Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN
“ Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme “

Oleh
Kelompok 10
1. Mufti Muharam Mukhsin ( 21129248 )
2. Rahma Wadina ( 21129462 )
3. Zikra Afrila ( 22022127)

Dosen Pengampu
Dra. Wirdatul Aini, M.Pd.

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Aliran Filsafat Pendidikan
Progresivisme ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Filsafat Pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Dra. Wirdatul Aini,
M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dari pihak yang telah bekerja sama
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun sangat dibutuhkan guna
kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.

Padang, 13 November 2023

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

2.1 Pengertian Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme ...................................................... 2

2.2 Latar Belakang Munculnya Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme ........................... 2

2.3 Tokoh – Tokoh Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme .............................................. 4

2.4 Pandangan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Aliran Filsafat Pendidikan


Progresivisme ......................................................................................................................... 5

2.5 Belajar dalam Pandangan Progresivisme ......................................................................... 6

2.6 Peran Guru dalam Padangan Progresivisme .................................................................... 7

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 8

3.2 Saran ................................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses pertumbuhannya, filsafat sebagai hasil pemikiran para ahli filsafat atau
para filosof sepanjang kurun waktu dengan objek permasalahan hidup didunia, telah
melahirkan berbagai macam pandangan. Pandangan-pandangan para filosof itu, ada
kalanya satu dengan yang lain hanya bersifat saling kuat-menguatkan, tapi tidak jarang
pula yang berbeda atau berlawanan. Hal ini disebabkan oleh pendekatan yang di pakai oleh
mereka berbeda dengan objek permasalahannya sama sehingga kesimpulan yang
dihasilkan menjadi berbeda pula, bahkan tidak sedikit yang saling berlawanan. Selain itu,
faktor zaman dan pandangan hidup yang melatar belakangi mereka, serta tempat di mana
mereka bermukim juga ikut mewarnai pemikiran mereka.

Filsafat pendidikan dalam sejarahnya telah melahirkan berbagai pandangan atau


aliran, karena pemikiran filsafat yang tidak pernah mandeg. Berikut ini akan diuraikan
mengenai filsafat pendidikan progresivisme.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat pendidikan progresivisme?
B. Bagaimana latar belakang munculnya aliran filsafat pendidikan progresivisme?
C. Siapa saja tokoh aliran filsafat pendidikan progresivisme?
D. Bagaimana pandangan ontologi, epistemologi, dan aksiologi aliran filsafat pendidikan
progresivisme?
E. Bagaimana belajar dalam pandangan progresivisme?
F. Bagaimana peran guru dalam pandangan progresivisme?

1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian aliran filsafat pendidikan progresivisme.
B. Untuk mengetahui latar belakang munculnya aliran filsafat pendidikan progresivisme.
C. Untuk mengetahui tokoh – tokoh aliran filsafat pendidikan progresivisme.
D. Untuk mengetahui pandangan ontologi, epistemologi, dan aksiologi aliran filsafat
pendidikan progresivisme.
E. Untuk mengetahui belajar dalam pandangan progresivisme?
F. Untuk mengetahui peran guru dalam pandangan progresivisme.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme


Kata progresivisme berasal dari kata progresif. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) progresif memiliki makna ke arah maju; berpikiran kearah perbaikan
sekarang; bertingkat tingkat naik. Menurut istilah progresif dapat di artikan sebagai suatu
tindakan perubahan menuju perbaikan yang maju. Kata progresivisme juga sering kali di
kaitkan dengan kata progres yang bermakna kemajuan. Maka kata progresivisme dapat
diartikan salah satu aliran yang menghendaki suatu kemajuan, yang akan membawa
perubahan.

Aliran progresivisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang


menghendaki adanya perubahan secara cepat praktik pendidikan menuju ke arah yang
positif. Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mebawa perubahan pada diri peserta
didik menjadi pribadi yang tangguh dan mampu menghadapi berbagai persolan serta dapat
menyesuikan diri dengan kehidupan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, progresivisme
sangat menghendaki adanya pemecahan masalah dalam proses pendidikan.

Pada dasarnya aliran progresivisme ini memiliki sifat umum dalam


pengelompokannya. Adapun sifat tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
sifat-sifat positif dan sifat-sifat negatif.
a. Suatu sifat dikatakan positif apabila progresivisme menaruh kepercayaan terhadap
kekuatan alamiah dari diri manusia, kekuatan yang diwarisi oleh manusia dari sejak
lahir. Terutama pada kekuatan-kekuatan untuk terus menerus melawan dan mengatasi
takhayul, dan kegawatan yang timbul dari lingkungan hidup yang mengancam.
b. Sifat negatif bahwa progresivisme menolak otoritarisme dan absolutisme, dalam
semua bentuk seperti agama, politik etika, dan epistomologi. Sehingga melalui sifat-
sifat ini progresivisme yakin bahwa manusia memiliki kesanggupan-kesanggupan
untuk mengendalikan hubungannya dengan alam, sanggup meresapi rahasia-rahasia
alam, dan sanggup menguasai alam (Zuhairini, 2009: 21).

2.2 Latar Belakang Munculnya Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme


Awal mula lahirnya aliran progresivisme ialah dilatar belakangi ketidak puasan
terhadap pelaksanaan pendidikan yang sangat tradisional, cenderung otoriter dan peserta

2
didik hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran. Menurut Gutek (1974:139) Aliran ini
berakar dari semangat pembaharuan sosial pada awal abad ke 20 yakni gerakan
pembaharuan politik Amerika. Adapun aliran progresif pendidikan Amerika mengacu
pada pembaharuan pendidikan di Eropa barat. Pendapat 160 lain menyebutkan bahwa
aliran progresivisme secara historis telah muncul pada abad ke-19, namun
perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, khususnya di negara
Amerika Serikat (Muhmidayeli, 2011:151). Kedua pendapat tersebut meskipun sedikit
berbeda pandangan, namun dapat ditarik benang merahnya yaitu perkembangan aliran
progresivisme ini secara pesat terjadi pada abad ke-20.

Menurut sejarah, munculnya aliran progresivisme ini sangat dipengaruhi oleh tokoh-
tokoh filsafat pragmatism seperti Charles S. Peirce, William James dan John Dewey, serta
aliran ekspereimentalisme Francis Bacom. Selain itu, adalah John Locke yang merupakan
tokoh filsafat kebebasan politik dan J.J. Rousseu dengan ajarannya tentang kebaikan
manusia telah dibawa sejak lahir (Muhmidayeli, 2011:152).

Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan


di Indonesia. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada
anak didik. Anak didik diberikan kebaikan, baik secara fisik maupun cara berpikir, guna
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat
oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.

Menurut progresivisme, proses pendidikan memiliki dua segi, yaitu psikologis dan
sosiologis. Dari segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya-
daya yang ada pada anak didik yang akan dikembangkan. Psikologinya seperti yang
berpangaruh di Amerika, yaitu psikologi dari aliran Behaviorisme dan Pragmatisme. Dari
segi sosiologis, pendidik harus mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus dibimbingnya.
Di samping itu, progresivisme memandang pendidikan sebagai suatu proses
perkembangan, sehingga seorang pendidik harus selalu siap untuk memodifikasi berbagai
metode dan strategi dalam pengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai
perubahan-perubahan yang menjadi kencenderungan dalam suatu masyarakat
(Muhmidayeli, 2012:156). Dalam konteks ini, pendidikan harus lebih dipusatkan pada
peserta didik, dibandingkan berpusat pada pendidik maupun bahan ajar. Karena peserta
didik merupakan subjek belajar yang dituntut untuk mampu menghadapi berbagai
persoalan kehidupan di masa mendatang.

3
2.3 Tokoh – Tokoh Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme
Beberapa tokoh dalam aliran filsafat pendidikan progresivisme, antara lain :
1. William James (11 Januari 1842 - 26 Agustus. 1910)
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, barns mempunyai fungsi biologic dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia
menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata
pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar
ilmu perilaku.
2. John Dewey (1859 - 1952)
Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivisme" yang lebih menekakan
pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah
"Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme
mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas.

Filsafat yang dianut Dewey adalah bahwa dunia fisik itu real dan perubahan itu
bukan sesuatu yang tak dapat direncanakan. Perubahan dapat diarahkan oleh
kepandaian manusia. Sekolah mesti membuat siswa sebagai warga negara yang lebih
demokratik, berpikir bebas dan cerdas. Bagi Dewey ilmu pengetahuan itu dapat
diperoleh dan dikembangkan dengan mengaplikasikan pengalaman, lalu dipakai untuk
menyelesaikan persoalan barn. Pendidikan dengan demikian adalah rekonstruksi
pengalaman. Untuk memecahkan problem, Dewey mengajarkan metode ilmiah dengan
langkahlangkah sebagai berikut: sadari problem yang ada, definiskan problem itu,
ajukan sejumlah hipotesis untuk memecahkannya,uji telik konsekuensi setiap hipotesis
dengan melihat pengalaman silam, alami dan tes solusi yang paling memungkinkan.
3. Hans Vaihinger (1852 - 1933)
Hans Vaihinger Menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan. Satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah
gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di
dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan sematamata; jika pengertian itu
berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tabu saja bahwa
kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.

4
2.4 Pandangan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Aliran Filsafat Pendidikan
Progresivisme
A. Ontologi Progresivisme
Pandangan ontologi progresivisme bertumpu pada tiga hal yakni asas hereby
(asas keduniaan), pengalaman sebagai realita dan pikiran (mind) sebagai fungsi
manusia yang unik. Ontologi Progresivisme adalah sebagai berikut:
1. Asas Hereby ialah adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas sebab
kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
2. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu. Manusia punya
potensi pikiran (mind) yang berperan dalam pengalaman. Eksistensi dan realita
mind hanyalah di dalam aktivitas, dalam tingkah laku. John Dewey mengatakan,
pengalaman adalah key concept manusia atas segala sesuatu. Pengalaman ialah
suatu realita yang telah meresap dan membina pribadi. Pengalaman menurut
Progresivisme:
a) Dinamis, hidup selalu dinamis, menuntut adaptasi, dan readaptasi dalam semua
variasi perubahan terus menerus.
b) Temporal (perubahan dari waktu ke waktu);
c) Spatial yakni terjadi disuatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup manusia;
d) Pluralistis yakni terjadi seluas adanya hubungan dan antraksi dalam mana
individu terlibat. Demikian pula subyek yang mengalami pengalaman itu,
menangkapnya, dengan seluruh kepribadiannya degnan rasa, karsa, pikir dan
pancainderanya. Sehingga pengalaman itu bersifat pluralistis.
e) Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia hidup karena
fungsi-fungsi jiwa yang ia miliki. Potensi intelegensi ini meliputi kemampuan
mengingat, imaginasi, menghubung-hubungkan, merumuskan, melambangkan
dan memecahkan masalah serta komunikasi dengan sesamanya. Mind ini ialah
integrasi di dalam kepribadian, bukan suatu entity (kesatuan lahir) sendiri.
Eksistensi dan realita mind hanyalah di dalam aktivitas. Mind adalah apa yang
manusia lakukan. Mind pada prinsipnya adalah berperan di dalam pengalaman.

B. Epistemologi Progresivisme
Pandangan epistemologi progresivisme ialah bahwa pengetahuan itu informasi,
fakta, hukum, prinsip, proses, dan kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai
proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung

5
melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan, ataupun
pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan. Pengetahuan adalah hasil
aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin
banyak pengalaman kita dalam praktik, maka makin besar persiapan kita menghadapi
tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita
baru di dalam lingkungan. Kebenaran adalah kemampuan suatu ide memecahkan
masalah, kebenaran adalah konsekuen daripada sesuatu ide, realita pengetahuan dan
daya guna dalam hidup (Mohammad Noor Syam, 1986; Jalaluddin dan Abdullah Idi,
2002).

C. Aksiologi Progresivisme
Dalam pandangan progresivisme di bidang aksiologi ialah nilai timbul karena
manusia mempunyai bahasa, dengan demikian menjadi mungkin adanya saling
hubungan. Jadi masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana
ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari individu-
individu (Imam Barnddib, 1982). Nilai itu benar atau tidak benar, baik atau buruk
apabila menunjukkan persesuaian dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam
pergaulan.

2.5 Belajar dalam Pandangan Progresivisme


Menurut aliran progresivisme belajar dilaksanakan berangkat dari asumsi bahwa
anak didik bukan manusia kecil, melainkan manusia seutuhnya yang mempunyai potensi
untuk berkembang, yang berbeda kemampuannya, aktif, kreatif, dan dinamis serta punya
motivasi untuk memenuhi kebutuhannya (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:89). Dalam
konteks ini, belajar semestinya dilaksanakan dengan memperhatikan berbagai potensi
yang dimiliki oleh anak didik. Oleh karena itu, dalam pandangan progresivisme belajar
harus dipusatkan pada diri siswa, bukan guru atau bahan pelajaran. Ada beberapa hal yang
patut diperhatikan dalam belajar menurut pandangan progresivisme, di antaranya:
a) Memberi kesempatan anak didik untuk belajar perorangan,
b) Memberi kesempatan anak didik untuk belajar melalui pengalaman
c) Memberi motivasi dan bukan perintah
d) Mengikut sertakan anak didik di dalam setiap aspek kegiatan yang merupakan
kebutuhan pokok anak, dan
e) Menyadarkan pada anak didik bahwa hidup itu dinamis (Jalaluddin dan Abdullah Idi,

6
2012:88).

Selain itu, aliran progresivisme beranggapan bahwa belajar adalah suatu proses yang
bertumpu pada kelebihan akal manusia yang bersifat kreatif dan dinamis sebagai potensi
dasar manusia dalam memecahkan berbagai persolan kehidupan (Muhmidayeli,
2011:157). Belajar dalam konteks ini harus dapat meberikan pengalaman yang menarik
bagi anak, sehingga mampu diaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

2.6 Peran Guru dalam Padangan Progresivisme


Dalam pandangan progresivisme terdapat perbedaan antara peran guru dan siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Karena prinsip pembelajaran progresivisme menghendaki
pembelajaran yang dipusatkan pada siswa. Adapun peran guru menurut aliran
progresivisme ialah berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengarah bagi siswa.
Menurut Gutek (1974:146) pendidikan progresif mencari guru yang memang berbeda dari
guru di pendidikan tradisional dalam hal watak, pelatihan, dan teknik pengajarannya.
Karena kelas/ pendidikan progresif berorientasi pada kegiatan yang bertujuan, pendidik
progresif sangat perlu mengetahui bagaimana cara mendorong untuk dapat berpendapat,
berencana, dan menyelesaikan proyek mereka.

Selain itu, guru juga perlu mengetahui bagaimana tahapan kerja kelompok karena
pola dasar pengajaran progresif berpusat pada partisipasi kelompok. Aliran progresivisme
ingin mengatakan bahwa tugas guru sebagai pembimbing aktivitas anak didik/siswa dan
berusaha memberikan kemungkinan lingkungan terbaik untuk belajar. Sebagai
Pembimbing ia tidak boleh menonjolkan diri, ia harus bersikap demokratis dan
memperhatikan hak-hak alamiah anak didik/siswa secara keseluruhan.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aliran progresivisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang
menghendaki adanya perubahan secara cepat praktik pendidikan menuju ke arah yang
positif. Awal mula lahirnya aliran progresivisme ialah dilatar belakangi ketidak puasan
terhadap pelaksanaan pendidikan yang sangat tradisional, cenderung otoriter dan peserta
didik hanya dijadikan sebagai objek pembelajaran. Beberapa tokoh dalam aliran filsafat
pendidikan progresivisme, antara lain William James (11 Januari 1842 - 26 Agustus.
1910), John Dewey (1859 - 1952), dan Hans Vaihinger (1852 - 1933).

Pandangan ontologi progresivisme bertumpu pada tiga hal yakni asas hereby (asas
keduniaan), pengalaman sebagai realita dan pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang
unik. Pandangan epistemologi progresivisme ialah bahwa pengetahuan itu informasi,
fakta, hukum, prinsip, proses, dan kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai
proses interaksi dan pengalaman. Dalam pandangan progresivisme di bidang aksiologi
ialah nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian menjadi mungkin
adanya saling hubungan. Jadi masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai.

Menurut aliran progresivisme belajar dilaksanakan berangkat dari asumsi bahwa


anak didik bukan manusia kecil, melainkan manusia seutuhnya yang mempunyai potensi
untuk berkembang, yang berbeda kemampuannya, aktif, kreatif, dan dinamis serta punya
motivasi untuk memenuhi kebutuhannya (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:89). peran
guru menurut aliran progresivisme ialah berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan
pengarah bagi siswa.

3.2 Saran
Sebagai calon pendidik, seharusnya kita mempelajari berbagai aliran filsafat
pendidikan salah satunya aliran progresivisme. Dengan mempelajaran dan memahami
aliran progresivisme maka dapat merubah praktik pendidikan yang selama ini terkesan
otiriter menjadi demokratis dan lebih menghargai potensi dan kemampuan anak, serta
mendorong untuk dilaksanakannya pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta
didik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2011). Ilmu Pendidikan Islam. Kertosono: IReSS Press.

Fadlillah, M. (2017). Aliran Progresivisme dalam Pendidikan di Indonesia. Jurnal Dimensi


Pendidikan dan Pembelajaran, 5(1).

Hasanah, M. (2022). Filsafat Pendidikan. Mataram: CV. Kanhaya Karya.

Maharani, D. T. (2015). Analisis Filosofis Atas Buku Pelajaran Bahasa Arab Kelas VII
Madrasah Tsanawiyah Karya A. Syaekhuddin dan Hasan Saefullah (Kajian
Berdasarkan Teori Pendidikan Prigresivisme). Tesis.

Purnama, L. W. (2021). Wacana Rekonstruksi Realita. Bogor: Guepedia.

Rahma, A. N., dkk. (2022). Implementasi Aliran Progresivisme dalam Pembelajaran Menurut
Filsafat Pendidikan dan Perkembangan Kurikulum di Indonesia. An-Nidzam: Jurnal
Manajemen Pendidikan dan Studi Islam, 9(2).

Wulandari, T. (2020). Teori Progresivisme John Dewey dan Pendidikan Partisipatif dalam
Pendidikan Islam. At-Tarbawi: Jurnal Kajian Kependidikan Islam, 5(1).

Yuliani. (2018). Konsep Pendidikan Islam dan Barat (Analisis Komparatif Pemikiran Imam
az-Zarnuji dan John Dewey). Rausyan Fikr, 14(2).

Zen, Z., dan Zuwirna. (2022). Filsafat Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit KENCANA.

Anda mungkin juga menyukai