FILSAFAT PENDIDIKAN
“ Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme “
Oleh
Kelompok 10
1. Mufti Muharam Mukhsin ( 21129248 )
2. Rahma Wadina ( 21129462 )
3. Zikra Afrila ( 22022127)
Dosen Pengampu
Dra. Wirdatul Aini, M.Pd.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Aliran Filsafat Pendidikan
Progresivisme ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Filsafat Pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Dra. Wirdatul Aini,
M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dari pihak yang telah bekerja sama
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun sangat dibutuhkan guna
kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian aliran filsafat pendidikan progresivisme.
B. Untuk mengetahui latar belakang munculnya aliran filsafat pendidikan progresivisme.
C. Untuk mengetahui tokoh – tokoh aliran filsafat pendidikan progresivisme.
D. Untuk mengetahui pandangan ontologi, epistemologi, dan aksiologi aliran filsafat
pendidikan progresivisme.
E. Untuk mengetahui belajar dalam pandangan progresivisme?
F. Untuk mengetahui peran guru dalam pandangan progresivisme.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
didik hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran. Menurut Gutek (1974:139) Aliran ini
berakar dari semangat pembaharuan sosial pada awal abad ke 20 yakni gerakan
pembaharuan politik Amerika. Adapun aliran progresif pendidikan Amerika mengacu
pada pembaharuan pendidikan di Eropa barat. Pendapat 160 lain menyebutkan bahwa
aliran progresivisme secara historis telah muncul pada abad ke-19, namun
perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, khususnya di negara
Amerika Serikat (Muhmidayeli, 2011:151). Kedua pendapat tersebut meskipun sedikit
berbeda pandangan, namun dapat ditarik benang merahnya yaitu perkembangan aliran
progresivisme ini secara pesat terjadi pada abad ke-20.
Menurut sejarah, munculnya aliran progresivisme ini sangat dipengaruhi oleh tokoh-
tokoh filsafat pragmatism seperti Charles S. Peirce, William James dan John Dewey, serta
aliran ekspereimentalisme Francis Bacom. Selain itu, adalah John Locke yang merupakan
tokoh filsafat kebebasan politik dan J.J. Rousseu dengan ajarannya tentang kebaikan
manusia telah dibawa sejak lahir (Muhmidayeli, 2011:152).
Menurut progresivisme, proses pendidikan memiliki dua segi, yaitu psikologis dan
sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-
daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang
berpangaruh di Amerika, yaitu psikologi dari aliran Behaviorisme dan Pragmatisme. Dari
segi sosiologis, pendidik harus mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus dibimbingnya.
Di samping itu, progresivisme memandang pendidikan sebagai suatu proses
perkembangan, sehingga seorang pendidik harus selalu siap untuk memodifikasi berbagai
metode dan strategi dalam pengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai
perubahan-perubahan yang menjadi kencenderungan dalam suatu masyarakat
(Muhmidayeli, 2012:156). Dalam konteks ini, pendidikan harus lebih dipusatkan pada
peserta didik, dibandingkan berpusat pada pendidik maupun bahan ajar. Karena peserta
didik merupakan subjek belajar yang dituntut untuk mampu menghadapi berbagai
persoalan kehidupan di masa mendatang.
3
2.3 Tokoh – Tokoh Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme
Beberapa tokoh dalam aliran filsafat pendidikan progresivisme, antara lain :
1. William James (11 Januari 1842 - 26 Agustus. 1910)
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, barns mempunyai fungsi biologic dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia
menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata
pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar
ilmu perilaku.
2. John Dewey (1859 - 1952)
Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivisme" yang lebih menekakan
pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah
"Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas.
Filsafat yang dianut Dewey adalah bahwa dunia fisik itu real dan perubahan itu
bukan sesuatu yang tak dapat direncanakan. Perubahan dapat diarahkan oleh
kepandaian manusia. Sekolah mesti membuat siswa sebagai warga negara yang lebih
demokratik, berpikir bebas dan cerdas. Bagi Dewey ilmu pengetahuan itu dapat
diperoleh dan dikembangkan dengan mengaplikasikan pengalaman, lalu dipakai untuk
menyelesaikan persoalan barn. Pendidikan dengan demikian adalah rekonstruksi
pengalaman. Untuk memecahkan problem, Dewey mengajarkan metode ilmiah dengan
langkahlangkah sebagai berikut: sadari problem yang ada, definiskan problem itu,
ajukan sejumlah hipotesis untuk memecahkannya,uji telik konsekuensi setiap hipotesis
dengan melihat pengalaman silam, alami dan tes solusi yang paling memungkinkan.
3. Hans Vaihinger (1852 - 1933)
Hans Vaihinger Menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan. Satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah
gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di
dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan sematamata; jika pengertian itu
berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tabu saja bahwa
kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
4
2.4 Pandangan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Aliran Filsafat Pendidikan
Progresivisme
A. Ontologi Progresivisme
Pandangan ontologi progresivisme bertumpu pada tiga hal yakni asas hereby
(asas keduniaan), pengalaman sebagai realita dan pikiran (mind) sebagai fungsi
manusia yang unik. Ontologi Progresivisme adalah sebagai berikut:
1. Asas Hereby ialah adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas sebab
kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
2. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu. Manusia punya
potensi pikiran (mind) yang berperan dalam pengalaman. Eksistensi dan realita
mind hanyalah di dalam aktivitas, dalam tingkah laku. John Dewey mengatakan,
pengalaman adalah key concept manusia atas segala sesuatu. Pengalaman ialah
suatu realita yang telah meresap dan membina pribadi. Pengalaman menurut
Progresivisme:
a) Dinamis, hidup selalu dinamis, menuntut adaptasi, dan readaptasi dalam semua
variasi perubahan terus menerus.
b) Temporal (perubahan dari waktu ke waktu);
c) Spatial yakni terjadi disuatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup manusia;
d) Pluralistis yakni terjadi seluas adanya hubungan dan antraksi dalam mana
individu terlibat. Demikian pula subyek yang mengalami pengalaman itu,
menangkapnya, dengan seluruh kepribadiannya degnan rasa, karsa, pikir dan
pancainderanya. Sehingga pengalaman itu bersifat pluralistis.
e) Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia hidup karena
fungsi-fungsi jiwa yang ia miliki. Potensi intelegensi ini meliputi kemampuan
mengingat, imaginasi, menghubung-hubungkan, merumuskan, melambangkan
dan memecahkan masalah serta komunikasi dengan sesamanya. Mind ini ialah
integrasi di dalam kepribadian, bukan suatu entity (kesatuan lahir) sendiri.
Eksistensi dan realita mind hanyalah di dalam aktivitas. Mind adalah apa yang
manusia lakukan. Mind pada prinsipnya adalah berperan di dalam pengalaman.
B. Epistemologi Progresivisme
Pandangan epistemologi progresivisme ialah bahwa pengetahuan itu informasi,
fakta, hukum, prinsip, proses, dan kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai
proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung
5
melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan, ataupun
pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan. Pengetahuan adalah hasil
aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin
banyak pengalaman kita dalam praktik, maka makin besar persiapan kita menghadapi
tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita
baru di dalam lingkungan. Kebenaran adalah kemampuan suatu ide memecahkan
masalah, kebenaran adalah konsekuen daripada sesuatu ide, realita pengetahuan dan
daya guna dalam hidup (Mohammad Noor Syam, 1986; Jalaluddin dan Abdullah Idi,
2002).
C. Aksiologi Progresivisme
Dalam pandangan progresivisme di bidang aksiologi ialah nilai timbul karena
manusia mempunyai bahasa, dengan demikian menjadi mungkin adanya saling
hubungan. Jadi masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana
ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari individu-
individu (Imam Barnddib, 1982). Nilai itu benar atau tidak benar, baik atau buruk
apabila menunjukkan persesuaian dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam
pergaulan.
6
2012:88).
Selain itu, aliran progresivisme beranggapan bahwa belajar adalah suatu proses yang
bertumpu pada kelebihan akal manusia yang bersifat kreatif dan dinamis sebagai potensi
dasar manusia dalam memecahkan berbagai persolan kehidupan (Muhmidayeli,
2011:157). Belajar dalam konteks ini harus dapat meberikan pengalaman yang menarik
bagi anak, sehingga mampu diaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Selain itu, guru juga perlu mengetahui bagaimana tahapan kerja kelompok karena
pola dasar pengajaran progresif berpusat pada partisipasi kelompok. Aliran progresivisme
ingin mengatakan bahwa tugas guru sebagai pembimbing aktivitas anak didik/siswa dan
berusaha memberikan kemungkinan lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai
Pembimbing ia tidak boleh menonjolkan diri, ia harus bersikap demokratis dan
memperhatikan hak-hak alamiah anak didik/siswa secara keseluruhan.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aliran progresivisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang
menghendaki adanya perubahan secara cepat praktik pendidikan menuju ke arah yang
positif. Awal mula lahirnya aliran progresivisme ialah dilatar belakangi ketidak puasan
terhadap pelaksanaan pendidikan yang sangat tradisional, cenderung otoriter dan peserta
didik hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran. Beberapa tokoh dalam aliran filsafat
pendidikan progresivisme, antara lain William James (11 Januari 1842 - 26 Agustus.
1910), John Dewey (1859 - 1952), dan Hans Vaihinger (1852 - 1933).
Pandangan ontologi progresivisme bertumpu pada tiga hal yakni asas hereby (asas
keduniaan), pengalaman sebagai realita dan pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang
unik. Pandangan epistemologi progresivisme ialah bahwa pengetahuan itu informasi,
fakta, hukum, prinsip, proses, dan kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai
proses interaksi dan pengalaman. Dalam pandangan progresivisme di bidang aksiologi
ialah nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian menjadi mungkin
adanya saling hubungan. Jadi masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai.
3.2 Saran
Sebagai calon pendidik, seharusnya kita mempelajari berbagai aliran filsafat
pendidikan salah satunya aliran progresivisme. Dengan mempelajaran dan memahami
aliran progresivisme maka dapat merubah praktik pendidikan yang selama ini terkesan
otiriter menjadi demokratis dan lebih menghargai potensi dan kemampuan anak, serta
mendorong untuk dilaksanakannya pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta
didik.
8
DAFTAR PUSTAKA
Maharani, D. T. (2015). Analisis Filosofis Atas Buku Pelajaran Bahasa Arab Kelas VII
Madrasah Tsanawiyah Karya A. Syaekhuddin dan Hasan Saefullah (Kajian
Berdasarkan Teori Pendidikan Prigresivisme). Tesis.
Rahma, A. N., dkk. (2022). Implementasi Aliran Progresivisme dalam Pembelajaran Menurut
Filsafat Pendidikan dan Perkembangan Kurikulum di Indonesia. An-Nidzam: Jurnal
Manajemen Pendidikan dan Studi Islam, 9(2).
Wulandari, T. (2020). Teori Progresivisme John Dewey dan Pendidikan Partisipatif dalam
Pendidikan Islam. At-Tarbawi: Jurnal Kajian Kependidikan Islam, 5(1).
Yuliani. (2018). Konsep Pendidikan Islam dan Barat (Analisis Komparatif Pemikiran Imam
az-Zarnuji dan John Dewey). Rausyan Fikr, 14(2).
Zen, Z., dan Zuwirna. (2022). Filsafat Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit KENCANA.