DOSEN PEGAMPU
RINI FITRIAN, M.PD.B.I
DI SUSUN OLEH
FEBRI ANGGRIAWAN
JAJA RAMADHAN
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur tak habis-habisnya diucapkan kepada Allah SWT yang
telah memberi segala nikmat kesehatan dan kesempatan, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Tidak lupa pula, shalawat dan salam buat Nabi akhir zaman Muhammad SAW yang
penuh kasih sayang telah membawa umatnya menuju jalan kebenaran, dan buat semua keluarganya,
para sahabat serta seluruh pengikutnya yang tidak luput dari mengikuti sunnahnya hingga hari akhir,
dengan ucapan: Allahummasalli a’la Muhammad wa’ala alihi washahbihi ajma’in.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit pula rintangan dan hambatannya. Pemakalah
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, hal ini semata-mata karena keterbatasan
kemampuan pemakalah sendiri. Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan masukan berupa kritik dan
saran yang membangun untuk kemajuan pemakalah dimasa yang akan datang.
BAB 1
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pendidikan di Indonesia masih banyak dan beragam yaitu kualitas pendidikan yang masih rendah
dan pemerataan pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan nasional masih belum tercapai. Pendidikan
adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa,
maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai
tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Peranan
filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat,
memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan
praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan?
Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat pendidikan?
Bagaimana peranan filsafat dalam pembangunan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Pendidikan
John S. Brubacher dalam bukunya yang populer “Modern Philosophies of Education” mengemukakan bahwa
filsafat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu pendidikan atau paedagogiek. Terhadap
filsafat, maka seni pendidikan harus menantikan suatu pola untuk bertindak. Filsafat tidak akan mewujudkan
teorinya menjadi kenyataan, hanya dengan memikirkan teori-teori saja. Seni pendidikan atau mendidik dapat
menjadi laboratorium untuk menguji perbedaan pendapat filosofi secara empiris.
Menurut John Dewey filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,
baik yang menyangkut daya pikir (intekektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju kearah tabiat
manusia, maka filsafat dapat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan.
Seperti yang disampaikan oleh Prof.Dr. Hasan Langgulung (dalam Djumransjah 2006:51-52) filsafat pendidikan
merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai media untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskannya, serta menerapkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin
dicapainya. Jadi filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman manusia merupakan tiga elemen dalam satu
kesatuan yang utuh.
Filsafat Pendidikan Realisme : merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme
berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak
lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa
tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John
Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
Filsafat Pendidikan Materialisme : berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual
atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach.
Filsafat Pendidikan Pragmatisme: dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada
filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami.
Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey,
Heracleitos.
Filsafat Pendidikan Progresivisme : bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat
bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus
terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini :
George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
Filsafat Pendidikan Esensialisme : Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya
dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa
pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Beberapa
tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Filsafat Pendidikan Perenialisme : Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.
Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan
progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia
dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut,
yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins
dan Ortimer Adler.
Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme : merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir
didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-
masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg
pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam
aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari :
Standar Kompetensi Lulusan
Standar Isi
Standar Proses
Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Standar Sarana dan Prasarana
Standar Pengelolaan
Standar Pembiayaan Pendidikan
Standar Penilaian Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Penerapan/implementasi filsafat ilmu dalam pendidikan (Ihsan, 2010:6) adalah penerapan filsafat ilmu dalam
upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Perkembanagan IPTEK membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan social dan kebudayaan umat
manusia, yang meliputi beberapa aspek antara lain komunikasi, transportasi, mekanisasi industri, pertanian dan
persenjataan, termasuk di dalamnya adalah pendidikan. Perkembangan IPTEK di samping banyak menimbulkan
perubahan dalam nilai-nilai,baik nilai sosial, budaya, spiritual, intelektual maupun material juga menimbulkan
kebutuhan baru, aspirasi baru dan sikap hidup baru.
Hal itu menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan yang diwujudkan dalam rekonstruksi kurikulum.
Mengingat pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga
mempersiapkan SDM unggul agar mampu hidup pada masa kini dan yang akan datang.
Perkembangan IPTEK secara langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh terhadap kurikulum
pendidikan. Pengaruh langsung dari perkembangan ini adalah memberikan isi/materi atau bahan yang akan
disampaikan dalam pendidikan.
Pengaruh tidak langsung dari perkembangan IPTEK ini menyebabkan perkembangan masyarakat, yang tentunya
menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan masalah dengan pengetahuan dan
ketrampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan. Oleh sebab itu, perlunya usaha-usaha yang terus
menerus dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran agar selaras dengan perkembangan zaman.
Usaha-usaha tersebut antara lain meliputi (Mudyahardjo, 2002:97):
Perbaikan kurikulum secara terus menerus dapat di-up date
Isi muatan kurikulum dapat memenuhi kebutuhan stake holders
Isu-isu global perkembangan kontemporer dan nilai-nilai kearifan potensi lokal menjadi basik pendekatan
kurikulum
Pengembangan metode pengajaran yang bervariasi
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran
Akibat pengaruh globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan
dampak tersendiri bagi kehidupan manusia, baik dampak yang positif maupun maupun yang negatif. Dampak
yang positif salah satunya memberikan kemudahan bagi manusia memenuhi kebutuhannya secara cepat, efektif
dan efisien di segala lini aktivitas kehidupan. Sebaliknya dampak negatifnya tak kurang banyak, termasuk di
dalamnya sifat ketergantungan manusia olehn kemudahan fasilitas, di samping dampak-dampak lainnya yang
berhubungan dengan kehidupan sosial.
Implikasi nyata dalam dunia pendidikan membawa pengaruh terhadap model pendidikan dimana tuntutan
kurikulum dan pengajaran harus selalu up to date, disesuaikan dengan perkembangan yang ada, agar hasil dari
pengembangan kurikulum tidak ketinggalan zaman. Kenyataan seperti sebagaimana digambaarkan filsafat
progresivisme yang memandang bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh manusia dewasa ini karena
kemampuan manusia dalam mengembangkanberbagai ilmu, baik ilmu-ilmu sosial, budaya, maupun ilmu
pengetahuan alam.
Ide-ide sentral pendidikan yang dikembangkan dalam progresivisme ini berkisar pada penerapan dari konsep-
konsep rasionalitas, kebebasan dan kesamaan. Pendidikan adalah distribusi demokratis dan rasionalitas dengan
perlakuan yang seimbang (kewajiban dan hak) antara kebebasan dan kesamaan pada subjek didik. Hal ini
sebagaimana dikatakan Imam Barnadib bahwa menurut teori SDM, suasana pendidikan (kurikulum dan aspek-
aspek pembelajaran) mengikuti konsep pendidikan yang berpusat pada siswa dan mengutamakan perhatiannya
ke masa depan daripada masa lalu, yaitu tuntutan untuk survive mengikuti perkembangan zaman, terutamanya
perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan teknologi.
BAB III
PENUTUP
A. Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan sesuatu yang abstrak, ia
menjadi induk dari semua ilmu. Jika ada pertanyaan tentang penerapan peran filsafat dalam pendidikan,
maka sesungguhnya filsafat itu mendasari semua ilmu yang dikaji dalam pendidikan, misalnya ekonomi,
sosiologi, matematika, dan sebagainya.
B. Pendidikan merupakan suatu sistem yang dalam pelaksanaannya, perlu menggunakan filsafat sebagai
acuan dalam penyelenggaraan pendidikan. Filsafat tersebut digunakan sebagai nilai-nilai dan keyakinan-
keyakinan filsafat yang menjiwai, mendasari, dan memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2008. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: UPI
Badan Standar Nasional Pendidikan (http://www.bnsp-indonesia.org)
Diakses 18 September 2013
Djumransyah. 2004. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta
Mudyahardjo, Redja. 2002 Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: ROSDA
Rachman, Maman.2008. Filsafat Ilmu. Semarang: UNNES Press