Ayyuhal kirom walmuhtarom para dewan juri, para Bapak dan Para Ibu, hadirin
rahimakumullah, serta teman-teman yang saya banggakan.
Pertama-tama dan yang paling utama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt
yang telah memberikan nikmat kepada kita semua, baik nikmat sehat, iman dan islam. Sehingga
kita semua dapat bersilaturahmi dalam acara yang in syaa Allah dirahmati oleh Allah swt.
Aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Yang kedua, sholawat beriring salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada suri tauladan kita
Nabi Muhammad saw beserta keluarganya, para sahabatnya, dan juga para pengikutnya. Yang
telah menunjukkan jalan kebenaran kepada umatnya yakni agama Islam, yang semoga kita
semua mendapat syafa’atnya hingga yaumil qiyamah.
Pada majlis yang mulia ini izin kan saya “.................... dari SD IT Tunas Cendekia Cilegon”
ingin menyampaikan sebuah pidato tentang “Membangun budaya malu” yang wajib kita
amalkan dalam keseharian kita sebagai seorang murid.
Sifat malu termasuk di antara sifat terpuji yang sudah di tinggalkan oleh banyak orang. Padahal
sifat ini sifat ini bisa mendatangkan banyak kebaikan bagi orang yang bersifat dengannya serta
membentenginya agar tidak terjerumus dalam perilaku buruh. Rasulullah saw bersabda Alhayau
laya’tii bikhayri artinya sesungguhnya rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan.” (HR.
Bukhari)
Dalam agama islam malu adalah bagian dari agama orang yang memiliki rasa malu pasti akan
menuai banyak kebaikan, akan tetapi, bagaimana malu yang sebenarnya dalam islam? malu
dibagi tiga macam
Pertama, malu kepada Allah. Jika seseorang malu kepada Allah, ia akan mengerjakan
perintahnya dan menjauhi larangannya. Rasullah bersabda, “malu lah kalian kepada Allah
dengan sungguh-sungguh rasa malu. Kemudian nabi ditanya, “Bagaimana caranya, malu kepada
Allah?” di jawab, “siapa yang menjaga kepala dan isinya, perut dan makannya, meninggalkan
kesenangan dunia, dan mengingat mati maka dia sungguh telah memilki rasa malu kepada Allah
sw.” Malu seperti inilah yang akan melahirkan buah keimanan dan ketakwaan.
Kedua, malu kepada manusia. Jika seseorang memiliki rasa malu kepada manusia, maka ia akan
menjaga pandangan yang tidak halal untuk dilihat. Seorang ahli hikmah pernah ditanya tentang
orang fasik. Beliau menjawab, “ yaitu orang yang tidak menjaga pandangannya, suka mengintip
aurat tetangganya dari balik pintu rumahnya.” Orang yang punya rasa malu kepada manusia
tidak akan berani melakukan dosa di hadapan orang lain. Jangankan disa, melakukan kebiasaan
jeleknya saja dia malu jika ada orang yang melihatnya.
Ketiga, malu kepada diri sendiri. Ketika orang punya malu kepada dirinya sendiri, dia tidak akan
melakukan perbuatan dosa ketika sendirian. Ia malu jika ada orang yang melakukan saat dilihat
orang, maka ia tidak berhak mendapat kemuliaan.
Rasulullah saw. Adalah figur yang sempurna dalam akhlak malu. Beliau tidak pernah
menjulurkan kakinya ketika sedang duduk bersama sahabatnya. Pada siatu hari beliau lewat dan
berpaoasan dengan orang yang sedang mandi. Lalu beliau bersabda.” Wahai manusia,
sesungguhnya Allah maha hidup, maha lembut, dan maha menutupi. Allah cinta pada rasa malu
dan menutup diri. Jika kalian mandi maka lindungilah diri dari pandangan orang lain.
Mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati para hadirin .
Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ,
beliau bersabda:
َان ُ وَ ا ْل َحيَا ُء، ش ْعبَ ًة
ِ ش ْعبَ ٌة ِمنَ اِإل ْيم ُ َاِإْل ْيمَانُ ِبضْ عٌ وَ ِستُّوْ ن
”Iman itu terdiri dari 60 sekian (antara 63-69) cabang. Dan malu adalah salah satu cabang
iman.”
Malu adalah akhlak yang tinggi. Ia mencegah seseorang dari memiliki sifat-sifat buruk serta
perkataan dan perbuatan yang tercela. Malu adalah asas akhlak mulia dan sumber keutamaan,
karena malu akan melahirkan perkataan dan perbuatan yang baik.
Malu adalah tanda agama yang benar, ciri kebaikan yang menyeluruh, lambang kemenangan
yang sempurna. Malu adalah akhlak yang akan mendorong untuk melakukan segala yang bagus
dan meninggalkan segala yang tercela. Ia merupakan sifat jiwa yang terpuji. Malu merupakan
pangkal akhlak mulia, hiasan iman dan syiar Islam. Hal ini sebagaimana dalam Sunan Ibnu
Majah dari Anas, ia berkata, ”Rasulullah ﷺbersabda:
ق اِإل ْسالَ ِم ْال َحيَا ُء
ُ ُِإ َّن لِ ُكلِّ ِدي ٍْن ُخلُقًا َو ُخل
”Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah malu.”
Malu adalah tanda kebaikan. Ia mengabarkan tentang keselamatan dan melindungi dari celaan.
Untuk itu, marilah kita menjaga muru’ah kita dengan rasa malu. Malu dari melakukan perbuatan
yang tercela dan hina sehingga mendorong untuk melakukan yang baik dan menghalangi dari
mengurangi hak pemiliknya. Malu merupakan karunia tertinggi dari Allah kepada hamba.
Demikianlah pidato yang bisa saya sampaikan. Kesempurnaan hanya milik Allah dan
kekurangan datangnya dari diri saya pribadi.
Termasuk malu yang terpuji adalah orang yang masih muda lebih mengutamakan orang tua dan
para wanita daripada diri mereka sendiri dan tidak mendahului mereka ke kursi-kursi atau
tempat-tempat yang telah disediakan untuk para orang tua atau wanita.
Termasuk malu yang terpuji adalah seorang murid yang merendahkan diri kepada gurunya
dan tidak mendahuluinya keluar dari kelas. Sesungguhnya menghormati guru dan
memuliakannya merupakan penghormatan kepada ilmu. Semoga Allah memberi rezeki kepada
kita akhlak malu yang terpuji dan melindungi kita dari kekeliruan.
Demikianlah pidato yang bisa saya sampaikan. Sebuah pepatah dikatakan “tidak ada gading yang
tak retak” artinya tiadam manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
semata.
Yang terhorma bapak/ibu dewan juri, hadirn dan hadirot yang dirahmati Allah Swt
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat ilahi Rabbi, atas karunia-Nya kita dapat
berkumpul bersama dalam rangka tholabul ilmi, mencari ilmu. Serta kita bisa bersilaturahmi,
bertatap muka di majelis yang mulia ini dalam keadaan sehat wal afiat, aman fi amanilah.
Semoga setiap derap langkah kita semua bisa membuahkan pahala yang dapat menjadi
penghapus dosa dan pengangkat derajat dihadapan Allah SWT.
Tak lupa juga, shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’in, tabiut tabiahum, kepada kita semua, serta
kepada seluruh umatnya hingga yaumul qiyamah kelak.
pernahkan kita pernah merasa malu ketika kita beruat dosa? Atau bahkan sering melakukannya
tanpa ada rasa malu?
Untuk itu izinkan saya untuk menjelaskan sdikitnya tentang “Malu adalah Akhlak yang baik”
Maksud dari hadits ini ialah bahwa rasa malu adalah bagian dari indikator orang tersebut masih
memiliki keimanan. Malu yang seperti apa yang dimaksudkan? Malu bertemu orang-orang
soleh? Malu jika kita memunyai rumah yang tidak bagus? Semua itu bukan malu pak.. buu.. itu
namanya gengsi.
Malu itu ketika kita berbuat maksiat, malu ketika kita tidak beribadah, malu ketika kita tidak
belajar, malu ketika kita membentak-bentak orang tua, malu ketika kita tidak patuh atas perintah-
perintah agama kita.
Hadirin yang saya hormati...
Sesungguhnya Allah menganugerahkan rasa malu kepada manusia itu untuk menjaga
kemuliaannya. Karena malu merupakan akhlak yang baik dan membawa kebaikan pula. Allah
menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Allah menganugerahkan bentuk fisik
yang sempurna kepada manusia. Allah menganugerahkan wajah cantik jelita, tampan rupawan.
Allah menganugerahkan suara yang merdu. Allah menganugerahkan ketenaran dan popularitas
yang luar biasa. Semua itu hendaknya untuk dijaga dengan rasa penuh malu. Tentu semua
anugerah itu hendaknya digunakan sebaik-baiknya untuk bersyukur kepada Allah. Akan tetapi,
ketika orang mendapat anugerah apapun kemudian dia tidak menggunakannya di jalan Allah,
tetapi justru malah digunakan untuk bermaksiat kepada Allah, maka Allah pun sungguh mampu
membalikkannya dengan suatu keadaan yang serendah-rendahnya. Popularitas yang dulu diraih
berubah menjadi cacian atau hinaan. Belum lagi ancaman yang diberikan oleh Allah yang
disebabkan kufur nikmat. Tentunya akan ada azab yang sangat pedih rasanya. Oleh karena itu,
hendaknya kita senantiasa berhati-hati dan membudayakan rasa malu. Hendaknya kita
membudayakan rasa malu untuk bermaksiat, rasa malu untuk tidak jujur, rasa malu untuk
berbuat hal yang tidak baik. Dengan begitu, maka tetaplah terjaga kemuliaan kita.
Rasulullah mengkaitkan antara iman dan rasa malu. “Rasa malu adalah bagian dari iman, dan
iman tempatnya di surga. Perilaku jelek adalah bagian dari kekeringan iman, keringnya iman
tempatnya di neraka”.
Setelah ini marilah kita renungi bersama, apakah dalam diri kita masih mempunyai rasa iman
atau tidak, sebab malu itu adalah akhlak yang baik yang bisa mendatangkan keimanan yang
membuat kita masuk syurga, insya Allah. Dan jika kita tidak mempunyai rasa malu, maka hati
kita telah kering iman, dan tempatnya di neraka
Hadirin yang saya mulyakan. Sekian pidato yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya
saya mohon maaf.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ilahi Rabbi karena Alhamdulillah hari ini kita semua diberikan
kesempatan oleh Allah SWT. untuk berkumpul sekaligus menjalani sebagian dari aktivitas kita, dan
masha Allah, dari sekian banyak hamba Allah SWT. yang beraktivitas hari ini, ternyata bapak/ibu dan
teman-teman sekalian yang terpilih oleh Allah untuk bisa hadir di sini. Semoga kita semua yang hadir
diringankan langkahnya, dilembutkan hatinya, dan dipanjangkan umurnya untuk mempelajari sebagian
dari tuntunan agama kita.
Sholawat beriringkan dzikir, dzikir beriringkan doa tak lupa kita haturkan kepada junjungan nabi besar
kita yakni Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua termasuk ummatnya yang kelak mendapatkan
syafaat nya fii yaumil akhir. amiin
Pada kesempatan yang berharga ini izinkan saya untuk menyampiakn pidato saya yang berjudul “ malu
adalah kebaikan”
Di dalam Shahih Al-Bukhari dari Imran bin Hushain ia berkata, ”Nabi Muhaammad Saw bersabda:
Malu adalah akhlak yang tinggi. Ia mencegah seseorang dari memiliki sifat-sifat buruk serta perkataan
dan perbuatan yang tercela. Malu adalah asas akhlak mulia dan sumber keutamaan, karena malu akan
melahirkan perkataan dan perbuatan yang baik. Malu adalah tanda agama yang benar, ciri kebaikan yang
menyeluruh, lambang kemenangan yang sempurna. Malu adalah akhlak yang akan mendorong untuk
melakukan segala yang bagus dan meninggalkan segala yang tercela.
Sunan Ibnu Majah dari Anas, ia berkata, ”Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya setiap agama itu
memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah malu.” Malu adalah tanda kebaikan. Ia mengabarkan tentang
keselamatan dan melindungi dari celaan.
Hadirin yang dirahmati Allah...
Namun di sana ada orang yang memahami malu dengan pemahaman yang salah. Jika dia melihat
kemungkaran atau kesalahan dia tidak mengingkarinya atau mengoreksinya. Dia membela diri dengan
mengatakan bahwa yang menghalanginya adalah rasa malu. Ini sama sekali bukan rasa malu. Ini
kelemahan dan kekurangan iman. Bila seseorang tidak mengingkari kemungkaran dengan alasan bahwa
yang menghalanginya adalah rasa malu, ini seakan-akan dia menggambarkan orang yang mengingkari
kemungkaran sebagai orang yang tidak punya malu. Bahkan seakan-akan dia memandang bahwa dia
tidak meingingkari kemungkaran itu dianggap sebagai melakukan kebaikan karena Nabi ﷺ
bersabda, ”Malu itu hanyalah mendatangkan kebaikan.”
Paaak.... buuukkk...
Jelas bukan, namun itu kemungkaran dan tidak mengingkari kemungkaran tidak akan mendatangkan
kebaikan.
Pahamilah malu sesuai dengan pemahamannya yang benar. Di antara malu yang selayaknya dipahami
oleh seorang Muslim adalah tidak datang ke masjid dengan pakaian yang dia merasa malu bila
menggunakan pakaian tersebut ke tempat kerjanya atau menghadap kepada para tokoh kaumnya.
Demikian pula, Termasuk malu yang terpuji adalah seorang murid yang merendahkan diri kepada
gurunya dan tidak mendahuluinya keluar dari kelas.
Sesungguhnya menghormati guru dan memuliakannya merupakan penghormatan kepada ilmu. Semoga
Allah memberi rezeki kepada kita akhlak malu yang terpuji dan melindungi kita dari ketergelinciran.