Anda di halaman 1dari 39

2.

1 Pengertian Filsafat

“Apa itu filsafat?”. Filsafat sesungguhnya adalah metode yaitu cara, kecenderungan, sikap bertanya
tentang segala sesuatu. Sikap bertanya itu sendiri adalah filsafat, termasuk pertanyaannya “apa itu
filsafat?”. Karfena itu ketika kita bertanya sesungguhnya kita sedang berfilsafat dan dengan demikian
memperlihatkan secara konkret hakikat filsafat itu sendiri.[1]

Kata filsafat atau falssafat, berasal dari bahasa yunani, kalimat ini berasal dari kata philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka dan kata sophia
berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijksanaan (Ali, 1986:7). Hasan Shadily (1984:9) mengatakan
bahwa filsafat menurut asal katnya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik
suatu pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada
hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran,
berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.

Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philosopher (Inggris), dan orang arab menyebutnya
Failasuf, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi filosof. Pemikiran secara filsafat sering
diistilahkan dengan pemikiran filosofis.

Dalam pengertian luas Harol Titus, mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut:

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara kritis.

2. Filsafat addalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat
kita junjung tinggi.

3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.

4. Filsafat adalah analisa logis dari bahsa serta penjelasan tentang arti konsep.

5. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian manusia


dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat (Jalaluddin dan Said, 1994:9)

2.2. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Fakultas Tarbiyah

Filsafat merupakan kegiatan reflektif dan merupakan kegiatan akal budi, tetapi juga merupakan
perenungan dan merupakan suatu tahap lebih lanjut dari kegiatan rasional umum.Yang direfleksikan
adalah pada prinsipnya apa saja, tanpa terbatas pada bidang atau tema tertentu. Tujuannya untuk
memperoleh kebenaran yang mendasar, menelusuri makna dan inti segala inti. Oleh karena itu
filsafat merupakan eksploitasi tentang hakikat realita yang ada dalam kegiatan manusia ( Bakar &
Zubair, 1990:15).

Masalah pendidikan merupakan hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan
berkembang bersama perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya adalah
merupakan proses yang satu. Masalah pendidikan tidak dapat dipecahkan keseluruhan hanya
dengan menggunakan metode ilmiah semata-mata, akan tetapi untuk memecahkan masalah
pendidikan seseorang harus menggunakan analisa filsafat.

Kedudukan filsafat dalam pendidikan, dinyatakan sebagai fundamental, yang pada dasarnya tidak
dapat diganti oleh mata kuliah dasar lainnya. Filsafat merupakan sumber nilai dan norma hidup yang
menentukan warna dan martabat hidup manusia mendukungnya dan meyakininya, guru adalah
pelaksana kegiatan menambahkan nilai dan norma pendidikan, maka filsafat akan memberikan
sumber-sumber dasar dan pedoman yang menentukan arah dan tujuan nilai secara normativ akan di
tanamkan dengan jalan mendidiknya ( Saifullah, 1982:12).

Filsafat merupakan pandangan hidup menentukan arah dan tujuan proses pendidikan, karena itu
filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Pendidikan itu pada hakikatnya adalah
proses pewarisan nilai-nilai filsafat yang dikembangkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
kehidupan yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya. Sebagai seseorang pendidikan atau calon
pendidik di harapkan terlebih dahulu belajar filsafat pendidik, agar dapat mentransfer nilai-nilai dan
norma yyang terkandung dalam filsafat.

Filsafat pendidikan merupakan salah satu ilmu terapan, adalah cabang ilmu pengetahuan yang
memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru
khususnya.

Karena fungsi filsafat sangat penting dalam pendiddikan , maka fakultas tarbiyah sebagai fakultas
yang mencetak atau memproduksi calon pendidik, maka dalam fakultas tarbiyah mata kuliah filsafat
pendidikan merupakan MKDK ( Mata Kuliah Dasar Khusus ) yang wajib diikuti oleh mahasiswa,
khususnya mahasiswa Fakultas Tarbiyah. Sesuai dengan namanya tarbiyah yang berarti pendidikan.
Sebagai pendidik, meraka diharapkan dapat membantu dalam memecahkan problema-problema
yang ada dalam pendidikan islam.

Fakultas Tarbiyah pada dasarnya mengembangkan pendidikan Agama Islam yang bertujuan:

a) Membentuk manusia muslim Indonesia yang berciri intelektualitas di tengah-tengah kehidupan


yang sejahtera yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, yang mempunyai integritas kejujuran dan
intelektual serta keahlian dalam satu atau lebih dalam ilmu Tarbiyah.

b) Menghasilkan ahli pendidikan yang sesuai dengan profesionalitas yang mampu berpikir inovatif
dalam mengembangkan pendidikan keilmuan di bidang pendidikan Islam dan Pendidikan umum,
serta mampu menerapkan pengembangannya serta mengkomunikasikan ide-ide dan nilai-nilai
pendidikan nasional dalam menghadapi perubahan social dan memimpin modernisasi.

2.3 Urgensi Mempelajari Filsafat Pendidikan Bagi Calon Guru

Fakultas tarbiyah yang berkecimpung dalam masalah kependidikan dengan problema-problemanya,


maka keberadaan filsafat pendidikan tidak bisa diabaikan dan karenanya sangat perlu dipelajari dan
diperdalami. Menurut Woodsidge dalam Barnadib (1994:16) mempelajari dan memperdalam filsafat
pendidikan khususnya bagi mereka yang bergelut dengan ilmu pengetahuan dan keguruan, yang
mempunyai bebrapa alasan:

a) munculnya problem pendidikan dari masa ke masa yang menjadi perhatian para ahli (experts)
masing masing. Pendidikan merupakan uasaha manusia meningkatkan kesejateraaan lahir dan batin
suatu bangsa dan masyarakat. Buah pikiran seorang ahli yang bercorak dan bergagasan
berlandaskan filsafat seringkali mempengaruhi ahli piker yang lain.
b) dengan mempelajari filsafat pendidikan akan memiliki wawasan yang luas dan didapat secara
eksperimental dan empiric. Karenanya filsafat pendidikan merupakan bekal dalam meninjau
pendidikan problemanya secara kritis.

c) memepelajari filsafat juga mempengaruhi tuntutan intelektual dan akademik hal dikarenakan
filsafat meletakkan landasan berfikir logis, sistematis, kritis dan teratur, karenanya berfilsafat
pendidikan diharapkan memenuhi kemamapuan semacam itu sehingga berpengaruh pada
pembentikan pribadi. Pendidik yang baik, dan dengan mempelajarinya akan memiliki sikap
optimisme dan motivasi serta menggembirakan.

Hubungan filsafat pendidikan dengan program fakultas tarbiyah merupakan hubungan yang sangat
erat dan mempunyai nilai relevansi yang tnggi. Hal ini disebabkan keberadaan filsafat pendidikan
akan membantu memecahkan persoalan pendidikan islam dan dapat memebentuk kepribadian
pendidik, anak didik atau calon pendidik dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan, sehingga
nalurinya diharapkan tercipta manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur serta
berketermpilan memang dapat terwujud, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa untuk menjamin agar pendidikan itu benar dalam peosesnya
efektif , maka dibutuhkan landasan, terutama landasan bersifat filosofis maupun landasan ilmiah
sebagai asas normativ, dan juga sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan . filsafat pendidikan
merupakan sumber ide pendidikan yang menentukan pendidikan, memberi arah dan pedoman
sekaligus menjadi tujuan pendidikan itu sendiri.

Fakultas tarbiyah adalah merupakan bagian dari lembaga pendidikan, filsafat yang menjadi landasan
pendidikannya adalah ajaran islam. Dengan demikian filsafat pendidikan islam merupakan landasan
pokok dari program fakultas tarbiyah, dikarenakan secara realita fakultas tarbiyah adalah suatu
lembaga pendidikan yang dinafasi oleh ajaran islam

Dasar dan tujuan filsafat pendidikan islam pada hakikatnya identik dengan dasar tujuan ajaran islam
itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, alquran dan al hadist rosulullah (jalaluddin dan
said 1994:19). Menurut omar Muhammad al tomi al zaibani, filsafat pendidikan islam sebagaimana
filsafat pendidikan umum, adalah merupakan pedoman bagi perancang dan orang yang bekerja
dalam bidang pendidikan dan pengajaran islam. Filsafat pendidikan islam pada hakikatnya
merupakan landasan dasar bagi penyusunan suatu system pendidikan. Pemikiran filsafat pendidikan
islam menjadi pola dasar bagi para ahli pendidikan islam mengenai bagaimana system pendidikan
yang dikehendaki dan sesuai dengan konsep ajaran islam, yang berhubungan dengan pendidikan.

Adapun tujuan pendidikan islam itu herus sejalan dengan tujuan isi islam itu sendiri, yaitu
mempertinggi nilai-nilai akhlaqulkarimah. Tujuan tersebut sangat relevan dengan tujuan yang
terkandung dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam suatu
hadis dikatakan bahwa “sesungguhnya aku diutus adalah untuk membimbing manusia agar
mencapai akhlak yang mulya”.
Kemuliaan akhlak adalah factor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, menurut
pandangan islam pendidikan berfungsi menyiapkan manusia yang mampu menata kehidupan yang
sejahtera di dunia dan di akhirat.

Dalam kaitannya dengan program tarbiah secara impisif apa yang menjadi tujuan pendidikan islam
adalah juga merupakan tujuan dari pendidikan tarbiah, hal tersebut terdapat pada catalog fakultas
tarbiah IAIN Raden Fatah Palembang, fakultas tarbiah bertujuan mencetak dan menghasilkan
muslam intelek, bermoral dan bertanggung jawab.

Dengan demikian filsafat pendidikan, dalam hal ini filsafat pendidikan islam mempunyai hubungan
yang erat sekali dalam peranannya sebagai sumber idealisme pada program pendidikan fakultas
tarbiyah dalam menyiapkan dan menghasilkan sarjana pendidikan muslim yang sesuai dengan tujuan
pendidikan program fakultas tarbiyah.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kata filsafat atau falssafat, berasal dari bahasa yunani, kalimat ini berasal dari kata philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka dan kata sophia
berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijksanaan (Ali, 1986:7). Hasan Shadily (1984:9) mengatakan
bahwa filsafat menurut asal katnya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian dapat ditarik
suatu pengertian bahwa filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada
hikmah dan kebijaksanaan. Jadi orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran,
berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.

Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philosopher (Inggris), dan orang arab menyebutnya
Failasuf, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi filosof. Pemikiran secara filsafat sering
diistilahkan dengan pemikiran filosofis.

Dalam pengertian luas Harol Titus, mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut:

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara kritis.
2. Filsafat addalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat
kita junjung tinggi.

3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.

4. Filsafat adalah analisa logis dari bahsa serta penjelasan tentang arti konsep.

5. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian manusia


dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat (Jalaluddin dan Said, 1994:9).

Hubungan filsafat pendidikan dengan program fakultas tarbiyah merupakan hubungan yang sangat
erat dan mempunyai nilai relevansi yang tnggi. Hal ini disebabkan keberadaan filsafat pendidikan
akan membantu memecahkan persoalan pendidikan islam dan dapat memebentuk kepribadian
pendidik, anak didik atau calon pendidik dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan, sehingga
nalurinya diharapkan tercipta manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi luhur serta
berketermpilan memang dapat terwujud, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Rani Qoimatus Salafiyah

Kamis, 19 November 2015

FUNGSI DAN URGENSI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

FUNGSI DAN URGENSI

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Ahmad Falah, M, Ag

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/0/03/Logo_STAIN_Kudus_Jawa_Tengah.jpg

Disusun Oleh :

1. Indana Alva Chusna (1310210002)

2. Rani Qoimatus Salafiyah (1310210009)

3. Tri Bowo Krismawanto (1310210020)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

JURUSAN TARBIYAH (PBA)

TAHUN 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai dua arti, dalam arti luas dan arti sempit. Pendidikan dalam arti luas adalah
semua orang yang berkewajiban membina anak-anak, secara alamiah semua anak, sebelum mereka
dewasa menerima pembinaan dari orang-orang dewasa agar mereka dapat berkembang dan
bertumbuh secara wajar. Kedua pendidik ini diberi pelajaran tentang pendidikan dalam waktu relatif
lama agar mereka dapat menguasai ilmu itu dan terampil melaksanakannya di lapangan.

Kegiatan pendidikan tersebut melalui suatu proses perpindahan (transmisi), baik dalam bentuk
informal, formal, maupun non formal. Bahkan lebih jauh Lodge mengatakan bahwa Pendidikan dan
proses hidup dan kehidupan manusia itu berjalan serempak, tidak terpisah satu sama lain, Life is
education and education is life.

Dengan demikian pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan berproses
sejalan dengan dinamikanya hidup serta perubahan-perubahan yang terjadi. Sehingga diperoleh
relevansi dan kemampuan menjawab tantangan serta memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
oleh manusia.

Dalam mempelajari filsafat pendidikan islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar,
sistematis, logis dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan. Pemikiran filsafah pada hakekatnya
adalah usaha menggerakkan semua potensi psikologis manusia seperti pemikiran, kecerdasan,
kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan tentang gejala kehidupan terutama manusia dan
alam sekitarnya sebagai ciptaan Tuhan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian filsafat pendidikan Islam?

2. Apa fungsi filsafat pendidikan Islam?

3. Apa urgensi filsafat pendidikan Islam?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertiaan Filsafat Pendidikan Islam

Tidak semua masalah kependidikan bisa dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah semata-
mata. Banyak diantara masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan-
pertanyaan filosofis, yang memerlukan pendekatan-pendekatan filosofis pula dalam pemecahannya.
Analisa filsafat terhadap masalah-masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara
pendekatannya, akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-
masalah kependidikan, dan atas dasar itu bisa disusun secara sistematis teori-teori pendidikan.
Disamping itu jawaban-jawaban yang dikemukakan oleh jenis dan aliran filsafat tertentu sepanjang
sejarah terhadap problematika pendidikan yang dihadapinya, menunjukkan pandangan-pandangan
tertentu, yang akan memperkaya teori-teori pendidikan.[1]

Pengertian filsafat pada bahasa asalnya Yunani Kuno adalah “cinta akan kebenaran atau hikmah”.
Sedangkan pengertian filsafat secara umum dapat diketahui bahwa filsafat itu bukanlah hikmah itu
sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha untuk mendapatkannya. Dengan pengertian
itu, maka filosof adalah orang yang mencintai hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian padanya, dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selain itu, mencari hakekat sesuatu,
berusaha menghubungkan sebab dan akibat dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman
manusia.[2]

Filosof pendidikan dan juga filosof umum telah berusaha mencari yang hak dan hakekatnya serta
masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Jadi filsafat pendidikan adalah pelaksanaan
pandangan filsafat dan kaidahnya dalam bidang pendidikan. Sedangkan filsafat pendidikan Islam
terbentuk dari perkataan filsafat, pendidikan dan Islam. Penambahan kata Islam di akhir gabungan
kata tersebut dimaksudkan untuk membedakan filsafat pendidikan Islam dari pengertian yang
terkandung dalam filsafat pendidikan umum. Dengan demikian filsafat pendidikan Islam mempunyai
pengertian khusus yang ada kaitannya dengan ajaran agama Islam.

John dewey, seorang filosof Amerika sebagaimana dikutip oleh Imam Barnadib (1997:15)
mengatakan bahwa filsafat adalah teori umum dari pendidikan. Filsafat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dari pengalaman yang banyak terdapat dalam
lapangan pendidikan. Sebuah contoh: konsep mengenai pandangan dunia dan hidup, dapat menjadi
landasan penyusunan konsep, tujuan dan metodologi pendidikan, di dukung oleh pengalaman
pendidik dalam menuntun pertumbuhan dan perkembangan anak.[3]

Selanjutnya setiap filsafat pendidikan perlu terlebih dahulu menjelaskan corak manusia yang
dikehendaki atau yang hendak di capai, sebab pada akhirnya setiap tata nilai suatu pendidikan
tergantung pada kualitas dan watak manusia yang di idealkan.

Apabila sesuatu yang di idealkan tidak sesuai dengan filsafat yang digunakan maka akan terjadi
ketidak cocokan (inconsistency), tidak hanya dalam kiprahnya tetapi juga dalam tingkah lakululusan
serta kedalaman mutu yang tidak dapat diabdikan dalam masyarakat tidak dapat dilanjutkan pada
suatu proses pendidikan yang lebih tinggi sehingga merendahkan harkat dan martabat lulusannya,
baik dilihat dari segi intelektual maupun dari segi perilaku fungsionalnya.

Dari sini dapat diketahui bahwa filsafat pendidikan Islam adalah konsep berpikir tentang pendidikan
yang bersumberkan atau berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam tentang hakekat kemampuan
manusia untuk dapat dibina dan dikembangakan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang
seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam.

Filsafat pendidikan Islam juga dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan filosofis dari sistem
dan aliran dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat Islam. Di samping itu, filsafat
pendidikan Islaam juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerapan metode dan sistem
filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam, selanjutnya memberikan
arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam. Sehingga filsafat
pendidikan Islam bisa dikatakan lebih bersifat tradisional dan kritis. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Imam Barnadib bahwa filsafat pendidikan itu mempunyai dua corak, yaitu corak
tradisional dan corak filsafat yang kritis. Filsafat tradisional adalah filsafat sebagaimana adanya,
sistematika, jenis serta alirannya sebagaimana dijumpai dalam sejarah.[4]

Secara khusus filsasfat pendidikan Islam adalah suatu analisis atau pemikiran rasional yang dilakukan
secara kritis, radikal, sistematis, dan medologis untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakekat
pendidikan.

B. Fungsi Filsafat Pendidikan Islam

Sebagai teori umum mengenai sistem pendidikan, maka filsafat pendidikan Islam menjadi
sangat penting. Filsafat Pendidikan Islam berfungsi sebagai peletak dasar bagi kerangka dari sistem
pendidikan yang akan berfungsi sebagai cara untuk mengaplikasikan ajaran agama Islam di bidang
pendidikan, dengan tujuan yang identik dengan tujuan yang akan dicapai ajaran Islam itu sendiri.

Selanjutnya, jika pendidikan merupakan proses pelaksanaan mencapai tujuan, maka filsafat
pndidikan Islam berfungsi sebagai pedoman dasar dari sistem yang harus ditelusuri oleh proses
pelaksanaan itu sendiri. Filsafat pendidikan Islam dengan demikian berfungsi sebagai pembentuk
nilai-nilai bagi pendidikan Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka filsafat pendidikan Islam
berusaha meletakkan dasar pemikirannya pada tujuan yang memuat konsep tentang akhlak yang
mulia.

Dua sasaran pokok yang juga termuat dalam tujuan filsafat pendidikan Islam adalah
meletakkan dasar pemikiran sistem pendidikan yang berdimensi ganda. Dimensi petama adalah
untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Dimensi kedua
berhubungan dengan fitrah kejadian manusia, yaitu sebagai pengabdi Allah yang setia.[5]

Hasan Langgulung dalam bukunya Asas-asas pendidikan Islam, telah membahas tentang
fungsi filsafat pendidikan menjadi sembilan kelompok penting yaitu:[6]

1. Untuk memahami sistem pengajaran

2. Menganalisa konsep-konsep dan istilah-istilah

3. Mengkritik asumsi-asumsi dan fakta-fakta

4. Membimbing asas-asas pendidikan

5. Menerima perubahan-perubahan dasar


6. Membimbing sikap para guru dan pengajar

7. Membangkitkan dialog dan persoalan

8. Menghilangkan pertentangan pendidikan, dan

9. Meneruskan rencana-rencana baru

Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa harus ada pembaharuan dan inovasi
pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan hari esok, sebab pendidikan pada dasarnya menyiapkan
generasi-generasi masa depan.

Kegunaan filsafat secara umum ialah untuk memperoleh pengertian (makna) dan untuk menjelaskan
gejala atau peristiwa alam dan sosial. Itu berarti orang yang berfilsafat harus berpikir obyektif atas
hal-hal yang obyektif, bukan menghayal. Dari situlah, para ahli di bidang tersebut telah banyak
meneliti secara teoritis mengenai kegunaan Filsafat Pendidikan Islam. Omar Mohammad al-Toumy
al-Syaibany misalnya mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari Filsafat Pendidikan Islam
tersebut sebagai berikut:[7]

1. Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang
melaksanakannya dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses
pendidikan. Di samping itu, ia dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta
meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan dan keputusan
termasuk rancangan-rancangan pendidikan mereka. Selain itu ia juga berguna untuk memperbaiki
peningkatan pelaksanaan pendidikan serta kaidah dan cara mereka mengajar yang mencakup
penilaian, bimbingan dan penyuluhan.

2. Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang
menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran yang
baik. Dalam pengertian yang terbaru, penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang
dilakukan oleh sekolah, institusi-institusi pendidikan secara umum untuk mendidik angkatan baru
dan warga Negara dan segala yang berkaitan dengan itu.

3. Filsafat pendidikan Islam akan menolong dalam memberikan pendalaman pikiran bagi faktor-
faktor spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di Negara kita.

Berdasarkan pada kutipan di atas timbul kesan bahwa kegunaan dan fungsi filsafat pendidikan islam
ternyata amat strategis. Ia seolah-olah menjadi acuan dalam memecahkan berbagai persoalan dalam
pendidikan. Hal ini disebabkan karena yang diselesaikan filsafat pendidikan islam itu adalah bidang
filosofinya yang menjadi akar dari setiap permasalahan kependidikan. Dengan berpedoman pada
filsafat pendidikan ini setiap masalah pendidikan akan dapat dipecahkan secara komprehensif,
intergrated, dan tidak parsial, tambal sulam atau sepotong-potong.

Namun demikian, uraian tentang fungsi filsafah pendidikan Islam tersebut memberi kesan terlalu
umum dan abstrak. Fungsi filsafat pendidikan yang lebih kongkret lagi dijelaskan oleh Ahmad D.
Marimba. Menurutnya, filsafat pendidikan dapat menjadi pegangan pelaksanaan pendidikan yang
menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian muslim. Generasi-generasi baru ini
selanjutnya akan mengembangkan usaha-usaha pendidikan dan mungkin mengadakan
penyempurnaan atau penyusunan kembali filsafat yang mendasari usaha-usaha pendidikan itu
sehingga membawa hasil yang lebih besar.

Selanjutnya Muzayyin Arifin mengatakan, bila dilihat dari fungsinya maka filsafat pendidikan Islam
merupakan pemikiran mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan
Islam. Oleh karena itu, filsafat ini juga memberikan gambaran tentang sampai di mana proses
tersebut dapat direncanakan dan dalam ruang lingkup serta dimensi bagaimana proses tersebut
dilaksanakan. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam itu juga bertugas
melakukan kritik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam itu
serta sekaligus memberikan pengarahan mendasar tentang bagaimana metode tersebut harus
digunakan atau diciptakan agar efeltif untuk mencapai tujuan. Dari uraiannya ini, lebih lanjut
Muzayyin Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam itu seharusnya bertugas dalam 3
(tiga) dimensi, yakni:

1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan yang
berdasarkan ajaran Islam.

2. Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut.

3. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan tersebut.

Dengan memperhatikan uraian tersebut dapat diketahui ternyata filsafat pendidikan Islam berfungsi
mengarahkan dan memberikan landasan pemikiran yang sistematik, mendalam, logis, universal, dan
radikal terhadap berbagai masalah yang beroperasi dalam bidang pendidikan dengan menempatkan
Al-Qur’an sebagai dasar acuannya. Dengan demikian, jika dijumpai permasalahan yang terdapat
dalam bidang pendidikan, maka cara penyelesaiannya yang ideal dan komprehesif harus dimulai dari
tinjauan filosofinya, karena pemecahan yang ditawarkan filsafat pendidikan ini sifatnya menyeluruh,
komprehensif, mendasar, dan sistematis, sebagaimana hal itu menjadi cirii khas dari pemikiran
filsafat.[8]

Pendidikan Islam mempunyai peranan yang penting sekali dalam perkembangan ilmu pengetahuan
itu, yaitu untuk mengarahkannya kepada kebaikan dan menjadikannya bermanfaat bagi manusia
yang dapat menumbuhkan iman serta menyuburkan pertumbuhannya. Menurut pendapat Ali
Saifullah H.A bahwa apabila seseorang mempelajari ilmu filsafat pendidikan ataupun Filsafat
Pendidikan Islam harus mengetahui sejauh mana manfaatnya, sebagaimana disebutkan olehnya:[9]

1. Memberikan kesempatan kepada setiap pendidik untuk membiasakan diri mengadakan


perenungan mendalam terhadap teori, betapa pun kurang atau belum sempurnanya teori tersebut.

2. Akan memberikan pengertian yang mendalam akan problem esensial dan dasar pertimbangan
mana yang harus kita gunakan dalam menyelesaikan problem pendidikan.

3. Membiasakan para pendidik dan guru agar mengutamakan berfikir kritis dan reflektif dalam
meyelesaikan problem-problem kehidupan dan penghidupan manusia, dan terutama problema yang
mendasar dalam pendidikan.

4. Memberikan kesempatan pada pendidikan dan guru untuk selalu berusaha meninjau kembali
pandangan dasar-dasar filsafat pendidikan yang selama ini diyakini kebenarannya.

5. Bahwa berdasar atas kenyataan keragaman aliran-aliran filsafat pendidikan, dalam pengertian
betapa banyak pandangan tentang dasar-dasar dan tujuan pendidikan, maka dituntut kepada
mereka para pendidik dan guru untuk meninjau segala perbedaan tersebut secara kritis, reflektif,
bebas, dan terbuka.

C. Urgensi Filsafat Pendidikan Islam


Dalam menentukan suatu filasafat pendidikan, sekalipun dengan maksud sederhana
mempunyai kepentingan yang sangat besar bagi setiap pendidikan yang berusaha ke arah perbaikan,
kemajuan dan bangunan dasar. Pendidikan tidak akan tumbuh, berkembang dan selaras dalam
bidang kemajuan, selagi tidak bersandar pada pemikiran filsafat yang selalu disertai dengan
perubahan pembaharuan dalam dunia yang selalu bertarung dengan ilmu dan teknologi.

Jadi filsafat pendidikan yang baik haruslah memberi pedoman kepada perancang-perancang
dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Hal tersebut akan
mewarnai segala perbuatan mereka dengan hikmah, menghubungkan uaha-usaha pendidikan
mereka dengan filsafat umum, untuk negara dan bangsa, disamping juga menjauhkan dari sifat-sifat
meraba dan mencari penyelesaian yang cepat dalam menyelesaikan masalah pendidikan.

Zuhairini memberikan penjelasan terhadap pentingnya filsafat pendidikan Islam, yakni bahwa
filsafat pendidikan Islam sebagai bagian dari filsafat Islam dan sekaligus juga sebagai bagian dari ilmu
pendidikan. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam berperan dalam mengembangakan filsafat
Islam, dan memperkaya filsafat Islam dengan konsep-konsep dan pandangan filosofis dalam bidang
kependidikan. Dan ilmu pendidikan pun akan dilengkapi dengan teori-teori kependidikan yang
bersifat filosofis Islami.

Sedangkan secara praktis (dalam prakteknya), filsafat pendidikan Islam banyak berperan
dalam memberikan alternatif-alternatif pemecahan berbagai macam problem yang dihadapi oleh
pendidikan Islam, dan memberikan pengarahan terhadap perkembangan pendidikan Islam:

a. Pertama-tama filsafat pendidikan Islam akan menunjukkan problema yang dihadapi pendidikan
Islam, sebagai hasil dari pemikiran yang mendalam, dan berusaha untuk memahamiduduk
masalahnya.

b. Filsafat pendidikan Islam dapat memberikan pandangan tertentu tentang manusia (menurut
Islam). Pandangan tentang hakekat manusia tersebut, berkaitan dengan tujuan pendidikan menurut
Islam. Filsafat pendidikan dapat berperan untuk menjabarkan tujuan umum pendidikan Islam
tersebut, dalam bentuk tujuan-tujuan khusus yang operasional. Dan tujuan yang operasional ini
berperan untuk mengarahkan secara nyata gerak dan aktivitas pelaksanaan pendidikan.

c. Filsafat pendidikan Islam dengan analisanya terhadap hakekat manusia, berkesimpulan bahwa
manusia mempunyai potensi pembawaan yang harus ditumbuhkan dan dikembangakan.

d. Filsafat pendidikan Islam, dalam analisanya terhadap masalah-masalah pendidikan Islam masa
kini yang dihadapinya, akan dapat memberikan informasi apakah proses pendidikan Islam yang
berjalan selama ini, mampu mencapai tujuan pendidikan Islam yang ideal atau tidak, dapat
merumuskan dimana letak kelemahannya, dan dengan demikian bisa memberika alternatif-alternatif
perbaikan dan perkembangannya.[10]

Dengan demikian peranan filsafat pendidikan Islam mempunyai dua arah, yaitu pertama ke
arah pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikan Islam, yang secara otomatis akan
mengahsilkan teori-teori baru dalam ilmu pendidikan Islam, dan ke dua ke arah perbaikan dan
pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan Islam.

Inilah diantara yang terpenting yang kita peroleh dari menemukan, memahami, dan mengkaji
filsafat pendidikan. Faedah ini seharusnya mendorong kita untuk menciptakan filsafat pendidikan,
karena kita akan mendapat bahan penting dan asasi ke arah perbaikan kualitas pendidikan kita.
Kalau kita membicarakan pentingnya filsafat pendidikan untuk umat Islam yaitu filsafat pendidikan
yang berasal dari prinsip-prinsip dan ruh Islam, maka sudah termuat dan terwakili oleh batasan-
batasan di atas dan kita tinggal memindahkan saja ke dalam filsafat pendidikan Islam.

Akhirnya dari pembahasan yang sudah panjang lebar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
urgensi dan fungsi filsafat pendidikan Islam bagi guru, pengajar maupun pakar pendidikan Islam
tidak perlu diragukan lagi. Karena pendidikan tanpa dijiwai oleh filsafat pendidikan tidak akan
berjalan dengan baik dan sempurna serta akan kesulitan dalam menentukan arah dan tujuan yang
diharapkan.

Hubungan pendidikan dan filsafat adalah suatu keharusan, karena filsafat itu sendiri sebagai
teori dasar, konsep umum, pedoman dan kompas kemana seharusnya pendidikan itu difungsikan
dengan baik dan tepat. Sedangkan pendidikan itu adalah hasil dari penerapan tentang teori filsafat
yang telah direncanakan dengan matang, mendalam dan kritis tentang tujuan yang diharapkan.

Tujuan filsafat pendidikan pada hakekatnya identik dengan tujuan ajaran Islam. Keduanya berasal
dari sumber yang sama yaitu al-Qur’an dan Hadis. Filsafat pendidikan Islam berperan ke dua arah
yaitu pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikan Islam, yang secara otomatis akan
menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu pendidikan Islam, dan yang ke dua ke arah perbaikan dan
pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan Islam (peranan teoritis dan praktis).[11]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terdapat bergagai macam pendapat yang mengemukakan tentang fungsi filsafat pendidikan
Islam, dan dari pendapat- pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam
berfungsi untuk mengarahkan dan memberikan landasan pemikiran yang sistematik, mendalam,
logis, universal, dan radikal terhadap berbagai masalah yang beroperasi dalam bidang pendidikan
dengan menempatkan Al-Qur’an sebagai dasar acuannya.
Zuhairini memberikan penjelasan terhadap pentingnya filsafat pendidikan Islam, yakni bahwa
filsafat pendidikan Islam sebagai bagian dari filsafat Islam dan sekaligus juga sebagai bagian dari ilmu
pendidikan. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam berperan dalam mengembangakan filsafat
Islam, dan memperkaya filsafat Islam dengan konsep-konsep dan pandangan filosofis dalam bidang
kependidikan. Dan ilmu pendidikan pun akan dilengkapi dengan teori-teori kependidikan yang
bersifat filosofis Islami.

B. Saran

Demikianlah hasil makalah kami, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pembuatan makalah
selanjutnya yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.

Al Syaibany. Falsafah Al Tarbiyah Al IslamiyahTerjemah Hasan Tanggulung. Jakarta: Bulan Bintang:


1979.

Jalaluddin, dkk. Filsafat Pendidikan Islam (Konsep dan Perkembangan Pemikiran): Jakarta.1996.

Adri Efferi. Filsafat Pendidikan Islam. Kudus: Nora Media Enterprise. 2011.

Abudin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997.
Abdul Aziz. Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam. Yogyakarta.
Sukses Offset. 2009.

[1] Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1992. Hlm. 16.

[2] Al Syaibany. Falsafah Al Tarbiyah Al Islamiyah. Terjemah Hasan Tanggulung. Jakarta: Bulan
Bintang. 1979. Hlm. 26.

[3] Adri Efferi. Filsafat Pendidikan Islam. Kudus: Nora Media Enterprise. 2011. Hlm. 10-11

[4] Abdul Aziz. Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam. Yogyakarta.
Sukses Offset. 2009. Hal. 12-13

[5] Jalaluddin, dkk. Filsafat Pendidikan Islam (Konsep dan Perkembangan Pemikiran) Jakarta.1996.
Hlm. 27

[6] Adri Efferi. Op.cit., Hlm. 23

[7] Abudin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997. Hlm. 17

[8] Ibid, hlm. 18-19

[9]Abdul Aziz. Op.cit., Hlm. 27

[10] Adri Efferi. Op.cit., Hlm. 23-25

[11] Ibid,. Hlm. 27

Unknown di 19.03

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Unknown

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.


DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

A.Sonny Keraf dan Mikhael Dua. 2005. Ilmu Pengetahuan : Sebuah tinjauan filosofis. Yogyakarta.
Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).

Jalaluddin. 1997. Filsafat Pendidikan.Jakarta: Gaya Media Pratama.

Pendidikan Agama Islam

Sabtu, 23 April 2011

URGENSI DAN KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

BAB II
PEMBAHASAN

URGENSI DAN KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A. Urgensi filsafat pendidikan islam

Pertanyaan yang perlu dikemukakan dalam pembahasan ini adalah untuk apa mempelajari filsafat
pendidikan Islam? Jawaban terhadap pertanyaan ini merupakan jawaban aksiologis biasanya
mempertanyakan guna dan fungsi suatu ilmu pengetahuan. Sudah dapat diduga bahwa setiap ilmu
sudah pasti memiliki kegunaan, termasuk juga ilmu filsafat pendidikan Islam. Secara umum, Knight
menuturkan Empat urgensi mempelajari filsafat pendidikan, yaitu:

1) Membantu para pendidik menjadi paham akan persoalan-persoalan mendasar pendidikan.

2) Memungkinkan para pendidik untuk dapat mengevaluasi secara lebih baik mengenai berbagai
tawaran yang merupakan solusi bagi persoalan-persoalan pendidikan.

3) Membekali para pendidik berfikir klarifikatif tentang tujuan-tujuan hidup dan pendidikan.

4) Memberi bimbingan dalam mengembangkan suatu sudut pandang yang konsisten secara internal,
dan dalam mengembangkan suatu progam pendidikan yang berhubungan secara realistis dengan
konteks dunia global yang lebih luas.

Dengan nada berbeda, Imam Barnadib, yang mengutip pendapat Brubacher, mengatakan bahwa
filsafat pendidikan sewajarnya dipelajari oleh mereka yang memperdalam ilmu pendidikan dan
keguruan. Alasannya adalah:

1) Berbagai masalah pendidikan selalu timbul dari zaman kezaman, yang menjadi perhatian ahlinya
masing-masing. Pendidikan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa dan
masyarakat secara rasional., dan tak jarang suatu pemikiran mempengaruhi pemikiran yang lain.
Gagasan dan solusi yang berlandaskan filsafat sering timbul dari para pemikir. Oleh karena itu,
filsafat pendidikan perlu dipelajari.

2) Orang yang mempelajari filsafat pendidikan akan memiliki pandangan-pandangan yang


jangkauannya melampaui hal-hal yang ditemukan secara empiris atau exsperimental oleh ilmu
pengetahuan. Dari sini, ia diharapkan memiliki bekal untuk meninjau masalah-masalah pendidikan
secara kritis.

3) Dengan berlandaskan pada asas bahwa berfilsafat adalah berfikir logis, runtut, teratur dan kritis,
maka berfilsafat pendidikan berarti memiliki kemampuan intelektual dan akademik. Dari sini,
mempelajari filsafat pendidikan berarti mengandung optimism dalam membentuk pribadi pendidik
yang baik.

Setelah mengetahui betapa penting dan urgennya Filsafat Pendidikan Islam, langkah berikutnya
adalah mengetahui fungsi atau kegunaan filsafat pendidikan Islam

B. Kegunaan filsafat pendidikan islam

Kegunaan filsafat secara umum ialah untuk memperoleh pengertian (makna) dan untuk menjelaskan
gejala atau peristiwa alam dan sosial. Itu berarti orang yang berfilsafat harus berpikir obyektif atas
hal-hal yang obyektif, bukan menghayal.
Dari situlah para ahli dibidang tersebut telah banyak meneliti secara teoritis mengenai kegunaan
Filsafat Pendidikan Islam. Umar Muhammad Al-Tomi Al-Saidany misalnya mengemukakan tiga
manfaat dari mempelajari Filsafat Pendidikan Islam tersebut sebagai berikut:

1) Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang
melaksanakannya dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses
pendidikan. Disamping itu dia dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta
meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan dan peningkatan tindakan dan keputusan
termasuk rancangan-rancangan pendidikan mereka. Selain itu ia juga berguna untuk memperbaikia
peningkatan pelaksanaan pendidikan serta faedah dan cara mereka mengajar yang mencangkup
penilaian, pembimbingan dan penyuluhan.

2) Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang
menyeluruh. Penilaian pendidikan itu dianggap persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran yang
baik. Dalam pengertian yang terbaru penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang
dilakukan oleh sekolah, institusi pendidikan secara umum untuk mendidik angkatan baru dan warga
Negara dan segala yang berkaitan dengan filsafat.

3) Filsafat pendidikan akan menolong dalam memberikan pendalaman pemikiran bagi faktor-faktor
spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, dan politik dinegara kita.

Sedangkan kegunaan Filsafat Pendidikan Islam menurut Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam
kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam
yang diuraikan dalam “At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha“ yaitu:

1) Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak
adalah jiwa pendidikan Islam.

2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh
perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh
perhatian kepada keduanya sekaligus.

3) Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan
ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra,
kesenian, dalam berbagai jenisnya.

4) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai
profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam
hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.

5) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam
tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian
pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai
kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.

Al-Syaibany khusus menjelaskan bahwa mempelajari filsafat pandidikan Islam memiliki beberapa
kegunaan sebagai berikut:

a) Filsafat pendidikan Islam dapat membantu para perencana dan para pelaksana pendidikan untuk
membentuk suatu pemikiran yang sehat tentang pendidikan.

b) Filsafat pendidikan Islam merupakan asas bagi upaya menentukan berbagai kebijakan pendidikan.

c) Filsafat pendidikan dapat dijadikan asas bagi upaya menilai keberhasilan pendidikan.
d) Filsafat pendidikan dapat dijadikan sandaran intelektual bagi mereka yang berkecimpung dalam
dunia praksis pendidikan. Sandaran ini digunakan sebagai bimbingan ditengah-tengah maraknya
berbagai aliran atau system pendidikan yang ada.

e) Filsafat pendidikan Islam dapat dijadikan dasar bagi upaya pemberian pemikiran pendidikan
dalam hubungannya dengan masalah spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, dan politik.

Berdasar pada kutipan diatas timbul kesan bahwa kegunaan dan fungsi filsafat pendidikan Islam
ternyata sangat strategis dia seolah-olah menjadi acuan dalam memecahkan permasalahan dalam
pendidikan. Hal ini disebabkan karena yang diselesaikan filsafat pendidikan Islam itu adalah bidang
filosofinya yang menjadi akar dari setiap permasalahan kependidikan. Dalam berpedoman pada
filsafat pendidikan setiap masalah pendidikan akan dapat dipecahkan secara komprehensif
integrated, dan tidak parsial, tambal sulam atau sepotong-sepotong. Melihat demikian besar jasa
yang dimainkan oleh filsafat,tidak mengherankan jika Al-Saibany lebih lanjut mengatakan seharusnya
filsafat pendidikan, amaliah pendidikan, dan pengajaran mendapat penghargaan dan penghormatan
dari pihak-pihak pelajar, para guru, dan orang-orang yang berkiprah dalam bidang pendidikan.
Dengan penghargaan dalam arti memanfaatkan jasa filsafat pendidikan sebaik-baiknya, mereka akan
memiliki sandaran dan rujukan intelektual yang berguna untuk membela tindakan-tindakannya
dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

Namun demikian, uraian tentang fungsi filsafat pendidikan Islam tersebut member kesan terlalu
umum dan abstrak. Fungsi filsafat pendidikan lebih konkrit lagi dijelaskan oleh Ahmad D. Marimba.
Menurutnya bahwa filsafat pendidikan dapat menjadi pegangan pelaksanaan pendidikan yang
menghasilkan generasi-generasi baru yang berkepribadian Muslim. Generasi-generasi baru ini
selanjutnya akan mengembangkan usaha-usaha pendidikan dan mungkin mengadakan
penyempurnaan atau penyusunan kembali filsafat yang mendasari usaha-usaha pendidikan itu
sehingga membawa hasil yang lebih besar. Pendapat yang terakhir ini memberi petunjuk bahwa
filsafat pendidikan Islam selain menjadi acuan bagi pendidikan dalam menghasilkan generasi yang
Islami, dihasrapkan juga dapat mendukung pengembangan konsep filsafat pendidikan Islam itu
sendiri. Dengan demikian pendapat yang terakhir ini Nampak lebih mengorientasikan filsafat
pendidikan pada upaya mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini tidak terlalu salah,
mengingat bahwa dari seluruh kegiatan dan aspek pendidikan yang ada, pada akhirnya memang
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Jadi seseorang boleh saja mengorbankan
atau merubah cara, tetapi tidak boleh begitu saja merubah atau mengorbankan tujuan pendidikan.

Selanjutnya Muzayyin Arifin yang pendapatnya banyak dikutip dalam pembahasan bab ini
mengatakan, bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat pendidikan Islam merupan pemikiran mendasar
yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh karena itu filsafat itu
juga memberikan gambaran tentang sampai dimana proses tersebut dapat direncanakan dan dalam
ruang lingkup serta dimensi bagaimana proses tersebut dilaksanakan selain itu dia juga mengatakan
bahwa filsafat pendidikan Islam juga bertugas melakukan kritik-kritik tentang metode-metode yang
digunakan dalam proses pendidikan Islam itu serta sekaligus memberikan pengarahan mendasar
tentang bagaimana metode tersebut harus didaya gunakan atau diciptakan agar efektif untuk
mencapai tujuan. Dari uarainya ini Muzayyain Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam
itu seharusnya bertugas dalam tiga (3) dimensi yakni:

1) Memberikan landasan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanan pendidikan yang


berdasarkan ajaran Islam.

2) Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan.


3) Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan.

Dengan memperhatikan uraian tersebut dapat diketahui ternyata filsafat pendidikan Islam berfungsi
mengarahkan dan memberi landasan pemikiran yang sistematik, mendalam, logis universal, dan
radikal terhadap berbagai masalah yang beroperasi dalam bidang pendidikan dengan menempatkan
Al-Quran sebagai dasar acuannya. Dengan demikian, jika dijumpai permasalahanyang terdapat
dalam bidang pendidikan, maka cara penyelesaiannya yang ideal dan komprehensif harus dimulai
dari tinjauan filosofisnya, karena pemecahan yang ditawarkan filsafat pendidikan ini sifatnya
menyeluruh, komprehensif, mendasar dan sistematis, sebagaimana hal itu menjadi ciri khas dari
pemikiran filsafat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan Filsafat Pendidikan Islam

 Membantu pembentukan akhlak yang mulia

 Persiapan untuk kehidupan didunia dan diakherat.

 Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran sehingga pelajar tidaka hanya Mengetahui atau mengkaji
ilmu bukan sekedar ilmu.

 Menyiapkan pelajar dari segi professional, teknis dan perusahaan supaya ia dapat menguasai
profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu.

 Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.

Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam

 Menolong para perancang pendidikan dan orang–orang yang melaksanakannya untuk membentuk
watak yang sehat terhadap suatu sistem pendidikan dalam suatu Negara.

 Menjadi azaz yang terbaik untuk penilaian pendidikan dalam arti yang menyeluruh.

 Menolong dalam memberikan pendalaman pemikiran bagi factor-faktor spiritual, kebudayaan,


social, ekonomi, dan politik Negara kita.

 Menolong para perancang pendidikan Menjadi azaz yang terbaik untuk penilaian, Menolong dalam
memberikan pendalaman pemikiran

 Memberikan landasan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan pendidikan Islam

 Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan pendidikan itu.

Pada akhir makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena makalah ini masih jauh dari
taraf kesempurnaan, dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga selesainya makalah ini dan semoga si pembaca dapat mengambil hikmah dan
mendapatkan apa yang terkandung di dalamnya, dan tujuan kami hanya untuk pembelajaran dan
semata-mata hanya utuk mencari keridloan Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Suharto, Toto. 2006, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz.

Nata, Abuddin. 1996. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos.

Said, Umar. 1994. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, (terj.) Hasan Langgulung,
Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

http://www.google.com, kegunaan filsafat pendidikan islam: 08 desember 2008.

Muhammad Ainul khafid di 09.56

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

My Profile

Foto saya

Muhammad Ainul khafid

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI MALANG

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Link next

www.kompasiana.com

Urgency filsafat pendidikan

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi ide-ide filosofis ke dalam masalah-masalah pendidikan.


Begitupun sebaliknya, praktik-praktik pendidikan juga bisa menyumbang gagasan terhadap
perbaikan ide-ide filosofis tersebut. Sebab pendidikan itu berkaitan dengan dunia ide juga aktivitas
praktis. Ide-ide yang baik memiliki implikasi yang baik pula terhadap praktik-praktik pendidikan.
Di samping praktik-praktik pendidikan yang baik juga berimplikasi terhadap ide-ide pendidikan.
Filsafat pendidikan lebih banyak disandarkan pada pemikiran-pemikiran para filsuf pendidikan
sembari berupaya untuk mengaplikasikan pemikiran-pemikiran tersebut dalam praktik pendidikan.
Hal ini tentu dengan suatu keyakinan bahwa praktik pendidikan itu tidak lepas dari landasan filsafat
yang mendasarinya.

Filsafat pendidikan tidak hanya merupakan cara untuk mendapatkan dan mencari ide-ide, tetapi juga
merupakan media pembelajaran tentang bagaimana menggunakan ide-ide tersebut secara lebih
tepat. Filsafat pendidikan hanya bisa menjadi signifikan ketika pendidik mengenali perlunya berpikir
secara jernih tentang apa yang sedang mereka lakukan. Kemudian melihat relasi antara apa yang
sedang mereka kerjakan dengan konteks individu dan perkembangan sosial yang lebih luas. Dalam
konteks inilah, praktik memperluas teori dan mengarahkannya untuk mendapatkan kemungkinan-
kemungkinan yang baru.

Para pendidik harus memahami bahwa filsafat pendidikan juga memberikan sesuatu yang berbeda
dalam wawasan dan aktivitas pendidikan itu sendiri. Maka perlunya menggunakan ide-ide filosofis
dan pola-pola pemikiran agar dapat menjadikan aktivitas mereka pada taraf kesadaran etis.
Bukannya sekedar rutinitas. Hanya saja ini tidak berarti bahwa pendidik harus menerima pemikiran
filsafat apa adanya. Mereka harus tetap menguji pemikiran filsafat sesuai dengan konteks sosial
peserta didik. Ketika kondisi berubah maka perspektif dan wawasan harus diuji kembali.

Filsafat pendidikan tidak bisa dilihat dalam ruang yang vakum, tapi harus dilihat dalam dinamika
kekuatan-kekuatan yang lain. Maka dari itu, mengkaji basis teori kritis yang menjadi landasan bagi
praksis pendidikan yang memiliki corak dalam mengajarkan idea terhadap penghargaan atas harkat
dan martabat kemanusiaan, kesetaraan dan keadilan, penghargaan atas perbedaan, dan
pembebasan atas dominasi dan ketertindasan. Lantas memungkinkannya untuk memujudkan cita-
cita transfomasi sosial dan emansipasi.

Platon percaya bahwa pendidikan adalah pembudayaan, proses di mana manusia anak-anak
dijadikan manusia seutuhnya sesuai dengan karakter dan watak masyarakatnya (polisnya).
Pendidikan bukanlah sekedar mentransfer pengetahuan. Kata "transfer" mungkin membuat kita
mengingat uang atau rekening bank. Apakah menjadikan anak-anak kita menjadi berbudaya dan
beradab semudah kita memindahkan rekening bank? Tentu tidak.

Apa yang mau kita didikan, cara kita mendidik, dan daya serap setiap anak didik begitu kompleks
sehingga imaji transfer seperti itu tidak menolong kita untuk mendidik anak-anak. Gambaran lain
yang mirip berbahayanya adalah mengumpankan pendidikan sebagai unduhan program ke kepala
anak-anak. Pembudayaan tidak sama dengan mengunduh aplikasi dari situs tertentu untuk
dimasukkan ke mesin koomputer atau hand phone kita. Pembudayaan tidaklah segampang tindakan
copy paste.
Institusi pemikiran Platon tentang pendidikan berpusat pada jati diri manusia, yaitu pada jiwanya.
Mendidik artinya merawat jiwa dengan baik. Hanya jiwa yang terawat yang nantinya bisa melahirkan
pemimpin dan masyarakat rasional yang menjadi idaman setiap orang. Dalam bahasa Platon,
aktivitas berfilsafat, di mana salah satunya adalah melakukan pendidikan, merupakan aktivitas
"merawat jiwa". Para pemikir Yunani bergulat dengan takdir dan berusaha lolos dari kungkungannya
dengan mengidamkan kehidupan ilahi yang immortal.

Ada keyakinan mendalam bahwa manusia, lewat jiwanya, memiliki hubungan dengan keilahian.
Usaha melawan takdir (gerek menurun menuju moralitas, bahwa segala yang pernah lahir pasti akan
mati) inilah yang disebut perawatan jiwa yang merupakan usaha bergerak menaik untuk menyerupai
para dewa (menuju immortalitas).

Aktivitas berfilsafat sebagai perawatan jiwa tampak salah satunya dalam pendidikan. Mendidik bagi
Platon artinya merawat jiwa -- sebuah ruang kebebasan -- sehingga di situasi faktual keterberiannya
ia bisa memberikan orientasi tertentu pada dirinya sendiri. Salah satu situasi terberi manusia adalah
bahwa dirinya sudah terbentuk oleh lingkungannya untuk menghasrati hal-hal tertentu. Dalam
keterberian dirinya, hidup dengan pengalaman inderawinya (memandang, mendengar, mengecap
hal-hal inderawi) manusia selalu telah membentuk dirinya dengan hasrat-hasrat tertentu.

Dengan demikian, kebebasan pada peserta didik harusnya dibuka oleh soal-soal yang lebih otentik.
Sebab pengalaman pada dirinya sendiri telah lebih dahulu membentuk intelektualitas dengan
pengalaman masing-masing yang berbeda-beda. Maka, proses imitasi tersebut secara perlahan akan
membentuk dirinya sendiri, dan dengan itu manusia sudah mendidik jiwanya sendiri secara tertentu.

Suatu proses belajar yang baik bukanlah terletak pada begitu banyaknya pengetahuan yang telah
diserap oleh para pembelajar dan berakhir begitu saja tanpa adanya koherensi terhadap soal-soal
yang lain. Tetapi melainkan bagaimana segala jenis pengetahuan akan menjadi alat untuk memeriksa
dan memecahakan persoalan yang ada. Maka hal itu menjadi penting terhadap kecerdasan, yang
pada dasar itu, antitesanya bukan karena kebodohan, tetapi karena kurangnya kebebasan dalam
berpikir.

Dalam hal ini adalah kualitas kebebasan berpikir yang dapat mengolah persoalan secara tajam pada
tahap yang terus-menerus mengalami interpretatif terhadap soal-soal tertentu. Satu konsekuensi
lain, bahwa harusnya pendidik dapat melihat keunikan dalam diri masing-masing perserta didik.
Bukan sekedar berusaha mencetak anak didik dengan cetakan yang sama. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Neil: Menjadikan sekolah cocok dengan peserta didik dan bukan mencocokkan
peserta didik dengan sekolah. Ini membawa kita ke persoalan paling rawan dalam dunia pendidikan
-- persoalan hakikat dan sejauh mana pengaruh yang mustinya dimiliki sekolah dalam perkembangan
peserta didik. Pada tingkat itu memang sekolah memiliki andil yang sangat penting terhadap
kebebasan peserta didik dalam melihat potensi-potensi yang ada pada diri mereka sendiri.
Dengan demikan, integritas dari pendidik menjadi penting dalam menghasilkan peserta didik yang
sanggup menempatkan diri di tengah-tengah perubahan masyarakat yang begitu cepat. Pendidik
harus menghasilkan manusia yang mandiri, yang artinya mampu memilih berdasarkan nilai-nilai
dengan gambar diri yang kokoh.

Terima Kasih.

Link next

Faldzataruhiya.blogspot.com

urgensi filsafat pendidikan islam dalam pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan sangat memerlukan kajian filsafat pendidikan secara fundamen. Selain
membantu proses penyelenggaraan pendidikan untuk menghindari masalah-masalah yang dihadapi
pendidikan islam terutama bagi pendidikan islam. Karena itu sangat dibutuhkan pengetahuan
tentang peranan filsafat pendidikan islam serta urgensi dalam mengkaji filsafat pendidikan islam.
Dalam makalah ini akan kami ulas tentang peran dan urgensi filsafat pendidikan islam dengan
rumusan masalah sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa peran filsafat pendidikan islam dalam pendidikan?

2. Apa urgensi filsafat pendidikan islam dalam pendidikan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui peran filsafat pendidikan islam dalam pendidikan

2. Untuk mengetahui urgensi filsafat pendidikan islam dalam pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Filsafat pendidikan islam sebagai bagian atau komponen dari suatu system, ia memegang dan
mempunyai peranan tertentu pada system dimana ia merupkan bagiannya. Sebagai cabang ilmu
pengetahuan, maka ia berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.
Filsafat pendidikan islam, sebagai bagian dari filsafat islam dan sekaligus juga sebagai bagian dari
ilmu pendidikan. Dengan demikian, Filsafat pendidikan islam berperan dalam mengembangkan
filsafat islam, dan memperkaya Filsafat islam dengan konsep-konsep dan pandangan-pandangan
filosofis dalam bidang kependidikan. Dan ilmu pendidikan pun akan dilengkapi dengan teori-teori
kependidikan yang bersifat filosofis islami.

Secara praktis (dalam prakteknya), filsafat pendidikan islam banyak berperan dalam memberikan
alternative-alterntif pemecahan berbagai macam problem yang dihadapi oleh pendidikan islam.[1]

1. Pertama tama filsafat pendidikan islam menunjukkan problema yang dihadapi oleh pedidikan
islam, sebagai hasil dari pemikiran yang mendalam dan berusaha memhami duduk masalahnya.
Dengan analisa filsafat, maka filsafat pendidikan islam bisa menujukkan alterntif-alternatif
pemecahan masalah tersebut. Setelah melalui proses seleksi terhadap alternative-alternatif
tersebut, yang mana yang paling efektif, maka dilaksanakan alternative tesebut dalam praktek
kependidikan.

2. Filsafat pendidikan islam, memberikan pendidikan tertentu tentang manusia (menurut islam).
Pandangan tentang hakikat manusia tersebut berkaitan dengan tujuan hidup manusia dan sekaligus
juga merupakan tujuan pendidikan islam menurut islam. Filsafat pendididikan berperan untuk
menjabarkan tujuan umum pendidikan islam tesebut dalam bentuk-bentuk tujuan khusus yang
operasional. dan tujuan yang oprasional ini berperan untuk mengarahkan secara nyata gerak dan
aktivitas pelaksanaan pendidikan.

3. filsafat pendidikan dan analisanya terhadap hakikat hidup dan kehidupan manusia,
berkesimpulan bahwa manausia memiliki potensi pembawaan yang harus ditumbuhkan dan
diperkembangkan. filsafat pendidikan menunjukkan bahwa potensi pembawaan manusia tidak lain
adalah sifat-sifat Tuhan, atau Al-asma' al-husna, dan dalam mengembangkan sifat-sifat Tuhan
tersebut dalam kehidupan kongkrit, tidak boleh mengaraah pada menodai dan merendahkan nama
dan sifat-sifat Tuhan tersebut. hal ini akan memberikan petunjuk pembinaan kurikulum yang sesuai
dan pengaturan lingkungan yang diperlukan.

4. Filsafat pendidikan islam, dalam analisanya terhadap masalah-masalah pendidikan islam masa
kini yang dihadapinya akan dapat memberikan informasi, apakah proses-proses pendidikan islam
yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidkan islam yang ideal, atau tidak. dapat
merumuskan dimana letak kelemahannya, dan dengan demikian bisa memberikan alternatif-
alternatif perbaikan dan pengembangannya.

Dengan demikian peranan filsafat pendidikan islam, menuju kedua arah, yaitu ke arah
pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikkan islam, yang secara otomatis akan
menghasilkan teori-teori baru dalam ilmuu pendidikan islam, dan kedua kearah perbaikan dan
pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan islam.

Sedangkan peran filsafat pendidikan secara umum memiliki fungsi peranan yang sekurang-
kurangnya dibedakan kedalam empat hal utama. Keempat hal tersebut antara lain adalah
menginspirasikan, menganalisis, mempreskiptifkan, dan menginvestigasi.

1. Filsafat pendidikan menjadi ruang inspirasi, khususnya bagi para pendidik dalam melaksanakan
ide-ide tertentu dalam pendidikan.
2. Peran analisis. Dalam peran ini Filsafat pendidikan berarti memeriksa secara teliti bagian-bagian
pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya.

3. Filsafat pendidikan memiliki makna preskriptif atau memberi pengarahan kepada pendidik
dalam soal apa dan mengapa pendidikan itu.

4. Peran investigatife. Disini filsafat pendidikan memeriksa atau mengkaji kebenaran suatu teori
pendidikan.

B. URGENSI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Setelah kita bahas tentang peranan filsafat pendidikan islam selanjutnya kita beralih pada
pembahasan tentanng urgensi mempelari filsafat pendidikan islam. Secara umum George R. Knight
menuturkann empat urgensi mempelajari filsafat pendidikan. Yaitu:

1. Membantu para pendidik menjadi paham akan persoalan-persoalan mendasar pendidikan.

2. Memumgkinkan para pendidik untuk dapat mengevaluasi secara lebih baik mengenai tawaran-
tawaran yang merupakan solusi bagi persoalan-perssoalan tersebut.

3. Membekali para pendidk berfikir klarifikatif tentang tujuan-tujuan hidup dan pendidikan.

4. Memberi bimbingan dalam mengembangkan suatu program pendidikan yang berhubungan


secara realistik dengan konteks dinia global yang lebih luas. [2]

Al-Syaibani secara khusus menjelaskan bahwa mempelajari filsafat pendidikan islam memiliki
beberapa kegunaan sebagai berikut.

1. Filsafat pewndidikan dapat membantu para perencana dan pelaksana pendidikan untuk
membentuk suatu pemikiran yang sehat tentang pendidikan.

2. Filsafat pendidikan islam merupakan asas bagi upaya menentukan berbagai kebijakan
pendidikan.

3. Filsafat pendidikan islam dapat dijadikan asas bagi upaya menilai keberhasilan belajar.

4. Filasafat pendidkan dapat dijadikan sandaran intelaktual bagi merecika yang berkecimpung
dalam dunia praksis pendidikan. Sandaran ini digunakan sebagai bimbingan ditengah-tengah
maraknya berbagai aliran atau sistem pendidkan yang ada.

5. Filsafat pendidikan islam dapat dijadikan dasar bagi upaya pemberian pemikiran pendidikan
dalam hubungannya dengan masalah spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi,dan politik.[3]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.

1. Peran Filsafat Pendidikan Islam.

1) Menunjukkan problema yang dihadapi pendidikan islam kemudian memberikan alternative


pemecahan masalah tersebut.

2) Memberikan pendidikan dan pandangan tentang hakikat menusia menurut islam.

3) filsafat pendidikan menunjukkan bahwa potensi pembawaan manusia tidak lain adalah sifat-
sifat Tuhan.

4) Filsafat pendidikan dapat memberikan informasi terhadap pencapaian tujuan pendidikan islam
secara ideal.

2. Urgensi Filsafat Pendidikan Islam.

1) Filsafat pendidikan dapat membantu para perencana dan pelaksana pendidikan untuk
membentuk suatu pemikiran yang sehat tentang pendidikan.

2) Filsafat pendidikan islam merupakan asas bagi upaya menentukan berbagai kebijakan
pendidikan.

3) Filsafat pendidikan islam dapat dijadikan asas bagi upaya menilai keberhasilan belajar.

4) Filasafat pendidkan dapat dijadikan sandaran intelaktual bagi merecika yang berkecimpung
dalam dunia praksis pendidikan. Sandaran ini digunakan sebagai bimbingan ditengah-tengah
maraknya berbagai aliran atau sistem pendidkan yang ada.

5) Filsafat pendidikan islam dapat dijadikan dasar bagi upaya pemberian pemikiran pendidikan
dalam hubungannya dengan masalah spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi,dan politik.

B. Kritik dan Saran

Banyak sekali masalah yang terjadi tanpa bidikan pemecahan masalah secara tepat. Kurangnya
kejelian dalam mengamati berhasil tidaknya suatu pendidikanpun sudah sepantasnya dikatakan
banyaknya kerugian di berbagai aspek dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Maka dari itu
berbagai masalah dalam kependidikan yang memiliki banyak dimensi ini perlu ditembus dengan
tela’ah filsafat keislaman untuk mencapai suksesi.

Kepada seluruh pihak terutama kepada Dosen Pengampu, tidaklah kami menutup pintu kritik dan
saran atau tambahan, mengingat masih sedikitnya pengetahuan yang kami miliki. Demikian makalah
kami semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin...
Link next

Loncat ke konten

serupa.id

serupa.id seni rupa untuk hidup

Beranda › Pendidikan ›

Filsafat Pendidikan: Pengertian, Sistematika, Tujuan & Aliran

Gamal Thabroni07/07/2020Filsafat,Pendidikan

filsafat-pendidikan-pengertian-landasan-sistematika-tujuan-manfaat-ruang-lingkup-aliran

Daftar Isi  [Tutup]

1 Pengertian Filsafat Pendidikan

2 Pengertian Filsafat Pendidikan Menurut Para Ahli

2.1 Al-Syaibani

2.2 John Dewey

2.3 Randal Curren

2.4 Kneller

2.5 Hasan Langgulung

2.6 Jalaluddin & Idi

3 Landasan / Sistematika Filsafat Pendidikan

3.1 Ontologi Filsafat Pendidikan

3.2 Epistemologi Pendidikan

3.3 Aksiologi Filsafat Pendidikan

4 Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

5 Tujuan Filsafat Pendidikan

6 Manfaat Filsafat Pendidikan

7 Aliran Filsafat Pendidikan

7.1 Perenialisme

7.2 Essensialisme

7.3 Progressivisme
7.4 Rekonstruksionisme Sosial

7.5 Pedagogi Kritis

7.6 Anarkisme Utopis: Ivan Illich

7.7 Eksistensialisme

8 Referensi

Filsafat pendidikan adalah muara ide dari berbagai kebutuhan utama pendidikan seperti model
pembelajaran dan berbagai aspek lain yang dibutuhkan untuk melanjutkan saga keilmuan
pendidikan. Seperti filsafat pada umumnya, filsafat ini juga mempertanyakan berbagai kemungkinan
yang telah dan/atau bisa diambil lalu diputuskan untuk menggiati keilmuan ini.

Dahulu, filsafat pendidikan sempat masuk menjadi salah satu mata kuliah yang akan dipelajari pada
program studi pendidikan jenjang sarjana. Namun, belakangan mata kuliah ini ditiadakan dan secara
eksklusif baru diberikan ketika mahasiswa menempuh pendidikan pasca sarjana. Alasannya? Karena
dianggap terlalu berat.

Padahal, sebetulnya tidak serumit itu. Hanya saja filsafat memang harus dilakukan secara sistematis.
Konsepsi keilmuan biasanya dapat diklasifikasikan dengan: pengertian, jenis, tujuan, dsb. Namun
karena filsafat pendidikan pada dasarnya adalah cabang filsafat, terminologi dan metode filsafat
yang digunakan juga harus jelas.

Misalnya, bagaimana hakikat, pengertian atau dasar dari filsafat itu sendiri harus diungkap melalui
landasan ontologisnya terlebih dahulu. Ketika seseorang mencari tahu ontologi, maka leburlah
semua konsentrasinya; ontologi adalah bidang filsafat yang paling sukar.

Sebetulnya hal semacam itulah yang biasanya terjadi dan membuat filsafat tampak lebih rumit.
Padahal, inti dari ontologi adalah bagaimana kita merumuskan apa, mengapa dan yang seperti apa
wujud pasti sesuatu hal itu? Tidak harus mengetahui lebih dalam terlebih dahulu mengenai apa itu
ontologi. pahami saja dahulu salah satu definisi dasarnya, belakangan kita dapat mempelajarinya
lebih lanjut. Oleh karena itu pembahasan mengenai filsafat pendidikan akan dimulai dengan
pengertian umumnya terlebih dahulu.

Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan (Amka, 2019, hlm. 22). Sederhana bukan? Namun, sayangnya dalam filsafat lagi-lagi kita
tidak dapat menggeneralisir suatu hal sesederhana itu. Filsafat itu apa? Pendidikan itu apa?
Masalah-masalah pendidikan itu yang bagaimana?
Pengertian tersebut dapat kita rumuskan dari telaah dari kedua kata yang membentuk frasenya
sendiri. Filsafat adalah kajian kritis terhadap pemikiran yang telah diamini kebenarannya. Sementara
pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat diikuti secara baik oleh
peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya.

Melalui penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah kajian kritis
terhadap pemikiran dan sikap yang telah dan/atau akan dibuat melalui pencarian dan analisis
konsep paling mendasar untuk menciptakan pertimbangan yang lebih baik dan sesuai dalam skop
pendidikan yang berusaha untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik
dalam mengembangkan potensi dirinya dari segi keilmuan, kepribadian, dan nilai positif lainnya.

Penjelasan lebih terperinci mengenai definisi kedua kata dalam frase ini dapat dilihat pada artikel
berikut ini:

Filsafat: Pengertian, Ciri, Contoh & Fungsi Menurut Para Ahli

Sementara itu pengertian pendidikan dapat disimak pada artikel di bawah ini:

Pendidikan-Pengertian, Unsur, Tujuan, Fungsi, dsb (Lengkap)

Pertanyaan selanjutnya adalah masalah-masalah pendidikan itu yang seperti apa? Melalui simpulan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang dipertanyakan dalam filsafat adalah
pertimbangan dalam skop pendidikan. Tentunya berbagai pertimbangan dan konsep-konsep
tersebut sudah ditentukan dalam pendidikan. Apa saja? Misalnya: tujuan pendidikan, model
pembelajaran, kurikulum, dsb.

Rumusan di atas diperkuat oleh pendapat Widodo (2015, hlm. 1) yang menyatakan bahwa filsafat
pendidikan adalah suatu pendekatan dalam memahami dan memecahkan persoalan-persoalan yang
mendasar dalam pendidikan, seperti dalam menentukan tujuan pendidikan, kurikulum, metode
pembelajaran, manusia, masyarakat, dan kebudayaan yang tidak bisa dipisahkan dari dunia
pendidikan itu sendiri.
Selanjutnya, sebagai pertimbangan dan penelusuran lebih mendalam untuk memastikan kebenaran
topik ini, mari kita simak berbagai pengertian filsafat pendidikan menurut para ahli.

Pengertian Filsafat Pendidikan Menurut Para Ahli

Al-Syaibani

Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur dan menjadikan filsafat sebagai jalan untuk
mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan (Al-Syaibani dalam Jalaluddin & Idi,
2015, hlm. 19).

John Dewey

merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental yang menyangkut daya pikir
maupun daya perasaan menuju tabiat manusia (Dewey dalam Jalaluddin & Idi, 2015, hlm. 20).

Randal Curren

Adalah penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafat dalam praktik pendidikan (Curren dalam
Chambliss, 2009, hlm. 324).

Kneller

Filsafat pendidikan merupakan penerapan filsafat formal dalam lapangan pendidikan (Kneller, 1971,
hlm.5).

Hasan Langgulung

Adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebut
dengan pendidikan (dalam Zaprulkhan, 2012, hlm.303 ).

Jalaluddin & Idi

Filsafat pendidikan dapat diartikan sebagai kaidah filosofi dalam pendidikan yang menggambarkan
aspek-aspek pelaksanaan filsafat secara umum dan fokus terhadap pelaksanaan prinsip dan
keyakinan dasar dari filsafat untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan secara praktis
(Jalaluddin & Idi, 2015, hlm. 18-21).

Landasan / Sistematika Filsafat Pendidikan

Filsafat membentuk dan memberikan asumsi-asumsi dasar bagi setiap ilmu pengetahuan, tidak
terkecuali pendidikan. Saat filsafat membahas ilmu alam, maka diperoleh filsafat ilmu alam. Ketika
filsafat mempertanyakan konsep dari hukum, maka terbentuklah filsafat hukum, dan ketika filsafat
mengkaji permasalahan pendidikan, maka terciptalah cabang filsafat ini (Kneller, 1971, hlm.4).
Lalu apa saja yang menjadi landasan atau yang membentuk sistematika filsafat ini? Terdapat tiga
landasan yang membentuk filsafat seni, yaitu: landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Berikut adalah pemaparannya.

Ontologi Filsafat Pendidikan

Ontologi adalah bagian dari metafisika yang bersifat spekulatif, membahas hakikat “yang ada” secara
universal. Ontologi berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas
dalam semua bentuknya. Ontologi mempersoalkan hakikat yang tidak dapat dijangkau oleh panca
indera belaka.

Pernyataan di atas diperkuat oleh pendapat Rukiyati dan Purwastuti (2015, hlm.10), Sebenarnya,
ontologi adalah bagian dari metafisika, sederhananya metafisika dapat didefinisikan sebagai cabang
filsafat atau bagian pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan pertanyaan mengenai hakikat
“ada” yang terdalam.

Semenjak hadirnya pemikiran empiris (pengetahuan yang harus terbuktikan dan teralami secara
nyata) banyak yang menyepelekan metafisika. Padahal, pemikiran empiris muncul dari asumsi-
asumsi yang dihasilkan oleh ontologi (metafisika).

Einstein menyadari hal ini melalui ucapan ikoniknya yang berkata “imagination is more important
than knowledge”. Meskipun pemikiran empiris adalah kuda pacu yang diandalkan hari ini, hal
tersebut tidak akan tercipta tanpa spekulasi-spekulasi dari pemikiran ontologis.

Lalu di mana posisi ontologi pada filsafat ini? Landasan ontologis memberikan dasar bagi pendidikan
mengenai pemikiran tentang “Yang Ada”, misalnya pemikiran tentang Tuhan, manusia, dan alam
semesta. Corak pendidikan yang akan dilaksanakan sangat dipengaruhi oleh pandangan tentang
“Yang Ada” yang telah ditentukan melalui ontologi.

Contoh praktisnya adalah terciptanya kurikulum pendidikan agama untuk pendidikan agama.
Tercipta kurikulum pendidikan vokasi untuk menyelenggarakan pendidikan keterampilan. Mengapa?
Karena secara ontologis telah diketahui dari awal bahwa pemikiran filsafat itu tujuan pendidikannya
berdasarkan “Yang Ada” untuk agama, atau “Yang Ada” untuk vokasi.

Epistemologi Pendidikan
Epistemologi berarti mempersoalkan sumber dan usul pengetahuan dengan meneliti, mempelajari
dan mencoba mengungkapkan prinsip-prinsip primer kekuatan struktur pikiran yang dianugerahkan
kepada manusia. Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu
pengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar,
apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya (Amka, 2019, hlm.37).

Objek telaahnya sendiri adalah untuk mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana
kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakannya dengan lain. Intinya, objek telaahnya
berkenaan dengan situasi, kondisi, ruang dan waktu mengenai sesuatu hal.

Landasan epistemologis memberikan dasar filsafat bagi teori dan praktik pendidikan dalam hal cara
memperoleh pengetahuan. Pendidikan itu sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka
pandangan mengenai sumber dan jenis pengetahuan akan sangat berpengaruh terhadap kurikulum
dan model atau metode pembelajaran (pengajaran).

Aksiologi Filsafat Pendidikan

Apa kegunaan ilmu yang dihasilkan dari pendidikan bagi kita? Ilmu pengetahuan memang telah
memberikan manfaat yang besar. Misalnya, bagaimana teori atom dapat digunakan untuk
menciptakan energi yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dibalik itu teori
ini pula yang membuat kita mampu untuk menciptakan bom atom yang menjadi malapetaka bagi
dunia.

Pertanyaan ke mana arah pengetahuan dan pendidikan itulah yang menjadi objek pertanyaan utama
aksiologi. Untuk apa pengetahuan itu akan digunakan? Bagaimana hubungannya dengan etika dan
moral? Bagimana kaitan prosedur ilmiah dan metode ilmiah dengan kaidah moral?

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas teori-teori nilai dan berusaha menggambarkan
apa yang dinamakan dengan kebaikan dan perilaku yang baik (Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm.29).
Di dalamnya terdapat etika dan estetika.

Etika adalah kajian filsafat yang mempersoalkan perilaku manusia terhadap nilai dan moral. Estetika
adalah filsafat yang berkaitan dengan kajian keindahan. Keduanya akan berkaitan, karena sesuatu
yang indah cenderung akan terasa lebih beretika, begitu pun sebaliknya. Setidaknya, begitulah
sebelum filsafat seni kembali mempertanyakannya.
Dalam ranah pendidikan, landasan aksiologis memberikan dasar-dasar filsafat dalam hal nilai dan
moral yang melandasi teori pendidikan dan menjadi acuan dalam praktik pendidikan. Karena,
pendidikan tanpa nilai dan moral yang positif, pendidikan justru dapat memberikan hal yang negatif.
Pendidikan haruslah diimbangi dengan adalah adanya pemberi, penerima, tujuan, dan cara yang
baik, dalam konteks yang positif.

Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Secara umum filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari keseluruhan
sikap dan kepercayaan yang telah dijunjung tinggi, lalu mempertanyakan . Meskipun skopnya luas,
ketika bertemu pendidikan, maka terdapat beberapa rumusan utama. Berikut adalah beberapa
kajian utama filsafat ini menurut Rukiyati & Purwastui (2015, hlm. 21).

Merumuskan secara tegas sifat hakiki pendidikan

Merumuskan hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan.

Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan.

Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan.

Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan
(sistem pendidikan)

Merumuskan sistem nilai dan norma atau isi moral pendidikan yang menjadi tujuan pendidikan

Tujuan Filsafat Pendidikan

Tujuan filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tujuan filsafat dan pendidikan itu sendiri. Filsafat
diantaranya memiliki tujuan untuk mengkritisi suatu kepercayaan dan sikap yang telah dijunjung
tinggi, mendapatkan gambaran keseluruhan, analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti
kata dan konsep.

Sementara itu teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-
prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat, merumuskan metode praktik pendidikan atau proses
pendidikan yang menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi
antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan sendiri tergantung dari kebutuhan. Bisa jadi tujuan pendidikan adalah tujuan
pendidikan nasional (mencetak generasi penerus bangsa yang baik), instruksional (khusus terhadap
keterampilan tertentu), hingga ke tujuan pendidikan institusional (pendidikan militer, dokter,
akademisi, dsb).
Selain itu, menurut Amka (2019) tujuan filsafat pendidikan meliputi:

Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik, dan membangun diri
sendiri.

Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri.

Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis pula sehingga seluruh
pengetahuan merupakan satu kesatuan.

Hidup seseorang dipimpin oleh pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tersebut, sebab itu
mengetahui pengetahuan-pengetahuan terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri.

Bagi seorang pendidik, filsafat mempunyai kepentingan istimewa karena filsafatlah yang
memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang mengenai manusia, seperti
misalnya ilmu mendidik.

Manfaat Filsafat Pendidikan

Seseorang yang sedang menuntut ilmu pendidikan dituntut untuk memikirkan masalah-masalah
hakiki mengenai pendidikan. Pemikiran mengenai masalah-masalah pendidikan baik dalam lingkup
luas maupun mengerucut akan lebih terasah melalui filsafat pendidikan. Hal tersebut membuat
pelajar atau praktisi pendidikan lebih kritis dalam memandang persoalan pendidikan.

Disamping itu filsafat ini juga akan membuat pelajar untuk merenungkan masalah hakiki pendidikan
yang secara otomatis akan memperluas cakrawala berpikir dan menjadi lebih arif dalam memahami
persoalan pendidikan. Filsafat pendidikan akan menuntut pelajar untuk berpikir reflektif
menggunakan kebebasan intelektual yang bertanggung jawab (sistematis).

Selain itu, menurut Amka (2019, hlm. 26) filsafat (pendidikan) memiliki manfaat sebagai berikut:

Filsafat menolong mendidik.

Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalanpersoalan
dalam kehidupan sehari-hari.

Filsafat memberikan pandangan yang luas.

Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri.

Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun
untuk ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

Aliran Filsafat Pendidikan


Ada banyak aliran filsafat yang tumbuh seiring dengan perkembangan zaman. Berikut adalah aliran-
aliran filsafat pendidikan yang telah dikenal luas oleh para ahli pendidikan.

Perenialisme

Merupakan aliran filsafat pendidikan yang melihat ke belakang, percaya bahwa kebijaksanaan abadi
dari spiritualisme, tradisi, dan agama berbagi satu satu kebenaran metafisik yang universal di mana
semua pengetahuan, ajaran dan nilai yang baik telah tumbuh.

Essensialisme

Essensialisme merupakan aliran yang ingin kembali pada kebudayaan-kebudayaan warisan sejarah
yang telah terbukti keunggulannya dan kebaikannya bagi kehidupan manusia. Essensialisme percaya
bahwa pendidikan yang baik dan benar terdiri dari pembelajaran keterampilan dasar (membaca,
menulis, berhitung), seni, dan ilmu pengetahuan. Semua hal tesebut telah terbukti berguna untuk
manusia di masa lalu, sehingga terdapat keyakinan bahwa hal inilah akan berguna pula pada
kehidupan di masa yang akan datang (Gutek dalam Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm.44).
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang dapat memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata
yang jelas (Jalaludin & Idi, 2015, hlm.100).

Progressivisme

Bagi kaum progressif, tidak ada realitas yang absolut, kenyataan adalah pengalaman transaksional
yang selalu berubah (progresif). Dunia selalu berubah dan dinamis, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hukum-hukum ilmiah hanya bersifat probabilitas dan tidak absolut. Progressivisme percaya
bahwa pengetahuan mengenai dunia ini hanyalah sebatas sebagaimana dunia ini dialami oleh
manusia dan Itulah yang dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains) untuk kita semua.

Rekonstruksionisme Sosial

Aliran ini menaruh perhatian yang besar pada hubungan antara kurikulum sekolah dan
perkembangan politik, sosial, dan ekonomi suatu masyarakat. Rekonstruksionisme menganggap
bahwa dunia dan moral manusia mengalami degradasi di sana-sini sehingga perlu adanya
rekonstruksi tatanan sosial menuju kehidupan yang demokratis, emansipatoris dan seimbang.
Keadaan yang timpang dan hanya menguntungkan salah satu belahan dunia harus diatasi dengan
merekonstruksi pendidikan untuk memajukan peradaban. Untuk menjamin keberlangsungan hidup
manusia dan untuk menciptakan peradaban yang lebih memuaskan, manusia harus menjadi insinyur
sosial, yaitu orang yang mampu merancang jalannya perubahan dan mengarahkan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara dinamis untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pedagogi Kritis
Salah satu unsur pokok dari aliran ini adalah keharusan untuk memandang sekolah sebagai ruang
publik yang demokratis. Sekolah didedikasikan untuk membentuk pemberdayaan diri dan sosial.
Dalam arti ini, sekolah adalah tempat publik yang memberi kesempatan bagi peserta didik agar
dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang
sesungguhnya. Sekolah bukan sekedar perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan
dalam persaingan pasar internasional dan kompetisi asing.

Anarkisme Utopis: Ivan Illich

Illich, tokoh utama aliran ini, mengatakan bahwa tujuan utama pendidikan adalah
perombakan/pembaharuan berskala besar dan segera di dalam masyarakat, dengan cara
menghilangkan persekolahan wajib. Sistem persekolahan formal yang ada harus dihapuskan
sepenuhnya dan diganti dengan sebuah pola belajar sukarela dan mengarahkan diri sendiri; akses
yang bebas dan universal ke bahan-bahan pendidikan serta kesempatan-kesempatan belajar mesti
disediakan, namun tanpa sistem pengajaran wajib (O’neil dalam Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm.
79).

Eksistensialisme

Eksistensialisme menjadi salah satu ciri pemikiran filsafat abad 20 yang sangat mendambakan
adanya otonomi dan kebebasan manusia yang sangat besar untuk mengaktualisasikan dirinya. Dari
perspektif eksistensialisme, pendidikan sejatinya adalah upaya pembebasan manusia dari belenggu-
belenggu yang mengungkungnya sehingga terwujudlah eksistensi manusia ke arah yang lebih
humanis dan beradab. Beberapa pemikiran eksistensialisme dapat menjadi landasan atau semacam
bahan renungan bagi para pendidik agar proses pendidikan yang dilakukan semakin mengarah pada
keautentikan dan pembebasan manusia yang sesungguhnya.

Referensi

Amka. (2019). Filsafat Pendidikan. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Jalaluddin & Idi. (2015). Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan Edisi Revisi. Malang:
Rajawali Press.

Rukiyati & Purwastuti, A. (2015). Mengenal Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Widodo, S.A. (2015). Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat. Yogyakarta: Idea Press.

Zaprulkhan. (2012). Filsafat Umum: Sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Navigasi pos

Pendidikan: Pengertian, Unsur, Tujuan, Fungsi, dsb (Lengkap)


Unsur Unsur Budaya – Wujud, Unsur Kebudayaan & Prinsip

Berikan Komentar

Baca Artikel Terbaru

Sejarah Bahasa Indonesia: Kelahiran & Perkembangan (Lengkap)

Sejarah Bahasa Indonesia: Kelahiran & Perkembangan (Lengkap)

Teks Persuasif: Pengertian, Struktur, Ciri, Jenis, Kaidah & Langkah

Teks Persuasif: Pengertian, Struktur, Ciri, Jenis, Kaidah & Langkah

Cara Melukis seperti Seniman Professional (Langkah & Tips)

Cara Melukis seperti Seniman Professional (Langkah & Tips)

Seni Musik: Pengertian, Unsur, Prinsip, Medium (Terlengkap)

Seni Musik: Pengertian, Unsur, Prinsip, Medium (Terlengkap)

Contoh Teks Laporan Percobaan dalam berbagai Model

Contoh Teks Laporan Percobaan dalam berbagai Model

Trending

Contoh Teks Editorial beserta Strukturnya (Berbagai Tema)

Teks Ceramah: Struktur, Pengertian, Ciri, Kaidah, Contoh, dsb

Teks Editorial - Pengertian, Struktur, Ciri, Kaidah & Cara Penulisan

Contoh Teks Ceramah beserta Strukturnya (Berbagai Topik)

Teks Eksplanasi; Pengertian, Ciri, Struktur, Pola, Contoh, dsb.

Teks Cerita Sejarah: Pengertian, Struktur, Nilai, Kaidah, Dsb.

Semua Kategori

Aliran Seni Rupa (13)

Bahasa Indonesia (55)

Biografi (8)

Budaya (2)

Desain (20)

Filsafat (6)

Fundamental Seni (14)

Inspirasi (16)

Pendidikan (7)
Praktik Seni (8)

Sastra (27)

Sejarah (7)

Sejarah Seni (25)

Seniman Indonesia (5)

Seniman Mancanegara (3)

Teori Seni (36)

Berlangganan Artikel

Dapatkan berbagai artikel terbaru serupa.id langsung ke Email Anda dengan berlangganan artikel.

Alamat Email

Alamat Email

Kirim

Serupa.id

Serupa.id adalah situs pendidikan berbasis seni & sains yang membahas: seni murni, desain, sastra,
bahasa, sosial, budaya, filsafat, teknologi, dsb. Materi artikel selalu diperkuat pendapat para ahli
( pustaka/ buku referensi terlampir).

©2020 serupa.id

Tentang

Kebijakan Privasi

Kontak

Beranda

Teori Seni

Sejarah Seni

Praktik Seni

Desain

Sastra

Bahasa Indonesia
Sejarah

Pendidikan

Cari untuk:

Cari …

Kembali ke Atas

Anda mungkin juga menyukai