Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FULLDAY SCHOOL DAN BOARDING SCHOOL


DALAM PERSPEKTIF NATURALISME DAN PROGRESIVISME
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu)
DOSEN : Dr. Fadlullah, S.Ag., M.Si

Disusun Oleh:
Iqtifa Nurcholifah 7772220012
Shofa Nabila As-salafy 7772220026

PROGRAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BANTEN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan hakikatnya lahir dari spekulasi filsafat tentang kehidupan manusia. Pendidikan
yang lahir dari speskulasi filosofis dieksplorasi melalui proses refleksi dan analisis. Hasil
spekulasi filosofis diterima sebagai kebenaran yang melahirkan premis bahwa Pendidikan
dipercaya dapat membawa bagi perubahan manusia 1. Maka Pendidikan bersifat fundamental
karena pendidikan mampu mengembangkan potensi dan membentuk karakter tiap-tiap
individu.

Seorang tokoh filsafat Brubacher mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat berdiri sendiri
secara bebas tanpa adanya landasan filososfis yang menyertainya. Filosofis dan filsafat
pendidikan memiliki keterkaitan dan keterpaduan sesuai dengan tahapan perkembangan dan
pengembangannya2. Filsafat merupakan dasar tata cara proses berpikir untuk menemukan
kebijakan dan keadilan. Sementara pendidikan memerlukan landasan filosofis yang juga
harus dibangun melalui proses-proses terstruktur.

Dewasa ini, perkembangan zaman memengaruhi ragam model pendidikan di dunia. Salah
satu ragam model yang sedang berkembang adalah Boarding School dan Full Day School.
Kedua model pendidikan tersebut memiliki dapat dikaji melalui prespektif aliran filsafat
pendidikan progresivisme dan pendidikan naturalisme.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Boarding School dan Full Day School?
2. Apa pengertian aliran filsafat pendidikan progresivisme dan naturalisme?
3. Bagaimana Boarding School dan Full Day School dalam prespektif progresivisme dan
naturalisme?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalh ini adalah untuk mengetahui “Konsep Boarding School dan
Full Day School dalam Prespektif Progresivisme dan Naturalisme”

1
Effendi, Y. R , Relationship Between Philosophy, Education, and Curriculum, 2020, hlm. 1-38.
2
Brubacher, John S. Comparative Philoshophy of Education in Philosophies of Education, forty First
Yearbook, Part 1, Chicago: The University of Chicago Press, 1962.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Aliran Filsafat Pendidikan Naturalisme


Naturalisme merupakan teori yang menerima nature (alam) sebagai keseluruhan
realitas. Istilah nature telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti,
mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total
dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita
oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme
yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang
ada (wujud) di atas atau di luar alam 3. Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga
aliran besar yaitu realisme, empirisme dan rasionalisme. Pada dasarnya, semua
penganut naturalisme merupakan penganut realisme, tetapi tidak semua penganut
realisme merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib menyebutkan bahwa
realisme merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran
realisme sejalan dengan naturalisme.

Aliran filsafat naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat pendidikan
Aristotalian-Thomistik. Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami
perkembangan pada abad ke 18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang
sains. Ia berpandangan bahwa “Learned heavily on the knowledge reported by
man’s sense” 4. Herbet Spencer menjelaskan tujuh prinsip dalam proses pendidikan
beraliran naturalisme, adalah (1) Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam,
(2) Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik, (3) Pendidikan harus
berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak, (4) Memperbanyak ilmu pengetahuan
merupakan bagian penting dalam Pendidikan, (5) Pendidikan dimaksudkan untuk
membantu perkembangan fisik, sekaligus otak, (6) Praktik mengajar adalah seni
menunda, (7) Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif

3
Benartho Denys Rapoho, Skripsi: “Filsafat Naturalisme Jacques Ranciere Sebagai Paradigma
Baru Pendidikan Kontemporer”, ( Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada,
2019).
4
Wakhudin dan Trisnahada. Filsafat Naturalisme. (Makalah) Bandung: PPS-UPI Bandung hlm. 5. 1997
(Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan.
Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik). 5

Karakter khas yang terlihat dari aliran naturalisme ini yaitu proses siswa
berkembang secara wajar. Menurut naturalisme, aspek spontanitas merupakan
sarana yang tepat untuk mendapatkan pengetahuan baik berupa empiris maupun
otak. Maka dengan demikian bahwa naturalisme menghendaki pendidikan
yang berjalan secara wajar tanpa intervensi yang berlebihan sehingga membuat anak
tersebut justru merasa terancam. Hal ini dilakukan atas dasar, bahwa anak memiliki
potensi insani alami yang memungkinkan untuk dapat berkembang secara alamiah.

2.2. Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme


Aliran progresivisme merupakan salah satu aliran filsafat Pendidikan yang
berkembang pada abad XX. Progresivisme disebut juga naturalisme yang memiliki
pandangan bahwa kenyataan sebenarnya adalah alam semesta ini. 6
Progresivisme
memiliki sebuah konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia
memiliki kemampuan yang wajar dalam menghadapi dan mengatasi problematika yang
bersifat menekan dan mengancam adanya manusia itu sendiri. Progresivisme menolak
adanya Pendidikan yang bersifat otoriter karena dianggap kurang menghargai dan
memberikan tempat semestinya kepada siswa dalam proses pendidikannya sehingga akan
menghambat dalam mencapai tujuan pendidikan.7

Progresivisme merupakan sebuah teori yang muncul atas reaksi terhadap Pendidikan
tradisional yang menekankan kepada metode pengajaran yang formal dan kaku. Teori ini
menekankan pada beberapa prinsip, yakni (1) proses Pendidikan berawal dan berakhir pada
peserta didik, (2) peserta didik adalah sesuatu yang aktif bukan pasif, (3) peran guru
hanyalah sebagai fasilitator, pengarah, dan pembimbing, (4) sekolah harus menciptakan
iklim yang bersifat kooperatif dan demokratif, (5) aktivitas pembelajaran lebih fokus pada
pemecahan masalah bukan untu mengejar materi kajian. 8

Pencetus Aliran Progresivisme paling popular adalah Jhon Dewey. Menurut Jhon
Dewey filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia da lingkungannya.
5
Andaru Warih, Tantri. PANDANGAN FILSAFAT NATURALISME DAN IMPLIKASINYA DALAM
KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA.
6
Anwar, M. Filsafat Pendidikan. 2017, Kencana.
7
Satrijo Budiwibowo. Kajian Filsafat Ilmu dan Filsafat Pendidikan Tentang Relativisme Kultural dalam
Prespektif Filsafat Moral,2004.
8
Saragih, Hisarma, dkk, Filsafat Pendidikan I, 2021. Yayasan Kita Menulis, Medan
Tugas filsafat ialah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata dan tidak larut
dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis9. Melalui penelitiannya
terhadap pendidikan, Dewey melihat sekolah dan kurikulumnya memisahkan aspek-
aspek pengalaman peserta didik. Pemisahan ini akan membawa masalah serius pada
tataran praktis karena dunia pribadi peserta didik berhadapan dengan dunia
impersonal yang sempit,

2.3. Fullday School


Salah satu gagasan untuk memperbaiki sistem pendidikan kita adalah melalui
“fullday school”. Fullday school adalah program yang dilaksanakan untuk
mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan perkembangan era
globalisasi, sehingga perlu penguatan karakter bagi peserta didik melalui
restorasi pendidikan karakter di sekolah.

Sejak fullday school dilegitimasi dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2017 tentang
Lima Hari Sekolah membuka akses justicia pendidikan bagi para pengejar
intelektual. Namun sayangnya, akses pendidikan yang dimaksud tidak berbanding
lurus dengan kualitas pendidikan. Di sisi lain, tujuan program full day school adalah
penguatan pembangunan karakter (character building).10

2.4. Boarding School


Sistem pembelajaran boarding merupakan sistem pembelajaran siswanya tinggal
berasrama dengan aktifitas yang padat. Sistem pembelajaran boarding selalu dalam
pengawasan pihak sekolah 24 jam sehingga jadwal belajar dapat optimal. Boarding
school mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan sekolah pada umumnya,
secara sosial boarding school berasal dari lingkungan yang heterogen, rohani,
spiritual maupun intelektual akademiknya sehingga siap bersaing baik ilmu,
teknologi dan nilai-nilai religius yang tinggi di masyarakat nantinya.11

9
Hadiwiryono, D., Sari Sejarah Filsafat Barat I, 1980. Kanisius, Yogyakarta
10
Gibran Mohammad, Dedi Putra, Anisa Cahya, “Pendidikan Karakter Melalui Fullday School:
Reorientasi Pendidikan yang Berkualitas dan Berkelanjutan”, (Lampung: Universitas Lampung, 2017),
hlm. 2.
11
Ridha Fitri, Asniar, Syarifah, “Determinan Gaya Hidup Sehat Remaja Boarding School dan Non
Boarding School”, Jurnal Keperawatan Silampari, Volume 5, Nomor 1, Desember 2021, hlm. 2.
Masa remaja adalah masa yang memiliki egoistis yang tinggi dan ingin
menunjukkan eksistensi yang tinggi sehingga menimbulkan sikap negatif yang
dipengaruhi oleh lingkungan sebaya khususnya di sekolah seperti merokok,
tawuran, minum minuman keras, junk food, narkoba dan seks bebas, oleh karena itu
remaja amat memerlukan penguatan karakter. Dan Boarding School merupakan
reaksi akan terabaikannya pendidikan karakter di Indonesia.

2.5. Full Day School dan Boarding School dalam Prespektif Progresivisme dan
Naturalisme
Sistem Full day School dan Boarding School memiliki tujuan dan pencapaian yang
sama dalam Pendidikan yaitu terbanguannya karakter. Dalam hal ini keduanya
memiliki prespektif aliran naturalisme dan progresivisme yang sepakat bahwa
prinsip belajar tidak sebatas berbentuk model pengajaran formal dan menjadikan
lingkungan dan interaksi sebagai alat realitas utama untuk pemenuhan pengalaman
peserta didik dalam menempuh pembelajaran. Aliran Progresivisme berupaya untuk
mengenali dan mencoba mengembangkan prinsip-prinsip progresif kehidupan nyata
yang membantu orang mengatasi semua tantangan hidup,

Fullday School dan Boarding School meyakini bahwa lingkungan mempengaruhi


perkembangan kepribadian. Progresivisme melihat bagaimana bentuk penyelesaian
problematika pendidikan dikaitkan dengan problematika dalam kehidupan secara
nyata dan kontekstual. Adapun dalam proses pendidikan terdiri dari satu proses
dimana kehidupan manusia berkembang dan esensi dari keduanya dipandang
sebagai satu kesatuan.

Aliran progresivisme menjadi dasar penerapan pendidikan karakter. Aliran filsafat


pendidikan ini menekankan pada aspek perkembangan peserta didik agar dapat
berpikir dengan baik, bijak, disiplin, mampu berkomunikasi dan demokratis.
Dengan cara ini, peserta didik dapat memperoleh keterampilan dan kemampuan
untuk memecahkan dan menghadapi masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan
mereka.

Pada akhirnya pendidikan karakter masuk dalam aspek penting dikarenakan


pendidikan bukan hanya berorientasi membuat peserta didik cerdas dalam aspek
kognitif saja, selain daripada itu pendidikan merupakan alat untuk membentuk gaya
hidup, kebiasaan dan praktik, salah satunya adalah pembentukan karakter di
lembaga pendidikan formal.

Berangkat dari filsafat progresivisme yang menginisiasi adanya perubahan, dapat


menumbuhkan potensi dalam diri dan memberikan sarana pemecahan masalah
sehingga diharapkan nantinya dapat diterapkan pada berbagai nilai inti/dasar
pendidikan karakter di sekolah. Pada akhirnya, nilai dasar dalam pendidikan
karakter dapat diimplementasikan pada aliran progresivisme. Diharapkan lembaga
pendidikan formal Indonesia dapat mengembangkan potensi peserta didik dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, sehingga dapat diterapkan pada nilai-
nilai inti pendidikan karakter dalam kepribadian setiap peserta didik, yang nantinya
akan menghasilkan insan cendekia yang berakhlak mulia.12

Salah satu sekolah Boarding School di Kuningan Jawa Barat adalah MA Husnul
Khotimah. Penguatan karakter dan interkasi di Pondok Pesantren tersebut terjadi
secara alami atau natural,guru bukan hanya sebagai pengajar formal di kelas namun
menjadi fasilitator pembimbing peserta didik di luar kelas berbaur dalam keseharian
peserta didik dalam mengatasi problematika-problematika kehidupan sehari-hari.
Hal kecil misalnya cara menyiapkan kebutuhan belajar dan keseharian sendiri. Guru
hanya membimbing tanpa ikut turun tangan secara langusng. Sehingga dibantu
dengan interaksi, lingkungan, dan pembiasaan. Karakter mandiri peserta didik akan
terbangun menyesuaikan dengan realita nyata, sehingga peserta didik akan lebih
mampu mengtasi problematika-problematika kehidupan mereka.

SMAIT Al-Hanif misalnya sebagai contoh sistem Full Day School yang ada di kota
Cilegon. Peserta didik dapat membangun karakter budi pekerti melalui proses yang
naturalis dalam interaksi keseharian mereka di luar jam belajar. Salah satu
programnya adalah Tadabbur Alam. Dalam konteks ini aliran filsafat pendidikan
naturalisme mengenalkan peserta didik secara langsung dengan alam bertafakur dan
bertadabur terhadap pencipta alam semesta.

Dalam menerapkan prespektif naturalisme dan progresivisme penerapan sistem


fullday School dan Boarding School dirasa sudah cukup baik dalam menerapkan

12
Siti Khomairoh, Muhammad Nurwahidin, Sudjarwo, “Implementasi Pendidikan Karakter Pada
Lembaga Pendidikan Formal Menurut Kajian Filsafat Progresivisme”, Jurnal Pendidikan Dasar dan
Sosial Humaniora, Volume 1, Nomor 12, Oktober 2022, hlm. 3.
prinsip-prinsip aliran filsafat tersebut dalam mewujudkan cita-cita Pendidikan yang
berkualitas dan berkelanjutan. Walapun tetap ada beberapa prinsip yang tak sejalan,
namun sistem fullday School dan Boarding School menunjukan adanya kesempatan
terwujudnya cita-cita besar Pendidikan melalui aliran filsafat naturalisme dan
progresivisme.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Simpulan
Filsafat Pendidikan naturalisme dan progresivisme memiliki pandangan yang
serupa yang memandang bahwa kehidupan atau alam adalah realitas utama
media utama dalam pemenuhan pengalaman belajar. Keduanya berprinsip
bahwa model pengajaran formal dan bersifat otoriter hanya menunda-nunda dan
membuat masalah baru. Hasil dari belajar manusia pun dilihat dari bagaimana
mereka memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu pun
menunjukan pentingnya penguatan karakter pada peserta didik untuk dapat
mengarungi realitas kehidupan secara nyata.

Dalam hal ini Fullday School dan Boarding School dianggap sudah memenuhi
beberapa prinsip dari aliran filsafat naturalisme dan progresivisme. Sistem Full
Day School mengkondisikan peserta didik memiliki waktu interaksi lebih
banyak dalam ruang lingkup secara terarah. Begitupun system Boarding School,
peserta didik dipertemukan dengan kondisi realitas yang lebih nyata
dibandingkan dengan sekolah pada umumnya, dengan skema interaksi sosial
yang lebih heterogeny dari sekolah pada umumnya. Hal itu membuat peserta
didik secara tidak langsung belajar dengan metode problem solving. Siswa
bukanlah objek guru dalam memberikan ilmu melainkan melalui pandangan
progresivisme dan naturalisme guru merupakan fasilitator untuk terciptanya
interaksi dalam kehidupan sehari-hari, dengan interaksi siswa akan belajar
memecahkan masalah secara realistis dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga
karakter siswa akan terbangun melaui pembiasaan sehari-hari dan pemacahan
masalah-masalah atau konflik-konflik dalam keseharian secara nyata.

Maka dari itu, dalam prespektif naturalisme dan progresivisme penerapan sistem
fullday School dan Boarding School dipandang sudah cukup baik dalam
menerapkan prinsip-prinsip aliran filsafat tersebut dalam mewujudkan cita-cita
Pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Y. R , Relationship Between Philosophy, Education, and Curriculum, 2020.

Brubacher, John S. Comparative Philoshophy of Education in Philosophies of Education, forty


First Yearbook, Part 1, Chicago: The University of Chicago Press, 1962.
Benartho Denys Rapoho, Skripsi: “Filsafat Naturalisme Jacques Ranciere Sebagai Paradigma
Baru Pendidikan Kontemporer”, ( Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada,
2019).
Wakhudin dan Trisnahada. Filsafat Naturalisme. (Makalah) Bandung: PPS-UPI Bandung. 1997

Andaru Warih, Tantri. PANDANGAN FILSAFAT NATURALISME DAN IMPLIKASINYA DALAM


KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA.

Anwar, M. Filsafat Pendidikan. 2017, Kencana.

Satrijo Budiwibowo. Kajian Filsafat Ilmu dan Filsafat Pendidikan Tentang Relativisme Kultural dalam
Prespektif Filsafat Moral,2004.

Saragih, Hisarma, dkk, Filsafat Pendidikan I, 2021. Yayasan Kita Menulis, Medan

Imma Rahmani Hasanah, “Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia di dalam
Bidang Pendidikan Tinjauan dari Pasal 31 Undang-undang Dasar Tahun 1945”, dalam
Pamulang Law Review, Volume 5 Issue 1, Agustus 2022, (Pamulang: Journal of Law, 2022).

Gibran Mohammad, Dedi Putra, Anisa Cahya, “Pendidikan Karakter Melalui Fullday School:
Reorientasi Pendidikan yang Berkualitas dan Berkelanjutan”, (Lampung: Universitas Lampung,
2017).

Ridha Fitri, Asniar, Syarifah, “Determinan Gaya Hidup Sehat Remaja Boarding School dan
Non Boarding School”, Jurnal Keperawatan Silampari, Volume 5, Nomor 1, Desember 2021.

Benartho Denys Rapoho, Skripsi: “Filsafat Naturalisme Jacques Ranciere Sebagai Paradigma
Baru Pendidikan Kontemporer”, ( Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada,
2019).

Siti Khomairoh, Muhammad Nurwahidin, Sudjarwo, “Implementasi Pendidikan Karakter Pada


Lembaga Pendidikan Formal Menurut Kajian Filsafat Progresivisme”, Jurnal Pendidikan Dasar
dan Sosial Humaniora, Volume 1, Nomor 12, Oktober 2022.

Anda mungkin juga menyukai