Anda di halaman 1dari 13

ALIRAN PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah:

PENGANTAR PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :

Ika Erawati, M.Pd.

Disusun oleh :
Rikco Yusron Pamungkas
Bainis Sofi
Kurnia Wakhidatus Sofa
Isnaini Ayuningtyas
Nevi Ana Amelia Hapsari
Muthi’a Rosyida Alifuddina

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS / 1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

BANTUL YOGYAKARTA INDONESIA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penyusun panjatkan


pada Illahi Rabbi, Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga tugas ini dapat terselesaikan tanpa adanya kendala yang berarti.
Shalawat serta salam penyusun setia lantunkan pada baginda nabi agung
Muhammad, SAW, yang telah memapah kita semua dari jalan kegelapan hingga
jalan Islam yang terang benderang ini.

Berkat rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan paper ini


tepat pada waktunya. Walaupun begitu, kiranya masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini.Sehingga peran serta semua pihak dalam hal kritik
dan saran membangun sangatlah kami butuhkan untuk bisa membuat makalah
yang lebih baik di waktu mendatang.Besar harapan kami apabila makalah ini
dapat berguna bagi setiap pihak dan kalangan yang membaca serta
mempelajarinya.

Yogyakarta, 19 September 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan
untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan
benar dan tepat tujuan, jika pendidik memiliki gambaran yang jelas
tentang siapa manusia itu sebenarnya.

Pemahaman pendidik terhadap sikap hakikat manusia akan


membentuk peta tentang karateristik manusia. Peta ini akan menjadi
landasan serta memberi acuan bagi pendidik dalam bersikap, menyusun
strategi, metode, dan teknik, serta memilih pendekatan dan orientasi dalam
merancang dan melaksanakan komunikasi didalam interaksi edukatif.

Dengan begitu, terciptalah aliran aliran dalam Pendidikan. Pendidikan


memiliki banyak sekali aliran, baik itu aliran tradisional maupun aliran
modern dalam Pendidikan. Aliran Progresivisme adalah salah satu aliran
Pendidikan Modern, yang saat ini digunakan menjadi landasan Pendidikan
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Progresivisme?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya aliran Progresivisme?
3. Apa perbedaan Aliran Progresivisme dan Eksistensialisme?
4. Bagaimana prinsip pendidikan aliran Progresivisme?
5. Bagaimana pandangan aliran Progresivisme dalam pendidikan?
6. Apa tujuan aliran endidikan progresivisme?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu aliran Progresivisme.
2. Mengetahui sejarah terbentuknya aliran Progresivisme.
3. Mengetahui perbedaan Progresivisme dan Eksistensialisme.
4. Mengetahui prinsip pendidikan aliran Progresivisme.
5. Mengetahui pandangan-pandangan aliran Progresivisme terhadap
pendidikan.
6. Mengetahui tujuan aliran Progresivisme.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menggunakan metode studi
pustaka, dimana penyusun mendapatkan sumber dari buku dan intermet
yang kemudian disusun dan dijabarkan kembali dengan bahasa yang sesuai
dengan kemampuan diri sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Progresivisme

Progresivisme menurut Bahasa, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia


berarti kemajuan; berhaluan kearah kebaikan sakarang; dan bertingat-
tingkat naik. Dengan begitu, dapat diartikan bahwa Progresivisme adalah
Gerakan perubahan kearah yang lebih baik. Jika diartikan ke dalam proses,
Progresivisme berarti menghendaki suatu kemajuan, yang mana kemajuan
tersebut dapat membuat perubahan.1

Dalam hal artian Progresivisme, ada pendapat lain yang menyebutkan


Progresivisme adalah aliran yang menginginkan kemajuan dengan cepat.
Menurut pandangan Gerald Lee Gutek, progresivisme lebih menekan
kearah kata “Progrress” yang menyatakan bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lingkungannya
dengan kecerdasannya.

Selaras dengan itu, Muhmidayeli juga mengatakan bahwa Pendidikan


bukan hanya sekedar pemberian pengetahuan ke subjek didik, melainkan
harus berisi aktifitas-aktifitas yang mengarah ke peningkatan kemampuan
berfikir secara menyeluruh, sehingga subjek didik dapat berfikir secara
sistematis, dan mampu membuat jalan keluar alternatif dari masalah yang
dihadapinya.2

Aliran progresivisme bermuara dengan pendapat William James dan


John Dewey dari aliran filsafat pragmatisme, yang menekankan pada
manfaat hidup praktis. Maksudnya adalah aliran ini menekankan pada
pemaksimalan pada potensi manusia untuk mencari jalan keluar dari
maalah yang dihadapinya.
1
Anton M Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Jakarta 2020
2
M. Fadillah, Aliran Progresivisme dalam Pendidikan di Indonesia, Jurnal Dimensi
Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1, Universitas Muhammadiyyah Ponorogo, Ponorogo,
2017, h. 18
Dari pengertian tersebut, progresivisme sering dikaitkan dengan istilah
the liberal road to cultural. Maksudnya adalah liberal yang bersifat
fleksibel, tidak kaku, dan terbuka. Progresivisme sangat menghargai cara
manusia dalam memecahkan masalah sesuai dengan masalah-masalah
yang dihadapi.

Progresivisme juga sering dinamakan dengan instrumentalisme,


eksperimentalisme, dan environmentalisme. Dinamakan instrumentalisme
karena Progresivisme beranggapan bahwa kemampuan inteligensi
manusia dapat digunakan sebagai alat untuk hidup, kesejahteraan dan
mengembangkan kepribadian manusia.

Disebut sebagai eksperimentalisme karena progresivisme menyadari


dan menggunakan proses eksperimen untuk menentukan kebenaran suatu
teori.

Dinamakan juga environmentalisme karena progresivisme


menganggap lingkungan hidup mempengaruhi pembinaan kepribadian.3

B. Sejarah Progresivisme

Awal mula lahirnya aliran progresivisme ialah dilatar belakangi


ketidak puasan terhadap pelaksanaan pendidikan yang sangat tradisional,
cenderung otoriter dan peserta didik hanya dijadikan sebagai objek
pembelajaran. Menurut Gerald Lee Gutek, Aliran ini berakar dari
semangat pembaharuan sosial pada awal abad ke 20 yakni gerakan
pembaharuan politik Amerika. Adapun aliran progresif pendidikan
Amerika mengacu pada pembaharuan pendidikan di Eropa barat.4

Pendapat lain menyebutkan bahwa aliran progresivisme secara


historis telah muncul pada abad ke-19, namun perkembangannya secara

3
Djumransjah, Filsafat Pendidikan, Bayumedia Publishing, Bandung, 2007, h. 176
4
M. Fadillah, Aliran Progresivisme dalam Pendidikan di Indonesia, Jurnal Dimensi
Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1, Universitas Muhammadiyyah Ponorogo, Ponorogo,
2017, h. 19
pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, khususnya di negara Amerika
Serikat.5

Kedua pendapat tersebut meskipun sedikit berbeda pandangan, namun


dapat ditarik benang merahnya yaitu perkembangan aliran progresivisme
ini secara pesat terjadi pada abad ke-20.

Menurut sejarah munculnya aliran progresivisme ini sangat


dipengaruhi oleh tokoh-tokoh filsafat pragmatisme sebagaima telah
disebutkan di atas, seperti Charles S. Peirce, William James dan John
Dewey, serta aliran ekspereimentalisme Francis Bacom. Selain itu, adalah
John Locke yang merupakan tokoh filsafat kebebasan politik dan J.J.
Rousseu dengan ajarannya tentang kebaikan manusia telah dibawa sejak
lahir.6

Adapun pemikiran-pemikiran yang berpengaruh terhadap


perkembangan aliran progresivisme adalah pemikiran Johan Heinrich
Pestalozzi, Sigmund Freud, dan John Dewey. Pemikiran ketiga tokoh
tersebut merupakan inspirasi bagi aliran progresivisme.

Johann Heinrich Pestalozzi, seorang pembaharu pendidikan Swiss


pada abad 19, menyatakan bahwa pendidikan seharusnya lebih dari
pembelajaran buku, dimana merangkul kesuluruhan bagian pada
anakemosi, kecerdasan, dan tubuh anak. Pendidikan lama, menurut
Pestalozzi, seharusnya dilakukan di sebuah lingkungan yang terikat secara
emosional dengan anak dan memberi keamanan pada anak. Pendidikan
tersebut seharusnya juga dimulai di lingkungan anak sejak dini dan
melibatkan indera anak pada benda-benda di sekililingnya.

Pengaruh pemikiran Sigmund Freud terhadap pendidik progresif ialah


melalui kajian kasus Histeria (gangguan pada syaraf), Freud mengusut
pada asal usul penyakit mental ini dari masa kanak-kanak. Orang tua yang
otoriter dan lingkungan tempat tinggal anak sangat memengaruhi kasus

5
Muhmiyadeli, Filsafaat Pendidikan, Refika Aditama, Bandung, 2011, h. 151
6
Muhmiyadeli, Filsafaat Pendidikan, Refika Aditama, Bandung, 2011, h. 152
tersebut. Kekerasan/penindasan, khususnya pada masalah seksual dapat
menjadi penyebab penyakit syaraf yang dapat menganggu perkembangan
anak bahkan sampai mereka dewassa.

Adapun pengaruh pemikiran John Dewey dan para pengikutnya ialah


didasarkan pada penjelasannya yang menyatakan bahwa pendidikan
progresif merupakan sebuah gerakan yang tepat sebagai perkumpulan para
penentang paham tradisionalisme. Kebanyakan dari mereka terinspirasi
pada paham naturalis Eropa seperti Rousseau dan Pestalozzi, dari teori
psikoanalisis Freudian dan neo Freudian, serta penganut aliran sosial
politik Amerika dan juga paham John Dewey instrumentalisme
pragmatik.7

C. Perbedaan Progresivisme dan Eksistensialisme

Aliran Progresivisme maupun Eksistensialisme adalah aliran


Pendidikan modern. Kedua aliran ini sama-sama mementingkan subjek
didiknya. Namun, tentu ada perbedaan antara Eksistensialisme dan
Progresivisme.

Progresivisme adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan


anak untuk dapat menghadapi kehidupan sosial dalam lingkungan
masyarakat, juga merupakan aliran falsafah pendidikan yang mendukung
perubahan dalam penyelenggaraan Pendidikan.

Sedangkan Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang


mengutamakan kebebasan manusia untuk mengaktualisasikan dirinya.
Pandangan eksistensialisme ini adalah bahwa pendidikan merupakan
upaya untuk membebaskan manusia dari hal-hal yang mengikatnya
sehingga terwujudnya eksistensi manusia ke arah yang lebih manusiawi
dan beradab. Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia menjadi
manusia yang bermoral, cerdas dan dapat bertanggung jawab. Melalui

7
M. Fadillah, Aliran Progresivisme dalam Pendidikan di Indonesia, Jurnal Dimensi
Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1, Universitas Muhammadiyyah Ponorogo, Ponorogo,
2017, h. 19-20
pendidikan, anak diharapkan memiliki sikap yang baik, pengetahuan yang
luas, dan keterampilan yang optimal.8

D. Prinsip Progresivisme

Menurut progresivisme proses pendidikan memiliki dua segi, yaitu


psikologis dan sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat
mengetahui tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang
akan dikembangkan. Dari segi sosiologis, pendidik harus mengetahui
kemana tenaga-tenaga itu harus dibimbingnya.9

Menurut Ahmad Ma’ruf, sebagaimana yang dikutip M. Fadillah dalam


jurnalnya, ada beberapa prinsip pendidikan yang ditekankan pada aliran
progresivisme, yaitu:

1. Proses pendidik berawal dan berakhir pada anak.


2. Subjek didik adalah aktif bukan pasif.
3. Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing atau pengarah.
4. Sekolah harus kooperatif dan demokratif.
5. Aktivitas lebih fokus dalam pemecahan masalah, bukan untuk
pengajaran materi kajian.

E. Pandangan Progresivisme

Bagi Progresivisme, segala sesuatu harus diarahkan kedepan, yang


dibelakang hanyalah catatan-catatan yang berguna untuk dipelajari dan
ditampilkan kembali pada masa sekarang.10

Menurut Progresivisme, berfikir dengan kecerdasan adalah pegangan


utama Pendidikan yang signifikan. Terlebih lagi jika difahami dalam
8
Muthmainnah, Pemikiran Progresivisme dan Eksistensialisme pada Pendidikan Anak
Usia Dini, Gender Equality: Internasional Journal of Child and Gender Studies, Vol. 6, No. 1,
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh, 2020, h.
24
9
M. Fadillah, Aliran Progresivisme dalam Pendidikan di Indonesia, Jurnal Dimensi
Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1, Universitas Muhammadiyyah Ponorogo, Ponorogo,
2017, h. 20
10
Ilun Mualifah, Progresivisme John Dewey dan Pendidikan Partisipatif Perspektif
Pendidikan Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 01, No. 01, IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2013, h. 105
konteks yang lebih luas, seperti multiple intelligence; berarti yang
dikembangkan bukan hanyakecerdasan yang bersifat linier matematis.11

1. Pandangan Progresivisme Terhadap Pendidikan

Progresivisme membedakan antara pengetahuan dan


kebenaran. Penetahuan merupakan kumpulan kesan-kesan dan
penerangan yang terkumpul dari pengalaman-pengalaman yang
siap digunakan. Sedangkan kebenaran adalah hasil tertentu dari
usaha untuk mengetahui, memiliki dan mengerahkan beberapa
segmen agar dapat menimbulkan petunjuk yang mulanya kacau.12

2. Pandangan Progresivisme Terhadap Nilai

Progresivisme tidak membedakan secara tegas antara nilai


intrinsik dan nilai instrumental. Dua hal ini saling berkaitan seperti
halnya pengetahuan dan kebenaran. Misalkan kesehatan itu
bernilai baik, tidak semata-mata suatu ilustrasi tentang nilai
intrinsic, melainkan dinilai secara operasional, berarti kesehatan
akan mendatangkan kesejahteraan.13

3. Pandangan Progresivisme Terhadap Belajar

Menurut aliran progresivisme belajar dilaksanakan berangkat


dari asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, melainkan
manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang,
yang berbeda kemampuannya, aktif, kreatif, dan dinamis serta
punya motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.14

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam belajar


menurut pandangan progresivisme, di antaranya:
11
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode, cet, 9, ANDI, Yogyakarta,
1997, h. 29
12
Ilun Mualifah, Progresivisme John Dewey dan Pendidikan Partisipatif Perspektif
Pendidikan Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 01, No. 01, IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2013, h. 106-107
13
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode, cet, 9, ANDI, Yogyakarta,
1997, h. 32
14
Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan,
Rajawali Press, Jakarta, 2012, h. 89
a. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar
perorangan.

b. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar melalui


pengalaman.

c. Memberi motivasi dan bukan perintah.

d. Mengikut sertakan anak didik di dalam setiap aspek


kegiatan yang merupakan kebutuhan pokok anak.

e. Menyadarkan pada anak didik bahwa hidup itu dinamis.15

4. Pandangan Progresivisme Terhadap Kurikulum

Dalam pandangan progresivisme kurikulum merupakan


serangkaian program pengajaran yang dapat mempengaruhi anak
belajar secara edukatif, baik di lingkungan sekolah maupun di
luar. Menurut Amir Ma’ruf sebagaimana yang dikutip M. Fadillah,
kurikulum dalam padangan progresivisme ialah sebagai
pengalaman mendidik, bersifat eksperimental, dan adanya rencana
serta susunan yang teratur.16

Menurut Jalaluddin dan Abdullah Idi, aliran Progresivisme


menginginkan murikulum berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang dialami manusia.17 Namun, Progresivisme tidak
menginginkan mata pelajaran diberikan secara terpisah, melainkan
terintegrasi dalam unit dan mengutamakan metode Problem
Solving.

Dengan begitu, pandangan aliran Progresivisme dalam


kurikulum sangat relevan pada kurikulum Indonesia, tepatnya

15
Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan,
Rajawali Press, Jakarta, 2012, h. 88
16
M. Fadillah, Aliran Progresivisme dalam Pendidikan di Indonesia, Jurnal Dimensi
Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1, Universitas Muhammadiyyah Ponorogo, Ponorogo,
2017, h. 22
17
Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan,
Rajawali Press, Jakarta, 2012, h. 91
kurikulum tahun 2013, yang mulai diberlakukan pada akhir tahun
2013 atau awal 2014. Dengan kata lain, Kurikulum 2013 berusaha
untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap
dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh
peserta didik melalui pengetahuan di bangku sekolah.

F. Tujuan Progresivisme

Tujuan Pendidikan adalah memberikan keterampilan dan alat-alat


yang bermanfaat untuk berintegrasi dengan lingkungan yang berada dalam
proses perubahan secara terus menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat
adalah keterampilan pemecahan masalah Problem Solving, dalam
memecahkan masalah.

Proses belajar terpusatkan pada perilaku dan sangat berevolusi


kooperatif dan disiplin diri dimana kebudayaansangat dibutuhkan dan
sangat berfungsi dalam masyarakat.

Tujuan Pendidikan menurut Progresivisme sangat senada dengan


tujuan Pendidikan nasional yang ada di Indonesia. Menurut Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pengertian ini, maka Progresivisme sangat sejalan


dengan tujuan Pendidikan yang ada di Indonesia. Pandangan mengenai
belajar, filsafat Progresivisme memiliki konsep bahwa anak didik
mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu
kelebihan dibandingkan dengan mahluk-mahluk lain.18

18
Jurnal Universitas Tadaluko, Palu, 2020
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Pendidikan, ada banyak aliran yang memiliki prinsip berbeda-


beda. Salah satunya adalah Progresivisme, yang mengedepankan
kebebasan subjek didik dan memusatkan Pendidikan kepada subjek didik.
Aliran ini menginginkan Pendidikan didasari oleh permasalahan sehari-
hari subjek didik, dan menginginkan subjek didik untuk menyelesaikan
masalah itu berdasarkan dengan pengalaman yang ia miliki.

Dengan begitu, aliran Pendidikan ini sangat relevan dengan dasar


Pendidikan di Indonesia sekarang ini, yaitu kurikulum 2013. Kurikulum
ini tidak memisah-misah pelajaran, dan membuat subjek didik belajar dari
masalah-masalah yang ia hadapi sehari-hari.

B. Saran

Pendidikan adalah suatu hal yang penting dalam hidup manusia,


sebagaimana pepatah mengatakan bahwa yang membedakan manusia
dengan binatang adalah akalnya. Dengan begitu, penting bagi manusia
untuk belajar, menambah pengalaman serta Pendidikan yang dimiliki,
untuk bertahan hidup, menyelesaikan segala masalah yang ia punya.
Dengan begitu, penyusun berharap makalah ini dapat menjadi
pelajaran pada pembaca untuk kedepannya. Agar pembaca dapat
memahami aliran Pendidikan yang ada, dan dapat membedakannya.

Anda mungkin juga menyukai