Anda di halaman 1dari 4

RELASI PARTISIPATIF LEARNING DENGAN FILSAFAT PRAGMATISME

DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA MENURUT PANDANGAN


JOHN DEWEY

ABSTRAK

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari,


dimana pendidikan tidak terlepas dari usaha sadar untuk mengembangkan pengetahuan dan
kepribadian, rasa keingintahuan dan menemukan kebenaran dalam pengetahuan merupakan
corak dari manusia yang ingin berkembang, dalam pengertiannya Pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan dating. Pendidikan bukan hanya persoalan
teknis, namun pendidikan juga mencakup persoalan budaya dan pengetahuan agama yang
saling melengkapi antara satu sama lain. Pendidikan juga mempunyai nilai-nilai jangka
panjang, bahkan bagi kehidupan akhirat nanti, dalam hal ini ada beberapa aliran filsafat
yang memudahkan manusia menuju pengetahuan yang mendasar hal ini bisa kita pahami
dalam aliran filsafat Pragmatism yaitu dalam pengertiannya Filsafat Pragmatisme
merupakan suatu cabang ilmu yang mengedepankan ide ataupun gagasan dimana ide atau
gagasan tersebut secara langsung dapat di praktekkan dan di rasakan manfaatnya, pada
artikel ini penulis akan mencoba menggali dan menghubungkan antara filsafat pragmatism
dengan pendidikan untuk mencoba melawan kebuntuan dalam proses pendidikan dan
memanfaatkan dengan memfokuskan pada pengetahuan yang konkrit dan praktis terhadap
permasalahan pendidikan yang ada dan lansung mendapatkan manfaat dari apa yang
dipelajari. Penulis berkesimpulan bahwa penyajian pendidikan di Indonesia harus di
sesuaikan dengan kebutuhan pendidikan di tiap-tiap daerah dan direncakan sebaik mungkin
guna menjaga kestabilan dalam proses pembelajaran.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu pembelajaran pengetahuan, keterampilan hingga kebiasaan


maka sekelompok manusia disiapkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
penanaman nilai-nilai Agama, pendidikan, dan budaya yang mumpuni. Tanpa disadari
pendidikan sering terjadi pada pengalaman, tetapi juga memungkinkan secara struktur lewat
bimbingan orang tua, lingkungan dan orang lain ataupun guru disekolah. Disini dapat kita
ketahui bahwa pendidikan bukan hanya masalah teknis saja akan tetapi mencakup berbagai
persoalan antara lain Agama Sosial dan Budaya yang tentu saja semua itu saling melengkapi
satu sama lain.

Pendidikan merupakan Sarana untuk mencapai kualitas manusia yang memiliki


spiritual, kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan yang baik, sehingga dapat menjadi
generasi bangsa yang unggul dalam segala bidang. Ilham (2019) menyatakan bahwa
pendidikan merupakan suatu sarana untuk menciptakan menusia yang maju dalam semua
bidang penghidupan, baik dalam kejayaan bangsa, budaya, berakhlak mulia, kesejahteraan,
keamanan, keterampilan, ekonomi, dan sosial, yang diiringi dengan meningkatkan nilai-
nilai moralitas dan norma-norma masyarakat yang berlaku sebagai upaya untuk
menghadapi tantangan baik dalam maupun luar. Hal ini selaras juga dengan pendapat
Yuristia (2018) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk
menciptakan, menumbuhkan, dan mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan norma- norma yang berlaku
dalam tatanan masyarakat1

Secara umum, pendidikan diartikan sebagai upaya mengembangkan kualitas pribadi


manusia dan membangun karakter bangsa yang dilandasi nilai-nilai agama, filsafat,
psikologi, social budaya, dan ipteks yang bermuara pada pembentukan pribadi manusia
bermoral dan berakhlak mulia serta berbudi pekerti luhur. Pendidikan diartikan juga sebagai
upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki idealisme nasional dan
keunggulan profesional, serta kompetensi yang dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan
Negara2

Dalam hal ini ada keterkaitan antara filsafat Pragmatism dengan perkembangan
pendidikan yang ada di indonesia, dimana pendidikan yang sifatnya dinamis disertai dengan
perubahan zaman dan temuan-temuan baru yang mengakibatkan munculnya gagasan yang
lebih modern di banding sebelumnya dan pragmatism memberikan solusi untuk hal tersebut
dengan model pemikirannya yang mengutarakan bahwa suatu pengetahuan ataupun gagasan
akan terasa pincang kalau tidak disertai dengan adanya dampak atau sebab akibat dari
pengetahuan tersebut.

BIOGRAFI JOHN DEWEY

John Dewey lahir di Burlington, Vermount pada tanggal 20 Oktober 1859, anak
ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Archibald Sprague Dewey dan Lucina Artemesia
Kaya. Keluarga besarnya berasal dari New England (Pillsbury, 1957: 105). John Dewey
merupakan seorang filsuf, teoritikus, reformator pendidikan, serta kritikus sosial yang sangat
memengaruhi masyarakat Amerika Serikat di awal dan pertengahan abad XX. Bersama
Charles Sanders Peirce dan William James, ia menjadi jurubicara utama filsafat khas
Amerika, Pragmatisme, dan ia merupakan pemimpin gerakan pendidikan progresif.Setelah
menyelesaikan pendidikan persiapan di sekolah negeri Burlington, ia masuk ke Universitas
Vermont pada tahun 1875, tetapi pada tahun keempat ia menemukan minat khusus
intelektualnya. Pada tahun 1882, ia mengikuti program pasca sarjana di Universitas John
Hopkins. Tahun 1886 John Dewey menikahi mantan muridnya, Harriet Chipman, dan mereka
dikaruniai enam orang anak. Istrinya memiliki minat pada pandidikan dan masalah-masalah
sosial. Dewey kemudian mengawali karya besarnya dalam teori dan praktik pendidikan di
Universitas Chicago, saat ia menjabat sebagai kepala departemen filsafat, psikologi, dan
pedagogi pada tahun 1894. Saat di Chicago Dewey terkenal dalam dunia pendidikan.
Kemudian tahun 1904, Dewey bertentangan dengan rektor mengenai pengelolaan dan
pembiayaan departemen pendidikan, dengan hal tersebut kemudian Dewey meninggalkan
Chicago dan menjadi professor filsafat di Universitas Culumbia, New York.Dewey
dikaruniai kesehatan yang baik sampai ia berusia 80 tahun. Pada 1 Juni 1952 Dewey
meninggal dunia karena akibat pneumoniayang di deritanya3.

Dewey dapat memberikan penghargaan dan menunjukkan pentingnya peranan


berbagai teori dan praktik yang berasal dari beberapa tokoh pendidikan. Pada tahun 1905 ia
pindah ke Columbia University di New York dan memberikan kuliah filsafat dan pendidikan
1
Hakim, L., & Fauziati, E. (2022). Ontologi Pendidikan Di Era Globalisasi Berdasarkan Pandangan
Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Elementa: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(1).
2
Rochman dkk., Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Bandung: UPI Press, 2007),
3
Wulandari, T. (2020). Teori Progresivisme John Dewey Dan Pendidikan Partisipatif Dalam Pendidikan Islam.
At-Tarbawi: Jurnal Kajian Kependidikan Islam, 5(1)
di Teachers College. Ia tinggal di New York lebih dari 40 tahun, hingga pensiun mengajar di
tahun 1930. Dewey meninggal pada tanggal 1 Januari (ada yang mengatakan Juni) tahun
1952 di New York. Beberapa karya Dewey: My Pedagogic Creed (1897); School and Society
(1899); How We Think (1910); Democracy and Education (1916); Eksperience and
Education (1938); dan Education Today (1940)4

RELASI FILSAFAT PRAGMATISM DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Ada banyak metode pembelajaran yang tumbuh di negeri kita yang tiada lain ingin
memudahkan dalam proses belajar mengajar dan seiring berkembangnya zaman muncul
beberapa metode belajar seperti metode partisipatif learning, dalam pengertiannya
partisipatif yaitu pendidikan yang dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan peserta
didik dalam pendidikan5 Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan pembelajaran
yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini
menitikberatkan pada keterlibatan peserta didik pada kegiatan pembelajaran bukan pada
dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran. Jadi pembelajaran akan lebih bermakna
bila peserta didik diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
pembelajaran, sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga peserta
didik mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan kemampuanya
masing-masing6. Hal ini di artikan bahwa metode ini mengajak seluruh komponen harus ikut
terlibat dalam proses pendidikan dan dimaknai dengan apa yang saat itu dipelajari maka harus
dipraktekkan secara langsung dalam proses belajar mengajar hal ini selaras dengan teori
belajar Pragmatism, merujuk pada pengertiannya yaitu Pragmatism mempunyai akar kata
dari bahasa Yunani yaitu pragmatikos, yang dalam bahasa Latin menjadi pragmaticus. Arti
harfiah dari pragmatikos adalah cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum, perkara
negara, dan dagang. Kata tersebut dalam bahasa Inggris menjadi kata pragmatic, yang berarti
berkaitan dengan hal-hal praktis atau sejalan dengan aliran filsafat pragmatisme. Karena itu,
pragmatisme dapat berarti sekadar pendekatan terhadap masalah hidup apa adanya dan secara
praktis. Pragmatisme bukanlah sekedar wacana teoritis atau ideal tetapi ia menekankan hasil
yang dapat dimanfaatkan karena berhubungan langsung dengan tindakan, bukan spekulasi
atau abstraksi7. Dalam filsafat pragmatisme pengetahuan dicari bukan sekadar untuk tahu
demi tahu, melainkan untuk mengerti masyarakat dan dunia. Pengetahuan bukan sekadar
objek pengertian, perenungan, atau kontemplasi, tetapi untuk berbuat sesuatu bagi kebaikan,
peningkatan, serta kemajuan masyarakat dan dunia. Pragmatisme lebih memprioritaskan
tindakan daripada pengetahuan atau ajaran serta kenyataan dalam hidup di lapangan
daripada prinsip muluk-muluk yang melayang di udara. Oleh karena itu, prinsip untuk
menilai pemikiran, gagasan, teori, kebijakan, pernyataan tidak cukup hanya berdasarkan
logisnya dan bagusnya rumusan-rumusan, tetapi berdasarkan dapat tidaknya dibuktikan,
dilaksanakan dan mendatangkan nilai guna. Dengan demikian, menurut kaum pragmatis, otak
berfungsi sebagai pembimbing perilaku manusia. Pemikiran, gagasan, teori merupakan alat

4
Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif (Yogyakarta: Safiria Insani Press & MSI UII, 2004), 61
5
Harun, Hadiwijono, 2004. Sari Sejarah Filsafat Barat II. Yogyakarta : Rosdakarya, 2004, h. 78
6
Taufik, R., Hustim, R., & Nurlina, N. (2014). Penerapan Pembelajaran Partisipatif Metode True-False Dalam
Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 17 Bulukumba. Jurnal Pendidikan Fisika, 2(3), 245-
260.

7
Habibah, A. N. (2022). PRAGMATISME JOHN DEWEY. Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam
dan Tasawuf, 8(1), 108-123.
dan perencanaan untuk bertindak. Kebenaran segala sesuatu diuji lewat dapat-tidaknya
dilaksanakan dan direalisasikan untuk membawa dampak positif, kemajuan dan manfaat.
Filsafat pragmatisme mungkin lahir sebagai tanggapan kekecewaan terhadap kenyataan hidup
yang ada. Rasa kecewa muncul karena mendapati berbagai tindakan yang tidak konsisten dan
konsekuen dalam hidup. Mungkin juga muncul dari hati tulus dan kehendak baik untuk mau
terlibat dan mau memberi sumbangan nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan dunia. Untuk
itu kaum pragmatis tidak puas dengan pembicaraan dan rapat- rapat yang hanya berjalan
lancar, isi pembicaraan bermutu, dan berakhir dengan kesimpulan, pernyataan dan
sumbang saran bagus. Para tokoh pragmatisme menginginkan lebih dari itu. Mereka mau apa
yang dibuat sesudah pembicaraan dan rapat? Wacana dan kata harus operatif. Kaum
pragmatis tidak berhenti pada perumusan pemikiran, gagasan, teori, pernyataan tetapi
mengaitkan semua itu dengan tindakan nyata. Mereka tidak merasa cukup dengan berbagai
nasihat moral etis, tetapi berbuat dan bertindak nyata, jika perlu lewat gerakan, untuk
mengubah dan memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia8.

KESIMPULAN

Dari hasil penelusuran mengenai pengertian diatas bahwa korelasi antara metode
belajar Partisipatif dan Teori belajar Pragmatism sangat erat kaitannya dan memiliki
permasmaan tujuan dalam pencapaian pembelajaran.

8
Habibah, A. N. (2022). PRAGMATISME JOHN DEWEY. Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam
dan Tasawuf, 8(1), 108-123.

Anda mungkin juga menyukai