Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO.

1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

TELAAH ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN ESENSIALISME


DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN

H.A. Yunus
Universitas Majalengka

ABSTRAK

Proses pendidikan melibatkan berbagai pihak, sekurang-kurangnya pendidik


dan peserta didik. Partisipasi dari berbagai pihak menjadi modal untuk
mencapai keberhasilan. Progresivisme dan esensialisme merupakan aliran
filsafat pendidikan yang dapat diterapkan sebagai dasar epistemologi untuk
mengembangkan pendidikan yang bersifat partisipasif dengan alasan: 1)
Bahwa keduanya menghendaki agar tidak ada pendidikan bercorak otoriter,
sejak berkembangnya aliran ini sampai sekarang; 2) Aliran ini
menitikberatkan perhatiannya pada kemajuan Ilmu pengetahuan dan
kebudayaan; 3) Pengalaman merupakan dinamika hidup; 4) Progresivisme
tidak hanya mengakui akan adanya ide-ide, teori-teori, atau cita-cita, tetapi
sesuatu yang ada itu harus bermakna bagi suatu kemajuan atau tujuan yang
baik; 5) Progresivisme dan esensialisme mendorong manusia untuk
memfungsikan jiwa untuk membina hidup yang dinamis dan tegar dalam
menghadapi berbagai persoalan yang silih berganti.

Kata Kunci: Aliran Pendidikan, Progresivisme dan Esensialisme

_____________________
1
Penulis adalah Dosen Prodi PAI Fakultas Agama Islam Universitas Majalengka
29
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

Pendahuluan ini hanya dengan kekuatan ototnya.


Pada dasarnya pendidikan adalah Dengan cara tersebut tidak banyak yang
proses memanusiakan manusia secara dihasilkan, tidak banyak pula kemajuan yang
manusiawi agar peserta didik memiliki dialami, sehingga berpengaruh kepada
kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan tingkat peradaban masyarakat. Tetapi,
merupakan intisari dari tujuan pendidikan, keadaan mulai berbeda setelah lahirnya ilmu
baik dalam hal pembentukan kepribadian, pengetahuan yang teratur. Dengan ilmu
keterampilan maupun sikap dan kemampuan pengetahuan banyak ide baru yang muncul,
untuk patuh kepada perintah Tuhan, taat banyak benda budaya yang tercipta, banyak
beribadah, dan menjalankan tugas sebagai corak dalam menjalani kehidupan, bahkan
khalifah di muka bumi dengan sebaik- seni pun terus berkembang.
baiknya. Dengan kata lain, nilai-nilai Sejalan dengan hal itu, manusia
kemanusiaan yang diharapkan adalah secara berangsur mulai menyadari betapa
kesediaan seseorang untuk berserah diri hebatnya kemampuan yang dimilikinya
kepada Tuhan sehingga memperoleh ketika mempergunakan otak sejalan dengan
keselamatan dan kedamaian. tangan dan anggota badan lainnya secara
bersamaan, maka terbayanglah harapan ke
Banyak faktor yang menentukan depan bahwa dunia ini dapat diperbaiki,
keberhasilan pendidikan, diantaranya lingkungan dapat dirubah sesuai dengan
adalah faktor landasan filsafat, terutama kebutuhan manusia.
dalam hal menentukan arah dan tujuan
pendidikan yang diharmoniskan dengan Tetapi bukanlah karena kesadaran
nilai-nilai filsafat baik secara ontologis, manusia yang berangsur-angsur terhadap
epistemologis, maupun aksiologis. hebatnya pengetahuan saja, bahkan ide
Ontologis berkenaan dengan tentang kemajuan pun pada akhirnya tumbuh
pertanyaan mengapa harus ada pendidikan, dan disadari. Selain itu, lambat laun
bagaimana merancang pendidikan, serta apa menusia menyadari pula bahwa dunia ini
yang ingin dicapai setelah pendidikan merupakan jalan bagi upaya pencapaian
dilakukan. Adapun ranah epistemologi tujuan hidupnya.
berkenaan dengan proses dan pengetahuan Dari segi istilah, pada dasarnya
apa yang akan digunakan dalam proses kata progress merupakan kata baru yang
serta ilmu pengetahuan apa yang akan baru bisa dipahami serta dimengerti
diperoleh peserta didik setelah proses maksud dan arti sebenarnya sekitar abad ke-
ditempuh. Sedangkan aksiologi berkenaan 19. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa
dengan nilai-nilai kegunaan atau manfaat maksud dari kata tersebut sekarang ini telah
dari pendidikan tersebut. dipergunakan dan dikenal di dalam segala
pengalaman hidup yang mengandung ide
Berkenaan dengan landasan-landasan
perbaikan dalam segala aspek kehidupan,
epistemologi, terdapat berbagai aliran yang
seperti bidang politik, kemasyarakatan,
dapat digunakan dengan berbagai karakter
hubungan kemanusiaan, ekonomi,
dan kekhasannya. Dalam penelitian ini,
kehidupan keluarga, perawatan anak, dan
telaah difokuskan kepada dua aliran yang
termasuk juga bidang kehidupan beragama.
sudah ada sejak lama, yakni aliran
progresivisme dan esensialisme. Aliran filsafat progresivisme ini
Progresivisme senantiasa berusaha mengembangkan asas
kemajuan dalam semua realita, terutama
1. Perkembangan dalam kehidupan untuk tetap survive
Semula, dalam menempuh perjalanan terhadap semua tantangan hidup manusia.
hidup dan kehidupannya selama berabad- Kemudian, bagi yang menganut aliran ini
abad silam manusia menghadapi dunia dalam bertindak harus praktis, dalam

30
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

melihat segala sesuatu harus mampu progresivisme merupakan bagian dari


menemukan manfaat dari segi gerakan reformis umum bidang sosial-
keunggulannya. Menurut Muis (2004), politik yang menandai kehidupan orang
Progresivisme disebut instrumentalisme, Amerika.
eksperimental, atau environmentalisme. Progresivisme merupakan teori yang
Disebut instrumentalisme, karena aliran ini mucul dalam reaksi terhadap pendidikan
beranggapan bahwa potensi atau tradisional yang selalu menekankan kepada
kemampuan intelegensi manusia sebagai metode formal pengajaran. Pada dasarnya
alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, dan teori ini menekankan beberapa prinsip,
untuk mengembangkan kepribadian. antara lain; 1) Proses pendidikan
Dinamakan eksperimental atau empirik berawal dan berakhir pada peserta didik; 2)
karena aliran tersebut menyadari dan Peserta didik adalah sesuatu yang aktif,
mempraktekkan asas eksperimen untuk bukan pasif; 3) Peran guru hanya sebagai
menguji kebenaran suatu teori. fasilitator, pembimbing, dan pengarah; 4)
Progresivisme dinamakan juga environ- Sekolah harus menciptakan iklim yang
mentalisme karena aliran ini menganggap bersifat kooperatif dan demokratif; 5)
bahwa lingkungan hidup ini mempengaruhi Aktifitas pembelajaran lebih focus pada
pembinaan kepribadian seseorang. (Muis, pemecahan masalah bukan untuk
2004). mengajarkan materi kajian.
Pendapat lain menyatakan Menurut pandangan progresivisme,
bahwa aliran progresivisme sepaham proses pendidikan memiliki dua bidang
dengan psikologi pragmatisme yang garapan, yaitu psikologis dan sosiologis.
berpendapat bahwa suatu keterangan itu Dilihat dari segi psikologis, pendidik harus
benar kalau kebenaran itu sesuai dengan dapat mengetahui potensi dan daya yang
realitas, atau suatu keterangan akan ada pada peserta didik untuk
dikatakan benar kalau kebenaran itu sesuai dikembangkan. Dengan mengenal hal
dengan kenyataan. Aliran progresivisme tersebut, pendidik dapat memilih cara
memiliki kemajuan dalam bidang ilmu yang tepat dan landasan apa yang akan
pengetahuan yang meliputi ilmu hayat, digunakan. Jika memperhatikan peran
antropologi, dan psikologi. Ilmu hayat pandangan progresivisme di beberapa
berguna bagi manusia untuk mengetahui negara maju, psikologi yang banyak
semua masalah dirinya secara biologis dan digunakan adalah aliran behaviorisme dan
kehidupan. Ilmu antropologi berguna bagi pragmatisme. Hal ini sejalan dengan teori
manusia agar mengenal dirinya, bahwa bahwa aliran progresivisme disebut juga
manusia memiliki pengalaman dan instrumentalisme, eksperimental, atau
kemampuan mencipta budaya, sehingga environmentalisme yang erat kaitannya
manusia dapat mencari dan menciptakan hal dengan alat, pengalaman, lingkungan, serta
baru. Adapun psikologi berguna bagi kemajuan dan manfaat dari suatu aktivitas
manusia bahwa dirinya mampu berpikir, yang dilakukan, termasuk aktivitas
bahkan memikirkan tentang dirinya, tentang pendidikan.
lingkungan, pengalaman masa lalu, harapan
di masa depan, sifat-sifat alam, serta dapat Dilihat dari segi sosiologis, pendidik
menguasai dan mengatur alam dan harus mengetahui ke mana potensi dan daya
lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. itu harus dibimbing agar potensi yang
dimiliki peserta didik dapat dirubah
2. Pandangan Tentang Pendidikan menjadi sesuatu yang berguna bagi anak
tersebut.
a. Pendidikan
Aliran progresivisme ini pernah
berjaya di Amerika. Dalam pendidikan,

31
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

b. Kurikulum peserta didik dan minatnya dibanding pada


Dalam pendidikan, terutama jalur mata pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu,
pendidikan formal, kurikulum memegang muncul istilah child centered curriculum
peranan penting. Kurikulum sebagai dan child centered school. Progresivisme
jantung pendidikan tidak saja dimaknai mempersiapkan peserta didik masa kini
sebagai seperangkat mata pelajaran yang dibanding masa depan yang belum jelas.
dirancang untuk disajikan dalam sebuah Hal ini diungkapkan juga oleh Dewey,
program sekolah, melainkan memiliki arti bahwa pendidikan adalah proses dari
yang lebih luas. Oleh sebab itu, para pakar kehidupan dan bukan persiapan masa yang
memaknai kurikulum dengan titik berat akan datang. Implikasinya, pandangan
yang berbeda. Bahkan ada yang melihat Dewey tentang pendidikan yang
dari arti sempit dan arti luas, ada juga yang berlandaskan aliran progresivisme
melihat dari segi fungsi atau kegunaannya, menyatakan bahwa aktifitas peserta didik
ada juga yang melihat dari segi ruang perbanyak terlebih dahulu dalam
lingkupnya. berpartisipasi pada kegiatan fisik, baru
Musgave menekankan pengertian kemudian diarahkan pada peminatan
kurikulum pada ruang lingkup, terutama (Barnadib, 1997).
yang berkenaan dengan pengalaman belajar, Dalam ajaran Islam, pendidikan
baik pengalaman di luar maupun di dalam menempati posisi yang tinggi dan strategis,
lingkungan sekolah. Aktifitas dan karena hanya melalui pendidikan orang
pengalaman peserta didik seyogyanya dapat memperoleh ilmu, dan dengan ilmu
selalu berada dalam pengawasan lembaga orang mengenal dirinya, Tuhannya, dan
pendidikan (sekolah). Kemudian, Hirts dan alam semesta. Selain itu, hanya dengan
Petters mengemukakan pengertian kurikulum pendidikanlah seseorang dapat memahami
dengan menekankan pada aspek fungsional. posisi dirinya di samping posisi Tuhan,
Dalam hal ini, kurikulum diposisikan sehingga akan muncul kesadaran tentang
sebagai rambu-rambu yang menjadi acuan ibadah dan mematuhi Tuhannya. Dalam
dalam proses pendidikan, khususnya dalam urusan dunia, dengan pendidikan manusia
pembelajaran. akan mampu menghadapi berbagai
Progresivisme memiliki pandangan rintangan selama menjalani hidup dan
bahwa kurikulum merupakan pengalaman kehidupannya.
mendidik, bersifat eksperimental, dan Khusus ilmu, dalam ajaran Islam
adanya rencana serta susunan langkah yang merupakan hal yang sangat penting,
teratur. Pengalaman belajar berupa sehingga menuntut ilmu hukumnya wajib.
pengalaman apa saja yang serasi dengan Dibandingkan dengan hal lain, ilmu
tujuan menurut prinsip-prinsip yang telah memiliki keunggulan luar biasa, bahkan
digariskan dalam pendidikan, di mana setiap ibadahpun tidak akan diterima tanpa
proses pembelajaran yang ada membantu didasari ilmu. Demikian pula apabila
pertumbuhan dan perkembangan peserta dikaitkan dengan strata sosial. Tinggi
didik. rendahnya derajat seseorang, di samping
Dalam prakteknya, progresivisme iman dan takwa juga di tentukan oleh
merupakan aliran pendidikan yang berpusat kualitas keilmuannya. Oleh karena ilmu
pada siswa. Secara lebih spesifik, proses dapat menentukan kualitas seseorang, maka
pembelajaran penekanan lebih besar keberadaan pendidikan sebagai sebuah
diarahkan pada kreativitas, aktivitas, belajar proses perolehan ilmu menjadi sangat
naturalistik, hasil belajar dunia nyata penting. Karena itu, proses pencarian ilmu
(empiris), dan pengalaman teman sebaya. harus terus menerus dilakukan, dimana pun
Menurut Dewey, dalam konteks sekolah kdan apanpun, baik sekarang maupun di
progresivisme lebih menekankan pada masa yang akan datang.

32
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

c. Pendidik
Essensi pendidikan dalam ajaran
Di Indonesia, menurut Undang-
Islam dipahami sebagai sebuah proses
Undang No. 14 tahun 2004 tentang Guru
transformasi dan internalisasi nilai-nilai
dan Dosen, pada Pasal 1 ayat 1
ajaran Islam terhadap peserta didik, melalui
GLNHPXNDNDQ EDKZD ³Guru adalah pendidik
pengembangan potensi sesuai fitrahnya agar
profesional dengan tugas utama mendidik,
memperoleh keseimbangan hidup dalam
mengajar, membimbing, mengarahkan,
semua aspeknya, terutama keseimbangan
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
antara dunia dan akhirat. Dengan demikian
didik pada pendidikan anak usia dini jalur
fungsi pendidikan Islam pada hakikatnya
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
adalah proses pewarisan nilai-nilai Islami
SHQGLGLNDQ PHQHQJDK´ Dalam UU No. 20
untuk menggembangkan potensi manusia,
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
dan sekaligus proses produksi nilai-nilai
1DVLRQDO ³Pendidik adalah tenaga
budaya Islam baru sebagai hasil interaksi
kependidikan yang berkualifikasi sebagai
potensi dengan lingkungan dan konteks
guru, dosen, konselor, pamong belajar,
zamannya sesuai ruang lingkup filsafat
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
pendidikan Islam di atas mengandung
dan sebutan lain yang sesuai dengan
indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
sebagai sebuah disiplin ilmu (Nata, 1996).
menyelenggarakan pendidikan´.
Dalam hal pendidikan secara umum, Menurut pandangan filsafat
kurikulum sebagai inti pendidikan tidak progresivisme guru adalah penasihat,
saja dimaknai sebagai seperangkat pembimbing, pengarah dan bukan sebagai
rangkaian mata pelajaran yang ditawarkan orang pemegang otoritas penuh yang dapat
sebagai jiwa dalam sebuah program berbuat apa saja (otoriter) terhadap
pendidikan di sekolah, tetapi kurikulum muridnya. Guru disebut sebagai
pun mengandung makna yang lebih luas. pembimbing karena mempunyai ilmu
Oleh karena itu, para pakar memaknai pengetahuan dan pengalaman yang banyak
kurikulum dengan titik berat yang berbeda. di bidang pendidikan, memahami karakter
Hirts dan Petters menekankan pada aspek peserta didik yang secara otomatis
fungsional, dalam hal ini kurikulum (semestinya) guru mampu menjadi
diposisikan sebagai rambu-rambu yang penasihat manakala peserta didik
menjadi acuan dalam proses pembelajaran. mengalami jalan buntu dalam memecahkan
Selain itu, kurikulum dijadikan acuan juga persoalan yang dihadapi. Oleh karena itu
oleh pengelola lembaga pendidikan, karena peran utama pendidik adalah membantu
sarana dan prasarana serta pendukung peserta didik bagaimana mereka harus
lainnya harus disiapkan agar benar-benar belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga
sesuai dengan tuntutan kurikulum. Makna peserta didik akan berkembang menjadi
lain dari kurikulum dikemukakan oleh orang dewasa yang mandiri dalam
Musgave yang lebih menekankan pada lingkungannya yang akan selalu berubah.
ruang lingkup pengalaman belajar yang
meliputi pengalaman di luar maupun di Secara teoretis, John Dewey
dalam sekolah. Pendapat Musgave ini mengemukakan bahwa guru harus
sejalan dengan pendapat Stephen yang mengetahui ke arah mana anak akan
menyatakan bahwa kurikulum mencakup berkembang, karena anak hidup dalam
semua materi pelajaran, aktivitas dan lingkungan yang senantiasa terjadi proses
pengalaman peserta didik, dimana ia berada interaksi dalam sebuah situasi yang silih
dalam pengawasan lembaga pendidikan, berganti dan berkelanjutan.
baik yang terjadi di luar maupun di dalam Dalam penerapannya, prinsip
kelas. keberlanjutan mengandung arti bahwa masa
depan harus selalu diperhitungkan di setiap

33
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

tahapan dalam proses pendidikan. Dalam Di Indonesia, menurut UU No. 20


hal ini, guru harus mampu menciptakan tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
suasana kondusif di dalam kelas dengan Nasional, pada Pasal 1 angka 4, dinyatakan
cara membangun kesadaran bersama dari EDKZD ³3HVHUWD GLGLN DGDODK DQJJRWD
setiap individu dalam upaya mencapai masyarakat yang berusaha mengembangkan
tujuan bersama. Upaya tersebut sesuai potensi diri melalui proses pembelajaran
dengan tanggungjawab masing-masing yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, SHQGLGLNDQ WHUWHQWX´
dan selalu konsisten pada tujuan tersebut Teori progresivisme menempatkan
(Muis, 2004). peserta didik pada posisi sentral dalam
Berkenaan dengan hal tersebut, teori melakukan pembelajaran. karena peserta
progresivisme menyatakan bahwa tugas didik mempunyai kecenderungan alamiah
pendidik adalah sebagai pembimbing untuk belajar dan menemukan sesuatu
aktivitas peserta didik dan berusaha untuk tentang dunia di sekitarnya dan juga
memberikan kemungkinan terhadap memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu
terciptanya lingkungan terbaik yang yang harus terpenuhi dalam kehidupannya.
memungkinkan terjadinya proses belajar. Kecenderungan dan kebutuhan tersebut
Guru sebagai pembimbing, tidak boleh akan memberikan kepada peserta didik
menonjolkan diri, melainkan harus bersikap suatu minat yang jelas dalam mempelajari
demokratis dan memperhatikan hak-hak berbagai persoalan.
alamiah dari para peserta didik secara Peserta didik adalah makhluk yang
keseluruhan. Pendekatan yang digunakan memiliki kelebihan dibanding dengan
dalam proses ini adalah pendekatan makhluk-makhluk lain karena peserta didik
psikologis dengan keyakinan bahwa memiliki potensi kecerdasan. Oleh karena
memotivasi lebih penting daripada sekedar itu, setiap peserta didik mempunyai potensi
memberi informasi. Pendidik dan peserta atau kemampuan sebagai bekal untuk
didik bekerja sama dalam mengembangkan menghadapi kehidupan dan memecahkan
program belajar dan aktualisasi potensi permasalahan-permasalahan yang mungkin
peserta didik dalam kepemimpinan dan merintanginya. Berkenaan dengan hal ini,
kemampuan lain yang dikehendaki dalam tugas guru atau pendidik adalah
pendidikan. meningkatkan kecerdasan potensial yang
Dengan demikian dalam teori ini telah dimiliki sejak lahir menjadi
pendidik harus memiliki kelebihan kecerdasan realitas dalam lapangan
dibanding manusia lainnya, antara lain jeli, pendidikan untuk dapat merespon segala
teliti, telaten, konsisten, luwes, dan cermat perubahan yang terjadi di lingkungan di
dalam mengamati apa yang menjadi mana ia hidup dan beraktifitas. Pandangan
kebutuhan peserta didik, juga sanggup progresivisme mengenai belajar bertumpu
menguji dan mengevaluasi kepampuan- pada pandamgan peserta didik sebagai
kemampuan peserta didik dalam tataran mahluk yang mempunyai kelebihan
praktis dan realistis. Hasil evaluasi menjadi dibandingkan mahluk lain (Barnadib.
acuan untuk menentukan pola dan strategi 1994).
pembelajaran selanjutnya. Dengan kata lain Secara institusional sekolah sebagai
pendidik harus mempunyai kreatifitas lembaga pendidikan harus memelihara dan
dalam mengelola peserta didik, dalam arti manjamin kebebasan berpikir dan berkreasi
akan berkembang dan bervariasi sebanyak kepada para peserta didik, sehingga mereka
variasi para peserta didik yang berada di memilki kemandirian dan aktualisasi diri.
bawah tanggungjawabnya. Namun demikian, pendidik tetap
berkewajiban mengawasi dan mengontrol
d. Peserta Didik mereka guna meluruskan kesalahan yang

34
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

dihadapi peserta didik, khususnya dalam Indonesia, pendidikan seringkali


metodologi berpikir. Dengan demikian mendapat kritikan dari berbagai pihak,
prasyarat yang harus dilakukan oleh peserta karena dianggap belum memiliki model yang
didik adalah sikap aktif dan kreatif, bukan jelas dengan acuan yang pasti, bahkan ada
hanya menunggu kedatangan guru dalam yang menganggap bernuansa coba-coba.
mengisi dan mentransfer ilmunya kepada Alasan yang sering dikemukakan karena
mereka. Peserta didik tidak boleh penampilan pendidikan itu sendiri masih
diperlakukan seperti bejana kosong yang abstrak dan masih belum menyentuh realitas
akan diisi oleh penggunanya. Jika yang budaya Indonesia yang khas. Berkaitan
terjadi demikian, maka proses pembelajaran dengan konteks pendidikan modern saat
hanya berwujud transfer of knowledge dari ini, pendidikan di Indonesia lebih
seorang guru kepada murid. Tentu saja cara mengedepankan corak atau pola pemikiran
demikian tidak akan membawa hasil rasionalis-empiris, kemudian berkembang
apalagi mencerdasakan sehingga dapat berbagai konsep atau teori pendidikan
dikatakan bahwa upaya mencapai tujuan nativisme, empirisme, dan konverguensi.
pendidikan mengalami kegagalan. Di samping itu, muncul pula aliran
progresivisme, essensialisme, perenialisme,
e. Pandangan Belajar dan rekonstruksionisme.
Menurut Gagne (1977), ³belajar
merupakan sejenis perubahan yang Dalam konsep seperti itu, peserta didik
diperlihatkan dalam perubahan tingkah diberi kebebasan untuk mengembangkan
laku, yang kebaradaannya berbeda dari bakat dan kemampuannya baik secara fisik
sebelum individu ada dalam situasi belajar maupun cara berpikirnya. Peserta didik
dan sesudah melakukan tindakan yang bebas juga dirinya tanpa terhambat oleh
serupa itu´. Perubahan terjadi akibat adanya rintangan yang dibuat oleh orang lain.
suatu pengalaman atau latihan. Berbeda Dengan demikian, progresivisme tidak
dengan perubahan yang terjadi tanpa menyutujui pendidikan otoriter,sebab akan
sengaja atau serta-merta terjadi mematikan daya kreasi peserta didik baik
akibat perilaku yang bersifat naluriah. Hal secara fisik mapupun psikis. (Barnadib,
ini berbeda dengan teori pendidikan 1997).
progresivisme yang intinya bagaimana
mengajarkan cara belajar yang tepat, Berkaitan dengan hal tersebut, John
sehingga seseorang dapat belajar setiap saat Dewey sebagai salah seorang tokoh
dari realitas secara mandiri, baik di dalam progresivisme, memiliki peranan yang
maupun di luar sekolah, pada saat, sedang, cukup besar. Dimana alirannya ini sangat
ataupun setelah menyelesaikan pendidikan berpengaruh terhadap pembaharuan
formal. Dengan demikian sekolah akan pendidikan dan dengan pandangannya,
dapat menghasilkan individu-individu yang progresivisme dianggap sebagai the liberal
cerdas, kreatif, dan inovatif yang pada road to culture dalam artian bahwa liberal
gilirannya nanti dapat melakukan berarti berani toleran dan transparan.
transformasi budaya positif ke arah yang
lebih baik dari masyarakat yang progresif. Esensialisme
Jika seseorang telah memiliki kemampuan
seperti itu, di mana pun berada akan mampu 1. Pengertian
bertahan dari berbagai hambatan dan Pada dasarnya, filsafat pendidikan
mampu memecahkan masalah kehidupan. esensialisme bertitik tolak dari kebenaran
yang dianggap telah terbukti selama
Dalam prakteknya, pendidikan yang berabad-abad lamanya. Jika dilihat dari
berlandaskan aliran progresivisme segi proses perkembangannya, esensialisme
memerlukan model yang sesuai. Di merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat

35
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

idealisme dan realisme. Aliran tersebut implementasi kurikulum membutuhkan


akan tampak lebih mantap dan kaya akan dukungan media, sarana, dan lingkungan
ide-ide, apabila hanya mengambil salah satu yang memadai. Menurut filsafat
dari aliran atau posisi sepihak. Pertemuan esensialisme, pendidikan sekolah harus
dua aliran tersebut bersifat elektik, yakni bersifat praktis dan memberi pengajaran yang
keduanya berposisi sebagai pendukung, logis dan mampu mempersiapkan suatu
tidak ada yang melebur menjadi satu atau keterampilan bagi kehidupan peserta didik.
tidak melepaskan identitas dan ciri masing- Dalam hal ini, sekolah tidak boleh
masing (Anwar, 2015). mempengaruhi atau menetapkan kebijakan
sosial.
2. Karakteristik Essensialisme
Esensialisme yang bekembang pada a. Tujuan Pendidikan
zaman renaissance mempunyai tinjauan Dalam konsep essensialisme,
yang bebeda dengan progresivisme, yaitu pendidikan bertujuan untuk m eneruskan
mengenai pendidikan dan kebudayaan. wari san buda ya da n warisan sejarah
Progresivisme menganggap bahwa melalui pengetahuan inti yang
pendidikan penuh dengan fleksibilitas, terakumulasi dan telah bertahan dalam
serba terbuka untuk perubahan, tidak ada kurun waktu yang lama.
keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran,
serta nilai-nilai yang dimilikinya dapat Budaya tersebut merupakan suatu
berubah dan berkembang. Oleh karena itu, kehidupan yang telah teruji oleh waktu dalam
aliran esensialisme memandang bahwa tempo lama. Selain itu tujuan pendidikan
pendidikan bertumpu pada dasar pandangan esensialisme adalah mempersiapkan
fleksibilitas dalam segala bentuk yang dapat manusia untuk hidup. Namun demikian
menjadi sumber timbulnya pandangan yang bukan berarti sekolah lepas tanggung jawab,
berubah-ubah, mudah goyah dan kurang akan tetapi memberi kontribusi tentang
terarah, tidak menentu dan kurang stabil. bagaimana merancang sasaran mata
Maka dari itu, idealnya pendidikan harus pelajaran sedemikian rupa, yang pada
berpijak di atas nilai-nilai yang sekiranya akhirnya memenuhi kebutuhan peserta
dapat mendatangkan kestabilan, telah teruji didik untuk mempersiapkan diri dalam
oleh waktu, tahan lama, serta nilai-nilai menghadapi kehidupan.
yang memiliki kejelasan dan telah terseleksi
(Anwar,2015). Adapun nilai-nilai yang c. Kurikulum
dianggap dapat dijadikan pijakan, yaitu Beberapa tokoh aliran esensialisme
nilai-nilai yang berasal dari kebudayaan dan memandang bahwa kurikulum yang
filsafat yang korelatif. Puncak refleksi dari digunakan adalah kurikulum yang berpusat
gagasan ini adalah pada pertengahan abad pada mata pelajaran atau subjek matter
kesembilan belas (Barnadib, 1997). centered dan berpangkal pada landasan
ideal dan organisasi yang kuat.
3. Konsep Pendidikan Esensialisme Penguasaan materi kurikulum tersebut
Kaum esensialis mengemukakan merupakan dasar yang bersifat
bahwa sekolah harus melatih, mengajar, essensialisme general education
atau mendidik peserta didik untuk mampu yangdiperlukan dalam hidup. Belajar
berkomunikasi dengan jelas dan logis, dengan tepat berkaitan dengan disiplin
Keterampilan-keterampilan inti kurikulum yang diyakini akan mampu
harus berupa membaca, menulis, berbicara mengembangkan pikiran peserta didik dan
dan berhitung. Selain itu, sekolah sekaligus membuatnya sadar akan dunia fisik
bertanggungjawab untuk memperhatikan di sekitarnya (Barnadib, 1997).
penguasaan peserta didik terhadap
keterampilan-keterampilan tersebut, karena

36
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

Dengan demikian, tujuan umum aliran 3) Inisiatif proses pendidikan adalah


esensialisme adalah membentuk pribadi asimilasi dari mata pelajaran yang telah
bahagia di duni dan akhirat. Untuk ditentukan.
mencapai tujuan tersebut isi pendidikan 4) Sekolah harus mempertahankan
mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan metode-metode trasdisional yang
segala hal yang mampu menggerakan bertautan dengan disiplin mental.
kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi 5) Tujuan akhir pendidikan adalah untuk
esensialisme merupakan semacam miniatur meningkatkan kesejahteraan umum
dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran merupakan tuntutan demokrasi yang
dari suatu kenyataan, kebenaran dan nyata.
kegunaan. Maka dalam proses perkem- 6) Metode-metode tradisional yang
bangannya, kurikulum esensialisme mene- bertautan dengan disiplin mental
rapkan berbagai pola kurikulum, seperti merupakan metode-metode yang
pola idealisme, realisme, behavriorisme, diutamakan dalam proses pendidikan di
dan sebagainya sehingga peranan lembaga sekolah.
pendidikan formal atau sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan dapat Dengan demikian, pendidikan yang
berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan berlandaskan aliran essensialisme berusaha
kenyataan sosial yang ada di lingkungan mengenal potensi peserta didik untuk
masyarakat. dikembangkan melalui upaya lembaga
pendidikan secara sistemik. Dalam hal ini
d. Peranan Guru dan Sekolah. peserta didik didorong untuk belajar sendiri
Peranan sekolah adalah memelihara dengan bimbingan dan arahan guru,
dan menyampaikan warisan budaya dan sedangkan metode tradisional digunakan
sejarah pada generasi muda dewasa ini, sebagai upaya pembentukan mental peserta
melalui hikmat dan pengalaman yang didik melalui internalisasi nilai-nilai budaya
terakumulasi dari disiplin tradisional. yang telah mengakar di masyarakat di mana
Selanjutnya mengenai peranan guru banyak sekolah itu berada, dalam arti proses
persamaan dengan perenialisme. Guru pendidikan beserta pembentukan mental
memegang peran lebih khusus, di mana peserta didik tidak terlepas dari budaya
guru dianggap sebagai seorang yang yang telah teruji dan terbukti unggul di
menguasai lapangan, subjek khusus dan masyarakat bersangkutan.
merupakan model yang baik untuk digugu
dan ditiru. Guru merupakan orang yang Telaah Komparasi
mengusai pengetahuan, ilmu. Dalam
pendidikan formal, kelas berada di Aliran filsafat progresivisme dan
bawah pengaruh dan pengawasan guru essensialisme merupakan buah pemikiran
(Barnadib, 1997). filsuf barat. Kedua aliran tersebut telah
e. Prinsip-prinsip pendidikan diterapkan di negara-negara barat setelah
Prinsip-prinsip pendidikan yang teori tersebut dipublikasikan oleh tokoh
dianut aliran esensialisme adalah sebagai penemunya. Para penganut aliran
berikut : essensialisme sendiri, dapat mengkritik
1) Pendidikan harus dilakukan melalui praktek pendidikan progresivisme karena
usaha keras, karena pendidikan tidak telah diterapkan dan terlihat hasilnya,
begitu saja timbul dari dalam diri diantaranya adalah peserta didik diberi
siswa. kebebasan mengembangkan potensi dirinya
2) Inisiatif dalam pendidikan didorong oleh guru yang berfungsi sebagai
ditekankan pada guru bukan pada penunjuk jalan. Dari segi keilmuan
siswa. memang tampak berkembang pesat, karena
peserta didik didorong untuk aktif dan

37
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

kreatif didampingi oleh guru sebagai diterapkan dalam sistem pendidikan


pasilitator, tetapi terdapat kelemahan dari memang bukan pekerjaan gampang. Tetapi
segi mental dan kering dari nilai-nilai secara sederhana, setelah dikaji keunggulan
budaya. dan kelemahan masing-masing, bisa saja
keunggulan dari kedua aliran tersebut
Oleh karena itu, kaum essensialis digabungkan, dalam arti satu sama lain
mengemukakan konsep dan gagasan saling melengkapi. Persis seperti landasan
praktek pendidikan yang lebih pendidikian secara psikologis, antara
mementingkan dasar nilai-nilai moral yang nativisme dengan behaviorisme dapat
diambil dari budaya yang telah digunakan diharmoniskan. Selain daripada itu, bagi
selama berabad-abad di masyarakat. bangsa Indonesia yang mayoritas muslim,
Artinya, substansi pendidikan harus berakar dapat juga mempertimbangkan filsafat
pada budaya yang ada di masyarakat di pendidikan Islam.
mana lembaga pendidikan itu berada. Oleh
karena itu, penggunaan metode pendidikan Kesimpulan
harus benar-benar dikuasai guru yang Upaya memanusiakan manusia
memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. melalui pendidikan memerlukan paradigma
Metode tradisional dianggap paling cocok, yang jelas, guna dijadikan dasar dalam
karena telah terbukti mampu mewariskan penetapan tujuan yang ingin dicapai.
nilai-nilai budaya lokal secara turun Banyak aliran filsafat yang dapat dijadikan
temurun. Sifatnya tradisional tetapi telah acuan sebagai landasan, diantaranya adalah
teruji keberhasilannya. Selain itu, untuk aliran progresivisme dan essensialisme
mengendalikan agar peserta didik tidak yang masing-masing memiliki karakter dan
diberi kebebasan tanpa batas, kaum ciri tersendiri.
essensialis mengemukakan pandangannya
bahwa sekolah harus mampu menjadi Teori pendidikan yang dirancang
pengendali (kontrol) terhadap proses berdasarkan filsafat progresivisme yang
pendidikan, sehingga pencapaian tujuan digagas Jhon Dewey, pada dasarnya
sesuai dengan apa yang diinginkan. mengutamakan lima hal, yaitu : a)
Kurikulum yang baik disusun berdasarkan
Di Indonesia, landasan pendidikan pengalaman edukatif bersifat eksperimental,
yang mengakar kepada filsafat tersebut, disusun secara sistematis dan teratur serta
paling tidak landasan progresivisme dan tidak memaksakan diri untuk mengikuti
esensialisme belum terbentuk dan nampak kehendak pembuat kurikulum. b) Guru harus
secara jelas. Bahkan terdapat kesan dari memiliki keunggulan dalam bidang ilmu
opini publik bahwa praktek pendidikan di pengetahuan dan sekaligus menguasai
Indonesia bernuansa coba-coba, setiap bidang ilmu tersebut. Dalam proses
paradigma yang muncul dikait-kaitkan mendidik, guru tidak sepatutnya bertindak
dengan pola yang pernah diterapkan di otoriter terhadap peserta didik, sehingga
negara lain. Padahal, apabila dikaji secara tugas guru adalah mengarahkan
cermat berbagai teori telah ada, tinggal dan membimbing bagaimana cara belajar
bagaimana para pengambil kebijakan yang baik dan benar bagi peserta didik.
mensikapinya. Secara umum, filsafat yang Dalam hal ini, guru dapat dikatakan
telah terbentuk secara nyata di Indonesia memiliki fungsi sebagai petunjuk jalan
baru filsafat Pancasila, aliran filsafat yang bijak. c) Peserta didik memiliki
lainnya hanya dirujuk secara teoretis potensi masing-masing (individual) yang
parsial. harus diberi kesempatan untuk berkembang
secara wajar, aktif, kreatif, dan memiliki
Mensikapi dua aliran filsafat yang kebebasan untuk mengaktualisasikan dirinya
memiliki karakter berbeda, untuk dapat

38
Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN: 2442-7470

dalam menentukan langkah dan tujuannya. ---------------, 2003. Metodologi Studi Islam,
d) Lingkungan merupakan hal penting yang Jakarta: Raja Grafindo Persada.
tidak dapat dipisahkan dengan proses
Anwar, Muhammad. 2015. Filsafat
pendidikan sebagai penunjang keberhasilan.
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
e) Metode yang digunakan dalam proses
*URXS $V¶DGL
pendidikan harus diutamakan dibanding
materi ajar, karena metode menunjang Anwar, Saeful. 2007. Filsafat Ilmu Al-
proses. Ghazali Dimensi Ontologi dan
Aksiologi. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Pendidikan esensialisme merupakan
Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak
suatu aliran yang kurang setuju terhadap
dalam Perspektif Al-4XU¶DQ. Jakarta:
praktek pendidikan progressivisme, dengan
Amzah.
alasan bahwa pergerakan progresivisme
dianggap akan merusak standar intelektual Al-Abrasyi, Muhammad, Athiyah. 1974.
dan moral kaum muda dengan Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam.
diberikannya kebebasan. Bagi aliran terj. Bustami Abdul Ghani dan Bohar
essensial, metode yang digunakan adalah Bahri. Jakarta: Bulan Bintang.
metode tradisional yang menekankan pada Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
inisiatif guru. Dalam hal ini, guru harus Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
orang terdidik dan menguasai ilmu Jakarta: PT. Rineka Cipta.
pengetahuan. Selain itu, seluruh aktifitas
Barnabid, Imam. 1997. Filsafat Pendidikan,
kelas harus berada di bawah kendali dan
Sistem dan Metode, Yogyakarta:
penguasaan guru. Secara kelembagaan,
Andi Offset
esensialis menginginkan agar sekolah
berfungsi sebagai subjek proses pewarisan ----------------. 1994. Filsafat Pendidikan,
budaya dan sejarah yang mengandung nilai- Sistem dan Metode. Yogyakarta.
nilai luhur dari para filosof sebagai ahli Djumransyah. 2004. Filsafat Pendidikaan,
pengetahuan dimana nilai -nilai Malang: Bayu Media.
kebudayaan itu masih tetap terjaga dan
diterapkan dalam tata kehidupan sehari- Edward, P. dan Yusnadi. 2015. Filsafat
hari. Nilai-nilai moral yang berakar pada Pendidikan, Medan: UNIMED Press.
budaya masyarakat dijadikan dasar bagi Muis, I.S. (2004). Pendidikan Partisiptif
pembentukan mental para peserta didik. Menimbang Konsep Fitrah dan
Di Indonesia, para pengambil Progesivisme Jhon Dewey,
kebijakan bidang pendidikan perlu Yogyakarta: Safaria Insania Press.
meningkatkan intensitasnya dalam
mengkaji aliran-aliran filsafat tersebut guna Pidarta, M. 2000. Landasan Kepedidikan,
diambil manfaatnya demi kemajuan Jakarta : Rineka Cipta.
pendidikan secara menyeluruh. Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu
Mewaspadai kelemahan disertai dengan Mengurai Ontologi, Epistimologi
mempertimbangkan keunggulan dari aliran dan Aksiologi Pengetahuan,
progresivisme dan esensialisme merupakan Bandung: Remaja Rosdakarya.
tindakan bijak.

DAFTAR PUSTAKA

Abudin, Nata. 1996. Filsafat Pendidikan


Islam. Ciputat: Wacana Ilmu
dan Pemikiran.

39

Anda mungkin juga menyukai