Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Pandangan Filsafat Progressivisme Dan Eksistensialisme Terhadap


Pendidikan
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat dan Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu :1. Wahdi Sayuti MA
2. Masruroh M.Pd

Disusun Oleh:
Daffa Tangguh Ekoputro 11160150000008
Muhammad Umam Mazidi 11160150000020
Hizkia Nurul Amin 11160150000051
Milda Fadlilah 11160150000091

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji Syukur atas segala nikmat, iman, sehat dan daya serta upaya yang telah Allah
SWT berikan, Berkat rahmat dan Hidayah- Nya lah kami mampu menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Pandangan Filsafat Progressivisme dan Eksistensialisme Terhadap
Pendidikan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Filsafat dan
Ilmu Pendidikan.

Tersusunnya makalah ini tak lepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh
orang- orang yang berada disekitar kami. Maka, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberikan bantuan moril maupun materil.

Kami menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kritik dan saran
bersifat membangin kamu harapkan sebagai sarana evaluasi kesempurnaan dalam penulisan
tugas makalah ini. Mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran Filsafat
dan Ilmu Pendidikan dan bagi seluruh pembaca Aamiin.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb

Ciputat, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................... 1
1.1 Pendahuluan .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ..................................................................................................... 3


2.1 Pandangan Filsafat Progressivisme............................................................................ 3
a. Strategi Positif ...................................................................................................... 5
b. Pandangan Progresivissme Terhadap Pendidikan ............................................... 6
2.2 Pandangan Filsafat Eksistensialisme ....................................................................... 10
a. Tokoh- Tokoh Filsafat Eksistensialisme ............................................................ 11
b. Pandangan Eksistensialisme Terhadap Pendidikan ........................................... 12

BAB III Penutup ......................................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang ada secara
mendalam. sehingga dengan adanya filsafat kita akan tahu akar-akar dari berbagai macam
ilmu lainnya dan juga dasar dari segala yang ada. Filsafat dibagi menjadi bebrapa cabang
ilmi, salah satunya yaitu filsafat pendidikan. Filsafat sendiri dimengerti sebagai bentuk ilmu
yang mengkaji mengenai dasar-dasar pendidikan yang menitikberatkan pada pendekatan-
pendekatan filsafat sehingga akan menghasilkan teori-toeri kependidikan yang berguna pada
masalah-masalah kependidikan itu sendiri.

Manusia mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna di jagad raya, dengan
alam pikirannya dia dapat mengembangkan segala sesuatu yang diinginkan, segala sesuatu
yang diinginkan, segala cara dia lakukan untuk mencapai hasil semaksimal mungkin. Tuhan
menciptakan manusia yang bagaimana (keberadaan seperti apa manusia berada), apakah cara
berada manusia sama halnya dengan cara berada makhluk lain "benda-benda". Jawabannya
tentu beraneka ragam dan berbeda pendapat yang mempunyai alasan-alasan tersendiri dalam
memperkuat filsafatnya. Hal itu terjadi apabila cara manusia berada di dunia ini (eksistensi)
berbeda,seperti halnya: eksistensialisme, materialisme. Dalam filsafatnya tentang keberadaan
manusia di dunia.

Dalam filsafat pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat yang merupakan terapan
dari filsafat umum. Dan yang akan dibahas dalam makalah ini filsafat eksistensialisme yang
ditinjau dari segi ontologis atau keberadaan dalam filsafat pendidikan. Pengertian yan cukup
terang tentang aliran filsafat pendidikan ini dapat membuka jalan yang lebih mulus ke arah
pengertian, hubungan antara filsafat pendidikan eksistensialisme, dengan pendekatan
tradisional, dengan pendekatan progresif terhadap aliran-aliran lain (Ali Saifullah:1977:157).

Filsafat ini memfokuskan pengalaman-pengalaman individu. Filsafat yang


berhubungan dengan pengembangan sistem pemikiran untuk mengidentifikasi dan
memahami apa yang umum pada semua realitas, keberadaan manusia, dan nilai

1.2 Rumusan Masalah


a. Pandangan Filsafat eksistensialisme terhadap pendidikan?
b. Pandangan filsafat progresivisme terhadap pendidikan?

1
1.3 Tujuan
a. Mengetahui filsafat eksistensialisme terhadap pendidikan
b. Mengetahui filsafat progresivisme terhadap pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pandangan Filsafat Progressivisme

Progresivisme berkembang dalam permulaan abad 20 ini terutama di Amerika


Serikat. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan
terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang
diwarisi dari abad ke-19. Progresif (berkembang maju) adalah sifat alamiah kodrati dan
itu berarti perubahaan. dan perubahaan berarti suatu yang baru. Sesuatu yang baru
sunguh-sungguh merupakan keadaan yang nyata dan bukan sekedar pengertian atas
realita yang sebelumnya memang sudah demikian.

Pandangan- pandangan progressivisme dianggap sebagai “The Liberal Road To


Culture”. Dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleskibel, berani, toleran, dan
bersikap terbuka. Progessivisme menganggap pendidikan sebagai kultural transition. Ini
berarti bahwa pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina kebudayaan
yang baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi hari depan makin komplek dan
menantang. Progressivisme mempunyai ciri utama, yakni mempercayai manusia sebagai
subjek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya
yang multikomplek dengan skill dan kekuatan sendiri. Dan kemampuan itu manusia dapat
memecahkan semua problemnya secara intelijen, dengan intelejensi aktif.

Sebagai ciri utama lain progresivisme adalah satu filsafat transisi Antara 2
konfigurasi kebudayaan yang besar. Progresivisme adalah rasionalisasi mayor daripada
suatu kebudayaan, yakni:

a. Perubahan dari pola- pola kebudayaan barat yang diwarisi dan dicapai dari masa
silam
b. Perubahan yang cepat menuju pola- pola kebudayaan barat yang sedang dalam
prosess pembinaan untuk masa depan

Progresivisme sebagai ajaran filsafat mempunyai watak yang dapat digolongkan


sebagai:

3
a. Negative dan diagnostic yang berarti: bersikap anti terhadap otoritarianisme dan
absolutismedalam segala bentuk baik yang kuno maupun yang modern, yang
meliputi semua bidang kehidupan terutama agama, moral, social, politik, dan ilmu
pengetahuan.
b. Positive dan remedial, yakni suau pernyataan dan percayaan atas kemampuan
manusia sebagai subjek yang memiliki potensial- potensial alamiah, terutama
kekuatan- kekuatan self – regenerative untuk menghadapi dan mengatasi semua
problem hidupnya.

Progresivisme disebut dengan nama yang berbeda- beda seperti pragmatisme,


instrumental, eksperimentalisme, dan environtalisme. Masing- masing istilah
penamaan itu merupakan peruwujudan yang menjadi wataknya.

a. Pragmatis, sebab atas utama dalam kehidupan manusia ialah untuk tetap survive
terhadap semua tantangan- tantangan hidup manusia, harus praktis, melihat segala
sesuatu dari segi kegunaanya.
b. Instrumentalisme, karena aliran ini menganggap bahwa potensi intelejensi
manusia sebagai kekuatan utama manusia haruslah dianggap sebagai alat
(instrumen) untuk menghadapi semua tantangan dan problem dalam
kehidupannya.
c. Eksperimentalisme, berarti bahwa aliran ini menyadari dan mempraktekan bahwa
asas eksperimen (percobaan ilmiah adalah alat utama menguji kebenaran suatu
teori). Percobaan- percobaan tersebut memberi pembuktian apakah suatu ide, teori
atau pandangan benar atau tidak.
d. Environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu
mempengaruhi pembinaan kepribadian. Lingkungan hidup dengan tantangan-
tantangan didalamnya mendorong manusia untuk berjuang dan berkembang demi
hidupnya.
Latar belakang ide-ide filsafat Yunani baik Heraklitos maupun Socrates,
bahkan juga Protogoras amat mempengaruhi aliran ini. Ide Heraklitos tentang
perubahan :All reality is characterized bby constant change, that nothing is permanent
except the procople of change it self” (2 : 94) adalah menjadi asas progressivisme.
Ide Socrates yang menyatukan nilai ilmu pengetahuan dengan prinsip-prinsip
moral juga dianggap berpengaruh atas progresivissme, karena ilmu berarti kebaikan
manusia tercapai, jadi ilmu mempunyai ethis dan nilai bina kepribadian. Kaum

4
Sophisme terutama Protaghoras, yang menyatakan baha kebenaran dan nilai-nilai
bersifat relatif menurut waktu dan tempat.
Di samping pengaruh-pengaruh tokoh filsafat diatas , ada pula pengaruh
kebudayaan yang secara khusus di tulis oleh Bramel sebagai tiga faktor kebudayaan
yang berpengaruh atas perkembangan progressivisme, yaitu :
a. Revolusi Industri
Revolusi Industri adalah istilah yang dipakai untuk suatu era dari ekonomi
modern yang merubah keadaan sosial politik manusia. Era ini ditandai dengan
kemerosotan feodalisme dan timbulnya serta matangnya kapitalisme.
Dengan revolusi industri pengaruhnya amat besar atas sikap manusia terutama
pada masalah-masalah kekuatan manusia atas alam dalam rangka eksplorasi alam
(bumi) dan penggunaan tenaga mesin untuk produksi.
b. Modern Science
Ilmu pengetahuan modern berkembang sejalan dan erat hubungannya dengan
revolusi industri. Bahkan hubungan keduanya bersifat kausalitas, sebab-akibat.
Sebagai effect sebab perkembangan science didorong dan ditopang oleh kemajuan
ekonomi.
Sumbangan utama ilmu pengetahuan modern yang amat beramat bagi filsafat
Progressivisme ialah dalam kekuatan metode-metode baru dalam membina
kemampuan adaptasi manusia terhadap lingkungan. yakni cara-cara yang timbul
dan berkembang di dalam kondisi-kondisi lingkungan hidup itu sendiri seperti
pengujian terhadap suatu teori, analisa dan proses kejadian sesuatu, dan kontrol
atas induksi makin utama dibandingan metode deduksi.
c. Perkembangan Demokrasi
Pengaruh demokrasi seperti pegakuan atas hak asasi dan martabat manusia,
berarti memberi kemungkinan bagi perkembangan maksimal kepribadian
manusia. Implementasi dari demokrasi baru dalam zaman Renaissance. Manusia
baru menyadari nilai-nilai demokrasi, praktek-praktek sosial kenegaraan dan ilmu
pengetahuan saling mempengaruhi dan itu nyata setelah berakhirnya abad
pertengahan dan dimulainya zaman Renaissance.

A. Strategi progresif
Filsafat progresifisme berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini belum tentu benar untuk masa mendatang. Karenanya cara terbaik menurut
5
progresivisme dalam mempersiapkan para siswanya adalah membekali mereka
stretegi pemecah masalah yang memungkinkan mereka mengatasi masalah di
kehidupan yang akan datang dan untuk menemukan kebenaran yang relevan pada saat
ini. Dengan analisi diri dan refleksi yang berkelanjutan, para siswa dapat
mengidentifikasikan nilai nilai yang tepat dengan waktu dekat.
Orang orang progresif meyakini bahwa kehidupan itu berkembang ke arah
yang positif dan umat manusia baik dan dapat dipercaya untuk bertindak dalam minat
minat terbaik mereka sendiri. Oleh karena itu peran gutu dalam suatu kelas yang
berorientasi progresifisme adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang
yang menjadi sumber, yang pada intinya sebagai fasilitor siswa. Dalam arti lain guru
berfungsi membantu siswa mempelajari apa yang penting baginya bukan memberikan
sejumlah pengetahuan yang dikatakan abadi.

B. Pandangan terhadap pendidikan


Progresivisme pada dasarnya meyakini bahwa pendidikan harus berpusat pada
anak (child ccentered)bukan pada guru atau bidang muatan. John dewey,1920
berkontribusi cukup besar pada penyebaran gagasan gagaran progresivisme,
pengikutnya didasarkan pada keenam asumsi tersebut:
1. Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat minat siswa bukan disiplin
akademik
2. Pengajar dikatakan efektif jika mempertimbangkan anak secara menyeluruh dan
minat minat serta kebutuhan didalamnyahubungannya dengan bidang kognitif,
afektif, dan psikomotor
3. Pembelajaran pada pokoknya aktif bukannya pasif. Pengajar yang efektif
memberikan siswa pengalaman yang memungkinkan mereka belajar dengan
kegiatan
4. Tujuan dari pendidikan adalah mengajar para siswa berpikir secara rasional
sehingga mereka cerdas , yang memberi kontribusi pada masyarakat
5. Disekolah, para siswa mempelajari nilai nilai personal dan sosial
6. Umat manusia ada dalam saatu keadaan yang berubah secara konstan, dan
pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik

“everything is good as it comes from the hands of the author of nature, but
everything degenerates in the hand of human”

6
Jadi segala sesuatu, termasuk anak , dilahirkan adalah baik berasal dari
pencipta alam (ALLAH STW.) namun semuanya itu mengalami degerenasi ,
penyusutan martabat, dan nilai nilai kemanusiaan oleh tangan manusia itu sendiri.
Karena manusia memiliki kebebasan bertindak, barang siapa mengingkari kebebasa
seseorang, berarti mengingkari kulaitasnya sebagai manusia, menyangkal hak dan
kewajiban manusia. Menyangkal kebebasan dari kemauan manusia berarti
meniadakan kesusilaan dari tindakannya.

Pendidikan harus siap memperbaharui metode, kebijaksanaanya, berhubungan


dengan perkembangan sains dan teknologi, serta perubahan lingkungan. Kaum
progresif sepakat dengan pandangan dewey, yaitu menekankan indera, belajar sambil
bekerja, dan mengembangkan intelegensi. Karena hasil pendidikan tidak ditentukan
secara mutlak melainkan suatu rekonstruksi pengalaman yang berlangsung terus
menerus.

a) Perhatian terhadap anak

Proses belajar terpusat pada anak bukan berarti anak diizinkan utuk mengikuti
keinginannya. Anak memang banyak berbuat dalam menentukan proses belajar,
namun ia bukan penentu akhir. Pengalaman anak adalah rekonstuksi yang terus
menerus dari keinginan dan kepentingan pribadi. Guru tidak menjejalkan informasi ke
dalam kepala anak melainkan dengan pengawasan lingkungan dimana pendidikan itu
berlangsung. Pertumbuhan berarti peningkatan intelegensi terhadap lingkungan.

b) Tujuan pendidikan

Sekolah merupakan demokratis kecil dimana siswa belajar dan praktik untuk
hidup dalam demokrasi. Karena realitas berubah terus menerus kaum progres tidak
memusatkan perhatiannya terhadap body knowladge yang pasti, kaum progres
menekankan “bagaimana berpikir” bukan “apa yang dipikirkan” tujuan pendidikan
adalah memberikan keterampilan dan alat alat yang bermanfaat untuk berinteraksi
dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Proses
belajar terpusat pada perilaku cooperative dan disiplin diri. Dimana kebudayaan
sanyan dibutuhkan dan berfungsi dalam masyarakat.

c) Pandangan tentang belajar

7
Kaum progresif menolak pandangan bahwa belajar secara esensial merupakan
penerimaan pengetahuan sebagai suatu subtansi abstrak yang diisikan oleh guru ke
dalam jiwa anak. Pengetahuan menurut pandangan progresif merupakan alat untuk
mengatur pengalaman, untuk menangani situasi baru secara terus menerus, di mana
perubahan hidup merupakan tantangan di hadapan manusia.

Manusia harus dapat berbuat dengan pengetahuan. Oleh karena itu,


pengetahuan harus bersumber pada pengalaman. Menurut Dewey j kita harus
mempelajari apa saja dari sains eksperimental. Penelusuran pengetahuan abstrak harus
diartikan ke dalam pengalaman pendidikan yang aktif. Apabila siswa menghasilkan
suatu apresiasi yang nyata yang berkaitan dengan ide-ide politik dan sosial, kelas
(sekolah) itu sendiri harus menjadi eksperimen kehidupan dalam demokrasi sosial.
Pengalaman dan eksperimen merupakan kata-kata kunci dalam kegiatan belajar
mengajar.

Dewey tidak menolak isi kurikulum tradisional. Sebaliknya kurikulum


tersebut perlu dipelihara dan dikuasai. Selanjutnya Dewey mengatakan bahwa yang
perlu diingat adalah materi pelajaran atau isi pelajaran selalu berubah terus-menerus
sesuai dengan perubahan yang berlaku dalam lingkungannya. Oleh karena itu,
pendidikan tidak dibatasi hanya pada sekadar pengumpulan informasi dari guru atau
dari text book saja. Belajar bukan penerimaan dan penerapan terhadap pengetahuan
terdahulu yang telah ada, melainkan suatu rekonstruksi yang terus menerus sesuai
dengan penemuan-penemuan baru. Oleh karena itu, pemecahan masalah (dengan
metode ilmiah), harus dilihat bukan hanya dari sekadar penyelidikan pengetahuan
fungsional, melainkan sebagai suatu kaitan yang secara terus menerus dengan subject
matter

d) Kurikulum dan peranan guru

Kuríkulum disusun sekitar pengalaman siswa, baik pengalaman príbadi


maupun pengalaman sosial. Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang
digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa, dan dalam pemecahan masalah
serta dalam kegiatan proyek. Pemecahan masalah akan melibatkan kemampuan
berkomunikasi, proses mate- matis dan penelítian ilmiah. Oleh karena itu, kurikulum
seharusnya menggunakan pendekatan interdisipiner. Buku merupakan alat dalam

8
proses belajar, bukan sumber pengetahuan. Metode yang dipergunakan adalah metode
imiah dalam inkuiri dan metode problem solving.

Peranan guru adalah membimbing siswa-siswa dalam kegiatan pemecahan


masalah dan kegiatan proyek. Mungkin akan banyak guru yang kurang senang
terhadap peran ini, karena didasarkan atas suatu anggapan bahwa siswa mampu
berpikir dan mengadakan penjelajahan terhadapkebutuhan dan minat sendiri.

Guru harus menolong siswa dalam menentukan dan memilih masalah-masalah


yang bermakna, menemukan sumber-sumber data yang refevan, menafsirkan dan
menilai akurasi data, serta merumuskan kesimpulan. Guru harus mampu mengenali
siswa, terutama pada saat apakah ia memerlukan bantuan khusus dalam suatu
kegiatan, sehingga ia dapat meneruskan peneltiannya. Guru dituntut untuk sabar,
fleksibel berpikir interdisipliner, kreatif, dan cerdas.

e) Prinsip prinsip pendidikan

Secara umum terdapat beberapa prinsip pendidikan menurut pandangan


progresivisme, yang penulis sarikan dari tulisan Kneller (1971):

1. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup, Kehidupan
yang baik adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang mencakup
interpretasi dan rekonstruksi pengalaman. Anak akan memasuki situasi belajar
yang disesuaikan dengan usianya dan berorientasi pada pengalaman. Tidak
ada tujuan umum dan akhirpendidikan. Pendidikan adalah pertumbuhan
berikutnya.
2. Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak, minat
individu, yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar. Sekolah menjadi
“child centered”, di mana proses belajar ditentukn oleh anak. Secara kodrati
anak suka belajar apa saja yang berfiubungan dengan minatnya, atau untuk
memecahkan masalahnya. Begitu pula pada dasamya anak akan menolak apa
yamg dipaksakan kepadanya. Anak akan belajar dan mau belajar kanena
nnerasa perlu, tidak karena terpaksa oleh prang lain. Anak akan mampu
melihat relevansi dari apa yang dipelajari terhadap kehidupaniiiya, bahkan
juga terhadap konsepsi kehidupan orang dewasa.
3. Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden subject malter.
Jadi, belajar harus dapat rnemecahkan masalah yang penting dan bermanfaat

9
bagi kehi- dupaji anak. Dalam memecahkan suatu masalah, anak dibawa
berpikir melewati beberapa tahapan, yang disebut metode berpikir ilmiah.
sebagai berikut:
a. anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah;
b. menganalisis masalah tersebut, dan menduga atau menyusun hipotesis-
ihipotesis yang mungkin;
c. mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas masalah;
d. memilihdan menganalísis hipotesis;
e. mencoba, menguji, dan membuktikan.

f) Peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa.


Kebutuhan dan minat siswa kan menentukan apa yang mereka pelajan. Anak
harus dizinkan untuk merencanakan perkembanaan diri mereka sendiri, dan guru
harus membimbing kegiatan belajar.
g) Sekolah harus memberi semangat bekerja sama, bukan mengembangkan
persaingan. Manusia pada dasamya sosial, dan keputusan yana paling besar pada
manusia karena ia berkomunikasi dengan yang lain. Progresivisme berpandangan
bahwa kasih sayang dari persaudaraan lebih berharga bagi pendidikan daripada
persaingan dan usaha pribadi. Karena ítu, pendidikan adalah rekonstruks. manusia
dalam kehidupan sosial. Persaingan tidak ditolak, namun persaingan tersebut
harus mampu mendorong pertumbuhan pribadi
h) kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan. Demokrasi, pertumbuhan, dan pendidikan saling berhubungan.
Untuk mengejar demokrasi, sekolah sendiri harus demokratis, sekolah harus
mningkatkan “student goverment” diskusi bebas tentang suatu masalah,
pastisipasi penuh dalam pendidikan, namun, sekolah tidak mengindoktrinasi siswa
dengan tata sosial baru.

2.1 Pandangan Filsafat Eksistensialisme

Dari sudut etimologi, Eksistensi berasal dari kata Eks yang berarti keluar, dan
sistensi atau sisto berarti berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam
keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan
oleh dirinya sendiri. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang

10
berbagai hal dengan berdasar pada keberadaannya (eksistensinya). Artinya bagaimana
manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.

Pendapat lain, menyatakan “eksistensialisme” merupakan suatu aliran dalam ilmu


filsafat yang menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang
bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar.
Sebenarnya bukan tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi
seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karena hal tersebut,
masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Manusia
juga dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi (berbuat), meneliti cara
manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan inti dari aliran filsafat
eksistensialisme adalah manusia konkret.

A. Tokoh- tokoh filsafat eksistensialisme


1. Friedrich Nietzsche
Menurut Friedrich Nietzsche manusia yang bereksistensi adalah manusia yang
mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa
manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental
majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan
penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan
menemukan dirinya sendiri.
2. Soren Aabye Kiekegaard
Menurut Soren Aabye Kiekegaard eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang
statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan
menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi
ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia
cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.
3. Jean Paul Sartre
Menurut Jean Paul Sartre, eksistensialisme adalah menekankan pada
kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan mempunyai kebebasan untuk
menetukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia yang bereksistensi adalah
makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri.
4. Karl Jaspers
Jaspers memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya
sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan dan

11
mengatasi semua pengetahuan obyektif, sehingga manusia sadar akan dirinya
sendiri. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.
5. Martin Heidegger
Menurut pandangan Martin Heidegger adalah keberadaan manusia diantara
keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan
dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia, baru
mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena benda-benda yang
berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan
mereka.

B. Pandangan Tehadap Pendidikan


Konsep pendidikan menurut eksistensialisme adalah pengembangan daya
kreatif dalam diri anak-anak, bukan saja sebagai pribadi atau individu, tetapi anak
adalah suatu realitas. Pendidikan merespon terhadap berbagai bentuk metafisika.
Karena itu merespon juga terhadap eksistensialisme sebagai aliran filsafat yang lahir
dari situasi kehidupan yan mengandung krisis.
a. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar
mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap
individu memiliki kebutuhan dirinya, sehingga dalam menetukan
kurikulum yang pasti dan ditentukan berlaku secara umum.
b. Kurikulum
Kaum eksistensialis menilai kurikulim berdasar pada apakah hal itu
berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam
suatu tingkatan kepekaan personal yang disebut Greene “kebahagiaan yang
luas”. Kurikulum ideal adalah kurikulum yang memberi para siswa
kebebasan individual yang luas dan mensyaratkan mereka untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melakanakan pencarian-pencarian
mereka sendiri, dan menarik kesimpulan-kesimpulan mereka sendiri.
Menurut pandanga eksistensialisme, tidak ada satu mata pelajaran
tertentu yang lebih penting daripada yang lainnya. Mata pelajaran
merupakan materi dimana individu akan dapat menemukan dirinya dan
kesadaran akan dunianya. Mata pelajaran yang dapat memenuhi tuntutan
diatas adalah mata pelajaran IPA, sejrah, sastra, filsafat, dan seni. Bagi
12
beberapa anak, pelajaran yang dapat membantu untuk menemukan dirinya
adalah IPA, nwmun bagi yang lainnya mungkin saja bisa sejarah, filsafat,
sastra, dan sebagainya.
c. Proses belajar mengajar
Menurut Buber kebanyakan proses pendidikan merupakan paksaan.
Anak dipaksa menyersh kepada kehendak guru, atau pada pengetahuan
yang tidak fleksibel, dimana guru menjadi penguasanya.
Selanjuthya Buber mengemukakan bahwa, guru hendaknya tidak boleh
disamakan dengan seorang indtruktur, jika guru disamakan dengan
instruktur maka ia hanya akan merupakan perantara yang sederhana
anatara materi pelajaran dengan siswa. Seandainya guru dianggap sebagai
seorang instruktur, ia akan turun martabatnya, sehingga ia hanya dianggap
sebagai alat untuk mentransfer tersebut. Pengetahuan dan siswa akan
menjadi hasil dari tensfer tersebut. Pengetahuan akan menguasai manusia,
sehingga manusia akan menjadi alat dan produk dari pengetahuan tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, pengetahuan tidak dilimpahkan,
melainkan ditawarkan. Untuk menjadikan hubungan anatara guru dengan
siswa sebagai suatu dialog, maka pengetahuan yang akan diberikan kepada
siswa harus menjadi bagian dari pegalaman pribadi guru itu sendiri,
sehingga guru akan berjumpa dengan siswa sebagai pertemuan anatara
pribadi dengan pribadi. Pengetahuan yang ditawarkan guru tidak
merupakan sesuatu yang diberikan kepada siwa yang tidak dikuasainya,
melainka merupakan suatu aspek yang telah menjadi miliknya sendiri.
d. Peranan Guru
Menurut pemikiran eksistensialisme, kehidupan tidak bermakna apa-
apa, dan alam semesta berlainan dengan situasi yang manusia temukan
sendiri di dalamnya, meskipun demikian dengan kebebasan yang kita
milliki, masing-masing dari kita harus berkomitmen sendiri pada
penentuan makna bagi kehidupan kita. Sebagaimana yang dinyatakan oleh
Maxine Greene (Parkay, 1998), seorang filsuf pendidikan terkenal yang
karyanya didasarkan pada eksistensialisme: “Kita harus mengetahui
kehidupan kita, menjelaskan situasi-situasi kita jika kita memahami dunia
dari sudut pendirin bersama.” Urusan manusia yang mungkin paling
bermanfaat dalam mengangkat pencarian pribadi akan makna merupakan
13
proses edukatif. Sekalipun begitu, para guru harus memberikan kebebasan
kepada siswa memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang
akan membantu mereka menemukan makna dari kehidupan mereka.
Pendekatan ini berlawanan degan keyakinan banyak orang, tidak berarti
bahwa para siswa boleh melakukan apa saja yang mereka sukai: logika
menunjukan bahwa kebebasan memiliki aturan dan rasa hormat akan
kebebasan orang lain itu penting.
Guru sebaiknya memberi semangat pada siswa untuk memikirkan
dirinya dalam suatu dialog. Guru menanyakan tentang ide-ide yang
dimiliki siswa dan mengajukan ide-ide lain kemudian membimbing siswa
untuk memilih alternatif-alternatif, sehingga siswa akan melihat, bahwa
kebenaran tidak terjadi pada manusia, melainkan dipilih oleh manusia.
Lebih dari itu, siswa harus menadi actor dalam suatu drama belajar, bukan
penonton. Siswa harus belajar keras seperti gurunya. Guru mampu
membimbing dan mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa
mampu berpikir relative melalui pertanyaan-pertanyaan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan


bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi
masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran Progressivisme
mengakui dan berusaha mengembangakan asas Progressivisme dalam semua realitas,
terutama dalam kehidupan adalah tetap survive terhadap semua tantangan hidup manusia,
harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Berhubungan dengan itu
progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang
timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.

Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada
manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara
mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Konsep pendidikan menurut
eksistensialisme adalah pengembangan daya kreatif dalam diri anak-anak, bukan saja sebagai
pribadi atau individu, tetapi anak adalah suatu realitas.

3.2 Saran

Dengan membaca makalah ini penulis berharap semoga pembaca dapat berfikir tepat
dan benar sehingga terhindar dari kesimpulan yang salah. Tentunya, makalah ini jauh dari
kesempurnaan karena akan ditemukan banyak kelemahan atau bahkan kekeliruan, baik dalam
kepenulisan ataupun penyajian. Oleh karena itu, penulis berharap adanya masukan dari para
pembaca sehingga kedepan mampu lebih baik dalam penyelesaiannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyati, “Pemikiran Pendidikan Menurut Eksistensialisme” di akses dari


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pemikiran%20Pendidikan%20menurut%20Eksistensia
lisme.pdf pada tanggal 6 Oktober 2017 pukul 14.14
Sadulloh, Uyoh. 2014. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta
Syam, Mohammad Noor. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan
Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional

16

Anda mungkin juga menyukai