ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dalam hal ini ada keterkaitan antara filsafat Pragmatism dengan perkembangan
pendidikan yang ada di indonesia, dimana pendidikan yang sifatnya dinamis disertai dengan
perubahan zaman dan temuan-temuan baru yang mengakibatkan munculnya gagasan yang
lebih modern di banding sebelumnya dan pragmatism memberikan solusi untuk hal tersebut
dengan model pemikirannya yang mengutarakan bahwa suatu pengetahuan ataupun gagasan
akan terasa pincang kalau tidak disertai dengan adanya dampak atau sebab akibat dari
pengetahuan tersebut.
John Dewey lahir di Burlington, Vermount pada tanggal 20 Oktober 1859, anak
ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Archibald Sprague Dewey dan Lucina Artemesia
Kaya. Keluarga besarnya berasal dari New England (Pillsbury, 1957: 105). John Dewey
merupakan seorang filsuf, teoritikus, reformator pendidikan, serta kritikus sosial yang sangat
memengaruhi masyarakat Amerika Serikat di awal dan pertengahan abad XX. Bersama
Charles Sanders Peirce dan William James, ia menjadi jurubicara utama filsafat khas
Amerika, Pragmatisme, dan ia merupakan pemimpin gerakan pendidikan progresif.Setelah
menyelesaikan pendidikan persiapan di sekolah negeri Burlington, ia masuk ke Universitas
Vermont pada tahun 1875, tetapi pada tahun keempat ia menemukan minat khusus
intelektualnya. Pada tahun 1882, ia mengikuti program pasca sarjana di Universitas John
Hopkins. Tahun 1886 John Dewey menikahi mantan muridnya, Harriet Chipman, dan mereka
dikaruniai enam orang anak. Istrinya memiliki minat pada pandidikan dan masalah-masalah
sosial. Dewey kemudian mengawali karya besarnya dalam teori dan praktik pendidikan di
Universitas Chicago, saat ia menjabat sebagai kepala departemen filsafat, psikologi, dan
pedagogi pada tahun 1894. Saat di Chicago Dewey terkenal dalam dunia pendidikan.
Kemudian tahun 1904, Dewey bertentangan dengan rektor mengenai pengelolaan dan
pembiayaan departemen pendidikan, dengan hal tersebut kemudian Dewey meninggalkan
Chicago dan menjadi professor filsafat di Universitas Culumbia, New York.Dewey
dikaruniai kesehatan yang baik sampai ia berusia 80 tahun. Pada 1 Juni 1952 Dewey
meninggal dunia karena akibat pneumoniayang di deritanya3.
Ada banyak metode pembelajaran yang tumbuh di negeri kita yang tiada lain ingin
memudahkan dalam proses belajar mengajar dan seiring berkembangnya zaman muncul
beberapa metode belajar seperti metode partisipatif learning, dalam pengertiannya
partisipatif yaitu pendidikan yang dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan peserta
didik dalam pendidikan5 Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan pembelajaran
yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini
menitikberatkan pada keterlibatan peserta didik pada kegiatan pembelajaran bukan pada
dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran. Jadi pembelajaran akan lebih bermakna
bila peserta didik diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
pembelajaran, sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga peserta
didik mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuanya
masing-masing6. Hal ini di artikan bahwa metode ini mengajak seluruh komponen harus ikut
terlibat dalam proses pendidikan dan dimaknai dengan apa yang saat itu dipelajari maka harus
dipraktekkan secara langsung dalam proses belajar mengajar hal ini selaras dengan teori
belajar Pragmatism, merujuk pada pengertiannya yaitu Pragmatism mempunyai akar kata
dari bahasa Yunani yaitu pragmatikos, yang dalam bahasa Latin menjadi pragmaticus. Arti
harfiah dari pragmatikos adalah cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum, perkara
negara, dan dagang. Kata tersebut dalam bahasa Inggris menjadi kata pragmatic, yang berarti
berkaitan dengan hal-hal praktis atau sejalan dengan aliran filsafat pragmatisme. Karena itu,
pragmatisme dapat berarti sekadar pendekatan terhadap masalah hidup apa adanya dan secara
praktis. Pragmatisme bukanlah sekedar wacana teoritis atau ideal tetapi ia menekankan hasil
yang dapat dimanfaatkan karena berhubungan langsung dengan tindakan, bukan spekulasi
atau abstraksi7. Dalam filsafat pragmatisme pengetahuan dicari bukan sekadar untuk tahu
demi tahu, melainkan untuk mengerti masyarakat dan dunia. Pengetahuan bukan sekadar
objek pengertian, perenungan, atau kontemplasi, tetapi untuk berbuat sesuatu bagi kebaikan,
peningkatan, serta kemajuan masyarakat dan dunia. Pragmatisme lebih memprioritaskan
tindakan daripada pengetahuan atau ajaran serta kenyataan dalam hidup di lapangan
daripada prinsip muluk-muluk yang melayang di udara. Oleh karena itu, prinsip untuk
menilai pemikiran, gagasan, teori, kebijakan, pernyataan tidak cukup hanya berdasarkan
logisnya dan bagusnya rumusan-rumusan, tetapi berdasarkan dapat tidaknya dibuktikan,
dilaksanakan dan mendatangkan nilai guna. Dengan demikian, menurut kaum pragmatis, otak
berfungsi sebagai pembimbing perilaku manusia. Pemikiran, gagasan, teori merupakan alat
4
Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif (Yogyakarta: Safiria Insani Press & MSI UII, 2004), 61
5
Harun, Hadiwijono, 2004. Sari Sejarah Filsafat Barat II. Yogyakarta : Rosdakarya, 2004, h. 78
6
Taufik, R., Hustim, R., & Nurlina, N. (2014). Penerapan Pembelajaran Partisipatif Metode True-False Dalam
Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 17 Bulukumba. Jurnal Pendidikan Fisika, 2(3), 245-
260.
7
Habibah, A. N. (2022). PRAGMATISME JOHN DEWEY. Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam
dan Tasawuf, 8(1), 108-123.
dan perencanaan untuk bertindak. Kebenaran segala sesuatu diuji lewat dapat-tidaknya
dilaksanakan dan direalisasikan untuk membawa dampak positif, kemajuan dan manfaat.
Filsafat pragmatisme mungkin lahir sebagai tanggapan kekecewaan terhadap kenyataan hidup
yang ada. Rasa kecewa muncul karena mendapati berbagai tindakan yang tidak konsisten dan
konsekuen dalam hidup. Mungkin juga muncul dari hati tulus dan kehendak baik untuk mau
terlibat dan mau memberi sumbangan nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan dunia. Untuk
itu kaum pragmatis tidak puas dengan pembicaraan dan rapat- rapat yang hanya berjalan
lancar, isi pembicaraan bermutu, dan berakhir dengan kesimpulan, pernyataan dan
sumbang saran bagus. Para tokoh pragmatisme menginginkan lebih dari itu. Mereka mau apa
yang dibuat sesudah pembicaraan dan rapat? Wacana dan kata harus operatif. Kaum
pragmatis tidak berhenti pada perumusan pemikiran, gagasan, teori, pernyataan tetapi
mengaitkan semua itu dengan tindakan nyata. Mereka tidak merasa cukup dengan berbagai
nasihat moral etis, tetapi berbuat dan bertindak nyata, jika perlu lewat gerakan, untuk
mengubah dan memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia8.
KESIMPULAN
Dari hasil penelusuran mengenai pengertian diatas bahwa korelasi antara metode
belajar Partisipatif dan Teori belajar Pragmatism sangat erat kaitannya dan memiliki
permasmaan tujuan dalam pencapaian pembelajaran.
8
Habibah, A. N. (2022). PRAGMATISME JOHN DEWEY. Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam
dan Tasawuf, 8(1), 108-123.