Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME

ESENSIALISME REKONTSTRUKSIONISME DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP PENDIDIKAN

OLEH :

NAMA: MERIANTI MONE

NIM: (206111090)

PRODI PGSD

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan ini saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat kasih karunia-Nya telah melimpahkan rahmat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“MAKALAH ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME
ESENSIALISME REKONTSTRUKSIONISME DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENDIDIKAN” Makalah ini disusun untuk menambah ilmu serta
untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah “FILSAFAT
PENDIDIKAN”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
ada kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Dengan tersusunnya makalah ini, semoga bermanfaat khususnya bagi
penulis dan pembaca pada umumnya. Untuk itu saya sampaikan terima kasih
apabila masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini untuk itu penulis
minta maaf.

Kupang

Penulis

DAFTAR ISI
COVE DEPAN ........... ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI............... ...........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ...... ............................................................................................ 4


1.2.Rumusan Masalah . ............................................................................................ 5
1.3.Tujuan .................. ............................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Progresivisme.................................................................................. 6

2.2.Sejarah perkembangan Esensialislisme ............................................................. 7

2.3.Implikasi Aliran Essentialisme Terhadap Pendidikan…. .................................. 8

2.4.Implikasi Aliran Parenialisme Terhadap Pendidikan ........................................ 9

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ......... .......................................................................................... 14

3.2. Saran .................... .......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA……………..………………………………………………16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Progresivisme adalah sebuah aliran filsafat pendidikan yang berkembang di
awal abad ke 20, dan mempunya pengaruh sangat besar dalam dunia pendidikan
terutama di Amreka Serikat. Aliran ini betul-betul kelahiran bumi Amerika,
sedangkan yang lainnya, adalah paham filsafat yang tumbuh dan berkembang di
eropa. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat)
pendidikan, terutama sebagai lawan terhadap kebijak sanaan konvensional yang
diwarisi dari abad kesembilan belas.
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa
pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek
didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan
kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berfikir
secara sistematis melalui cara-cara inilah seperti memberikan analisis,
pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang
paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.
Filsafat Esensial merupakan filsafat pendidikan konservatif yang dirumuskan
sebagai suatu kritik terhadap praktek pendidikan progresif di sekolah-sekolah,
para esensialis berpendapat bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan
warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda dimana pendidikan harus
nilai-nilai luhur yang tertata jelas. Esensialisme bukan merupakan bangunan
filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan terhadap pendidikan
progresivisme. Pada umumnya pemikiran aliran pendidikan esensialisme
dilandasi dengan filsafat tradisional idealisme klasik dan realisme. Dua aliran
tersebut adalah pendukung esensialisme, namun tidak melebur menjadi satu dan
tidak melepaskan karakteristiknya masing-masing.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Progresivisme
2. Aliran Essensialisme
3. Sejarah Perkembanggan Esensialisme
4. Implikasi Aliran Essentialisme Terhadap Pendidikan
5. Implikasi Aliran Perenialisme Terhadap Pendidikan
1.3.TUJUAN
1. Pendidikan pada dasarnya bertujuan agar para siswa dapat bertahan hidup di
dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia. Dengan
jalan memberikan pengetahuan yang esensial kepada para siswa, maka mereka
akan dapat bertahan hidup di dalam lingkungan alam dan sosialnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Aliran Essensialisme

Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar
manusia kembali kepada kebudayaan lama. Esensialisme adalah pendidikan yang
didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban
umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri
utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah
dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di
mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan
doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak
pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan
kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan


yang diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu
sebagai pendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus
bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Artinya, nilai-nilai
itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal
dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu
zaman Renaisans.

2.2. Sejarah Perkembanggan Esensialisme

Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang


berbeda dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad
11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang
dengan megahnya usaha-usaha untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan
dan kesenian serta kebudayaan purbakala, terutama dizaman Yunani dan Romawi
purbakala. Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan sebagai puncak
timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari
aktivitas manusia.14 Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930 dengan
beberapa orang pelopornya seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick
Breed dan Isac L. Kandell. Pada tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga
yang disebut dengan “the essensialist committee for the advancement of American
Education” sementara Bagley sebagai pelopor esensialsme adalah seorang guru
besar pada “Teacher College” Colombia University. Bagley yakin bahwa fungsi
utama sekolah adalah mentransmiskan warisan budaya dan sejarah kepada generasi
muda.

2.3. Ciri-ciri utama

Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak


esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan
tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada
dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah
timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul
pada zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir
modern. Esensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap
simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep
yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang
memenuhi tuntutan zaman. Realisme modern, yang menjadi salah satu eksponen
essensialisme, titik berat tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik,
sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain, pandangan-
pandangannya bersifat spiritual. John Butler mengutarakan ciri dari keduanya
yaitu, alam adalah yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri, dan
dijadikan pangkal berfilsafat. Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada
dunia fisik. Dan disana terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan
persepsi-persepsi yang tidak semata-mata bersifat mental.
Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, pendidikan sebagai
pemelihara kebudayaan. Karena dalil ini maka aliran Essentialisme dianggap
para ahli sebagai “Conservative road to culture”, yakni aliran ini ingin kembali
kepada kebudayaan lama, warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-
kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme percaya bahwa pendidikan
harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia. Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita
hingga sekarang, telah teruji oleh segala zaman, kondisi dan sejarah.
Kebudayaan demikian, ialah essensia yang mampu pula mengemban hari kini
dan masa depan umat manusia. Kebudayaan sumber itu tersimpul dalam ajaran
para filosof ahli pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu
mereka bersifat kekal dan monumental. Kesalahan dari kebudayaan moderen
sekarang Essensialisme ialah kecenderungannya, bahkan gejala-gejala
penyimpangannya dari jalan lurus yang telah ditanamkan kebudayaan warisan
itu. Fenomena-fenomena sosial-kultural yang tidak kita ingini sekarang, hanya
dapat diatasi dengan kembali secara sadar melalui pendidikan, ialah kembali ke
jalan yang telah ditetapkan itu. Hanya dengan demikian, kita boleh optimis
dengan masa depan kita, masa depan kebudayaan umat manusia.

2.4. Implikasi Aliran Essentialisme Terhadap Pendidikan

1. Pandangan ontologi essensialisme


Dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta
isinya dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanapun bentuk,
sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tata
alam yang ada. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk
kebahagiaan dunia dan akherat. Isi pengetahuannya mencakup, kesenian
dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia
2. Pandangan epistemologi essensialisme
teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk
mengerti epistomologi esensialisme. Sebab, jika manusia mampu
menyadari bahwa realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka
manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya
mampu memikirkan kesemestiannya. Berdasarkan kualitas inilah
manusia memproduksi pengetahuannya secara tepat dalam benda-benda,
ilmu alam, biologi sosial, dan agama
3. Pandangan aksiologi esensialise
Pandangan Aksiologi sangat dipegaruhi oleh ontologi dan epistemologi.
Teori Nilai Menurut Idealisme: sikap, tingkah laku dan ekspresi
perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk
Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum
kosmos, karena itu seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif
berada didalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. Teori Nilai
Menurut Realisme:kualitas nilai tidak dapat ditentukan secara konseptual,
melainkan tergantung dari apa atau bagaimana keadaannya bisa dihayati
oleh subjek tertentu dan selanjutnya akan tergantung pula dari sikap
subjek tersebut
4. Pandangan mengenai belajar
Essensialisme yang didukung oleh pandangan idealisme berpendapat
bahwa bila seseorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami
akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia objektif.
Akal budi manusia membentuk, mengatur, mengelompokkannya dalam
ruang dan waktu. Dengan prinsip itu dapat dikatakan bahwa belajar pada
seseorang sebenarnya adalah mengembangkan jiwa pada dirinya sendiri
sebagai substansi spritual. Jiwa membina dan menciptakan dirinya
sendiri. Jadi belajar adalah menerima dan mengenal dengan sungguh-
sungguh nilai-nilai sosial oleh angkatan baru yang timbul untuk
ditambah dan dikurangi serta diteruskan kepada angkatan berikutnya
(Barnadib:1996:56). Belajar adalah cerminan dari jiwa yang aktif.
5. Pandangan Kurikulum Essentialisme
Essensialisme adalah suatu teori pendidikan yang menegaskan bahwa
pendidikan selayaknya bergerak dalam kegiatan pembelajaran tentang
keahlian dasar, seni dan sains yang telah nyata-nyata berguna dimasa
lalu dan tetap demikian dimasa yang akan datang. Para essensialis
percaya bahwa beberapa keahlian esensi atau dasar mempunyai
kontribusi yang besar terhadap keberadaan manusia seperti membaca,
menulis, aritmatika dan perilaku sosial yang beradab. Keahlian dasar ini
merupakan hal yang selayaknya dan memeng dibutuhkan sehingga
selalu ada dalam setiap kurikulum sekolah dasar yang baik.
Pada kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri
dari sejarah, matematika, sains dan sastra. Kurikulum perguruan tinggi
terdiri dari dua komponen yaitu mata kuliah umum dan sains. Dengan
menguasai mata kuliah ini yaitu yang berkaitan dengan lingkungan
sosial dan alam, seorang siswa mempersiapkan diri untuk berpartisipasi
ssecara efektif dalam masyarakat beradab. Jadi intinya kurikulum
hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai yang sederhana sampai
yang kompleks. Kurikulum direncanakan dan disusun berdasarkan
pikiran yang matang agar manusia dapat hidup harmonis dan
menyesuaikan diri dengan sifat-sifat kosmis.

2.5. Implikasi Aliran Perenialisme Terhadap Pendidikan

1. Pandangan tentang realita (ontologis)


Peremialisme memandang bahwa realitas itu bersifat universal dan
ada dimana saja, juga sama disetiap waktu. Inilah jaminan yang
dapat dipenuhi dengan jalan mengerti wujud harmoni bentuk-bentuk
realita, meskipun tersembunyi dalam satu wujut materi atau pristiwa-
pristiwa yang berubah, atau pun didalam ide-de yang bereang.
2. Pandangan tentang pengetahuan (Epistimologi)
Perennialisme mengakui bahwa impresi atau kesan melalui
pengamatan tentang individual thing adalah pangkal pengertian
tentang kebenaran. Tetapi manusia akan memperoleh pengetahuan
lebih tepat jika bersandar pada asas-asas kepercayaan dan bantuan
wahyu; dan itulah tahu dalam makna tertinggi, yang ideal
3. Pandangan tentang nilai (Axiologi)
Pandangan tentang hakikat nilai menurut perennialisme adalah
pandangan mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Yang absolut
atau ideal (Tuhan) adalah sumber nilai dan oleh karena itu nilai
selalu bersifat teologis.
4. Pandangan tentang pendidikan
Pendidikan
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion:
pendidikan sebagai jalan kembali,atau proses mengembalikan
keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa lampau
yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal.
Tujuan pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan
abadi, inilah yang harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati.
Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah membantu peserta didik
menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran yang
abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite itelektual yang
mengetahui kebenaran dan suatu waktu akan meneruskannya kepada
generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah lembaga yang berperan
mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun kedalam
kehidupan. Sekolah bago perenialist merupakan peraturan-peraturan
yang artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang
paling baik dari warisan sosial budaya.
Kurikulum
Kurikulum pada aliran ini berpusat pada mata pelajaran, dan
cenderung menitikberatkan pada: sastra, matematika, bahasa, dan
humaniora, termasuk sejarah. Kurikulum adalah pendidikan liberal.
Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh
perenialist adalah membaca dan diskusi, yaitu membaca dan
mendikusikan karya-karya besar yang tertuang dalam the great books
dalam rangka mendisiplinkan pikiran
Peranan guru dan peserta didik
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak,
melainkan guru juga sebagai “mirid” yang mengalami proses belajar
serta mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery,
dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas murid-
muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior
dibandingkan muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang
lebih, dan perfect knowladge.
BAB IIl
PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-


nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama
yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah
dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak
ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang
bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Essentialisme merupakan
paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Dan praktek-praktek
filsafat pendidikan Essentialisme dengan demikian menjadi lebih kaya
dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah
satu aliran yang ia sinthesakan itu. Ide pokok idealisme berprinsip
tentang semesta raya dan hakekat sesuatu. Ide pokok realisme berprinsip
realita itu ada jika independen terlepas daripada kesadaran jiwa manusia.
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama
yang berbeda dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan
berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi. Perenialisme
diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s
Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing throughout
the whole year” atau “lasting for a very long time” – abadi atau kekal.
Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme
mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan
norma-norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap
pendidikan progresif. Perenialsme menentang pandangan progresivisme
yang menekankan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme
memandang situasi didunia ini penuh kekacawan, ketikdak pastian dan
ketidak teraturan, terutama pada kehidupan moral, intelektual dan sosial
kultural. Maka perlu ada usaha untuk mengamankan ketidak beresan ini.

2.1.Saran
Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
membantu penulis agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr. H. Jalaluddin dan Drs. Abdullah Idi, M.Ed. Filsafat Pendidikan.


Jakarta: Gaya

Media Pratama.1997

Modul Filsafat Pendidikan, Matakuliah Filsafat pendidikan. Yogyakarta: 2010

http://edu-articles.com/

http://en.wikipedia.org/wiki/Main_Page

http://wahyudisy.blogspot.com/2008/01/aliran-progresivisme-aliran.html

Anda mungkin juga menyukai