Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ALIRAN PROGRESIVISME

Dosen Pengampu : Fiki Rahmita, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Fadhluloh Ramadhami (204220031)


2. Isma Nur Hudayana (204220044)
3. Liana Ika Dwi Lestari (204220050)
4. Lutviatul Mawardah (204220054)

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Aliran Progresivisme ini.

.Makalah ini telah kami susun dengan maksimal melaui berbagai sumber yang kami
peroleh. Tentunya kami sangat berterima kasih kepada penulis buku, dan pihak yang
bersangkutan dalam pembuatan makalah Aliran Progresivisme.

Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah Aliran Progresivisme ini dapat
memberikan manfaat serta menambah pengetahuan pembaca.

Ponorogo, 20 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhuk Allah SWT yang di anugerahi kelebihan berupa akal, tentunya
membuat manusia lebih mampu untuk menganalisa dan membuat rancangan serta
penyelesaian terhadap apa yang akan ataupun telah dialami dibanding makhluk Allah
yang lain. Setiap menemui halangan atau rintangan secara langsung otak manusia akan
segera memproses hal tersebut untuk segera menentukan tindakan apa yang harus
dilakukan. Proses dalam menemukan solusi atau membuat rancangan inilah yang di
sebut berfikir. Dalam proses berfikir manusia akan memikirkan hal hal yang dialaminya
secara mendalam sampai ke akar akarnya dan menyeluruh dari berbagai sudut pandang
hingga pada akhirnya diperoleh kebenaran yang hakiki. Proses berpikir seperti inilah
yang di sebut berfilsafat. Dengan berfilsafat tentunya akan diperoleh pemahaman
semua hal yang timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia.

Dalam praktiknya suatu filsafat ataupun berfilsafat tentunya sangat diperlukan


di dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Salah satunya di dalam dunia Pendidikan
di mana Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang sangat penting di
dalam peradapan manusia. Pendidikan menjadi sarana dalam memperoleh pengetahuan
sehingga manusia dapat berkembang kedepannya. Namun segala sesuatu tentunya tidak
terlepas dari sebuah masalah, begitupun di dalam dunia Pendidikan. Jika dikupas secara
mendalam tentu akan ditemukan banyak permasalah di dunia Pendidikan. Oleh karena
itu mengingat pentingnya Pendidikan bagi peradaban manusia tentu akan sangat
diperlukan solusi akan permasalahan yang muncul di dalam dunia Pendidikan tersebut.
Dalam proses penyelesaian ini tentu melibatkan proses berpikir yang mendalam. Proses
berpikir yang mendalam untuk menyelesaikan berbagai masalah masalah dalam dunia
pendidilkan ini di sebut Filsafat Pendidikan.

Ketika solusi akan segala permasalahan sudah ditemukan maka Pendidikan


dapat berjalan optimal setelah melalui proses berfikir dengan filsafat Pendidikan.
Pendidikan dapat kembali menjadi sarana dalam memperoleh ilmu pengetahuan serta
sebagai sarana memajukan manusia. Dalam filsafat Pendidikan, Pendidikan yang
menjadi sarana bagi kemajuan manusia atau khususnya peserta didik merupakan
merupakan maksud dari salah satu aliran aliran dalam filsafat Pendidikan yaitu aliran
atau teori Pendidikan Progresivisme. Salah satu aliran yang berpandangan bahwa
pendidikan senantiasa harus selalu maju (progress) sehingga akan menghasilkan
manusia yang konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis agar kedepannya
mampu untuk bertindak dengan intelegensinya yang sesuai dengan tuntutan dan
lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Aliran Progresivisme?
2. Bagaimana sejarah munculnya aliran Progresivivsme?
3. Bagaimana pandangan aliran progressivisme mengenai Pendidikan?
4. Bagaimana implementasi Aliran Progresivisme dalam Pendidikan?
5. Apa tujuan pendidikan menurut Aliran Progresivisme?

6. Bagaimana pandangan
filsafat pendidikan
progresivisme terhadap
7. pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan Aliran Progresivisme
2. Mengetahui sejarah munculnya aliran Progresivisme
3. Mengetahui pandangan aliran Progresivisme terhadap Pendidikan
4. Mengetahui implementasi aliran Progresivisme dalam dunia Pendidikan
5. Mengetahui tujuan Pendidikan menurut Aliran Progresivisme
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Progresivisme


Aliran progresivisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang lahir di
Amerika Serikat sekitar tahun 1870. Para reformis yang menamakan diri sebagai
kaum progressive menentang sistem pendidikan tradisional yang sangat kaku,
menuntut disiplin ketat, dan membuat peserta didik menjadi pasif. Gerakan
pembaharuan sejak akhir abad 19 itu mendapatkan angin baru pada abad 20
dengan munculnya aliran filsafat Pragmatisme. John Dewey berusaha menjalin
pendidikan progresif dengan filsafat Pragmatisme (Sudarminta, 1994: 44).
Aliran progresivisme ini berasal dari kata "Progresif" yang berarti maju,
sehingga aliran progresivisme lebih mengutamakan masa depan dan cenderung
untuk meninggalkan masa lalu. Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan
sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Aliran atau
teori pendidikan progresivisme adalah teori pendidikan yang memfokuskan
pentingnya pendidikan sebagai sarana “kemajuan” atau liberasi peserta didik.
(Wikandaru, 2012 :147). Kemajuan atau progres tersebut berarti bahwa
pendidikan tidak sekedar dengan memberikan sekumpulan pengetahuan akademik
kepada pesertia didik, tetapi juga berisi aktivitas atau ketrampilan yang mengarah
pada pelatihan kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga mereka
dapat berfikir secara sistematis seperti memberikan analisis, pertimbangan, dan
perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan
untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Selain itu kemajuan atau progres di sini
juga berarti sebagai kemajuan dalam arti bahwa pendidikan yang dilakukan oleh
aliran ini beranjak dari aliran pendidikan tradisional yang selalu menekankan pada
otoritas pendidik dan otoritas teks yang berlebihan.
Dalam pandangan Progresivisme, manusia harus selalu maju (progress)
bertindak konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan dinamis. Sebab manusia
mempunyai naluri selalu menginginkan perubahan-perubahan. Menurut Imam
Barnadib, Progresivisme menghendaki pendidikan yang progresif (maju), semua
itu dilakukan oleh pendidikan agar manusia dapat mengalami kemajuan
(Progress), sehingga orang akan bertindak dengan intelegensinya sesuai dengan
tuntutan dan lingkungan. Bagi progresivisme, manusia secara kodrati sudah
dibekali dengan berbagai kemampuan, sehingga secara kodrati sudah dapat
menghadapi dan mengatasi masalah yang menekan atau mengancam
keberadaannya (Barnadib, 1997:28) Selain itu, manusia memiliki sifat dinamis
dan kreatif didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal menghadapi dan
memecahkan masalah. Oleh karena itu, aliran progresivisme ini menempatkan
manusia sebagai makhluk biologis yang utuh dan menghormati harkat dan
martabat manusia sebagai pelaku hidup
Di dalam aliran progresivisme pendidikan terdapat rumus tentang beberapa
prinsip umum berkaitan dengan metode pembelajaran yaitu (Ornstein, 1985:203) :
1. Peserta didik seharusnya memiliki kebebasan untuk berkembang secara
natural
2. Ketertarikan (interest) merupakan stimulus yang paling bagus bagi proses
belajar.
3. Pendidik haruslah berperan sebagai pembimbing atau pemandu proses belajar
4. Harus ada kerja sama yang bagus antara antara pihak orang tua dengan pihak
sekolah
5. Institusi pendidikan juga harus berperan sebagai laboratorium bagi reformasi
dan eksperimentasi pendidikan (Ornstein, 1985:203).

B. Sejarah Munculnya Aliran Progresivisme


Pendidikan aliran Progressivisme ini muncul adalah sebagai oposisi atas
pendidikan model tradisional di Amerika Serikat, sekitar tahun 1800-an.
Kebangkitan ini dipicu oleh adanya anggapan dari masyarakat terutama para
pendidik bahwa sekolah gagal untuk menjaga langkah dari zaman dengan
perubahan hidup yang terjadi dalam masyarakat Amerika itu sendiri. “It grew
from the belief that school had failed to keep pace with rapid changes in
American life” (Whitney, 1964: 716). Perkembangan zaman yang ditopang oleh
kemajuan ilmu dan teknologi dalam tatanan masyarakat membutuhkan kemajuan
dalam pendidikan itu pula. Untuk menjawab persoalan inilah yang menjadi dasar
pemikiran dari pendidikan model filsafat progressivisme ini. Adapun para tokoh
pada tahun 1800-an yang memunculkan aliran filsafat pendidikan ini adalah
Horace Mann, Francis Parker dan G Stanley Hal. Sedangkan tokoh pencetus pada
tahun 1900-an adalah John Dewey dan William H Kilpatrick. Para pendidik
Progressivisme ini mecoba untuk mereformasi metode pendidikan di sekolah
dasar. Sebagaimana sekolah tradisional biasanya menekankan pelajaran terhadap
subjek tertentu, membaca, menulis, aritmetika, geografi, sejarah dan tata bahasa.
Guru mengajar atau mendiktekan pelajaran tersebut kemudian pelajar
menuliskannya pada buku catatan masing-masing. Murid kemudian mempelajari
inti pokok dari apa yang ada dalam buku catatan dan kemudian diperhadapkan
kepada teks buku mereka. Guru menjalankan tugasnya sepanjang pelajaran
berlangsung kecuali pada saat para murid diperintahkan untuk menghafalkan
bahan pelajaran. Dan para murid duduk pada jajaran meja tulis dan mereka tidak
boleh berbicara kecuali dengan ijin dari guru (Whitney, 1964: 716)

C. Pandangan Aliran Progresivisme Mengenai Pendidikan


Sesuai dengan namanya, aliran atau teori pendidikan progresivisme adalah
teori pendidikan yang memfokuskan pentingnya pendidikan sebagaisarana
“kemajuan” atau liberasi peserta didik. Kemajuan atau progres tersebut adalah
kemajuan dalam arti bahwa pendidikan yang dilakukan oleh aliran ini beranjak dari
aliran pendidikan tradisional yang selalu menekankan pada otoritas pendidik dan
otoritas teks yang berlebihan. Menurut progresivisme, pendidikan “otoriter” semacam
itu memilikibanyak kelemahan karena secara ontologis, pandangan tersebut memang
sudah keliru. Bagi progresivisme, manusia secara kodrati sudah dibekali dengan
berbagai kemampuan, sehingga secara kodrati juga sudah dapat menghadapi dan
mengatasi masalah yang menekan atau mengancam keberadaannya (Barnadib,
1997:28). Pendidikan yang otoriter menurut progresivisme akan mengalami
kegagalan dan hanya akan menghadapi berbagai kesulitan dalam mewujudkan tujuan-
tujuan yang baik,karena tidak memberi ruang yang semestinya kepada kemampuan
manusia yang sebenarnya justru merupakan “motor penggerak” atau daya kreatif
dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi di dalam kehidupan.
Bertolak dari keberadaan teori pendidikan tradisional yang memberikan porsi
berlebihan bagi otoritas pendidik dan cara belajar pasif yang hanya fokus pada kajian
tekstual, aliran progresivisme berkembang dan menawarkan perspektif, cara, dan
metode yang baru dalam sistem pembelajaran. Asumsi pokok dari aliran ini adalah
bahwa dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam proses belajar,
peserta didik akan mampu membuat kemajuan, karena dengan kebebasan, potensi
manusia untuk maju dan berkembang bisa berjalan dengan optimal .Sesuai dengan
asumsi tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ornstein dan Levine,
progresivisme pendidikan merumuskan beberapa prinsip umum berkaitan dengan
metode pembelajaran, yaitu pertama, peserta didik seharusnya memiliki kebebasan
untuk berkembang secaranatural; kedua, ketertarikan (interest) merupakan stimulus
yang paling bagus bagi proses belajar; ketiga, pendidik haruslah berperan sebagai
pembimbing atau pemandu proses belajar; keempat, harus ada kerja sama yang bagus
antara antara pihak orang tua dengan pihak sekolah; dan kelima, institusi pendidikan
juga harus berperan sebagai laboratorium bagi reformasi dan eksperimentasi
pendidikan (Ornstein, 1985:203).
Berdasarkan beberapa prinsip pokok yang diuraikan di atas, tampak bahwa
aliran pendidikan progresivisme ini mendasarkan teori pendidikannya pada filsafat
pendidikan pragmatisme yang menekankan pentingnya aspek pengalaman di dalam
proses belajar (learning by doing). Oleh karenanya, sebagaimana bisa dijumpai di
dalam aliran pragmatisme, teori pendidikan progresivisme juga mengusung metode
pendidikan alternatif yang memanfaatkan aktivitas peserta didik, serta mendasarkan
proses pembelajaran pada pengalaman dan pemecahan masalah (problem solving)
(Ornstein, 1985:203). Murid, oleh aliran progresivisme bukan ditempatkan sebagai
subjek pendidikan, melainkan sebagai “orang yang belajar” (peserta didik/learner).
Asumsi mengenaipeserta didik tersebut membawa implikasi tersendiri karena bagi
progresivisme pendidikan, pendidikan lebih ditempatkan sebagai aktivitas dan
pengalaman daripada sebagai pembelajaran verbal dan literal, yang pada akhirnya
hanya akan melahirkan proses pendidikan yang individual dan kompetitif (Ornstein,
1985:203).
Berkaitan dengan peran institusi pendidikan di dalam proses belajar,
progresivisme menempatkan sekolah atau institusi pendidikan sebagai tempat yang
memberikan kebebasan penuh kepada peserta didik untuk melakukan eksperimen,
dalam arti memperkaya pengalaman seluas-luasnya. Sesuai dengan aliran filsafat
pendidikan yang mendasarinya, yakni pragmatisme, progresivisme pendidikan juga
menekankan pentingnya proses belajar sebagai pembelajaran mengenai problem
solving. Oleh karenanya, dalam rangka membekali peserta didik dengan kemampuan
problem solving tersebut, sekolah juga menjadi tempat yang menyediakan semacam
“simulasi” kepada peserta didik mengenai realitas yang biasa dihadapi dalam
kehidupan yang sebenarnya, dan kemudian memberi kebebasan kepada peserta didik
untuk memecahkan persoalan yang diajukan tersebut.Peran institusi pendidikan yang
semacam ini, menurut progresivisme sangatlah penting karena sejalan dengan asumsi
dasar aliran ini mengenai nilai, progresivisme memiliki pandangan mengenai arti
pentingnya konteks sosial dalam proses pembelajaran. Nilai tidaklah bersifat eksklusif
karena keberadaannya bukan tidak ditentukan oleh faktor- faktor yang lain. Oleh
karenanya berbagai jenis nilai, baik terkait dengan nilai kebenaran (soal pengetahuan),
maupun nilai kebaikan (soal moral), dikatakan ada apabila menunjukkan adanya
kecocokan dengan hasil eksperimentasi yang dialami manusia di dalam pergaulan
hidup sehari-hari (Barnadib, 1997: 32). Inti dari uraian tersebut adalah bahwa dalam
aliran pendidikan progresivisme, pengalaman menjadi media yang sangat penting bagi
keberhasilan proses belajar.“Pengalaman adalah guru yang paling berharga”, oleh
karenanya di dalam pelaksanaan proses pendidikan, progresivisme berusaha sebisa
mungkin menghadirkan suatu pengalaman di dalam proses belajar sehingga ketika
nantinya peserta didik hidup di realitas masyarakat yang sebenarnya, mereka sudah
memiliki pengalaman yang cukup mengenai bagaimana cara memecahkan berbagai
macam persoalan. Dengan kata lain, melalui cara seperti ini, kemajuan atau progress
manusia sebagai tujuan dari aliran progresivisme tersebut, benar- benar akan bisa
dicapai karena liberasi manusia yang dicita-citakan juga bisa diwujudkan dalam
proses pendidikan.
Kaitannya dengan kurikulum pendidikan, progresivisme sebenarnya tidak
terlalu tertarik untuk memberlakukan kurikulum yang baku di dalam proses
pendidikan karena ketika peserta didik menjadi pusat perhatian, maka kurikulum juga
semestinya berasal dari peserta didik, dalam arti sesuai dengan minat dan ketertarikan
peserta didik (Barnadib, 1997: 205). Pendidik dalam aliran progresivisme berorientasi
pada pandangan filsafat eksperimentalis, sehingga secara umum peran pendidik
adalah sebagai fasilitator yang akan membantu peserta didik di dalam mencari cara-
cara baru di dalam menyelesaikan proyek mereka masing-masing, dalam arti
ketertarikan atau minat mereka atas suatu persoalan (Barnadib, 1997: 205)

D. Implementasi Aliran Progresivisme Dalam Pendidikan


Dalam pandangan progresivisme pendidikan merupakan suatu sarana atau
alat yang dipersiapkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik supaya tetap
mampu bertahan terhadap semua tantangan kehidupannya yang secara praktis akan
senantiasa mengalami kemajuan (Muhmidayeli, 2012). Selain itu, proses pendidikan
dilaksanakan berdasarkan pada asas pragmatis. Artinya, pendidikan harus dapat
memberikan kebermanfaatan bagi peserta didik, terutama dalam menghadapi
persoalan yang ada di lingkungan masyarakat.
Dalam buku Philosofical Alternatives in Education, menyebutkan bahwa
pendidikan progresif menekankan pada beberapa hal;
1) Pendidikan progresif hendaknya memberikan kebebasan yang mendorong
anak untuk berkembang dan tumbuh secara alami melalui kegiatan yang dapat
menanamkan inisiatif, kreatifitas, dan ekspresi diri anak;
2) Segala jenis pengajaran hendaknya mengacu pada minat anak, yang
dirangsang melalui kontak dengan dunia nyata;
3) Pengajar progresif berperan sebagai pembimbing anak yang diarahkan sebagai
pengendali kegiatan penelitian bukan sekedar melatih ataupun memberikan
banyak tugas;
4) Prestasi peserta didik diukur dari segi mental, fisik, moral dan juga
perkembangan sosialnya;
5) Dalam memenuhi kebutuhan anak dalam fase perkembangan dan
pertumbuhannya mutlak diperlukan kerjasama antara guru, sekolah, rumah,
dan keluarga anak tersebut;
6) Sekolah progresif yang sesungguhnya berperan sebagai laboratorium ynag
berisi gagasan pendidikan inovatif dan latihan-latihan (Lee, 1974).

Dalam pandangan progresivisme terdapat perbedaan antara peran guru dan


siswa dalam kegiatan pembelajaran. Karena prinsip pembelajaran progresivisme
menghendaki pembelajaran yang dipusatkan pada siswa. Adapun peran guru
menurut aliran progresivisme ialah berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan
pengarah bagi siswa. pendidikan progresif mencari guru yang memang berbeda
dari guru di pendidikan tradisional dalam hal watak, pelatihan, dan teknik
pengajarannya. Karena kelas pendidikan progresif berorientasi pada kegiatan
yang bertujuan, pendidik progresif sangat perlu mengetahui bagaimana cara
mendorong untuk dapat berpendapat, berencana, dan menyelesaikan proyek
mereka. Selain itu, guru juga perlu mengetahui bagaimana tahapan kerja
kelompok karena pola dasar pengajaran progresif berpusat pada partisipasi
kelompok. Aliran progresivisme ingin mengatakan bahwa tugas guru sebagai
pembimbing aktivitas anak didik/siswa dan berusaha memberikan kemungkinan
lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai Pembimbing ia tidak boleh
menonjolkan diri, ia harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak
alamiah anak didik/siswa secara keseluruhan.

Menurut progresivisme proses pendidikan memiliki dua segi, yaitu


psikologis dan sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui
tenaga-tenaga atau daya-daya yang ada pada anak didik yang akan
dikembangkan. Psikologinya seperti yang berpangaruh di Amerika, yaitu
psikologi dari aliran Behaviorisme dan Pragmatisme. Dari segi sosiologis,
pendidik harus mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus dibimbingnya. Di
samping itu, progresivisme memandang pendidikan sebagai suatu proses
perkembangan, sehingga seorang pendidik harus selalu siap untuk memodifikasi
berbagai metode dan strategi dalam pengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru
dan berbagai perubahan-perubahan yang menjadi kencenderungan dalam suatu
masyarakat (Muhmidayeli, 2012).

Dalam konteks ini, pendidikan harus lebih dipusatkan pada peserta didik,
dibandingkan berpusat pada pendidik maupun bahan ajar. Karena peserta didik
merupakan subjek belajar yang dituntut untuk mampu menghadapi berbagai
persoalan kehidupan di masa mendatang.

Oleh karena itu, ada beberapa prinsip pendidikan yang ditekankan dalam
aliran progresivisme, di antaranya:

a. Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak.


b. Subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
c. Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing atau pengarah.
d. Sekolah harus kooperatif dan demokratis.
e. Aktifitas lebih fokus pada pemecahan masalah, buka untuk pengajaraan materi
kajian.
Bila dikaitkan dengan pendidikan di Indonesia saat ini, maka
progresivisme memiliki andil yang cukup besar, terutama dalam pemahaman
dan pelaksanaan pendidikan yang sesungguhnya. Di mana pendidikan sudah
seharusnya diselenggarakan dengan memperhatikan berbagai kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik, serta berupaya untuk mempersiapkan peserta
didik supaya mampu menghadapi dan menyelesaikan setiap persoalan yang
dihadi di lingkungan sosialnya. Hal tersebut senada dengan pengertian
pendidikan di Indonesia, yakni usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam
pengertian ini, pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai transfer pengetahuan.
Pendidikan berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada
dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, relasional, bakat-bakat,
talenta, kemampuan fisik dan daya-daya seni.
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa aliran progesivisme telah
memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan di Indonesia. Aliran
ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak
didik. Anak didik diberikan kebaikan, baik secara fisik maupun cara berpikir,
guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya
tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.

E. Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Progresivisme


Berkaitan dengan tujuan pendidikan, maka aliran progresivisme lebih
menekankan pada memberikan pengalaman empiris kepada peserta didik,
sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan berbuat (Muhmidayeli, 2012).
Maksudnya pendidikan dimaksudkan untuk memberikan banyak pengalaman
kepada peserta didik dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi di
lingkungan sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus bersifat
riil atau sesuai dengan kehidupan nyata. Oleh karenanya, seorang pendidik harus
dapat melatih anak didiknya untuk mampu memecahkan problem problem yang
ada dalam kehidupan.
Sejalan dengan itu, tujuan pendidikan progresivisme harus mampu
memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi
dengan lingkungan yang berbeda dalam proses perubahan secara terus menerus.
Alat-alat yang dimaksud adalah keterampilan pemecahan masalah (problem
solving) yang dapat digunakan oleh individu untuk menentukan, menganalisis,
dan memecahkan masalah. Pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang
berada dalam proses perubahan.
Menurut Barnadib, sebagaimana dikutip Jalaluddin dan Abdullah
progresivisme menghendaki pendidikan yang progres. Dalam hal ini, tujuan
pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-
menerus. Pendidikan bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada anak
didik, melainkan yang terpenting melatih kemampuan berpikir secara ilmiah
(Muhmidayeli, 2012).
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, maka tujuan pendidikan menurut
progresivisme ini sangat senada dengan tujuan pendidikan nasional yang ada di
Indonesia. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Jadi berdasarkan pengertian ini, maka aliran progresivisme
sangat sejalan dengan tujuan pendidikan yang ada di Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aliran Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Aliran atau teori pendidikan
progresivisme adalah teori pendidikan yang memfokuskan pentingnya pendidikan
sebagai sarana “kemajuan” atau liberasi peserta didik. Aliran progresivisme ini
berasal dari kata "Progresif" yang berarti maju, sehingga aliran progresivisme lebih
mengutamakan masa depan dan cenderung untuk meninggalkan masa lalu. Kemajuan
atau progres tersebut berarti bahwa pendidikan tidak sekedar dengan memberikan
sekumpulan pengetahuan akademik kepada pesertia didik, tetapi juga berisi aktivitas
atau ketrampilan yang mengarah pada pelatihan kemampuan berfikir. Selain itu
kemajuan juga berarti bahwa pendidikan beranjak dari aliran pendidikan tradisional
yang selalu menekankan pada otoritas pendidik dan otoritas teks yang berlebihan.
Dalam perkembangannya aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang
besar di dunia pendidikan di Indonesia. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar
kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan, baik
secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang
terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain
B. Saran dan Kritik
Kami selaku penyusun mohon maaf jika ada kesalahan kata, atau materi yang
mungkin kurang detail. Untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca
demikesempurnaan makalah ini. Sekian,terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Imam. 1997. Filsafat Pendidikan, Sistem, dan Metode. Yogyakarta: Andi Offset.

Dardiri, Achmad . 2008. "Aspek-aspek Filsafat dan Kaitannya dengan Pendidikan." Majalah
Ilmiah Fondasi Pendidikan.
Gutek, Gerald Lee. 1974. Philosophycal Alternatives In Education. Loyola University of
Chicago: Merrill Publishing Company.
Jalaluddin, and Abdullah Idi. 2012. Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat, dan Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Press.
Muhmidayeli. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Ornstein, Alan C dan Levine, Daniel U. 1985. An Introduction to the Foundation Of
Education . Boston: HoughtonMifflin Company.
Rukiyati, and Lusila Andriani Purwastuti. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarya Press.
Sastrapratedja, M. 2007. "Pancasila sebagai Prinsip Humanisasi Masyarakat,
Kontekstualisasi dan Implementasi Pancasila dalam Bidang Sposial Budaya" dalam
Memaknai Kembali Pancasila. Yogyakarta: Badan Penerbit Filsafsat Universitas
Gadjah Mada bekerja sama dengan Penerbit Lima dan Faisal Foundation.
Sudarminta. 1994. Filsafat Pendidikaan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Utomo, Sigit Tri dan Ifadah, Luluk. 2020. "Filsafat Progresivisme dan Implikasinya bagi
Pendidikan Islam." Jurnal Studi Keislaman Vol.6 No.1.
Whitney, David C. 1964. The World Book Encyclopedia. London: Field Enterprises
Educational Corporation.
Wikandaru, Reno. 2012. "Aliran Pendidikan Progresivisme dan Konstribusinya dalam
Pengembangan Pendidikan Pancasila di Indonesia." Jurnal Ilmiah CIVIS Volume II
No.1.

Anda mungkin juga menyukai