Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

“Aliran-aliran Filsafat Pendidikan”

Dosen Pengampu:

Drs. Zelhendri Zen, M.Pd., Ph.D.

Oleh

Kelompok 1 :

ARUMDATI (21129019)

ELFA SRI SURYA ULFA (21129035)

DENISA AZURA (21129182)

VELISA ANDINI YUSRIA (21129133)

YULISA HARISNAINI ILSA (21129143)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aliran-aliran
Filsafat Pendidikan” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan. Selain itu, Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. Zelhendri Zen, M.Pd., Ph.D. selaku dosen mata kuliah
Filsafat Pendidikan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai


kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.

Padang, 10 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................1
C. Tujuan Masalah .............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme ......................................................3


B. Aliran Filsafat Pendidikan Progressivisme ..................................................7
C. Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme ....................................................10

BAB III PENUTUP ..............................................................................................13

A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses pertumbuhannya, Sebagai hasil dari pemikiran para
filosuf, filsafat telah melahirkan berbagai macam pandangan dan aliran yang
berbeda-beda Pandangan-pandangan filosuf itu ada kalanya saling
menguatkan dan ada juga yang saling berlawanan. Hal ini antara lain
disebabkan oleh pendekatan yang mereka pakai juga berbeda-beda
walaupun untuk objek dan masalah yang sama, Karena perbedaan dalam
pendekatan itu, maka kesimpulan yang didapat juga akan berbeda.
Perbedaan pandangan filsafat tersebut juga terjadi dalam pemikiran filsafat
pendidikan, sehingga muncul aliran-aliran filsafat pendidikan.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakanFilsafat
juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi
yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Pendidikan adalah
upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik
potensi fisik potensi ciptarasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan
adalah cita-cita kemanusiaan universal Pendidikan bertujuan menyiapkan
pribadi dalam keseimbangan, kesatuanorganis, harmonis, dinamis, guna
mencapai tujuan hidup kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu aliran filsafat pendidikan esensialisme?
2. Apa itu aliran filsafat pendidikan progressivisme?
3. Apa itu aliran filsafat pendidikan perenialisme?

1
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui aliran filsafat pendidikan esensialisme,
progressivisme, dan perenialisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme


1. Sejarah dan Definisi Filsafat Pendidikan Esensialisme
Pada permulaan abad ke 20, aliran progresivisme berkembang pesat
dan sangat berpengaruh dalam pembaharuan pendidikan. Dalam
pandangan Amerika Serikat, progresivisme selalu dihubungkan dengan
'The liberal road to cultural' maksudnya liberal bersifat fleksibel, terbuka,
toleran, serta tidak menolak perubahan. Progresivisme mempunyai
konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia
itu mempunyai kemampuan-kemampuan dan dapat menghadapi serta
mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam
adanya manusia itu sendiri.
Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka
beranggapan bahwa kebudayaan lama itu telah banyak melakukan
kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang mereka maksud dengan
kebudayaan lama itu adalah yang telah ada semenjak peradaban manusia
yang pertama-tama dahulu. Akan tetapi yang paling mereka pedomani
adalah peradaban semenjak zaman Renaissance, yaitu yang tumbuh dan
berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman
Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk
menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan
purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi purbakala.
Sumber utama dari kebudayaan itu terletak dalam ajaran para ahli
filsafat, ahli-ahli pengetahuan yang telah mewariskan kepada umat
manusia segala macam ilmu pengetahuan yang telah mampu menembus
lipatan qurun dan waktu serta yang telah banyak menghasilkan kreasi-
kreasi bermanfaat sepanjang sejarah umat manusia. Aliran filsafat
essensialisme pertama kali muncul sebagai reaksi atas simbolisme mutlak

3
dan dogmatisme abad pertengahan. Filsafat ini menginginkan agar
manusia kembali kepada kebudayaan lama karena kebudayaan lama telah
banyak melakukan kebaikan untuk manusia (B. Hamdani Ali: 1993).
Filsafat pendidikan esensialisme, muncul pada awal tahun 1930,
dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas
Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel. Pada tahun 1983, mereka
membentuk suatu lembaga yang disebut The esensialist commite for the
advanced of American Education. Bagley sebagai pelopor esensialisme
adalah seorang guru besar pada teacher college, Columbia University. Ia
yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan
budaya dan sejarah kepada generasi muda (Uyoh Sadullah: 2008).
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-
nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan
kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas
(Jalaluddin dan Abdullah idi: 1988).
Nilai-nilai di dalamnya adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat
yang korelatif selama empat abad belakang. Kesalahan dari kebudayaan
sekarang menurut esensialisme, yaitu terletak pada kecenderungan
bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah
ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural
yang tidak diinginkan sekarang, hanya dapat di atasi dengan kembali
secara sadar melalui pendidikan, yaitu kembali ke jalan yang telah
ditetapkan itu, dengan demikian kita boleh optimis terhadap masa depan
kita dan masa depan kebudayaan umat manusia (Muhammad Noor Syam:
1988).
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan
kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Progresivisme memiliki 2 sifat, yaitu sifat negatif dan positif.

4
a. Sifat negatif, sifat ini dikatakan negative karena progresivisme
menolak otoriterisme dan absolutisme dalam segala bentuk seperti
misalnya terdapat dalam agama,politik dan etika.
b. Sifat positif, dikatakan positif karena progresivisme menaruh
kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia,kekuatan yang
diwarisi oleh manusia dari alam sejak lahir.

2. Karakteristik Filsafat Pendidikan Esensialisme


Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance
mempunyai tinjauan yang berbeda dengan progressivisme mengenai
pendidikan dan kebudayaan. Jika progressivisme menganggap
pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan,
tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat
berubah dan berkembang, maka aliran Esensialisme ini memandang
bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas
dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang
berubah-ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan tidak menentu serta
kurang stabil. Karenanya pendidikan haruslah diatas pijakan nilai yang
dapat mendatangkan kestabilan dan telah teruji oleh waktu, tahan lama
dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan terseleksi. Ciri-ciri filsafat
pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C. Bagley adalah
sebagai berikut :
a. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-
upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan
karena dorongan dari dalam diri siswa.
b. Pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah
melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan
ketergantungan yang khusus pada spesies manusia.
c. Karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan
pendidikan, maka menegakkan disiplin adalah suatu cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di kalangan individu

5
maupun bangsa, kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan
sesuatu yang dicapai melalui perjuangan, tidak pernah merupakan
pemberian.
d. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang
pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme)
memberikan sebuah teori yang lemah.

3. Prinsip-prinsip Filsafat Pendidikan Esensialisme


a. Esensialisme berakar pada ungkapan realisme objektif dan idealisme
objektif yang modern, yaitu alam semesta diatur oleh hukum alam
sehingga tugas manusia memahami hukum alam adalah dalam
rangka penyesuaian diri dan pengelolaannya.
b. Sasaran pendidikan adalah mengenalkan siswa pada karakter alam
dan warisan budaya. Pendidikan harus dibangun atas nilai-nilai yang
kukuh, tetap dan stabil.
c. Nilai (kebenaran bersifat korespondensi) berhubungan antara
gagasan dengan fakta secara objekjtif.
d. Bersifat konservatif (pelestarian budaya) dengan merefleksikan
humanisme klasik yang berkembang pada zaman renaissance.

4. Implikasi Aliran Filsafat Esensialisme dalam Konteks Pendidikan


Modern
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan
yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan
progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan
budaya/sosial. Implikasi aliran filsafat esensialisme dalam konteks
pendidikan modern adalah sebagai berikut:
a. Tujuan pembelajaran diarahkan pada upaya mempersiapkan anak
didik untuk hidup atau menjalani kehidupan dalam lingkungan
sosialnya.

6
b. Kurikulum berisi hal-hal yang bersifat mendasar yang ingin
ditanamkan ke dalam diri peserta didik terutama nilai-nilai yang
mereka anggap penting (esensial).
c. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered). Umumnya
diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang
diinginkan, dan mereka harus dipaksa belajar. Oleh karena itu
pedagogik yang bersifat lemah-lembut harus dijauhi, dan
memusatkan diri pada penggunaan metode-metode tradisional yang
tepat.
d. Strategi atau metode yang digunakan adalah pemberian contoh,
keteladanan, pembiasaan, dan pendekatan persuasif.
e. Dalam segi evaluasi pembelajaran, ditekankan pada evaluasi acuan
etik sebagai upaya mengukur internalisasi dari nilai-nilai keimanan
dan kemanusiaan pada siswa dan sejauh mana implementasi dari
nilai-nilai keimanan itu dalam ranah sosial.

B. Aliran Filsafat Pendidikan Progressivisme


1. Sejarah dan Definisi Filsafat Pendidikan Progressivisme
Progresivisme sebagai salah satu aliran filsafat pendidikan, muncul
sebagai reaksi terhadap pola-pola pendidikan yang bersifat tradisional
yang menekankan metodemetode formal pengajaran, belajar mental
(kejiwaan), dan sastra klasik peradaban Barat. Aliran filsafat
progresivisme mendukung pemikiran baru yang dipandang lebih baik
bagi perkembangan pendidikan dimasa yang akan datang. Progresivisme
bukan merupakan suatau aliran filsafat pendidikan yang berdiri sendiri,
melainkan suatu gerakan atau perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918 (Uyoh: 2007). Dalam pandangan Progresivisme, manusia harus
selalu maju (progress) bertindak konstruktif, inovatif, reformatif, aktif
dan dinamis. Sebab manusia mempunyai naluri selalu menginginkan
perubahan-perubahan.

7
Menurut Imam Barnadib, Progresivisme menghendaki pendidikan
yang progresif (maju), semua itu dilakukan oleh pendidikan agar manusia
dapat mengalami kemajuan (Progress), sehingga orang akan bertindak
dengan intelegensinya sesuai dengan tuntutan dan lingkungan (Barnadib,
2000: 75). Aliran Progresivisme didirikan pada tahun 1918, muncul dan
berkembang pada permulaan abad XX di Amerika Serikat. Aliran
Progresivisme lahir sebagai pembaharu dalam dunia filsafat pendidikan
terutama sebagai lawan terhadap kebijakan-kebijakan konvensional yang
diwarisi dari abad XIX. Pencetus Aliran filsafat Progresivisme yang
populer adalah Jhon Dewey. Aliran filsafat Progresivisme bermuara pada
aliran filsafat pragmativisme yang diperkenalkan oleh William James
(1842-1910) dan Jhon dewey (1859-1952) yang menitik beratkan pada
manfaat praktis.
Dalam banyak hal, Progresivisme identik dengan pragmativisme.
Filsafat Progresivisme dipengaruhi oleh ide-ide filsafat pragmativisme
yang telah memberikan konsep-konsep dasar dengan asas yang utama,
bahwa manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup,
manusia harus pragmatis dalam memandang kehidupan (Ali, 2001: 45).
Jika progresivisme menganggap pendidikan yang penuh fleksibilitas, di
mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan
dengan doktrin tertentu. Maka aliran esensialisme ini memandang bahwa
pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan leksibilitas dalam
segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah,
mudah goyah, kurang terarah, dan tidak menentu serta kurang stabil.
Oleh sebab itu, pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan
nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Tokoh-tokoh aliran
esensialisme antara lain Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Desiderius
Erasmus, Johan Amos Comenius, William T. Harris dan John Lock.

2. Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Progressivisme

8
Setiap aliran Pendidikan pasti memiliki tujuan masing-masing. Pada
aliran progresivisme Pendidikan menekankan pada memberi pengalaman
empiris terhadap peserta didik, sehingga terbentuk pribadi yang giat
dalam belajar dan melakukan suatu perbuatan. Pengertian tersebut
memiliki makna yaitu tujuan Pendidikan pada Aliran Progresivisme yaitu
memberikan banyak pengalaman kepada peserta didik supaya mereka
bisa secara mandiri menghadapi permasalahan atau problem di
lingkungan sekitar yang selalu mengalami perubahan seiring berjalannya
waktu. Peserta didik perlu pengalaman yang nyata dalam mengahadapi
problem lingkungan, Maka di butuhkan peran seorang pendidik yang
mampu melatih peserta didik untuk dapat menyelesaikan masalah yang
ada dalam kehidupan.
Selain dapat menyelesaikan problem atau masalah secara mandiri
tujuan pendidikan menurut aliran progresivisme yaitu harus mampu
dalam memberikan keterampilan dan alat yang bermanfaat dalam
pemecahan masalah yang terjadi di sekitar. Hal ini dapat dipakai oleh
setiap individu untuk menentukan, menganalisis dan memecahkan
problem atau masalah. Maka secara garis besar tujuan aliran
progresivisme adalah untuk meningkatkan cara berpikir praktis,
mencetak peserta didik yang efektif dalam memecahkan masalah
berdasarkan pengalaman pada umumnya dalam lingkungan sekitar yang
yang selalu berubah seiring berjalannya waktu.
Jika dibandingkan dengan tujuan Pendidikan di Indonesia, tujuan
aliran progresivisme sangat cocok dengan tujuan Pendidikan di
Indonesia. Tujuan Pendidikan di Indonesia di cantumkan pada Undang-
undang Dasar No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang berbunyi: pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

3. Karakteristik Filsafat Pendidikan Progressivisme

9
Aliran ini mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai
subjek yang memiliki kemampuan dalam menghadapi dunia dan
lingkungan hidupnya, mempunyai kemam puan untuk mengatasi dan
memecahkan masalah yang akan mengancam manusia itu sendiri.
Pendidikan dianggap mampu mengubah dan menyelamatkan manusia
demi masa depan. Tujuan pendidikan selalu diartikan sebagai
rekonstruksi pengalaman yang terus menerus dan bersifat progresif.
Dengan demikian, progresif merupakan sifat positif dari aliran tersebut.
Sedangkan sifat negatifnya adalah aliran ini kurang menyetujui adanya
pendidikan yang bercorak otoritas dan absolut dalam segala bentuk
seperti terdapat dalam agama, moral, politik, dan ilmu pengetahuan.
Jadi, jelas bahwa progres atau kemajuan, lingkungan dan
pengalaman menjadi perhatian dari progresivisme, tidak hanya angan-
angan dalam dunia ide, teori, dan cita-cita saja. Progres dan kemajuan
harus dicari dengan memfungsikan jiwa sehingga menghasilkan
dinamika yang lain dalam hidup ini. Tugas pendidikan, menurut
pragmatisme, progresivisme ialah mengadakan penelitian atau
pengamatan terhadap ke mampuan manusia dan menguji kemampuan-
kemampuan tersebut dalam pekerjaan praktis. Dengan kata lain, manusia
hendaknya mengaktualisasikan ide-idenya dalam kehidupan nyata,
berpikir, dan berbuat.

C. Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme


1. Sejarah dan Definisi Filsafat Pendidikan Perenialisme
Aliran perenialisme yaitu suatu aliran tentang pendidikan yang sudah
ada sejak abad ke XX. Aliran perenialisme lahir yang menjadi reaksi
terhadap pendidikan progresivisme dimana aliran ini menekankan pada
suatu perubahan dan sesuatu yang baru. Terdapat 3 tokoh yang membawa
pengaruh pendidikan terhadap aliran ini yaitu Plato, Aristoteles, dan
Thomas Aquinas. Aliran perenialisme lebih menekankan pada kebenaran,
keabadian, keindahan pada warisan budaya. Pendidikan yang menganut

10
aliran ini menekankan pada kebenaran absolut, universal yang tidak
terikat pada tempat dan waktu.
Aliran ini bersifat masa lampau, dimana aliran ini kembali pada
nilai-nilai budaya. Realitanya banyak problem yang masih mendatangkan
kebingungan, kekacauan, kecemasan yang nantinya akan berpengaruh
buruk akan hilangnya jati diri pada individu. Dengan demikian, perlunya
usaha maksimal untuk menyelamatkan kondisi yang sedang mengancam
seorang individu agar tidak terjerumus oleh arus perkembangan zaman.
Bagaimana cara kita menghadapi agar tidak terbawa arus, yaitu dengan
mengembalikan arah dan prinsip awal yang menganut pada masa lampau.
Akan lebih baiknya jika mengikuti perkembangan teknologi dengan tidak
menghilangkan warisan budaya. Aliran ini lahir pada abad dua puluh dan
merupakan aliran filsafat pendidikan yang berpegang pada nilai-nilai dan
norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau
proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan
sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi
kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang. Tokoh-tokoh aliran
perenialisme ini antara lain adalah Plato, Aristoteles dan St. Thomas
Aquinas.

2. Karakteristik Filsafat Pendidikan Perenialisme


Adapun beberapa ciri-ciri dari filsafat perenialisme adalah sebagai
berikut:
a. Filsafat perenialisme mengarah pada pencapaian kepada yang
absolut melalui pendekatan mistik melalui intelek yang lebih tinggi
dalam memahami secara langsung (Ramayulis: 2015).
b. Filsafat perenialisme menjelaskan bahwa sumber dari segala sumber
adalah segala sesuatu yang bersifat relatif, tidak lebih sebagai jejak,
kreasi dan cerminan esensi dan substansinya diluar jangkauan nalar
manusia (Kertanegara: 2017).

11
c. Filsafat perenialisme berupaya untuk mengungkapkan suatu
kebenaran yang abadi.
d. Filsafat perenialisme selalu memperhatikan keterkaitan seluruh
eksistensi yang ada di alam semesta dengan realitas mutlak.

3. Implementasi Filsafat Pendidikan Perenialisme dalam Pendidikan


Perkembangan konsep-konsep perennealis banyak dipengaruhi oleh
tokoh-tokoh berpengaruh seperti Plato, Aristoteles dan Thomas Aquino.
a. Menurut Plato ilmu pengetahuan dan nilai sebagai manifestasi dari
hukum universal yang abadi dan ideal sehingga ketertiban sosial
hanya akan mungkin di capai bila ide itu menjadi tolak ukur yang
memiliki asas normative dalam semua aspek kehidupan.
b. Menurut psikologi Plato manusia secara kodrati memiliki tiga
potensi, yaitu nafsu, kemauan dan akal. Ketiga potensi ini merupkan
asas bagi bangunan kepribadian dan watak manusia. Ketiga potensi
itu akan tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, sehingga
ketiganya berjalan secara berimbang dan harmonis. Pendidikan
dalam hal ini hendaklah berorientasi pada potensi psikologis
msyarakat, sehingga dapat mewujudkan pemebuhan kelas-kelas
sosial dalam masyarakat tersebut.
c. Menurut Aristoteles orientasi pendidikan ditujukan kepada
kebahagiaan, melalui pengembangan kemampuan-kemampuan
kerohanian seperti emosi, kognisi serta jasmaniah manusia.
d. Menurut Thomas Aquino bahwa tujuan pendidikan sebagai usaha
untuk merealisasikan kapasitas dalam tiap individu manusia
sehingga menjadi aktualitas. Out-put yang diharapkan menurut
perenialisme adalah manusia mampu mengenal dan mengembangkan
karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin
mental.Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar
pada zaman lampau.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Essensialisme merupakan paham tentang manusia yang berlawanan
dengan eksistensialime karena Essensialisme bertujuan mengutamakan
essensi dibandingkan dengan eksistensi. Dia tidak memperkirakan individu
bebas memilih dan menentukan, melainkan individu dianggap sebagai hasil
dari determinisme yang menentukannya dan yang tidak dapat lepas darinya.
Sedangkan determinisme itu sendiri merupakan keyakinan filosofis bahwa
semua peristiwa terjadi sebagai akibat dari adanya beberapa keharusan dan
karenanya tidak terelakkan. Sedangkan progresivisme merupakan aliran
filsafat Pendidikan yang mendukung perubahan dan kemajuan Pendidikan
sesuai dengan perubahan zaman.
Aliran ini berkembang di amerika serikat dengan sifat yang fleksibel,
dinamis, terbuka dan bebas dalam menghadapi perkembangan zaman pada
Pendidikan. Tokoh-tokoh yang mempengaruhi adanya aliran progresivisme
adalah Wiliam James, John Dewey, dan Hans Vaihinger. William dan Dewey
merupakan filsuf asal Amerika Serikat yang merintis aliran paragmatisme dan
telah mempengaruhi adanya aliran progresivisme. Sedangkan Hans Vaihinger
merupakan filsuf jerman. Perenialisme adalah suatu aliran atau pendekatan
dalam pendidikan yang menekankan pada pemahaman dan penguasaan
terhadap pengetahuan dasar yang bersifat umum dan abadi. Perenialisme
menganggap bahwa ada sejumlah pengetahuan dasar yang tetap relevan dan
berlaku sepanjang waktu, dan pendidikan harus fokus pada penguasaan
konsep-konsep ini.

B. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kesalahan dan sangat jauh dari kata sempurna. Tentunya kami akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat

13
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani Ali. (1993). Filsafat pendiikan. Yogyakarta: Kota Kembang.

Jalaluddin dan Abdullah idi. (1988). Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan
Pendidikan. Jogjakarta: Usaha Nasional.

Nisa, Z. (2020). Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme. Jurnal Filsafat


Pendidikan Islam.

Ramayulis. (2015). Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem


Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sigli, S. P. A. H. (2021). Filsafat pendidikan esensialisme. Jurnal AZKIA, 15(2),


162.

Uyoh Sadullah. (2017). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

15

Anda mungkin juga menyukai