Disusun Oleh:
Iqtifa Nurcholifah 7772220012
Shofa Nabila As-salafy 7772220026
PENDAHULUAN
Seorang tokoh filsafat Brubacher mengatakan bahwa pendidikan tidak dapat berdiri sendiri
secara bebas tanpa adanya landasan filososfis yang menyertainya. Filosofis dan filsafat
pendidikan memiliki keterkaitan dan keterpaduan sesuai dengan tahapan perkembangan dan
pengembangannya2. Filsafat merupakan dasar tata cara proses berpikir untuk menemukan
kebijakan dan keadilan. Sementara pendidikan memerlukan landasan filosofis yang juga
harus dibangun melalui proses-proses terstruktur.
Dewasa ini, perkembangan zaman memengaruhi ragam model pendidikan di dunia. Salah
satu ragam model yang sedang berkembang adalah Boarding School dan Full Day School.
Kedua model pendidikan tersebut memiliki dapat dikaji melalui prespektif aliran filsafat
pendidikan progresivisme dan pendidikan naturalisme.
1
Effendi, Y. R , Relationship Between Philosophy, Education, and Curriculum, 2020, hlm. 1-38.
2
Brubacher, John S. Comparative Philoshophy of Education in Philosophies of Education, forty First
Yearbook, Part 1, Chicago: The University of Chicago Press, 1962.
BAB II
PEMBAHASAN
Aliran filsafat naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat pendidikan
Aristotalian-Thomistik. Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami
perkembangan pada abad ke 18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang
sains. Ia berpandangan bahwa “Learned heavily on the knowledge reported by
man’s sense” 4. Herbet Spencer menjelaskan tujuh prinsip dalam proses pendidikan
beraliran naturalisme, adalah (1) Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam,
(2) Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik, (3) Pendidikan harus
berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak, (4) Memperbanyak ilmu pengetahuan
merupakan bagian penting dalam Pendidikan, (5) Pendidikan dimaksudkan untuk
membantu perkembangan fisik, sekaligus otak, (6) Praktik mengajar adalah seni
menunda, (7) Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif
3
Benartho Denys Rapoho, Skripsi: “Filsafat Naturalisme Jacques Ranciere Sebagai Paradigma
Baru Pendidikan Kontemporer”, ( Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada,
2019).
4
Wakhudin dan Trisnahada. Filsafat Naturalisme. (Makalah) Bandung: PPS-UPI Bandung hlm. 5. 1997
(Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan.
Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik). 5
Karakter khas yang terlihat dari aliran naturalisme ini yaitu proses siswa
berkembang secara wajar. Menurut naturalisme, aspek spontanitas merupakan
sarana yang tepat untuk mendapatkan pengetahuan baik berupa empiris maupun
otak. Maka dengan demikian bahwa naturalisme menghendaki pendidikan
yang berjalan secara wajar tanpa intervensi yang berlebihan sehingga membuat anak
tersebut justru merasa terancam. Hal ini dilakukan atas dasar, bahwa anak memiliki
potensi insani alami yang memungkinkan untuk dapat berkembang secara alamiah.
Progresivisme merupakan sebuah teori yang muncul atas reaksi terhadap Pendidikan
tradisional yang menekankan kepada metode pengajaran yang formal dan kaku. Teori ini
menekankan pada beberapa prinsip, yakni (1) proses Pendidikan berawal dan berakhir pada
peserta didik, (2) peserta didik adalah sesuatu yang aktif bukan pasif, (3) peran guru
hanyalah sebagai fasilitator, pengarah, dan pembimbing, (4) sekolah harus menciptakan
iklim yang bersifat kooperatif dan demokratif, (5) aktivitas pembelajaran lebih fokus pada
pemecahan masalah bukan untu mengejar materi kajian. 8
Pencetus Aliran Progresivisme paling popular adalah Jhon Dewey. Menurut Jhon
Dewey filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia da lingkungannya.
5
Andaru Warih, Tantri. PANDANGAN FILSAFAT NATURALISME DAN IMPLIKASINYA DALAM
KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA.
6
Anwar, M. Filsafat Pendidikan. 2017, Kencana.
7
Satrijo Budiwibowo. Kajian Filsafat Ilmu dan Filsafat Pendidikan Tentang Relativisme Kultural dalam
Prespektif Filsafat Moral,2004.
8
Saragih, Hisarma, dkk, Filsafat Pendidikan I, 2021. Yayasan Kita Menulis, Medan
Tugas filsafat ialah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata dan tidak larut
dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis9. Melalui penelitiannya
terhadap pendidikan, Dewey melihat sekolah dan kurikulumnya memisahkan aspek-
aspek pengalaman peserta didik. Pemisahan ini akan membawa masalah serius pada
tataran praktis karena dunia pribadi peserta didik berhadapan dengan dunia
impersonal yang sempit,
Sejak fullday school dilegitimasi dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2017 tentang
Lima Hari Sekolah membuka akses justicia pendidikan bagi para pengejar
intelektual. Namun sayangnya, akses pendidikan yang dimaksud tidak berbanding
lurus dengan kualitas pendidikan. Di sisi lain, tujuan program full day school adalah
penguatan pembangunan karakter (character building).10
9
Hadiwiryono, D., Sari Sejarah Filsafat Barat I, 1980. Kanisius, Yogyakarta
10
Gibran Mohammad, Dedi Putra, Anisa Cahya, “Pendidikan Karakter Melalui Fullday School:
Reorientasi Pendidikan yang Berkualitas dan Berkelanjutan”, (Lampung: Universitas Lampung, 2017),
hlm. 2.
11
Ridha Fitri, Asniar, Syarifah, “Determinan Gaya Hidup Sehat Remaja Boarding School dan Non
Boarding School”, Jurnal Keperawatan Silampari, Volume 5, Nomor 1, Desember 2021, hlm. 2.
Masa remaja adalah masa yang memiliki egoistis yang tinggi dan ingin
menunjukkan eksistensi yang tinggi sehingga menimbulkan sikap negatif yang
dipengaruhi oleh lingkungan sebaya khususnya di sekolah seperti merokok,
tawuran, minum minuman keras, junk food, narkoba dan seks bebas, oleh karena itu
remaja amat memerlukan penguatan karakter. Dan Boarding School merupakan
reaksi akan terabaikannya pendidikan karakter di Indonesia.
2.5. Full Day School dan Boarding School dalam Prespektif Progresivisme dan
Naturalisme
Sistem Full day School dan Boarding School memiliki tujuan dan pencapaian yang
sama dalam Pendidikan yaitu terbanguannya karakter. Dalam hal ini keduanya
memiliki prespektif aliran naturalisme dan progresivisme yang sepakat bahwa
prinsip belajar tidak sebatas berbentuk model pengajaran formal dan menjadikan
lingkungan dan interaksi sebagai alat realitas utama untuk pemenuhan pengalaman
peserta didik dalam menempuh pembelajaran. Aliran Progresivisme berupaya untuk
mengenali dan mencoba mengembangkan prinsip-prinsip progresif kehidupan nyata
yang membantu orang mengatasi semua tantangan hidup,
Salah satu sekolah Boarding School di Kuningan Jawa Barat adalah MA Husnul
Khotimah. Penguatan karakter dan interkasi di Pondok Pesantren tersebut terjadi
secara alami atau natural,guru bukan hanya sebagai pengajar formal di kelas namun
menjadi fasilitator pembimbing peserta didik di luar kelas berbaur dalam keseharian
peserta didik dalam mengatasi problematika-problematika kehidupan sehari-hari.
Hal kecil misalnya cara menyiapkan kebutuhan belajar dan keseharian sendiri. Guru
hanya membimbing tanpa ikut turun tangan secara langusng. Sehingga dibantu
dengan interaksi, lingkungan, dan pembiasaan. Karakter mandiri peserta didik akan
terbangun menyesuaikan dengan realita nyata, sehingga peserta didik akan lebih
mampu mengtasi problematika-problematika kehidupan mereka.
SMAIT Al-Hanif misalnya sebagai contoh sistem Full Day School yang ada di kota
Cilegon. Peserta didik dapat membangun karakter budi pekerti melalui proses yang
naturalis dalam interaksi keseharian mereka di luar jam belajar. Salah satu
programnya adalah Tadabbur Alam. Dalam konteks ini aliran filsafat pendidikan
naturalisme mengenalkan peserta didik secara langsung dengan alam bertafakur dan
bertadabur terhadap pencipta alam semesta.
12
Siti Khomairoh, Muhammad Nurwahidin, Sudjarwo, “Implementasi Pendidikan Karakter Pada
Lembaga Pendidikan Formal Menurut Kajian Filsafat Progresivisme”, Jurnal Pendidikan Dasar dan
Sosial Humaniora, Volume 1, Nomor 12, Oktober 2022, hlm. 3.
prinsip-prinsip aliran filsafat tersebut dalam mewujudkan cita-cita Pendidikan yang
berkualitas dan berkelanjutan. Walapun tetap ada beberapa prinsip yang tak sejalan,
namun sistem fullday School dan Boarding School menunjukan adanya kesempatan
terwujudnya cita-cita besar Pendidikan melalui aliran filsafat naturalisme dan
progresivisme.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Filsafat Pendidikan naturalisme dan progresivisme memiliki pandangan yang
serupa yang memandang bahwa kehidupan atau alam adalah realitas utama
media utama dalam pemenuhan pengalaman belajar. Keduanya berprinsip
bahwa model pengajaran formal dan bersifat otoriter hanya menunda-nunda dan
membuat masalah baru. Hasil dari belajar manusia pun dilihat dari bagaimana
mereka memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu pun
menunjukan pentingnya penguatan karakter pada peserta didik untuk dapat
mengarungi realitas kehidupan secara nyata.
Dalam hal ini Fullday School dan Boarding School dianggap sudah memenuhi
beberapa prinsip dari aliran filsafat naturalisme dan progresivisme. Sistem Full
Day School mengkondisikan peserta didik memiliki waktu interaksi lebih
banyak dalam ruang lingkup secara terarah. Begitupun system Boarding School,
peserta didik dipertemukan dengan kondisi realitas yang lebih nyata
dibandingkan dengan sekolah pada umumnya, dengan skema interaksi sosial
yang lebih heterogeny dari sekolah pada umumnya. Hal itu membuat peserta
didik secara tidak langsung belajar dengan metode problem solving. Siswa
bukanlah objek guru dalam memberikan ilmu melainkan melalui pandangan
progresivisme dan naturalisme guru merupakan fasilitator untuk terciptanya
interaksi dalam kehidupan sehari-hari, dengan interaksi siswa akan belajar
memecahkan masalah secara realistis dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga
karakter siswa akan terbangun melaui pembiasaan sehari-hari dan pemacahan
masalah-masalah atau konflik-konflik dalam keseharian secara nyata.
Maka dari itu, dalam prespektif naturalisme dan progresivisme penerapan sistem
fullday School dan Boarding School dipandang sudah cukup baik dalam
menerapkan prinsip-prinsip aliran filsafat tersebut dalam mewujudkan cita-cita
Pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Satrijo Budiwibowo. Kajian Filsafat Ilmu dan Filsafat Pendidikan Tentang Relativisme Kultural dalam
Prespektif Filsafat Moral,2004.
Saragih, Hisarma, dkk, Filsafat Pendidikan I, 2021. Yayasan Kita Menulis, Medan
Imma Rahmani Hasanah, “Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia di dalam
Bidang Pendidikan Tinjauan dari Pasal 31 Undang-undang Dasar Tahun 1945”, dalam
Pamulang Law Review, Volume 5 Issue 1, Agustus 2022, (Pamulang: Journal of Law, 2022).
Gibran Mohammad, Dedi Putra, Anisa Cahya, “Pendidikan Karakter Melalui Fullday School:
Reorientasi Pendidikan yang Berkualitas dan Berkelanjutan”, (Lampung: Universitas Lampung,
2017).
Ridha Fitri, Asniar, Syarifah, “Determinan Gaya Hidup Sehat Remaja Boarding School dan
Non Boarding School”, Jurnal Keperawatan Silampari, Volume 5, Nomor 1, Desember 2021.
Benartho Denys Rapoho, Skripsi: “Filsafat Naturalisme Jacques Ranciere Sebagai Paradigma
Baru Pendidikan Kontemporer”, ( Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada,
2019).