PROGRESIVISME
Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada baginda Rasul
Muhammad SAW, yang mana kita nanti-nantikan syafa'atnya di akhirat kelak.
Aamiin.
Tim penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi Aliran Progresivisme 3
B. Sejarah Lahirnya Aliran progresivisme 3
C. Tokoh-tokoh Aliran Progresivisme 4
D. Karakteristik Aliran Progresivisme 5
E. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Progresivisme 6
F. Implementasi Aliran Progresivisme dalam Proses Pengajaran dan
Pembelajaran 7
BAB III PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Kritik dan saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dapat kita ketahui bersama bahwa pendidikan memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan merupakan proses transformasi
dan internalisasi ilmu pengetahuan serta nilai-nilai pada diri anak didik
melalui penumbuhan dan pengembangan potensi. Melalui pendidikan, potensi
anak akan dikembangkan secara maksimal guna membentuk pribadi anak
yang cerdas, bermoral, dan bertanggungjawab.
Untuk memaksimalkan peran dari pendidikan itu sendiri, tentunya
diperlukan sebuah konsep atau metode untuk menciptakan situasi yang
edukatif antara pendidik dan peserta didik. Dalam hal ini, pendidikan
dipusatkan pada peserta didik, bukan pada pendidik. Peserta didik harus bisa
aktif mengembangkan pengetahuan dan kreativitas mereka, bukan hanya
menunggu arahan atau petunjuk dari pendidik. Sehingga, peran guru atau
dosen dalam proses pembelajaran hanyalah sebagai pembimbing dan
fasilitator bagi pengembangan potensi murid atau mahasiswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, model pendidikan berdasarkan aliran
progresivisme sangat sesuai jika diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Progresivisme merupakan aliran filsafat pendidikan modern yang
menghendaki adanya perubahan pelaksanaan pendidikan menjadi lebih maju.
Adapun tujuan dari adanya aliran progresivisme adalah untuk mengubah
praktik pendidikan yang selama ini terkesan otoriter menjadi demokratis dan
lebih menghargai potensi serta kemampuan anak. Selain itu juga mendorong
untuk dilaksanakannya pembelajaran yang lebih melibatkan peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aliran progresivisme?
2. Bagaimana sejarah lahirnya aliran progresivisme?
3. Siapa saja tokoh penggagas aliran progresivisme?
4. Bagimana karakteristik aliran progresivisme?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari aliran progresivisme?
1
6. Bagaimana implementasi aliran progresivisme dalam proses belajar
mengajar?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari aliran progresivisme.
2. Mengetahui sejarah lahirnya aliran progresivisme.
3. Mengetahui tokoh-tokoh penggagas aliran progresivisme.
4. Memahami karakteristik aliran progresivisme.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan aliran progresivisme.
6. Memahami bagaimana mengimplementasikan aliran progesivisme dalam
proses belajar mengajar.
7.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
secara pesat baru terlihat diawal abad 20, khususnya di negara Amerika
Serikat. Hal ini dipicu oleh adanya anggapan dari masyarakat terutama
pendidik bahwa sekolah gagal menjaga langkah dari zaman dengan percobaan
hidup pada masyarakat Amerika itu sendiri.4
Meskipun dari pendapat tersebut memiliki perbedaan baik secara
pandangan maupun teori, namun dapat disimpulkan bahwa aliran
progresivisme ini terjadi pada abad ke-20. Adapun, sejarah munculnya aliran
ini tentunya dipengaruhi oleh pemikiran dari beberapa tokoh, diantaranya
Willian James, John Dewey, dan Hans Vaihinger
C. Tokoh-tokoh Aliran Progresivisme
1. William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910)
William James adalah seorang psikolog dan filsuf Amerika yang
sangat terkenal paham dan ajarannya. James berkeyakinan bahwa otak
atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai
fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup.
William James juga menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu
dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan
alam. Jadi, James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari
prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
Buku karangannya yang berjudul Principles of Psychology yang terbit
tahun 1890 yang membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan
cepat menjadi buku klasik dalam bidang itu, hal inilah yang mengantar
William James terkenal sebagai ahli filsafat Pragmatisme dan Empirisme
radikal.5
2. John Dewey (1859 - 1952)
John Dewey merupakan filosof, psikolog, pendidik dan kritikus
sosial Amerika. Selama karirnya, ia berusaha merumuskan suatu
filsafat yang mengandalkan kesatuan antara teori dan praktik.
Pemikirannya didasarkan pada sikap moral bahwa,” demokrasi adalah
4
kebebasan dan ia membaktikan hidupnya untuk membangun suatu
argumem filosofis yang persuasif”.6
Komitmen Dewey tersebut paling jelas tercermin dalam perannya
sebagai seorang pembaharu di bidang pendidikan. Ia menentang berbagai
metode pengajaran yang bersifat dogmatik dan otoriter sebab
menurutnya hidup manusia bersifat dogmatis tidak stastis. Dewey
tidak menghendaki adanya norma atau kaidah yang tetap , melainkan
harus selalu berubah dari zaman ke zaman. Demikian pula tujuan hidup
yang berkaitan dengan kaidah tersebut harus pula mengalami proses
perubahan menurut masanya.
3. Hans Vaihinger (1852 - 1933)
Hans Vaihinger berpandangan bahwa ‘tahu’ itu hanya mempunyai
arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan. 7
Menurutnya orang yang dikatakan tahu itu apabila sudah menggunakan
pengetahuannya (tahu) itu sehingga seseorang tersebut akan tahu
manfaatnya. Dengan kata lain, segala sesuatu yang diketahui, dipelajari
oleh manusia tidak akan menjadi sebuah kebenaran dalam keilmuan jika
seseorang atau manusia tersebut belum mengetahui manfaat dari ilmu
pengethauan tersebut.
D. Karakteristik Aliran Progresivisme
Dalam buku Philosofical Alternatives in Education, Gutek (1974:140)
menyebutkan bahwa pendidikan progresif menekankan pada beberapa hal :
1. Pendidikan progresif hendaknya memberikan kebebasan yang
mendorong anak untuk berkembang dan tumbuh secara alami melalui
kegiatan yang dapat menanamkan inisiatif, kreatifitas, dan ekspresi diri
anak;
2. Segala jenis pengajaran hendaknya mengacu pada minat anak, yang
dirangsang melalui kontak dengan dunia nyata;
5
3. Pengajar progresif berperan sebagai pembimbing anak yang diarahkan
sebagai pengendali kegiatan penelitian bukan sekedar melatih ataupun
memberikan banyak tugas;
4. Prestasi peserta didik diukur dari segi mental, fisik, moral dan juga
perkembangan sosialnya;
5. Dalam memenuhi kebutuhan anak dalam fase perkembangan dan
pertumbuhannya mutlak diperlukan kerjasama antara guru, sekolah,
rumah, dan keluarga anak tersebut;
6. Sekolah progresif yang sesungguhnya berperan sebagai laboratorium
yang berisi gagasan pendidikan inovatif dan latihan latihan.8
E. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Progresivisme
a. Kelebihan
Sebagai salah satu aliran filsafat, progresivisme telah memberikan
sumbangan yang besar dalam perkembangan pendidikan. Hal ini tentu
didasarkan pada kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Pertama, aliran
progresivisme meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan pada
anak, baik dalam hal fisik maupun cara berpikir. Dengan begitu, peserta
didik dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam
dalam diri mereka secara maksimal, tanpa terhambat oleh rintangan yang
dibuat oleh orang lain.9
Kedua, progresivisme tidak hanya mementingkan satu bidang ilmu
saja, akan tetapi mempunyai pandangan jika semua ilmu itu berguna
untuk dikembangkan menurut kebutuhannya. Di samping itu, setiap
terapan ilmu mempunyai kaitan yang erat antara satu dengan yang lain.
Ketiga, siswa akan belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari
masalah atau pertanyaan yang timbul di awal pembelajaran. Dengan
mendapatkan sendiri itu, siswa pasti akan lebih mengingat materi yang
sedang dipelajari.
6
Keempat, aliran progresivisme lebih menekankan pada praktek
atau pengalaman, daripada teori. Dengan demikian, maka output yang
dihasilkan dari pendidikan tersebut akan memiliki keahlian dan
kecakapan yang langsung dapat diterapkan di masyarakat luas.
Kelima, pendidikan progresivisme akan menjadikan anak didik
berkualitas dan terus maju sebagai generasi yang dapat menghadapi
tantangan zaman peradaban baru. Hal ini karena filsafat ini mempunyai
pola pikir yang mengarah ke masa depan, dimana filsafat ini berasumsi
jika ilmu kajian pengetahuan itu tidak pernah berakhir pada satu titik.
Melainkan akan terus berkembang sesuai dengan kemampuan manusia
dalam mengkajinya.
b. Kekurangan
Adapun kelemahan dari progresivisme adalah terlalu menekankan
pada pendidikan individu. Hal ini tentunya dapat membuat peserta didik
menjadi orang yang mementingkan dirinya sendiri. Selain itu,
Progresivisme juga bergantung pada minat dan spontan. Siswa
merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggungjawab
terhadap hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan.
Selanjutnya, kekurangan dari aliran progresivisme adalah
mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan sebagaimana yang sudah
menjadi tradisi sekolah. Sistem pendidikan ini justru menekankan bahwa
kurikulum itu berasal dari murid itu sendiri. Hal ini memang dapat
mendorong kreatifitas anak, karena mereka dapat bebas mengembangkan
minat dan bakatnya. Akan tetapi, tanpa adanya kurikulum yang jelas,
tentu akan sulit untuk mengarahkan maksud dan tujuan dari kreatifitas
anak tersebut10.
F. Implementasi Aliran Progresivisme dalam Proses Pengajaran dan
Pembelajaran
Progresivisme menjadi salah satu aliran filsafat yang cocok untuk
diimplementasikan dalam proses belajar-mengajar. Perbedaan pandangan
tentang peran antara guru dan murid menjadi satu hal yang menonjol dalam
7
aliran ini jika dibandingkan aliran filsafat yang lain. Hal ini karena prinsip
pembelajaran progresivisme bersifat demokratis, dimana menghendaki
pembelajaran yang dipusatkan pada siswa atau peserta didik.
Aliran Progresivisme beranggapan bahwa belajar adalah suatu proses
yang bertumpu pada kelebihan akal manusia yang bersifat kreatif dan dinamis
sebagai potensi dasar manusia dalam memecahkan berbagai pesoalan
kehidupan.11 Dalam hal ini, pembelajaran harus dapat memberikan
pengalaman yang menarik bagi anak didik, sehingga mampu diaplikasikan
dalam kehidupan nyata. Maka, disinilah kemudian pendidik berperan dalam
membantu mengaktifkan kecerdasan peserta didik, agar dapat difungsikan
secara maksimal.
Adapun peran pendidik dalam proses belajar mengajar cukup sebagai
fasilitator, pembimbing dan pengarah bagi murid-muridnya. Dalam hal ini,
diperlukan guru atau pendidik yang memang berbeda dari guru pendidikan
tradisional dalam hal watak, pelatihan, dan teknik pengajarannya. 12 Pendidik
perlu mengetahui bagaimana cara mendorong murid-muridnya untuk mau
berpendapat, berencana, dan menyelesaikannya proyek mereka.
Sebagai pembimbing aktivitas peserta didik, seorang pendidik juga
harus berusaha memberikan kemungkinan lingkungan terbaik untuk belajar.
Ia tidak boleh menonjolkan diri dan harus bersikap demokratis, serta
memerhatikan hak-hak alamiah anak didik siswa secara keseluruhan. Terkait
hal tersebut, ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam belajar mengajar
menurut pandangan progresivisme, diantaranya :
a. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar perorangan.
b. Memberi kesempatan anak didik untuk belajar melalui pengalaman.
c. Memberi motivasi dan bukan perintah.
d. Mengikutsertakan anak didik di dalam setiap aspek kegiatan yang
merupakan kebutuhan pokok anak.
e. Menyadarkan pada anak didik bahwa hidup itu dinamis.13
8
Selain tentang peran guru dan murid, progresivisme juga memiliki
paham yang berkaitan dengan kurikulum. Aliran ini memandang bahwa
kurikulum itu harus fleksibel, tidak kaku, dapat berubah setiap saat, dan tidak
terikat oleh doktrin tertentu. Ia harus bersifat terbuka. Jadi, kurikulum itu bisa
diubah dan dibentuk sesuai dengan kemauan si murid. Artinya, kurikulum
harus dapat mewadahi aspirasi murid.
Selanjutnya, sehubungan dengan penjelasan di atas, terdapat beberapa
point penting terkait bentuk implementasi dari aliran progresivisme,
diantaranya :
1. Guru merencanakan pembelajaran yang membangkitkan minat dan
rasa ingin tahu siswa. Setiap pembelajaran dalam penerapan filsafat
progresivisme diusahakan mengarah pada pembelajaran yang selalu
membuka ruang berpikir siswa untuk mencari penemuan-penemuan
baru, dimana siswa harus diberi kesempatan untuk mencari setiap
informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran secara mandiri.
2. Selain membaca buku, siswa juga diharuskan berinteraksi dengan
alam, misalnya melalui kerja lapangan atau lintas alam.
3. Guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang
siswa untuk berpikir.
4. Siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya dalam rangka
membangun pemahaman sosial.
5. Kurikulum menekankan studi alam dan siswa dipajankan (exposed)
terhadap perkembangan baru dalam saintifik dan sosial.
6. Pendidikan sebagai proses yang terus menerus memperkaya siswa
untuk tumbuh, bukan sekadar menyiapkan siswa untuk kehidupan
dewasa.14
G.
14 Triyanto, Vega Ricky Salu, “Filsafat Pendidikan Progresivisme dan Implikasinya dalam
Pendidikan Seni di Indonesia”, Jurnal Animasi, Volume 11, Nomor 1, Januari. 2017, hlm 32
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran progresivisme merupakan suatu aliran dalam filsafat pendidikan
yang menghendaki adanya perubahan secaracepat praktik pendidikan menuju
ke arah yang positif. Aliran progresivisme secara historis telah muncul pada
abad ke-19, namun perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal abad
ke-20, khususnya di negara Amerika Serikat. Kemudian, tokohtokoh utamanya
yaitu: William James, John Dewey, dan Hans Vaihinger.
10
DAFTAR PUSTAKA
11