Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Aliran Filsafat Pendidikan Progressivisme”

Disusun untuk memenuhi tugas terstuktur

Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Zuhairansyah Arifin, S. Ag, M. Ag

OLEH

KELOMPOK : 1

ARYNI OKTORIA IRSAD ( 12010929315 )

ELSA MULIA MAHARANI ( 12010927294 )

SRI AGUSTINA JERNIATI SIAGIAN ( 12010926066 )

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD 6A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warahmatullahhi wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.Kami
ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “ Aliran
Filsafat Pendidikan Progressivisme ”.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengatahuan dan penggalan
untuk para pembaca.bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekanbaru, 10 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................

C. Tujuan Masalah...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Aliran Progressivisme..................................................................................

B. Humanisme Progresif Filsafat Pendidikan Islam.....................................

C. Manajemen Pendidikan Progressif............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Progresivisme adalah sebuah aliran filsafat pendidikan yang berkembang di


awal abad ke 20, dan mempunya pengaruh sangat besar dalam dunia pendidikan
terutama di Amreka Serikat. Aliran ini betul-betul kelahiran bumi Amerika,
sedangkan yang lainnya. adalah paham filsafat yang tumbuh dan berkembang di
eropa. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat)
pendidikan, terutama sebagai lawan terhadap kebijak sanaan konvensional yang
diwarisi dari abad kesembilan belas.
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa
pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek
didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan
kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berfikir
secara sistematis melalui cara-cara inilah seperti memberikan analisis,
pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling
memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Progressivisme?

2. Humanisme Progresif Filsafat Pendidikan Islam?

3. Manajemen Pendidikan Progressivisme

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui tentang pengertian progressivisme.


2. Untuk mengetahui tentang humanism progressif filsafat Pendidikan islam.

3. Untuk mengetahui tentang manajemen Pendidikan progressivisme.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran Filsafat Progressivisme


Secara bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif yang artinya
bergerak maju. Progresivisme juga dapat dimaknai sebagai suatu gerakan
perubahan menuju perbaikan. Progresivisme sering dikaitkan dengan kata
progres, yaitu kemajuan. Artinya, progresivisme merupakan suatu aliran filsafat
yang menghendaki suatu kemajuan yang akan membawa sebuah perubahan.
Progresivisme adalah sutau gerakan dalam bidang pendidikan yang antara lain
dipelopori oleh John Dewey. Sejak awal kelahirannya aliran ini berusaha
menggapai secara positif pengaruh-pengaruh yang ada pada ilmu pengetahuan
dan teknologi. Progresivisme menekankan pada konsep “progress” yang
menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan
menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan kecerdasan yang
dimilikinya dengan metode ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang
timbul baik dalam kehidupan personal manusia maupun dalam kehidupan social
Progresivisme selalu dihubungkan dengan istilah the liberal road to culture,
yakni liberal bersifat fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap
terbuka, sering ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan
pengalaman. Artinya, aliran progresivisme sangat menghargai kemampuan-
kemampuan seseorang dalam pemecahan masalah melalui pengalaman yang
dimiliki oleh masing-masing individu.
Pandangan progresivisme mengenai belajar bertumpu pada pandangan
mengenai peserta didik sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Di samping itu menipisnya dinding pemisah antara
sekolah dan masyarakat menjadi pijakan pengembangan ide-ide pendidikan
progresivisme. Peserta didik secara kodrati sudah memiliki potensi akal dan

3
kecerdasan. Dengan kecerdasan yang bersifat dinamis dan kreatif, peserta didik
mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkn problem-problem yang ada.
Terkait dengan itu semua, untuk meningkatkan kecerdasan dan kreativitas peserta
didik menjadi tanggung jawab dunia pendidikan.
Progresivisme menghendaki adanya asas fleksibilitas demi memajukan
pendidikan. Untuk tujuan itu, menurut John Dewey, pendidikan harus bersifat
demokratis. Dalam konteks ini, pendidikan lebih berfungsi memberikan
kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik, sehingga potensi-potensi yang
dimiliki peserta didik dapat berkembang dengan baik. Progresivisme menekankan
pada demokrasi. Ada lima hal yang dibutuhkan di dalam proses pendidikan.
Pertama, pendidik atau guru tidak dibolehkan berlaku otoriter. Pendidik atau guru
berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik sebagai subjek didik. Peran
pendidik adalah membantu peserta didik dengan sistem Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). Pendidik mendampingi peserta didik yang sedang belajar dengan
memberikan penghayatan emosional dan motivasi agar peserta didik berkembang
secara mandiri. Kedua, dalam proses pendidikan tidak mengeksklusifkan pada
metode yang terlalu fokus pada buku. Hal ini dikarenakan fokus pendidikan
adalah peserta didik. Ketiga, tidak menggunakan metode hafalan, karena hafalan
hanya membuat subjek didik atau peserta didik bersifat pasif atau tidak aktif.
Keempat, pendidikan harus terbuka dengan kenyataan sosial artinya bersikap
luwes sesuai dengan kenyataan sosial sehingga pengetahuan pun dapat berubah-
ubah. Kelima atau yang terakhir, dalam pengajaran tidak diperkenankan
menggunakan hukuman fisik.1
Awal mula lahirnya aliran progresivisme ialah dilatar belakangi ketidak
puasan terhadap pelaksanaan pendidikan yang sangat tradisional, cenderung
otoriter dan peserta didik hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran. Ini berakar

1
Mustaghfiroh, Siti. "Konsep “merdeka belajar” perspektif aliran
progresivisme John Dewey." Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran 3.1 (2020): 142-
145.

4
dari semangat pembaharuan sosial pada awal abad ke 20 yakni gerakan
pembaharuan politik Amerika. Adapun aliran progresif pendidikan Amerika
mengacu pada pembaharuan pendidikan di Eropa barat. Pendapat lain
menyebutkan bahwa aliran progresivisme secara historis telah muncul pada abad
ke-19, namun perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal abad ke-20,
khususnya di negara Amerika Serikat. Kedua pendapat tersebut meskipun sedikit
berbeda pandangan, namun dapat ditarik benang merahnya yaitu perkembangan
aliran progresivisme ini secara pesat terjadi pada abad ke-20.
Ada beberapa prinsip pendidikan yang ditekankan dalam aliran progresivisme,
di antaranya:
a. Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak.
b. Subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
c. Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing atau pengarah.
d. Sekolah harus kooperatif dan demokratis.
e. Aktifitas lebih fokus pada pemecahan masalah, buka untuk
pengajaraan materi kajian.2
Teori progresivisme menempatkan peserta didik pada posisi sentral dalam
melakukan pembelajaran. karena peserta didik mempunyai kecenderungan
alamiah untuk belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia di sekitarnya dan
juga memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dalam
persoalan. Aliran ini berpandangan bahwa manusia atau peserta didik seharusnya
dididik untuk kehidupannya. Kecenderungan dan kebutuhan tersebut akan
memberikan kepada peserta didik suatu minat yang jelas dalam mempelajari
berbagai menjadi manusia yang dapat memahami kehidupan di masa mendatang.
Peserta didik dilihat sebagai makhluk yang bebas, aktif, kreatif, dan dinamis.
Kedudukan manusia sangat penting dalam menentukan kemajuan dan
perkembangan kebudayaan dan peradaban. Dengan akal budinya, manusia
2
Fadlillah, M. Kecenderungan progresivisme dalam pendidikan di Indonesia.
Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran , 5 (1), (2017) hlm. 18-20.

5
mampu menciptakan ilmu pengetahuan, sarana, kebutuhannya, sehingga mampu
menghasilkan perubahan dan perkembangan (progress). Peserta didik dalam
pendidikan progresivisme dituntut agar selalu melakukan usaha-usaha mandiri
untuk meningkatkan kreativitasnya dalam berbagai bidang yang ditekuni.
Tuntutan ini tentu dengan melihat berbagai pengalaman yang ada dalam
kehidupan sekitar sebagai bagian dari pengetahuan kebudayaan yang sangat
mendukung perkembangan diri peserta didik. Tampak bahwa filsafat
progresivisme menempatkan manusia sebagai mahkluk biologis yang utuh dan
menghormati harkat dan martabat manusia sebagai pelaku hidup. Filsafat
progresivisme telah memberikan sumbangan yang besar dalam dunia pendidikan
dewasa ini, dengan meletakan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada
peserta didik, baik secara fisik maupun dalam ranah berpikir. Oleh karena itu
filsafat progresivisme tidak menyetujui sistem pendidikan yang otoriter. Sebab
pendidikan yang otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup
sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran dan mematikan daya
kreasi baik secara fisik maupun psikis peserta didik. 3

B. Humanisme Progresif Filsafat Pendidikan Islam


Humanisme progresif filsafat pendidikan Islam dasarnya adalah semangat
mengintegrasikan ilmu umum dengan ilmu agama secara progresif. Caranya ilmu
agama yang normatif dibuat menjadi deskriptif agar mudah dilaksanakan dan
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Fiqih tidak hanya berpusat pada
mengajarkan syari‟at yang berupaya dimutlakan secara universal sehingga ada
kesan bahwa produk ulama masa lalu merupakan satu-satunya solusi untuk
memecahkan masalah kontemporer saat ini. Sehingga tampak wajah fiqih yang
dengan keras dan kaku memaksa setiap perilaku manusia zaman sekarang agar
sesuai dengan perilaku manusia pada masa lalu.
3
Ruslan, R. Perspektif Filsafat Progresivisme Tentang Perkembangan Siswa.
JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan) , 2 (2),(2018)

6
Dalam konteks ilmu umum, kritisisme dan progresivisme muncul pada sosok
Khayyam yang berupaya mengurai baik fisika maupun matematika tidak langsung
masuk ke ranah teologi yang bersifat formal dengan memberi stempel bahwa
matematikanya Islami atau tidak Islami. Hal yang dia lakukan membahas secara
kritis substansi keilmuan matematik dengan demonstrasi matematika pula. Dalam
Fi Syarh Ma Asykala min Mushadarat Kitab Uqlidus memuat kritik/pembahasan
atas teori garis sejajar Euclide. Baru pada bagian lain Khayyam mengkritik teori
paralel Euclide. Di sini Khayyam menunjukkan kualitasnya dalam bidang
geometri. Ia tidak seperti intelektual Muslim sekarang yang tergesa-gesa, secara
teologis (bukan substansi ilmunya itu sendiri) memvonis karya orang lain (Barat)
sebagai islami atau bukan. Khayyam menolak postulat kelima Euclide yang
menggunakan sifat kesamaan jarak, padahal hampir semua matematikawan saat
itu menerimanya tanpa reserve termasuk Haytsam dan Anaritius.
Selain Qur‟an dan Sunnah yang dijadikan pijakan oleh aliran humanisme
progresif filsafat pendidikan Islam, dasar lokal kenegaraan juga menjadi perhatian
aliran ini. Islam pada dasarnya universal dan nilai universal Islam terdapat dalam
dasar kenegaraan Indonesia yaitu Pancasila. Sistem pendidikan nasional di
Indonesia pasti berideologi Pancasila. Namun, ideologi Pancasila tidak harus
dipandang bertentangan dengan Islam. Secara tematis (al-maudu‟i), nilai-nilai al-
Qur‟an teradopsi dalam Pancasila, meskipun tidak seluruhnya dan tidak mungkin
seluruhnya. Konteks kesatuan dan persatuan Republik Indonesia yang terdapat
dalam Pancasila bisa dijelaskan dalam „ibrah Nabi Dawud dan Sulaiman pada
QS. Al-Baqarah [2]: 251; QS. Al- Anbyâ [21]: 79; QS. Saba‟ [34]: 10 dan QS.
Shâd [38]: 26. Ayat-ayat tersebut menyinggung kewibawaan wilayah serta
kekuatannya sebagai titik sentral dalam membangun suatu peradaban.
Humanisme progresif filsafat pendidikan Islam tidak hanya menekankan
keunikan dan otentisitas di antara individu tetapi juga menekankan adanya
kebersamaan demi mencapai kemajuan di antara individu. Pendidikan dalam arti
ini perlu diarahkan pada pencapaian kualitas individu yang kreatif sehingga

7
perilaku anak didik tidak harus seragam, tetapi juga memperhatikan aspek
menghargai hak-hak orang lain. Humanisme progresif dalam filsafat pendidikan
Islam tidak mencetak manusia egois tetapi membentuk manusia kâffah yang terus
bersinergi dalam keragaman. Tidak ada pemisahan unsur-unsur perorangan atau
kolektif. Hal yang paling penting semua tersatukan dalam tujuan akhir manusia
yaitu mengabdi kepada Tuhan. Praktiknya melalui perantara manusia. Jika
manusia yang dihadapinya ridha maka Tuhan akan meridhainya pula. Prinsip
ikhlas dalam beramal shaleh terhadap sesama menjadi kunci humanisme progresif
pendidikan Islam.4

C. Manajemen Pendidikan Progressivisme


Manajemen pendidikan progresif menurutnya adalah sistem manajerial
pendidikan yang mampu menggerakkan SDM, melakukan kontrol dan supervisi, serta
mengevaluasi program kerja yang telah terlaksana. Filsafat progresivisme John
Dewey merinci perihal tersebut sebagaimana berikut. Pertama, manusia sebagai SDM
pendidikan harus diberi peran dan tugas sesuai bakat dan minat yang digelutinya.
Manusia adalah agent of change dalam pendidikan. Kedua, pendidikan memiliki
orientasi ke depan dan progresif. Hal ini sebagai bentuk kritik atas sistem manajemen
pendidikan skolastik. Pendidikan progresif dapat terwujud melalui rekonstruksi
kurikulum yang progresif. Ketiga, lembaga pendidikan sekolah adalah miniatur
kehidupan di masyarakat. Maka dengan hal tersebut sekolah perlu bersimbiosis
dengan masyarakat guna mewujudkan tujuan pendidikan. Keempat, manusia yang
belajar memiliki kebebasan akademik. Dalam arti manusia dapat belajar apapun
sesuai yang diinginkan guna mengembangkan potensi dan keterampilan diri.
Keempat hal demikian merupakan percikan pemikiran pendidikan progresif menurut

4
Aprison, W. Humanisme Progresif dalam Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal
Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Jati, 27(3), 2016. Hlm 411-414.

8
John Dewey. Kemudian keempat hal demikian dapat terwujud melalui manajemen
pendidikan yang progresif.5

5
Supriatna, U. Manajemen Pendidikan dalam Konstelasi Progresivisme
(Review Filsafat Pendidikan John Dewey). QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial,
dan Agama , 13 (2), 2021.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru sebagai pendidik profesional tentunya menjadi cerminan bagi


sekelilingnya terutama bagi peserta didik dan masyarakat sekitar maka dari itu
hendaknya guru senantiasa melakukan perbuatan dan sikap yang baik sehingga citra
yang ditangkap oleh sekelilingnya akan menjadi positif. Guru harus memiliki
kompetensi keguruan dimana di dalamnya terdapat kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi
kepemimpinan. Salah satu kompetensi yang penting bagi guru tanpa mengabaikan
kompetensi lain yaitu kompetensi profesional.

Pandangan progresivisme mengenai belajar bertumpu pada pandangan


mengenai peserta didik sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Di samping itu menipisnya dinding pemisah antara sekolah
dan masyarakat menjadi pijakan pengembangan ide-ide pendidikan progresivisme.
Peserta didik secara kodrati sudah memiliki potensi akal dan kecerdasan. Dengan
kecerdasan yang bersifat dinamis dan kreatif, peserta didik mempunyai bekal untuk
menghadapi dan memecahkn problem-problem yang ada. Terkait dengan itu semua,
untuk meningkatkan kecerdasan dan kreativitas peserta didik menjadi tanggung jawab
dunia pendidikan

B. Saran

Saran dari penulis semoga kepada pembaca dapat memahami materi yang
telah diuraikan dan jelaskan dengan hal-hal yang berkaitan mengenai pentingnya
memahami “Aliran Filsafat Pendidikan Progressivisme”

10
DAFTAR PUSTAKA

Aprison, W. Humanisme Progresif dalam Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal


Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Jati, 27(3), 2016.

Fadlillah, M. Kecenderungan progresivisme dalam pendidikan di Indonesia. Jurnal


Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran , 5 (1), (2017).

Mustaghfiroh, Siti. "Konsep “merdeka belajar” perspektif aliran progresivisme John


Dewey." Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran 3.1 (2020): 142-145.

Ruslan, R. Perspektif Filsafat Progresivisme Tentang Perkembangan Siswa. JISIP


(Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan) , 2 (2),(2018).

Supriatna, U. Manajemen Pendidikan dalam Konstelasi Progresivisme (Review


Filsafat Pendidikan John Dewey). QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial,
dan Agama , 13 (2), 2021.

11

Anda mungkin juga menyukai