Anda di halaman 1dari 17

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

“Filsafat Pendidikan”
(Moh. Ghufron)

Dosen Pengampu: Dr. Charles Rangkuti, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Ummu Aiman Hasibuan (2210110135)
Zahra Magfirah Maulana Nasution (2210110132)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & HUMANIORA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI MEDAN
2023/2024
A. Biografi Singkat Penulis

Ditulis oleh Moh Guhfron. Ia lahir di jombang, 12 September 1972. Ia pernah


menjadi dosen di UNHASY Tebuireng jombang, guru MAN Pesantren darul ulum,
dan SMU BPPT darul ulum jombang, MA ponpes assalam peterogan jombang, Dosen
UPN yaitu universitas Pembangunan nasonal Surabaya, Dosen UNIPA PGRI
Surabaya, dan dosen SKES ICME Medika jombang, termasuk dosen STIT UW
jombang, dan saat ini menjadi dosen tetap di STKIP PGRI Tulungagung. Adapun
beberapa karya ilmiah yang di hasilkan oleh Moh. Guhfron antara lain buku Ajar
kewarganegaraan, Sisiologi untuk sekolah menegah atas, Buku Ajar Pengembangan
Desain kurikulum, Buku Pendidikan Agama Islam untuk SD, SMP, dan PAI untuk
perguruan tinggi, Studi Ilmu Al- Qur’an, Studi Ilmu Hadist, dan Komunikasi
Pendidikan, dan buku Filsafat Pendidikan.

B. Latar Belakang

Filsafat seringkali dikaitkan dengan segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh
manusia, bahkan tidak pernah habis-habisnya. Dimana memiliki dua hal yaitu proses
berfikir dan hasil berfikir. Filsafat Pendidikan merupakan dua istilah yang berdiri pada
makna dan hakikat masing-masing, namun Ketika keduanya digabungkan ke dalam
suatu tema khusus, maka ia pun memiliki makna tersendiri yang menunjuk ke dalam
suatu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan.
Dalam kata pengantar, penulis buku ini menyampaikan bahwasanya dalam dunia
akdemik perguruan tinggi orang disibukan dengan aktivitas kebenaran yang obyektif
baik itu di masa lalu dan seterusnya, masa mendatang. Penulis buku ini berharap
dapat menambah literatur dan buku teks di bidang Pendidikan, dan harapanya juga
dapat memberikan manfaat pada mahasiswa dan dosen di lingkungan perguran tinggi
STKIP Tulungagung dan lingkungan akdemik yang lain.

C. Daftar Isi Buku

Buku Filsafat Pendidikan ini membahas di antaranya: Pengertian Filsafat


Pendidikan (terdiri dari sub tema: pengertian filsafat Pendidikan, penerapan filsafat
Pendidikan, hubungan filsafat dan Pendidikan, ruang lingkup filsafat Pendidikan,

1
urgensi filsafat Pendidikan); Visi dan misi filsafat Pendidikan (terdiri dari sub tema:
pengertian visi Pendidikan, pengertian misi Pendidikan, urgensi visi dan misi dalam
pencapaian tujuan Pendidikan, dasar Pendidikan, tujuan Pendidikan, azas-azas
Pendidikan); Hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan social (terdiri dari sub
tema: pengertian hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan social, hakekat
manusia dengan dimensi- dimensinya, keberadaan hakekat diri manusia sebagai
makhluk alamiah, keberadaan hakekat diri manusia sebagai makhluk social);
Kebutuhan dan pola hubungan antar manusia sebagai insan Pendidikan (terdiri dari
sub tema: kebutuhan dan pola hubungan manusia sebagai insan Pendidikan, manusia
sebagai makhluk yang perlu di didik dan mendidik diri, manusia sebagai makhluk
yang dapat dididik, manusia makhluk berpendidikan); Arti filssfat dan makna
Pendidikan (terdiri dari sub tema: arti filsafat, makna Pendidikan); Pendekatan filsafat
dalam Pendidikan (terdiri dari sub tema: pengertian pendekatan filsafat dalam
Pendidikan, pendekatan filsafat Pendidikan, hubungan antara filsafat dengan
Pendidikan); Ensesialisme dalam Pendidikan (terdiri dari sub tema: pengertian aliran
esensialisme, ciri-ciri utama, kelebihan dan kelemahan aliran esensialisme, implikasi
aliran essensialisme terhadap Pendidikan); Teori pengetahuan dan nilai Pendidikan
(terdiri dari sub tema: pengertian dan pengetahuan, pengertian nilai); Arti filsafat
dalam Pendidikan pandangan filsafat perenealisme (terdiri dari sub tema: pengertian
filsafat Pendidikan, aliran dalam filsafat Pendidikan); Pendidikan sebagai pelestarian
dan perubahan social (terdir dari sub tema: Pengertian Pendidikan, Pendidikan
sebagai pelestarian nilai, pengertian perubahan social, macam-macam konsep
perubahan social, Pendidikan dlam perspektif perubahan social); Demokrasi
Pendidikan (terdiri dari sub tema: pengertian demokrasi Pendidikan, prinsip-prinsip
demokrasi dalam Pendidikan, prinsip-prinsip demokrasi dalam pandangan islam,
demokrasi Pendidikan di Indonesia, permasalahan Pendidikan di Indonesia, usaha
dalam penyelesaian permasalahan Pendidikan di Indonesia, pentingnya
kepemimpinan yang demokrasi pada Pendidikan di Indonesia); Pendidikan sebagai
hak dan kewajiban semua warga negara (terdiri dari sub tema: pengertian Pendidikan,
tujuan Pendidikan, Pendidikan sebagai hak dan kewajiban semua warga negara);
Peningkatan kesempatan dan mutu Pendidikan (terdiri dari sub tema: peningkatan
kesempatan Pendidikan, mutu Pendidikan, karakteristik mutu Pendidikan,
peningkatan mutu Pendidikan, Upaya peningkatan mutu Pendidikan oleh pemerintah,
uapaya peningkatan mutu Pendidikan oleh guru); Pengembangan nilai untuk

2
Pendidikan manusia seutuhnya (terdiri dari sub tema: pengertian nilai, pengertian
Pendidikan manusia seutuhnya, pengembangan nilai dalam Pendidikan manusia
seutuhnya)

D. Garis-Garis Besar Isi Buku

Di bab 1, tentang pengertian filsafat dan pendidikan, moh guhfron dalam bukunya
mengatakan bahwa filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah, namun ketika
keduanya digabungkan ke dalam satu tema khusus, maka ia pun memiliki makna
tersendiri yang menunjuk ke dalam suatu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan.
Omar mohammad al-toumy al-syaibany juga menyebutkan bahwa filsafat pendidikan
adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang
pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan. Lalu M. Arifin juga
mengemukakan pula bahwa filsafat pendidikan adalah upaya memikirkan
permasalahan pendidikan1. Dan juga Ali khalil abu al ainain mengemukakan pula
bahwa filsafat pendidikan adalah upaya berfikir filosofis tealitas ke pendidikan dalam
segala, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang berguna bagi kemajuan
aktivitas pendidikan itu sendiri. Moh guhfron juga mengutip dari buku filsafat
pendidikan karangan Jalaludin dan Abdullah idi mengemukakan bahwa jhon S.
brubachen mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali
antara yang satu dengan lainnya. 2Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan
pemikiran manusia yang komprehensif. Moh guhfron juga menyebutkan tentang
urgensi filsafat pendidikan yaitu : (1) dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi
manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri, (2)seseorang dapat menjadi
orang yang dapat berfikir sendiri, memberikan dasar-dasar pengetahuan,
(3)memberikan pandangan yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan
merupakan kesatuan, (4)hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang
dimiliki oleh seorang tersebut. Sebab itu mengetahui pengetahuan-pengetahuan
terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri, (5)bagi seseorang pendidik
filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafat yang memberikan dasar-

1
Arifin, H.M. 1993. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
2
Jalaludin Dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan. 2012. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media

3
dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya
ilmu mendidik.

Di bab 2, berisi penjelasan tentang visi dan misi filsafat pendidikan. Menurut UU
Republik indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajar
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan negara. Moh
guhfron mengatakan visi dan misi adalah suatu komponen yang sangat diperlukan
dalam perencanaan suatu kegiatan. Apalagi perencanaan itu dapat memberikan
motivasi dan insprirasi untuk membangun kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
Visi dan misi diperlukan dalam pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan
diperlukan perencanaan program kerja kedepan yang harus di capai serta membentuk
cara-cara untuk mewujudkan program kerja tersebut. Moh guhfron menuliskan
pendapat ghaffar bahwa visi dipadang sebagai sebuah inovasi dalam proses
manajemen strategik karena baru pada akhir-akhir ini disadari dan ditemukan bahwa
visi itu amat dominan perannya dalam proses pembuatan keputusan, termasuk dalam
setiap pembuatan kebijakan dan penyusunan strategi. Moh gufhron juga mengatakan
dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap masyarakat
untuk dapat melakukan perubahan bahkan sikap dan tata laku dengan cara berlatih
dan belajar dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga meskipun sudah
selesai sekolah akan tetap belajar apa-apa yang tidak ditemui di sekolah. Tujuan
pendidikan juga akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Guhfron juga
menjelaskan pada buku nya tentang azas pendidikan yang merupakan suatu kebenran
yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir, baik pada tahap perancang maupun
pelaksanaan pendidikan.

Di bab 3, berisi penjelasan tentang hakekat manusia sebagai makhluk alamiah dan
sosial. Moh guhfron menjelaskan manusia seacara bahasa disebut juga insan, yang
dalam bahasa arabnya berasal dari kata nasiya yang berarti lupa, dan jika dilihat dari
kata dasar yaitu” al-uns” yang berarti jinak. Kata insan di pakai untuk menyebutkan
manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia menyesuaikan
diri dengan keadaanya yang baru di sekitarnya. Hakikat manusia tuhan menciptakan

4
makhluk yang mengisi dunia fana ini atas berbagai jenis dan tingkatan. Dan berbagai
jenis dan tingkat makhluk tuhan tersebut manusia adalah makhluk yang paling mulia
dan memiliki berbagai kelebihan. Secara filosofi hakikat manusia meruapakan
kesatuan integral dari potensi-potensi ensesial yang ada pada diri manusia yakni:
manusia sebagai makhluk pribadi/individu, manusia sebagai makhluk sosial, manusia
sebagai makhluk susila/moral. Gufron mengatakan manusia juga sebagai makhluk
alamiah yang mempunyai sifat dan ciri-ciri sebagaimana makhluk alamiah lainnya
yang terikat dengan hukum-hukum alamiah.

Di bab 4, berisi penjelasan tentang kebutuhan dan pola hubungan antar manusia
sebagai insan pendidikan. Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan
secara mendalam sampai ke akar-akarnya mengenal pendidikan. Dengan kemampuan
pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga dan mengembangkan
kelangsungan hidupnya. Moh gufhron juga mengatakan manusia adalah makhluk
yang sangat memerlukan pendidikan atau bisa di sebut dengan”homo educandum”.
Dalam UU Sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003, pendidikan diharapkan
dapat berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cukup, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Manusia perlu dididik dan mendidik diri. Berdasarkan konsep
hakikat manusia, dapat ditemukan lima prinsip antropologis yang melandasi
kemungkinan manusia akan dapat dididik yaitu: Prinsip potensialitas, prinsip
dinamika, prinsip individualitas, prinsip sosialitas, prinsip moralitas. bahkan moh
guhfron juga menuliskan pendapat M.J. langenveld memberikan indetitas kepada
manusia sebagai “Animal educabile”

Di bab 5, Arti filsafat dan makna pendidikan. Harun hadiwijono berpendapat bahwa
filsafat diambil dari bahasa yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari kata
filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu, menurut hadiwijoni
filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan, artinya
seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Guhfron
mengatakan tentang arti pendidikan, ia mengatakan pendidikan artinya itu sempit

5
yaitu sekolah atau pengajaran yang diselengarakan disekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah
terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan
yang sempurna dan sedaran penuh terhadap hubungan-hubungan serta tugas sosial
mereka.

Di bab 6, pendekatan filsafat dalam pendidikan. Menurut hasan shadini dalam


jalaludin filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada
hikmah dan kebijaksanaan. Menurut imam barnadib dalam jalaludin, filsafat sebagai
pandangan yang menyeluruh dan sistematis. 3Pengertian filsafat pendidikan menurut
al syaibani dalam jalaludin, filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur
yang menjadikan filsafat tersebut sebagai cara mengatur, dan menyelaraskan proses
pendidikan. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan
tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak
mungkin dapat di jangkau seluruhnya oleh sains atau ilmu pendidikan.

Di bab 7, Esensialisme dalam pendidikan. Moh guhfron mengatakan esensialisme


adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan manusia.
Esensialisme muncul pada zaman renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda
dengan progresivisme. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk
corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan
tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya
masing-masing. Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan
renaisans yang pertama adalah johan amos cornenius, yaitu agar segala sesuatu
diajarkan melalui indra, karena indra adalah pintu gerbang jiwa. Adapun tokoh kedua
adalah johan frieddrich herbart yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijakan tuhan. Artinya perlu ada penyesuaian
dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh herbart
disebut sebagai pengajaran. Tokoh ketiga william T. harris yang berpendapat bahwa
tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas berdasarkan susunan yang
tidak terletakkan dan bersendikan kesatuan spritual.

3
Barnadib, Imam. 1990. Filsafat Pendidikan (Sistem & Metode). Yogyakarta: Andi Offset

6
Di bab 8, berisi tentang teori pengetahuan dan nilai pendidikan. Moh guhfron
dalam bukunya mengatakan bahwa istilah ilmu pengetahuan merupakan suatu
pleonasme, yakni pemakaian lebih dari pada satu perkataan yang sama artinya.
Untuk pengertian yang dicakup kata inggris science cukuplah disebut ilmu saja tanpa
penambahan perkataan pengetahuan. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala
sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Adapun pengetahuan
menurut beberapa ahli disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu
yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu.
Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar,
merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.
Partanto Pius dalam kamus bahasa indonesia, pengetahuan dikataikan dengan segala
sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar. Sedangkan pengertian nilai
adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia. Adapun jenis-jenis nilai, dapat dikelompokkan dalam tiga nilai
besar yang secara umum dijadikan manusia sebagai standar (norma) bagi perilaku
mereka yaitu: nilai kebenaran, nilai kebaikan, dan nilai keindahan. Jadi ketiga nilai
tersebut ada dalam diri manusia seluruhnya, karena manusia bersatu dalam sebuah
karakter. Dan sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso adalah Nilai itu realitas
abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai memiliki sifat normatif, artinya
nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki
sifat ideal (das sollen). Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia
adalah pendukung nilai. Karakteristik nilai ada 5 macam yaitu; Umum dan abstrak,
konsepsional, nilai mengandung kualitas moral, nilai tidak selamanya realistik, nilai
bersifat campuran dalam bermasyarakat, cenderung bersifat stabil. Begitu pula
dijelaskan dengan nilai kegunaan yang dapat diperoleh dengan mempelajari filsafat
yaitu ilmu filsafat dapat digunakan sebagai pedoman dalam kenyataan kehidupan
sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.4

4
Fitri, Zaenal Agus. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

7
Di bab 9, berisi penjelasan tentang arti filsafat dalam pendidikan pandangan
filsafat perenealisme. Mohammad Noor Syam mengemukakan pandangan aliran
perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya
pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang
pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia
sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Tugas utama pendidikan adalah
mencerdaskan anak didik. Salah satu untuk mencerdaskan anak didik adalah dengan
mempersiapkan diri anak mulai dasar. Persiapan dasar ini diperoleh dari
pengetahuan tradisional seperti membaca, menulis, dan menghitung. Disamping
mendapatkan pengetahuan dasar, anak didik juga diharapkan memiliki etika atau
moral atau budi pekerti yang mulia yang sesuai dengan agama atau kepercayaan
masing-masing. Dimana setiap agama akan memerintahkan hidup mulia, hidup
dengan berprilaku baik terhadap sesama, masyarakat, guru maupun orang tua. Akan
tetapi dewasa ini telah terjadi krisis moral yang luar biasa yang menyebabkan anak
didik berjalan semuanya sendiri tanpa melihat dasar-dasar atau prinsip-prinsip moral
yang berlandasan ajaran agama masing-masing. Dengan melihat kondisi ini maka
kita perlu belajar kemasa lalu dimana para anak didik dengan hormatnya dan penuh
rasa tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Prinsip inilah yang
diinginkan oleh perenialisme.5

Di bab 10, berisi penjelasan pendidikan sebagai pelestarian dan perubahan sosial.
Kaitkan pendidikan dengan pelestarian nilai yaitu pendidikan berperan besar dalam
menanamkan nilai-nilai kepada generasi muda untuk melestarikan, memurnikan dan
mengidealkan kebiasaan masyarakat yang ada. Pendidikan sebagai kata kuncinya
harus dapat ditempatkan dan dimaknai sesuia dengan cita-cita luhur kemanusiaan,
yakni pendidikan yang berorientasi maju pada penguasa ilmu pengetahuan dan
teknologi di satu sisi, dan tujuan hidup mulia sebagai umat manusia dalam konteks
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan dalam makna dasarnya sebagai
upaya memanusiakan manusia dalam konteks universal, dan secara nasional mesti
berarti juga sebagai upaya mengindonesiakan segenap anak bangsa indonesia, selain
tetap melestarikan nilai-nilai etniknya sendiri. Sedangkan kaitan perubahan sosial
adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial,

5
Juhaya. 2005. Aliran-aliran Filsafat & Etika. Jakarta: Prenada Media.

8
termasuk aspek kebudayaan seperti norm, kebiasaan, kepercayaan, tradisi sikap, dan
pola tingkah laku dalam masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai yang ada sejak
zaman nenek moyang. Sistem pendidikan yang maju, sikap menghargai
pendapat/karya milik orang lain, orientasi masa depan, penduduk yang heterogen,
serta sistem pelapisan masyarakat terbuka. Hal-hal tersebut merupakan faktor
pendorong dalam perubahan sosial. Dan ada macam-macam konsep perubahan
sosial, antara lain;
a) Konsep kemajuan sosial
b) Konsep sosialistik mengenai perubahan
c) Teori perubahan siklus
d) Teori sejarah
e) Teori partikularistik dari perubahan sosial
f) Teori sosiologi tentang perubahan sosial
g) Sosiologi dan perubahan sosial6

Di bab 11, berisi tentang demokrasi pendidikan. Pendidikan yang demokratik


adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anak
untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan kemampuannya.
Pengertian demokratik ini disini mencakup arti baik secara horizontal maupun
vertikal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai
gagasan atau hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam pendidikan, dekmokrasi
ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha pada si anak didik dalam
sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan sosial, dan sebagainya). Dikalangan
Taman Siswa dianut sikap tutwuri handayani, suatu sikap demokratis yang
mengakui hak si anak untuk tumbuh dan berkembang menurut kodratnya. Prinsip-
prinsip demokrasi dalam pendidikan yaitu: (1) Hak asasi setiap warga negara untuk
perdulikan, (2) Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh
pendidikan, (3) Hak dan keempatan atas dasar kemampuan mereka. Prinsip- prinsip
demokrasi dalam pandangan islam disebutkan dalam surah Asy-Syura ayat 38, Surah
An-Nahl ayat 43, dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.

6
Wiryohandoyo, Sudarno. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

9
Di bab 12, berisi tentang pendidikan sebagai hak dan kewajiban semua warga
negara. Sesuai dengan pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 dalam perubahannya
yang keempat yang membahas mengenai pendidikan di Indonesia, tertulis dan
tercantum bahwa: Ayat 1, setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Ayat 2,
setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintahan wajib
membiayainya. Ayat 3, pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang. Ayat 4, Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurang 20% dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. Ayat 5, pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dijelaskan dalam UUD 1945,
pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Dengan kata lain pendidikan
merupakan tanggung jawab pemerintah yang diberikan kepada setiap warga negara
di Indonesia. Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dilakukan setiap orang dan
bilamana orang tersebut tidak melaksanakan maka akan mendapat sanksi.

Di bab 13, berisi tentang peningkatan kesempatan dan mutu pendidikan. Moh
guffron mengatakan dalam globaliasi saat ini, kita sangat sedih melihat kenyataan
bahwa anak-anak bangsa yang bisa mengisi kesempatan yang terbuka luas di seluruh
dunia hanya terbatas dalam bidang-bidang yang memberi nilai tambah yng relatif
rendah. Salah satu sebabnya adalah karena sumber daya manusia yang kita miliki
mutunya sangat rendah. Di bagian pengertian disini dijelaskan bahwa permetaan
dalam KKBI adalah meliputi seluruh bagian, tersebar kesegala penjuru, dan sama-
sama memperoleh jumlah yang sama. Dan perbuatan melakukan pemerataan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan
perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga
seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksaan pendidikan. Sedangkan
pengertian mutu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) yaitu, (ukuran) baik
buruk suatu benda, kadar, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb), kualitas,
berarti mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang
bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional

10
sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Di bagian karakteristik
mutu pendidikan, menurut Husaini Usman mengemukakan 13 (tiga) belas
karakteristik yaitu: Kinerja (performa), Waktu wajar (timelines), Handal (reliability),
Data tahan (durability), Indah (aesteties), Hubungan manusiawi (personal interface),
Mudah penggunaannya (easy of use), Bentuk khusus (feature), Standar tertentu
(comformence to specification), Konsistensi (concistency), Seragam (uniformity),
Mampu melayani (serviceability), Ketepatan (acuracy). Peningkatan mutu
pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal berikut: (1) Seleksi yang lebih
rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT. (2) Pengebangan
kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa pelatihan,
penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dll. (3)
Penyempurnaan kurikulum. (4) Penyempurnaan prasana yang menciptakan
lingkungan yang tentram untuk belajar. (5) Penyempurnaan sarana belajar seperti
buku paket, media pembelajaran dan peralatan laboratorium. (6) Peningkatan
administrasi khususnya yang mengenai anggaran. Upaya peningkatan mutu
pendidikan oleh pemerintah (kemendiknas). Upaya-upaya yang sedang dilakukan
pada saat ini adalah dengan melalui:

- Sertifikat
- Akreditasi
- Standarisasi
- Peningkatan Gaji dan Kesejahteraan Guru
- Alih Tugas Profesi dan Rekrutmen Guru Untuk Menggantikan Guru atau
Pendidik yang Dialih Tugaskan Ke Profesi Lain.
Peningkatan kesempatan pendidikan atau pemerataan pendidikan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa telah banyak langkah-langkah yang
ditempuh melalui cara konvesional (kesepakatan, kebiasaan) dan cara inovatif.
Sedangkan peningkatan mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal
yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen.7

7
Lukman. 2010. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. (online). (https://lukmancoroners. Blogspot. co. Id/2010/05/upaya-
peningkatan-mutu-pendidikan. html), diakses tanggal 04 Maret 2016.

11
Di bab 14, berisi tentang pengembangan nilai untuk pendidikan manusia
seutuhnya. Pendidikan Nilai adalah proses bimbinan melalui suri tauladan
pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang
didalamnya mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju
pembentukan pribadi peserta didik yang memiliki kecerdasan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara. Pendidikan Nilai mengandung
tiga unsur utama yaitu: Ontologis pendidikan nilai pertama-tama, pada latar
filsafat diperlukan aspek realitas yang dijangkau teori dan pendidikan nilai
melalui pengalaman pancra indera adalah dunia pengalaman manusia secara
empiris. Sedangkan Dasar Epistemologis diperlukan oleh pendidikan nilai atau
pakar pendidikan nilai demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan
bertanggung jawab, pendidikan nilai memerlukan pendekatan fenomena logis.
Dan Dasar Aksoilogi Sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga
memiliki satu kesatuan dasar aksiologinya, Sehingga nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.8Untuk
pengertian pendidikan manusia seutuhnya, pada dasarnya merupakan tujuan yang
hendak dicapai dalam konsep Value Education atau General Education yakni: 1)
manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang segala aspek kehidupan,
serta 2) memiliki keperibadian yang utuh. Istilah menyeluruh dan utuh
merupakan dua terminologi yang memerlukan isi dan bentuk yang disesuaikan
dengan konteks sosial budaya dan keyakinan suatu bangsa yang dalam bahasa
lain pendidikan yang dapat melahirkan: a) pribadi yang dapat bertaqarrub kepada
Allah dengan benar, dan b) layak hidup sebagai manusia. Sedangkan
pengembangan nilai dalam pendidikan manusia seutuhnya adalah dengan kodrat
dan hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaan seoptimal mungkin. Adapun
aspek pembawaan (potensi manusia) meliputi: Potensi jasmani yaitu fiiologis
dan pancraindra, dan potensi rohaniah yaitu psikologis dan budi nurani. Pada
dasarnya, pendidikan di semua intuisi dan tingkat pendidikan mempunyai muara
tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan masyarakat menjadi manuia
paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas dirinnya sendiri dan
lingkungan. Dalam sistem pendidikan Indonesia, tujuan pendidikan terebut secara

8
Notonagoro, 1987. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Penerbit Pancuran Tujuh: Jakarta.

12
eksplisit dapat dilihat pada UU RI nomor 22 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan
dengan UU tersebut.9

E. Kelebihan Buku
Buku filsafat pendidikan karya Moh.Guhfron sangat bermanfaat bagi mahasiswa.
Dan buku ini sangatlah bagus, baik dari segi cover buku dan tata bahasanya yang muda
dimengerti. Dan buku ini juga banyak mengambil pendapat tokoh tokoh pendidikan
filsafat dan membuat pembaca dapat memahami dengan secara jelas dan lengkap. Dan
setiap bagian pembahasannya dijelesakan secara detail.

F. Kekurang Buku
Buku ini mengunnakan bodynote sehingga saat ingin melihat referensi kita harus
melihatnya di daftar pustaka, bahkan bodynote nya sangat sedikit dipaparkan dibuku.
Lalu jika diperhatikan kembali pada buku ini banyak typo yg berserakan dan banyak
yang tidak di spasi bahkan koma maupun titik nya, sehingga kurang rapi untuk dilihat
oleh pembaca. Banyak kosakata yang dapat menyulitkan si pembaca untuk mengerti apa
artinya.

G. Kritik
Sebagai pembaca dan meriview buku Filsafat Pendidikan ini kami berharap agar
lebih memperhatikan ejaan, spasi, koma maupun titik pada buku ini. Dan pada bagian
penulisan bahasa asing sekaligus typo pada kosakatanya dapat diperhatikan lagi agar si
pembaca bisa lebih paham. Selain itu kami berharap agar sipenulis dapat meningkatkan
referensi yang jelas pada setiap bab nya.

H. Saran
Di dalam buku ini selain ada kekurangan dan ada juga kelebihannya, Kami sebagai
mahasiswa sangat terbantu dengan adanya buku Filsafat Pendidikan ini untuk mahasiswa
sebagai calon guru cocok buku ini dijadikan referensi selama belajar dan juga dapat
meningkatkan pemahaman serta menambah wawasan sebagai calon pendidik.

9
Andini. 2013. Kebutuhan dan Pola Hubungan Manusia. (online). (https://andinijs. Blogspot. co. Id/2013/10//kebutuhan-
dan-pola-hubungan-manusia.htm). (diakses pada tanggal 01 Maret 2016 09:18 WIB).

13
I. Persamaan Buku
Buku Filsafat Pendidikan karya Moh. Ghufron dengan buku Filsafat Pendidikan
Idealitas Pendidikan Islam karya M. Fahim Tharaba ada beberapa sub judul yang
memiliki pembahasan yang sama seperti pengertian filsafat pendidik. Begitu pula
ruang lingkup pada filsafat seperti Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologi dalam
Filsafat Pendidikan. Kemudian buku ini juga sama-sama membahas tentang Hakikat
manusia sebagai makhluk Pedagogik, serta Kedudukan Manusia sebagai makhluk
yang dapat dididik, mendidik, dan Pendidikan dalam Islam.

J. Perbedaan Buku
Buku Filsafat Pendidikan Islam dalam Idealitas Pendidikan Islam karya M. Fahim
Tharaba membahas tentang Ideal yang dapat mendukung proses memanusiakan
manusia menjadi manusia yang demokratis. Sedangkan buku Filsafat Pendidikan
karya Moh. Ghufron membahas tentang Upaya berfikir filosofis tealitas ke pendidikan
dalam segala hal, sehingga melahiran teori-teori pendidikan yang berguna bagi
kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri. Buku karya M. Fahim Tharaba ini mencoba
mengelaborasi konsep-konsep pendidikan yang berdasarkan isi kenyataan yang
sesungguhnya di dalam praktek pendidikan seperti bertujuan untuk membentuk
manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Dan buku karya Moh. Ghufron
tentang akademik perguruan tinggi orang disibukan dengan aktivitas kebenaran yang
objektif baik itu di masa lalu seterusnya dimasa yang akan datang.

K. Kesimpulan
Filsafat seringkali dikaitkan dengan segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh
manusia, bahkan tidak pernah habis-habisnya. Filsafat dan pendidikan merupakan dua
istilah yang berdiri pada makna dan hakikatnya masing-masing, namun ketika
keduanya digabungkan kedalam satu tema khusus, maka ia pun memiliki makna
tersendiri yang menunjuk ke dalam suatu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan.
Ketidak pun filsafat pendidikan telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang
berdiri sendiri, namun bukanlah berarti bahwa kajiannya hanya sekedar menelaah
sendi-sendi pendidikan dan atau filsafat semata. Filsafat pendidikan adalah bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem
maupun metode

14
Dengan demikian dari uraian tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang
menjadi objek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya
manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang
berhubungan dengan bagaimana pelaksaan pendidikan dan bagaimana tujuan
pendidikan itu dapat dicapai seperti dicita-citakan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. M. 1993. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Barnadib, Imam. 1990. Filsafat Pendidikan (sistem & metode). Yogyakarta: Andi Offset.

Fitri, Zaenal Agus. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di sekolah.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Jalaluddin, dan Adullah Idi, Filsafat Pendidikan. 2012. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Juhaya. 2005. Aliran –aliran Filsafat & Etika. Jakarta: Prenada Media.

Muhadjir, Noeng. 1981. Ilmu Pendidikan dan Perubahaan Sosial. Sarasin: Yogyakarta.

Notonagoro,1987. Pancasila secara Ilmiah Populer. Penerbit Pancuran Tujuh: Jakarta.

Wiryohanyono, Sudarno. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

16

Anda mungkin juga menyukai