Disusun Oleh:
Daffa Tangguh Ekoputro 11160150000008
Muhammad Umam Mazidi 11160150000020
Hizkia Nurul Amin 11160150000051
Milda Fadlilah 11160150000091
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji Syukur atas segala nikmat, iman, sehat dan daya serta upaya yang telah Allah
SWT berikan, Berkat rahmat dan Hidayah- Nya lah kami mampu menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Pandangan Filsafat Progressivisme dan Eksistensialisme Terhadap
Pendidikan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat dan
Ilmu Pendidikan.
Tersusunnya makalah ini tak lepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh
orang- orang yang berada disekitar kami. Maka, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberikan bantuan moril maupun materil.
Kami menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kritik dan saran
bersifat membangin kamu harapkan sebagai sarana evaluasi kesempurnaan dalam penulisan
tugas makalah ini. Mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran Filsafat
dan Ilmu Pendidikan dan bagi seluruh pembaca Aamiin.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna di jagad raya, dengan
alam pikirannya dia dapat mengembangkan segala sesuatu yang diinginkan, segala sesuatu
yang diinginkan, segala cara dia lakukan untuk mencapai hasil semaksimal mungkin. Tuhan
menciptakan manusia yang bagaimana (keberadaan seperti apa manusia berada), apakah cara
berada manusia sama halnya dengan cara berada makhluk lain "benda-benda". Jawabannya
tentu beraneka ragam dan berbeda pendapat yang mempunyai alasan-alasan tersendiri dalam
memperkuat filsafatnya. Hal itu terjadi apabila cara manusia berada di dunia ini (eksistensi)
berbeda,seperti halnya: eksistensialisme, materialisme. Dalam filsafatnya tentang keberadaan
manusia di dunia.
Dalam filsafat pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat yang merupakan terapan
dari filsafat umum. Dan yang akan dibahas dalam makalah ini filsafat eksistensialisme yang
ditinjau dari segi ontologis atau keberadaan dalam filsafat pendidikan. Pengertian yan cukup
terang tentang aliran filsafat pendidikan ini dapat membuka jalan yang lebih mulus ke arah
pengertian, hubungan antara filsafat pendidikan eksistensialisme, dengan pendekatan
tradisional, dengan pendekatan progresif terhadap aliran-aliran lain (Ali Saifullah:1977:157).
1
1.3 Tujuan
a. Mengetahui filsafat eksistensialisme terhadap pendidikan
b. Mengetahui filsafat progresivisme terhadap pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai ciri utama lain progresivisme adalah satu filsafat transisi Antara 2
konfigurasi kebudayaan yang besar. Progresivisme adalah rasionalisasi mayor daripada
suatu kebudayaan, yakni:
a. Perubahan dari pola- pola kebudayaan barat yang diwarisi dan dicapai dari masa
silam
b. Perubahan yang cepat menuju pola- pola kebudayaan barat yang sedang dalam
prosess pembinaan untuk masa depan
3
a. Negative dan diagnostic yang berarti: bersikap anti terhadap otoritarianisme dan
absolutismedalam segala bentuk baik yang kuno maupun yang modern, yang
meliputi semua bidang kehidupan terutama agama, moral, social, politik, dan ilmu
pengetahuan.
b. Positive dan remedial, yakni suau pernyataan dan percayaan atas kemampuan
manusia sebagai subjek yang memiliki potensial- potensial alamiah, terutama
kekuatan- kekuatan self – regenerative untuk menghadapi dan mengatasi semua
problem hidupnya.
a. Pragmatis, sebab atas utama dalam kehidupan manusia ialah untuk tetap survive
terhadap semua tantangan- tantangan hidup manusia, harus praktis, melihat segala
sesuatu dari segi kegunaanya.
b. Instrumentalisme, karena aliran ini menganggap bahwa potensi intelejensi
manusia sebagai kekuatan utama manusia haruslah dianggap sebagai alat
(instrumen) untuk menghadapi semua tantangan dan problem dalam
kehidupannya.
c. Eksperimentalisme, berarti bahwa aliran ini menyadari dan mempraktekan bahwa
asas eksperimen (percobaan ilmiah adalah alat utama menguji kebenaran suatu
teori). Percobaan- percobaan tersebut memberi pembuktian apakah suatu ide, teori
atau pandangan benar atau tidak.
d. Environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu
mempengaruhi pembinaan kepribadian. Lingkungan hidup dengan tantangan-
tantangan didalamnya mendorong manusia untuk berjuang dan berkembang demi
hidupnya.
Latar belakang ide-ide filsafat Yunani baik Heraklitos maupun Socrates,
bahkan juga Protogoras amat mempengaruhi aliran ini. Ide Heraklitos tentang
perubahan :All reality is characterized bby constant change, that nothing is permanent
except the procople of change it self” (2 : 94) adalah menjadi asas progressivisme.
Ide Socrates yang menyatukan nilai ilmu pengetahuan dengan prinsip-prinsip
moral juga dianggap berpengaruh atas progresivissme, karena ilmu berarti kebaikan
manusia tercapai, jadi ilmu mempunyai ethis dan nilai bina kepribadian. Kaum
4
Sophisme terutama Protaghoras, yang menyatakan baha kebenaran dan nilai-nilai
bersifat relatif menurut waktu dan tempat.
Di samping pengaruh-pengaruh tokoh filsafat diatas , ada pula pengaruh
kebudayaan yang secara khusus di tulis oleh Bramel sebagai tiga faktor kebudayaan
yang berpengaruh atas perkembangan progressivisme, yaitu :
a. Revolusi Industri
Revolusi Industri adalah istilah yang dipakai untuk suatu era dari ekonomi
modern yang merubah keadaan sosial politik manusia. Era ini ditandai dengan
kemerosotan feodalisme dan timbulnya serta matangnya kapitalisme.
Dengan revolusi industri pengaruhnya amat besar atas sikap manusia terutama
pada masalah-masalah kekuatan manusia atas alam dalam rangka eksplorasi alam
(bumi) dan penggunaan tenaga mesin untuk produksi.
b. Modern Science
Ilmu pengetahuan modern berkembang sejalan dan erat hubungannya dengan
revolusi industri. Bahkan hubungan keduanya bersifat kausalitas, sebab-akibat.
Sebagai effect sebab perkembangan science didorong dan ditopang oleh kemajuan
ekonomi.
Sumbangan utama ilmu pengetahuan modern yang amat beramat bagi filsafat
Progressivisme ialah dalam kekuatan metode-metode baru dalam membina
kemampuan adaptasi manusia terhadap lingkungan. yakni cara-cara yang timbul
dan berkembang di dalam kondisi-kondisi lingkungan hidup itu sendiri seperti
pengujian terhadap suatu teori, analisa dan proses kejadian sesuatu, dan kontrol
atas induksi makin utama dibandingan metode deduksi.
c. Perkembangan Demokrasi
Pengaruh demokrasi seperti pegakuan atas hak asasi dan martabat manusia,
berarti memberi kemungkinan bagi perkembangan maksimal kepribadian
manusia. Implementasi dari demokrasi baru dalam zaman Renaissance. Manusia
baru menyadari nilai-nilai demokrasi, praktek-praktek sosial kenegaraan dan ilmu
pengetahuan saling mempengaruhi dan itu nyata setelah berakhirnya abad
pertengahan dan dimulainya zaman Renaissance.
A. Strategi progresif
Filsafat progresifisme berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini belum tentu benar untuk masa mendatang. Karenanya cara terbaik menurut
5
progresivisme dalam mempersiapkan para siswanya adalah membekali mereka
stretegi pemecah masalah yang memungkinkan mereka mengatasi masalah di
kehidupan yang akan datang dan untuk menemukan kebenaran yang relevan pada saat
ini. Dengan analisi diri dan refleksi yang berkelanjutan, para siswa dapat
mengidentifikasikan nilai nilai yang tepat dengan waktu dekat.
Orang orang progresif meyakini bahwa kehidupan itu berkembang ke arah
yang positif dan umat manusia baik dan dapat dipercaya untuk bertindak dalam minat
minat terbaik mereka sendiri. Oleh karena itu peran gutu dalam suatu kelas yang
berorientasi progresifisme adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang
yang menjadi sumber, yang pada intinya sebagai fasilitor siswa. Dalam arti lain guru
berfungsi membantu siswa mempelajari apa yang penting baginya bukan memberikan
sejumlah pengetahuan yang dikatakan abadi.
“everything is good as it comes from the hands of the author of nature, but
everything degenerates in the hand of human”
6
Jadi segala sesuatu, termasuk anak , dilahirkan adalah baik berasal dari
pencipta alam (ALLAH STW.) namun semuanya itu mengalami degerenasi ,
penyusutan martabat, dan nilai nilai kemanusiaan oleh tangan manusia itu sendiri.
Karena manusia memiliki kebebasan bertindak, barang siapa mengingkari kebebasa
seseorang, berarti mengingkari kulaitasnya sebagai manusia, menyangkal hak dan
kewajiban manusia. Menyangkal kebebasan dari kemauan manusia berarti
meniadakan kesusilaan dari tindakannya.
Proses belajar terpusat pada anak bukan berarti anak diizinkan utuk mengikuti
keinginannya. Anak memang banyak berbuat dalam menentukan proses belajar,
namun ia bukan penentu akhir. Pengalaman anak adalah rekonstuksi yang terus
menerus dari keinginan dan kepentingan pribadi. Guru tidak menjejalkan informasi ke
dalam kepala anak melainkan dengan pengawasan lingkungan dimana pendidikan itu
berlangsung. Pertumbuhan berarti peningkatan intelegensi terhadap lingkungan.
b) Tujuan pendidikan
Sekolah merupakan demokratis kecil dimana siswa belajar dan praktik untuk
hidup dalam demokrasi. Karena realitas berubah terus menerus kaum progres tidak
memusatkan perhatiannya terhadap body knowladge yang pasti, kaum progres
menekankan “bagaimana berpikir” bukan “apa yang dipikirkan” tujuan pendidikan
adalah memberikan keterampilan dan alat alat yang bermanfaat untuk berinteraksi
dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Proses
belajar terpusat pada perilaku cooperative dan disiplin diri. Dimana kebudayaan
sanyan dibutuhkan dan berfungsi dalam masyarakat.
7
Kaum progresif menolak pandangan bahwa belajar secara esensial merupakan
penerimaan pengetahuan sebagai suatu subtansi abstrak yang diisikan oleh guru ke
dalam jiwa anak. Pengetahuan menurut pandangan progresif merupakan alat untuk
mengatur pengalaman, untuk menangani situasi baru secara terus menerus, di mana
perubahan hidup merupakan tantangan di hadapan manusia.
8
proses belajar, bukan sumber pengetahuan. Metode yang dipergunakan adalah metode
imiah dalam inkuiri dan metode problem solving.
1. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup, Kehidupan
yang baik adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang mencakup
interpretasi dan rekonstruksi pengalaman. Anak akan memasuki situasi belajar
yang disesuaikan dengan usianya dan berorientasi pada pengalaman. Tidak
ada tujuan umum dan akhirpendidikan. Pendidikan adalah pertumbuhan
berikutnya.
2. Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak, minat
individu, yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar. Sekolah menjadi
“child centered”, di mana proses belajar ditentukn oleh anak. Secara kodrati
anak suka belajar apa saja yang berfiubungan dengan minatnya, atau untuk
memecahkan masalahnya. Begitu pula pada dasamya anak akan menolak apa
yamg dipaksakan kepadanya. Anak akan belajar dan mau belajar kanena
nnerasa perlu, tidak karena terpaksa oleh prang lain. Anak akan mampu
melihat relevansi dari apa yang dipelajari terhadap kehidupaniiiya, bahkan
juga terhadap konsepsi kehidupan orang dewasa.
3. Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden subject malter.
Jadi, belajar harus dapat rnemecahkan masalah yang penting dan bermanfaat
9
bagi kehi- dupaji anak. Dalam memecahkan suatu masalah, anak dibawa
berpikir melewati beberapa tahapan, yang disebut metode berpikir ilmiah.
sebagai berikut:
a. anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah;
b. menganalisis masalah tersebut, dan menduga atau menyusun hipotesis-
ihipotesis yang mungkin;
c. mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas masalah;
d. memilihdan menganalísis hipotesis;
e. mencoba, menguji, dan membuktikan.
Dari sudut etimologi, Eksistensi berasal dari kata Eks yang berarti keluar, dan
sistensi atau sisto berarti berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam
keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan
oleh dirinya sendiri. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang
10
berbagai hal dengan berdasar pada keberadaannya (eksistensinya). Artinya bagaimana
manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
11
mengatasi semua pengetahuan obyektif, sehingga manusia sadar akan dirinya
sendiri. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.
5. Martin Heidegger
Menurut pandangan Martin Heidegger adalah keberadaan manusia diantara
keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan
dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia, baru
mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena benda-benda yang
berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan
mereka.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada
manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara
mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Konsep pendidikan menurut
eksistensialisme adalah pengembangan daya kreatif dalam diri anak-anak, bukan saja sebagai
pribadi atau individu, tetapi anak adalah suatu realitas.
3.2 Saran
Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga pembaca dapat berfikir tepat
dan benar sehingga terhindar dari kesimpulan yang salah. Tentunya, makalah ini jauh dari
kesempurnaan karena akan ditemukan banyak kelemahan atau bahkan kekeliruan, baik dalam
kepenulisan ataupun penyajian. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan dari para
pembaca sehingga kedepan mampu lebih baik dalam penyelesaiannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16