah ini, kemudian bandingkan pandangan dua
aliran yang Saudara pilih tersebut tentang konsep pendidikan, tujuan pendidikan,
kurikulum, dan peran guru dalam proses pendidikan!
a. Perenialisme
1) Konsep pendidikan,
Aliran perenialisme beranggapan bahwa pendidikan harus didasari oleh
nilai-nilai cultural masa lampau, regressive road to culture, oleh karena kehidupan
modern saat ini banyak menimbulkan krisis dalam banyak bidang (Assegaf, 2011:
193). Parenialisme menganggap pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa
lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Perenialisme memandang
pendidikan sebagai jalan kembali atau proses pengembalian keadaan sekarang.
Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh, baik berupa teori
maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang. Maka, dapat
dikatakan bahwa perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali,
yaitu sebagai suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern
atau modernistik) ini terutama pendidikan zaman sekarang ini perlu dikembalikan
kebudayaan pada masa lampau (Gandhi HW, 2013: 165).
Aliran ini meyakini bahwa pendidikan adalah transfer ilmu pengetahuan
tentang kebenaran abadi. Pengetahuan adalah suatu kebenaran sedangkan
kebenaran selamanya memiliki kesamaan. Oleh karena itu pula maka
penyelengaraan pendidikan pun di mana-mana mestilah sama. Pendidikan
mestilah mencari pola agar subjek-subjek didik dapat menyesuaikan diri bukan
pada dunia saja, tapi hendaklah pada hakikathakikat kebenaran. Penyesuaian diri
pada kebenaran merupakan tujuan belajar itu sendiri. Oleh karena itu, para
Perenialisme memandang, bahwa tuntutan tertinggi dalam belajar adalah latihan
dan disiplin mental.
2) Tujuan pendidikan
Pada dasarnya tujuan pendidikan parenialisme ini untuk meningkatkan
kualitas manusia sebagai manusia dalam kerangka nilai-nilai kebenaran yang
universal, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Dengan demikian system
pendidikan apapun dan di dalam masyarakat manapun mesti mengacu pada nilai-
nilai kebenaran universal. Sedemikian rupa anak didik dalam pendidikan dibantu
untuk menemukan dan menjalin nilai-nilai universal ini dalam kehidupan mereka
(Knellr, 1972: 43).
Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai
kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa
lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal di
atas, penganut Perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga
bersifat universal dan abadi.
Dengan menempatkan kebenaran supernatural sebagai sumber tertinggi,
oleh karena itu perenialisme selalu bersifat theosentris. Karena itu menurut
perenialisme, penyadaran nilai dalam pendidikan harus didasarkan pada nilai
kebaikan dan kebenaran yang bersumber dari wahyu dan hal itu dilakukan melalui
proses penanaman nilai pada peserta didik. Sedang kebenaran hakiki dapat
diperoleh dengan latihan intelektual secara cermat untuk melatih kemampuan
pikir dan latihan karakter untuk mengembangkan kemampuan spiritual
3) Kurikulum
Dalam aliran perenialisme ini, kurikulum pendidikan yang harus
dipelajari atau yang terfokus dalam kurikulum adalah tentang subject atau mata
pelajaran yang sulit dipahami oleh murid. Dan mempunyai intelegensi yang tinggi
untuk dapat mengembangkan kemampuan para murid. Jadi, siswa ditekankan
pertumbuhan intelektualnya untuk menjadi pelajar secara cultural dengan
mempelajari sains dan seni. Misalnya : Para siswa dihadapkan dengan mata
pelajaran sains dan seni yang memang mata pelajaran tersebut bisa meningkatkan
kreatifitas dan langsung terjun lapang mempraktekannya. Karena bidang sains dan
seni merupakan karya terbaik yang di ciptakan oleh manusia.
Kurikulum yang digunakan dalam perenilisme adalah yang berorientasi
pada mata pelajaran (subject centered). Bentuk kurikulum ini merupakan desaign
paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered,
kurikulum dipusatkan pada isi/materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun
atas sejumlah mata-mata pelajaran dan mata- mata pelajaran tersebut diajarkan
secara terpisah-pisah. Karena lebih mengutamakan isi atau bahan ajar kurikulum
subject centered ini disebut juga subject academik curriculum.
4) Peran guru dalam proses pendidikan
Dalam aliran parenialisme, hakikat guru adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
seluruh potensi peserta didik baik dari aspek kognitif, afektif maupun
psikomotoriknya.25 Senada dengan ini Moh. Fadhil Al Jamali menyebutkan,
bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan manusia pada kehidupan yang
lebih sesuai dengan kemampuannya.
b. Essensialisme
1) Konsep Esensialisme
2) Tujuan pendidikan
Dalam konsep essensialisme, pendidikan bertujuan untuk meneruskan
warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi
dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama. Budaya tersebut merupakan
suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dalam tempo lama. Selain itu tujuan
pendidikan esensialisme adalah mempersiapkan manusia untuk hidup. Namun
demikian bukan berarti sekolah lepas tanggung jawab, akan tetapi memberi
kontribusi tentang bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa,
yang pada akhirnya memenuhi kebutuhan peserta didik untuk mempersiapkan diri
dalam menghadapi kehidupan.
3) Kurikulum
Beberapa tokoh aliran esensialisme memandang bahwa kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran atau subjek
matter centered dan berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang kuat.
Penguasaan materi kurikulum tersebut merupakan dasar yang bersifat
essensialisme general education yangdiperlukan dalam hidup. Belajar dengan
tepat berkaitan dengan disiplin yang diyakini akan mampu mengembangkan
pikiran peserta didik dan sekaligus membuatnya sadar akan dunia fisik di
sekitarnya (Barnadib, 1997).
Kaum eksistensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu
berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam suiatu
tingkatan kepekaaan personal yang disebut Greene “kebangkitan yang luas”.
Kurikulum ideal adalah kurikulum yang memberikan para siswa kebebasan
individual yang luas dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan menarik
kesimpulan-kesimpulan mereka sendiri.
Menurut pandangan eksistensialisme, tidak ada satu mata pelajaran
tertentu yang lebih penting daripada yang lainnya. Mata pelajaran merupakan
materi dimana individu akan dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan
dunianya. Mata pelajaran yang dapat memenuhi tuntutan di ats adalah mata
pelajaran IPA, sejarah, sastra, filsafat, dan seni. Bagi beberapa anak, pelajaran
yang dapat membantu untuk menemukan dirinya adalah IPA, namun bagi yang
lainnya mungkin saja bisa sejarah, filsafat, sastra, dan sebagainya.
Kurikulum eksistensialisme memberikan perhatian yang besar terhadap
humaniora dan seni. Karena kedua materi tersebut diperlukan agar individu dapat
mengadakan instrospeksi dan mengenalkan gambaran dirinya. Pelajar harus
didorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan, serta memperoleh pengetahuan yang diharapkan.
Eksistensialisme menolak apa yang disebut penonton teori. Oleh karena itu,
sekolah harus mencoba membawa siswa ke dalam hidup yang sebenarnya.
c. Progressivisme
d. Rekonstruksionisme
2. Memahami filsafat sangat penting bagi seorang pendidik. Jelaskan berikut ini:
a. Coba Saudara jelaskan dan berikan argumentasi atas pernyataan di atas.
Bagi guru filsafat pendidikan itu sangat perlu karena filsafat pendidikan
akan mempengaruhi bagaimana cara mengajar dan mendidik siswanya melalui
filsafat pendidikan yang dianutnya. Seorang guru seharusnya memiliki filsafat hidup
dan filsafat pendidikan yang jelas yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Oleh
karena itu, bagi seorang mahasiswa calon guru seperti saya mempelajari ilmu filsafat
dan ilmu filsafat pendidikan adalah perlu. Bukan saja memperluas wawasannya
mengenai pendidikan serta membantunya dalam memahami siswa dan
mengembangkannya gaya belajar yang tepat, tetapi juga dapat menyadarkannya
mengenai makna dari berbagai aspek kehidupan manusia.
Dan yang lebih penting lagi bahwa sikap dan tindakanya yang
mencerminkan filsafatnya akan berpengaruh kepada siswanya, seperti jika guru
tersebut mengajar dan mendidik siswanya dengan cara yang salah maka akan
berdampak buruk bagi perkembangan siswanya. Sebaliknya, jika seorang guru
mendidik dan mengajar siiswanya dengan cara yang benar maka akan berdampak
baik bagi siswanya. Itulah mengapa perlunya guru memahami filsafat pendidikan itu
seperti apa agar ia dapat mendidik dan mengajar siswanya dengan baik dan benar.
Pengertian filsafat dalam arti analisa adalah salah satu cara pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan
dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metoda-metoda
ilmiah lainnya.
Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
berkembang oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran
filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Artinya mengarahkan
agar teori-teori dengan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan
tersebut bisa diterapkan dalam praktik kependidikan sesuai dengan kenyataan dan
kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.
Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi
ilmu pendidikan atau pedagogik.
4. Masa menjadi orang tua (parenthood) merupakan masa yang alamiah terjadi dalam
kehidupan seseorang. Jelaskanlah cara-cara nabi dalam mendidik anak!
Nabi Muhammad dikenal sebagai sosok yang penyayang dan penyabar. Ia tidak
pernah membentak anak namun juga tegas dalam urusan agama. Dari Aisyah radhiyallahu
‘anha berkata, Rasulullah Shallallau ‘Alaihi Wasallam berasabda: “ Sebaik-baik kalian
adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik
terhadap keluargaku.” (HR.Tirmidzi). Dalam mendidik anak, Rasulullah tidak selalu
mengekang. Beliau suka melihat anak bermain. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat yang
disampaikan oleh Aisyah R.A.
“ Aku dahulu pernah bermain boneka di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam.
Aku memiliki beberapa sahabat yang biasa bermain bersamaku. Ketika Rasululah
shallallahu ‘alaihi wa salam masuk dalam rumah, mereka pun bersembunyi dari beliau.
Lalu beliau menyerahkan mainan padaku satu demi satu lantas mereka pun bermain
bersamaku.” (HR. Bukhari). Hal terpenting dan yang harus dikenalkan pada anak sejak kecil
adalah dekat dengan Allah SWT.
Dalam hal ini, orangtua harus mulai mengenalkan ketauhidan. Ilmu ini sangat
penting untuk diajarkan kepada anak semenjak dini. Sebagaimana yang dilakukan oleh
Rasulullah. Belia mengajarkan anak-anaknya untuk mengucapkan Lailaha illaallah yang
mana berarti tidak ada Tuhan selain Allah. Dan Allah itu Maha Esa.
Dijelaskan dari Ibn Abbas, Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “
Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “ Lailaha-illaallah”. Dan saat
mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “ Lailaha-illallah. Sesungguhnya
barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “ Lailah-illallah”, kemudian ia hidup selama
seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan ilmu agama
kepada anak semenjak dini. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahlah
anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika
enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR.
Ahmad). Diriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz, salah satu perempuan shalehah
sahabat rasul. Ia berkata: “Kami menyuruh puasa anak-anak kami. Kami buatkan untuk
mereka mainan dari perca. Jika mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu
kepadanya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga kerap melatih kepada anak-anaknya
untuk rutin membaca doa harian. Misalnya doa bercermin, doa keluar-masuk toilet, doa
sebelum dan sesudah makan, doa keluar rumah dan sebagainya. Ini penting agar diri kita
senantiasa dijaga oleh Allah Ta’ala dan terlindungi dari bahaya.
Mengajarkan anak untuk berbakti kepada orang tua, Berlaku adil kepada anak
perempuan dan laki-laki, Mendidik anak dengan akhlak mulia, Mengajarkan cara
berpakaian yang sesuai syariat agama, Mengajarkan batasan pergaulan antara perempuan
dan laki-laki, Mengajarkan pekerjaan rumah tangga untuk anak perempuan, Mengajari
adzan untuk anak laki-laki, Menganyomi dengan baik, Bersikap lemah lembut terhadap
anak, Mencintai dan bergantung pada Allah, Tidak memisahkan anak dan ibunya,
Memberikan hadiah.
b. Pembinaan ibadah.
1. Sholat
Salah kewajiban yang harus dilakukan di dalam agama Islam adalah
sholat, karena sholat merupakan salah satu pilar dalam agama Islam. Dengan sholat
5 waktu, anak akan terbiasa disiplin dan memiliki karakter yang baik. Hal ini
dikarenakan dalam solat anak akan berlatih konsentrasi, khusyu, dan bersabar
dalam menjalankannya. Sholat sendiri haruslah dilatih sejak anak usia dini,
sehingga dewasa kelak akan menjadi kebutuhan yang tidak pernah ditinggalkan.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling penting dalam fase
kehidupanl.
Pada fase ini sangat cocok untuk orangtua atau pun pendidik
mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki anak. Potensi-potensi ini dapat
berkembang apabila seluruh kegiatan anak mendapatkan arahan dan bimbingan
dari orangtua atau pun guru.
2. Komunikasi
Terkadang meski anak masih usia balita, selalu ada anak yang paham
komunikasi dua arah, ada anak yang bisa paham bahwa orang tuanya marah bila dia
melakukan hal yang tak disenanginya, bisa jadi boleh kita ajak. Karena selalu ada
kok anak yang baik budi untuk duduk tenang selama orang tuanya shalat.
Kita juga dapat menjelaskan bahwa masjid adalah rumah ibadah, kita wajib
mencintainya dengan cara yang baik. Boleh ke mesjid tapi bukan untuk bermain,
tapi kalau mau ikut harus sholat bukan bermain. Semoga semakin sering nasehat ini
mereka dengar semakin mereka sadar bahwa masjid adalah rumah ibadah.
3. Puasa
Setiap anak dikaruniai kemampuan jasmani maupun rohani yang berbeda.
Oleh sebab itu, orang tua hendaklah mampu menyadari seberapa siapkah anak
mereka untuk dilatih berpuasa. Tidak menutup kemungkinan seorang anak berusia
3 tahun sudah mampu menahan lapar dan dahaga sejak terbit fajar hingga
matahari terbenam. Sebaliknya, boleh jadi ada anak berusia 6 tahun yang hanya
mampu berpuasa “beduk” (latihan berpuasa sampai waktu zuhur). Sepatutnya
orang tua menanamkan kepada anak tentang rasa cinta terhadap ibadah kepada
Allah.
4. Haji
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang di tujukan
kepada anak anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun.dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dengan memasuki
pendididkan lebih lanjut (sisdiknas 1 :14). Salah satu kompetensi yang harus
dimiliki anak usia dini adalah terbiasa melakukan gerakan ibadah seperti peragaan
manasik haji Tujuan kegiatan peragaan manasik haji ini adalah untuk menanamkan
sikap religius terhadap anak usia dini, sekaligus mengenalkan rukun islam yang ke
lima yakni menjalankan ibadah haji ,
5. Zakat
Zakat berbeda dengan haji.Zakat murni lahir dari kepedulian seseorang kepada
orang lain yang membutuhkan dengan kekayaan yang dimiliki. Oleh sebab itu,
gerakan sadar zakat harus dimulai sejak dini, dari anak-anak yang ada dalam
keluarga. Semua orangtua bertanggung jawab menjaga seluruh anggota keluarganya
dari siksa api neraka. Nabi menyuruh orangtua memerintahkan anaknya melakukan
shalat pada usia tujuh tahun dan memberikan sanksi yang tegas ketika pada usia
sepuluh tahun bila anaknya meninggalkan shalat. Hal ini bertujuan untuk melatih
dan membudayakan shalat sejak dini. Zakat status hukumnya disamakan dengan
shalat karena keduanya sama-sama berstatus hukum wajib. Dalam kaidah agama
ada keterangan maa adda ila al-wajibi wajibun (segala sesuatu yang mendorong
terlaksananya kewajiban, hukumnya wajib).
c. Pembinaan kemasyarakatan.
1. Mengajak Anak Menghadiri Majelis Kaum Dewasa
2. Menyuruh Anak Melaksanakan Tugas Rumah.
Agar anak rajin melakukan pekerjaan rumah tangga, berikut cara-cara yang bisa
orang tua lakukan:
1. mulai dari hal kecil
2. Berikan Arahan dan Alasan
3. Bekerja sebagai tim
4. Bermain sambil bekerja
5. Berikan penghargaan pada anak
3. Membiasakan Anak Mengucapkan Salam
4. Menjenguk Anak Yang Sakit
Menjenguk orang sakit adalah salah satu aktivitas yang bermanfaat, baik
bagi Urban Mama sebagai orangtua maupun anak-anak. Bagi anak, nilai moral
yang paling utama adalah menanamkan rasa belas kasih kepada si sakit dan agar
anak dapat mengambil hikmah bahwa kondisi badan sehat patut disyukuri
karena sehat itu mahal harganya.
Berikut ada contoh perilaku salah satu dari salafus soleh yaitu kisah Bakar Bin
Abdullah al-Muzani (w. 106 H) :
4. Perilaku amanah
Amanah adalah perilaku dasar yang harus dimiliki setiap anak. Nabi saw. dari
masa kaanak-kanaknya hingga masa kenabian disifati dengan sifat ini. Menurut
Suwaid, ini menjadi pelajaran bagi anakanak muslim untuk selalu mencontoh
perilaku Rasulullah dalam menjaga amanah agar nantinya bisa membantu ketika
ia menyampaikan risalah Islam. Seorang anak tidak akan selamanya menjadi
anak-anak. Rasulullah saw. telah menegaskan tanggung jawab seseorang atas
harta orang tuanya. Oleh karena itu, hendaklah ia amanah dalam 60
menggunakannya, tidak boros dan berlebih-lebihan. Nabi selalu menekankan sisi
amanah pada diri sang anak agar sifat amanah mengakar dalam dirinya (Jamal
Abdurrahman, 2010:259).