Anda di halaman 1dari 14

.

Nama :Nur Helmiati


NIM :220101010401
Lokal :PAI G 2022
Matkul :Filsafat Pendidikan Islam
Judul Buku :RPS Filsafat Pendidikan Islam (1)
Dosen :Dr. H. Anwar Hafidzi, Lc. M.a

BAB VI
ALIRAN – ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat merupakan sebuah pemikiran manusia yang dijabarkan secara kritis


dan menyeluruh .Yang mengutarakan masalah dengan pertanyaan apa dan
bagaimana hingga timbul sebuah solusi maupun jawaban dari pertanyaan tersebut.
Filsafat merupakan ilmu yang mengutamakan akal dan pemikiran yang setelah itu
diteliti lalu dijabarkan secara mendalam .
A.Konsep Aliran Progrevisisme
Aliran Progrevisisme ialah aliran yang perkembangan nya
berpengaruh sangat pesat di permulaan abad ke XX . Progrevisisme sering
kali di anggap juga aliran naturalisme karena sifatnya yang selalu ingin
memahami bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta ini.
Progrevisisme ini bukan hanya sebuah aliran saja namun merupakan
sebuah Gerakan organisasi yang menerima banyak kritikan maupun
kontroversi karena organisasi ini berambisi sesuatu yang telah mereka
susun itu terlaksana secera cepat atau disebut juga perubahan secara
Revolusi.
Aliran Progrevisisme ini juga kurang menyukai menggunakan
gaya Pendidikan sekolah yang monoton dan membosankan setelah
mengalami tekanan dampak akibat perang dunia 1, demi menyikapi
permasalahan itu maka aliran atau Gerakan ini menyarankan kepada guru
supaya sekolahan mengalami kemajuan secara pesat maka perlu adanya
perubahan secara cepat . Aliran ini pun menerima dukungan penuh dari
para guru maka aliran progravisisme melancarkan beberapa ide -ide yang
telah mereka rancang. Namun Gerakan ini tidak bertahan lama karena
Rusia ikut andil dan berhasil menunjukan karyanya ,maka berubah pula
lah cara kerja dari aliran ini .
Aliran progrevisisme merupakan satu dari salah satu Filsafat
Pendidikan yang penjabarannya adalah bahwa manusia mempunyai
kemampuan berupa akal untuk menyikapi berbagai masalah1 yang terjadi .
John S. Brubacher, berpendapat bahwa filsafat progresivisme
adalah suatu Tindakan pada aliran filsafat yang diperkenalkan oleh Wiliam
james dan John dewey, yang memfokuskan pada manfaat dan praktik,
progrevisisme ini identik dengan kata pragmatisme yaitu kehidupan secara
praktis.
Menurut pendapat aliran progresivisme bahwa pengetahuan
sekarang dan masa mendatang itu kebenarannya tidak mungkin sama, oleh
karena itu diperlukannya persiapan strategi yang matang untuk
memecahkan dan mengatasi masalah di masa yang akan datang agar dapat
menemukan kebenaran yang selaras dengan saat ini melalui penelitian diri
yang terus berlanjut. Seseorang dapat mengenali nilai-nilai yang tepat
dalam jangka waktu dekat.
a. Sifat- sifat aliran progresivisme dikelompokan menjadi 2 yaitu:
1). Sifat-sifat negative: yaitu sifat progresivisme yang mana menolak
dengan adanya tindak semenang-wenang dalam bentuk apapun itu
baik secara politik, agama, tata krama dan pengetahuan.
2). Sifat-sifat positif: yaitu sifat progresivisme yang mana sangat
percaya terhadap kekuatan pada diri seseorang sejak ia lahir ke
dunia yang ia dapatkan secara Alamiah.
Maka yang dimaksud disini adalah manusia menguji kesanggupan
mereka dalam mengembangkan ide-ide dan pikirannya.

b. Ciri-ciri Pendidikan Progresivisme


Adapun ciri utama yang menjadi identitas progresif dalam misi
Filsafat Pendidikan yiatu:
1). Pendidikan Dalam Kebudayaan yang Bebas/Liberal
2). Menjadi jalan pembaharuan ide-ide lama menuju asas baru dalam
rangka menyambut kebudayaan dan zaman baru.
3). Perubahan menuju kebudayaan yang baru2
Progresif membina dan mendidik berdasarkan apa yang di
inginkan oleh anak dan orang dewasa yang seluruhnya mencakup
pengalaman socialnya secara individual. Aliran ini memfokuskan
pada sebuah proses yang berulang dari pada terjun langsung untuk
berintraksi secara lansung kepada seseorang atau masyarakat,

1
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007) hal. 141-
142
2
Abdul Khabir, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 49
berbanding terbalik dengan normative itu sendiri yang perlu
adanya interaksi.
c. Pandangan-Pandangan Progrevisisme
1) Pandangan Kurikulum Progrevisisme
Adapun kurikulum Progrevisme menggunakan konsep
pelajaran yaitu memengaruhi anak belajar secara mendidik baik di
dalam maupun anak sudah di luar sekolah. Maka dalam hal ini
diperlukaanya sekolah dengan kurikulum yang tertata dan baik.
2).Pandangan Progrevisisme Tentang Budaya
Manusia dengan berbagai kebudayaan yang sudah tidak
kaku lagi dan diakui sepanjang sejarah. Filsafat Progrevisisme
menganggap sudah mengubah manusia untuk membina diri dalam
menyesuaikan diri dalam menyikapi perubahan budaya dan
tantangan zaman. Sekaligus membantu manusia dalam
menyongsong zaman tradisional menuju zaman modern.
Aliran progrevisisme merupakan aliran filsafat yang
berkembang dengan pesat pada abad ke XX serta sangat
berpengaruh terhadap Pendidikan dan mendapatkan banyak
dukungan dari beberapa aliran lain, progrevisisme sering disebut
juga dengan “The liberal road to cultural” yaitu secara terbuka dan
toleran dan aliran bersifat natural dan alamiah.
Naturalisme dapat pula menjadi bahan karna melihat bahwa
manusia bisa turun kedudukannya menjadi sebuah bahan juga. Dan
progrevisisme sering juga dikenal dengan istilah experimentalisme
yaitu percobaan ilmiah dalam menguji kebenaran suatu teori dan
ilmu pengetahuan. Progrevisisme disebut juga instrumentalisme
aliran ini menganggap bahwa kemampuan mental yang membantu
seseorang mengenali dan memahami perasaan orang lain
merupakan alat sebagai kekuatan memecahkan masalah manusia.
Progrevisisme bisa disebut juga environtalisme aliran ini
menjadikan lingkungan hidup sebagai medan juang untuk berjuang
baik secara langsung maupun lingkungan sosial karena manusia itu
diuji dengan bagaimana ia berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, baik secara perubahan dan kenyataannya. Selain itu
progrevisime di sebut juga pragmatisme karena sebagai aliran
pelaksana tebesar dalam menjalankan misinya yaitu memajukan
Pendidikan dan pengembangan pemikiran dan mental dalam
penyelesaian masalah maupun kepercayaan individu dari
pencapain itu lah menimbulkan perubahan dan pembaharuan, dari
kemajuan itulah menimbulkan tujuan yang mudah untuk dicapai
serta mengandung nilai yang dapat menjadi alat untuk mencapai
tujuan lain lagi. Misalnya kandungan faedah Kesehatan yang baik
akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.3
d. Adapun tokoh-tokoh progrevisisme ini antara lain:
1). William James
Ia lahir di New York, 11 Januari 1182 dan meninggal di Chorurora,
New Hemshire tanggal 26 Agustus 1910. Beliau merupakan seorang
psycologist dan filosoup yang terkenal dari Amerika, paham dan
ajarannya termasuk yang berpengaruh di daerah Eropa dan Amerika.
Selain itu juga beliau terkenal sebagai seorang penulis yang sangat
brilian, dosen serta penceramah di bidang Filsafat dan dikenal sebagai
pendiri paragmatisme.
2). Dewey, lahir di Burlington, Vermon, pada tanggal 20 Oktober 1859,
dan meninggal di New York tanggal 1 Januari 1952. Beliau juga
termasuk sebagi bapak pendiri Filsafat Pragmatisme, beliau
mengembangkannnya ke dalam orisinil, namun walau demikian
pemikirannya sering di kaitkan dengan aliran filsafat yang lain. Adapun
ide dari filsafatnya adalah perpindahan dalam hubungan dengan problema
Pendidikan yang konkrit, baik secara teoritis maupun praktek lapangan.
3). Hans Vaihinger;
4). Ferdinant Schiller dan Georges Santayana.4

e. Ciri-ciri Utama
Adapun konsep dari progrevisisme itu didasari pada kepercayaan dan
kemampuan yang wajar untuk mengatasi masalah yang mengancam dirinya
sendiri. Oleh karena itu progrevisisme tidak menyukai dengan adanya Pendidikan
secara otoriter atau sewenang-wenang meski yang sudah ada di zaman dulu dan
ada pada zaman sekarang karena system Pendidikan secara ototriter ini selalu
ingin menang sendiri dan kurang menghargai terhadap kemampuan yang ada pada
diri orang lain. Padahal itu ibarat suatu penggerak untuk menjalankan system
tersebut agar mengalami kemajuan dalam progresnya.
Asas belajar menurut pandangan aliran progresivisme yaitu adalah setiap
anak didik mempunyai kemampuan akal yang diberikan oleh sang pencipta yang
tak diberikannya kepada makhluk lain. Dan dengan akal itu pula iya dapat
menyelesaikan setiap problema-problema . Menurut pandangan John Dewey
bahwa Pendidikan itu sebagai tempat untuk bersosialisasi(Suwarno, 1992: 62-

3
H. M. Djumberansyah Indar, Filsafat Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hal. 131-
132
4
H. Jalaluddin, Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta;
Media Pertama)
63). Artinya adalah sekolah sebagai tempat untuk anak didik tumbuh berproses
dengan lingkungan sekitarnya maka dari setiap kejadian itu bisa dia jadikan
sebagai pengalaman. Oleh karena itu, dinding pemisah antara sekolah dengan
masyarakat perlu dihapuskan karena sekolah yang baik itu sekolah yang
berintegrasi langsung dengan sekitar.
Filsafat progresivisme menginginkan bentuk pembelajaran yang bukan
hanya materi tapi juga adanya praktek langsung atau “Learning by doing”
(Zuhairini, 1991:24). Lebih tegasnya adalah akal didik anak harus dikembangkan
lebih baik lagi, perlu diketahui bahwa sekolah bukan hanya “transfer of
knowledge” tetapi juga sebagai “transfer of value” sehingga anak didik
berwawasan dan trampil baik secara fisik maupun psikis.
Sedangkan menurut John Locke(1632-1704) bahwa sekolah hendaklah
ditujukan untuk kepentingan Pendidikan anak, dan Pendidikan anak pun menurut
sudut pandang anak itu sendiri bukan melalui sudut pandang orang dewasa karna
anak bukan miniature orang dewasa tapi anak dengan dunia nya sendiri. Dari
beberapa pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa sekolah sebagai tempat
lingkungan Pendidikan yang mana sebagai wadah bagi pengembangan,
pembinaan setiap potensi baik itu bakat, minat, dan kemampuan lain agar
berkembang secara maksimal. Dan Guru sebagai pendidik bertanggung jawab atas
tugas pendidikannya.5

John Dewey menurut Pandangan mengenai kurikulum berkata bahwa “the


good school is concerned with every kind of learning that helps student, young
and old, to grow”, “sekolah yang baik adalah yang memperhatikan kepada semua
jenis belajar yang membantu murid, baik pemuda dan orang dewasa untuk
berkembang.”6
Sikap progresivisme ini memandang sesuatu itu harus di kerjakan sesuai
dengan tatanan Pendidikan dengan prinsip-prinsip Pendidikan yang teratur
dengan adanya pengalaman yang edukatif dan membantu dalam pertumbuhan
anak dan orang dewasa. Landasan pemikiran Pendidikan pun dijalankan secara
fleksibel dan terbuka agar sesuai dengan karakter, kebutuhan anak didik masing-
masing maupun orang setempat. Oleh karena itu kurikulum yang dipakai adalah
kurikulum yang tidak baku dan dapat diubah berdasarkan kepada pengalaman
yang didapatkan, selain itu juga progresivisme menggunakan tipe yang di anggap
maju yaitu “core curriculum” ialah sejumlah pengalaman yang di dapatkan dari
kebutuhan umum di sekitar.

5
Jalaluddin dkk, Filsafat Pendidikan, hal. 34
6
M. Nor Syam, Filsafat Pendidkan, Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1998) hal. 252
Adapun Core Curriculum ini menggunakan pengalaman yang disusun
secara teratur dan sudah terencana. Cara ini dilakukan agar Pendidikan itu sesuai
dengan tujuan proses yang telah di rencanakan, maka sudah jelas bahwa yang di
perlukan adalah sebuah lingkungan dan pengalaman agar teciptanya Pendidikan
yang berkurikulum kepada materi dan proyek yang diciptakan oleh William Heard
Kilpatrick.7
Adapun pandangan progressivisme terhadap budaya atau kebudayaan
adalah milik manusia sepanjang sejarah yang terus berubah dan berkembang.
Secara umum Filsafat Progresivisme telah mampu mengubah dan menyesuaikan
diri agar mampu menghadapi segala tantangan zaman dan perubahan kultural
sekaligus membantu manusia untuk menghadapi perubahan dari zaman tradisioal
menuju zaman modern. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan telah memiliki
akal dan berbagai macam kebudayaan. Dengan sifatnya yang dinamis dan
berpikiran kreatif mulai dari zaman purbakala hingga zaman sekarang. Yang
awalnya kehidupan manusia selalu bergantung dengan alam, kini daya cipta, rasa
ke ingin tahuan yang tinggi serta karsa nya lah yang mengubah alam menjadi
sesuatu yang berguna. Maka dengan adanya ransangan dari Pendidikan lah
akhirnya potensi manusia dapat berkembang, baik itu potensi akal untuk berpikir,
berkreasi, berbudaya, berbudi dan lain sebagainya. Dan Filsafat Progresivisme ini
berpendapat bahwa manusia itu sudah diberikan kemampuan akal tinggal
bagaimana caranya agar kemampuan itu dapat dikembangkan dan diasah melalui
konsep Pendidikan sehingga dengan adanya pembaharuan Pendidikan maka itu
mempengaruhi manusia untuk berproses untuk maju, semakin tinggi tingkat
berpikir manusia maka semakin tinggi pula tingkat kebudayaan peradapan
manusia kedepannya, bukan lagi sebagai masyarakat yang tertinggal tetapi
sebagai masyarakat yang maju, komplek dalam dewasa ini.
Perkembangan Aliran Progresivisme baru muncul pada abad ke-19 dengan
jelas meskipun begitu garis perkembangannya dapat terlihat jelas, Heralitus
berpendapat bahwa sifat yang terlihat pada realita adalah perubahan, karena pada
dasarnya tidak ada yang tetap di dunia ini semuanya berubah-ubah kecuali asas
perubahan itu yang berubah. Ilmuwan yang Bernama Socrates berusaha
mempersatukan bahwa epistemology dan axiologi karena pada dasarnya
pengetahuan itu kunci dari kebaikan, baik itu pengetahuan intelek atau yang pada
dasarnya sudah ada pada diri seseorang. Adapun orang-orang yang disebut
sebagai penyumbang pemikiran dalam proses terjadinya aliran pragmatisme dan
progresivisme yaitu Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant dan Hegel.
Diantara pemikiran yang disumbangkan oleh Francis Bacon adalah memberikan
usaha dan sumbangan nya untuk memperbaiki penelitian ilmiah dalam
pengetahuan alam. Sedangkan Locke dengan kebebasan politik, serta keyakinan
7
Imam Barnadib, Filsafat Pendidkan, hal. 36
dari Rousseau bahwa dalam diri manusia itu sudah ada yang Namanya kebaikan
yang memang sudah menjadi kodratnya, dan menurut dari yang lain pun juga
sama bahwa alam dan sekitarnya itu memang bergerak dan bersifat dinamis.
Mereka percaya bahwa akan adanya Demokrasi dan penolakan terhadap
sikap yang keras kepala terutama dalam hal agama. Charles S. Peirce pernah
mengemukakan tentang berpikir dan pikiran: “Pikiran itu akan berarti dan berguna
saat pemikiran manusia itu bekerja, karena tidak lain dari fungsi berpikir itu ialah
membiasakan manusia untuk bergerak baik dengan perbuatan maupun perasaan
karena kedua itu saling berkaitan yang tidak bisa di pisahkan dari kegiatan
berpikir8.

B. Konsep Pendidikan Esensialisme


1. Pengertian Esensialisme
Pengertian Esensialisme adalah aliran yang berdasarkan pada nilai-
nilai kebudayaan yang memang sudah ada sejak zaman nenek moyang
dahulu. Esensialisme ini berbeda dengan Progresivisme yaitu pada
Pendidikan yang mudah dan terbuka serta terbebas dari ajaran tertentu.
Karena menurut Esensialisme pendidkan itu harus jelas dan nilai dalam
tatanan yang jelas. Aliran Esensialisme ini sudah muncul dengan Sebagian
cara pikir yang modern, susunan konsep dari aliran ini tersusun secara
sistematis mengenai alam semesta dan manusia memenuhi tuntunan pada
zaman9.
Realisme modern atau disebut juga sebuah pemikiran yang
berorientasi pada tatanan yang benar adanya. Dan menjadi salah satu tokoh
esensialisme, salah satu penelitian mereka yang berat adalah tentang alam
dan dunia fisik. Sedangkan idealisme modern menjadi tokoh pemahaman
yang lain dan pemahaman lebih bersifat spiritual, meskipun begitu John
Butler mengutarakan bahwa keduanya memiliki ciri-ciri yang sama yaitu
alam yang pertama-tama memiliki kenyataan pada diri sendiri dan menjadi
pangkal dalam berfilsafat.

Alam dan dunia fisik menjadi objek pengalaman utama dalam


menghasilkan pengindraan dan persepsi-persepsi yang tidak hanya bersifat
mental karena jiwa diumpamakan sebagai cermin yang menerima
gambaran-gambaran dari dunia fisik, serta anggapan dari kenyataan itu
tidak hanya di ambil dari menyebelah saja tapi dari keduanya yaitu
percampuran antara subjek dan objek. Dari gabungan dua aliran filsafat
yaitu idealisme dan realisme ini maka terbentuklah corak esensialisme,
bertemunya dua aliran ini pun menjadi pendukung esensialisme tapi tidak
menjadi satu dan tidak melupakan sifat utamanya masing-masing 10.
8
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Angkasa, 1975), hal. 22-24
9
Jalalludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Filsafat Pendidikan Manusia, (Jakarta: Arruz
Media, 2010, Cet. III) hal. 99-100.
10
Ibid., hal. 100.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita sama dengan
subtansi(sesuatu yang mempunyai masa) ide-ide.
Dibalik dunia yang dahsyat dan fantastis ini ada jiwa yang tak
terbatas luar biasa yaitu Tuhan, Yaitu pencipta adanya kosmos. Menurut
pandangan idealisme modern merupakan suatu gagasan bagi manusia yang
di ciptakan dengan berpikir dan semua ide yang dihasilkan sudah di uji
yang bersumber dari sang pencipta Tuhan semesta alam.Puncak dari
gagasan esensialisme itu pada pertengahan abad ke-19,11 dengan muncul
adanya tokoh-tokoh utama yang menyebarkan aliran esensialisme.
2. Tokoh-Tokoh Esensialisme
Pada permulaan awal munculnya tokoh utama esensialisme adalah
Georg Wilhelm Friedrich Hegel(1770-1831). Menurut Georg Wilhelm
Friedrich Hegel adanya sintesa atau pencampuran antara agama dan
pengetahuan menjadi suatu pemahaman yang berlandaskan spiritual. Dan
menurut Hegel juga yang bisa di jadikan contoh penerapan mengenai
sintesa ini adalah teori sejarah karena sejarah merupakan
manifestasi(bentuk nyata) dari berpikirnya Tuhan. Tuhan berpikir dan
mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis mengenai dunia
dan semuanya nyata dalam artia spiritual. Dan menurut George Santayana
memadukan antara aliran realisme, idealisme dalam suatu sintesa dengan
mengatakan bahwa nilai sesuatu itu tidak dapat di tandai dengan konsep
tunggal saja karena, minat, perhatian, dan pengalaman seseorang
menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme itu sendiri
menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui
bahwa pribadi secara aktif lah yang menetukan nilai-nilai itu atas dirinya
sendiri karena dia yang melaksanakan dan memilih.12
Seiring perkembanganya maka munculah banyak tokoh-tokoh yang
menyebarluaskan esensialisme diantaranya yaitu:
a. Desiderius Erasmus, seorang humanis Belanda yang hidup
pada akhir abad ke-15 dan di awal abad ke-16. Erasmus
mempunyai pandangan bahwa sekolah harus bersifat
humanistis dan internasional sehingga bisa mencakup kaum
garis menengah dan terhormat.
b. Johan Amus Comanius, berpandangan secara realis dan
dogmatis sehingga Comanius berpandapat bahwa
Pendidikan mempunyai peranan dalam memebentuk
keperibadian sesuai dengan kehendak Tuhan karena pada
hakikatnya dunia ini memiliki tujuan dan bersifat dinamis.
c. John Locke, berpendapat bahwa Pendidikan seharusnya
selalu bisa dekat dengan sebuah keadaan dan kondisi.
3. Beberapa pandangan Esensialisme dalam hal Pendidikan
a) Mengenai belajar
Sebagai filsafat hidup, Idealisme memulai penelitian
tentang seseorang dengan berpandangan aku (diri sendiri), karena
pada tahap awal pemahaman adalah memahami diri sendiri. Terus
bergerak maju agar dapat memahami dunia yang obyektif atau
11
Ibid,
12
Ibid.
kelihatan nyata ini. Menurut pandangan Immanuel Kant segala
pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang melalui inderanya
memerlukan unsur yang seseorang itu dapat berpikir dan memiliki
pendapatnya sendiri tentang segala sesuatu sebelum seseorang itu
mendapatkan pengalaman. Budi seseorang terbentuk dan lahir dari
ruang dan waktu. Oleh karena itu, dapat di artikan bahwa jiwa
yang berkebang dengan sendirinya itu merupakan sebuah unsur
yang spiritual. Dan terbentuknya jiwa itu dengan sendirinya.
Roose L. Fineyy seorang yang ahli di bidang sosiologi
berpendapat bahwa hakikat sosial dari hidup mental adalah
keadaan hidup yang pasif dan manusia hanya menerima apa yang
sudah di atur oleh alam. Jadi belajar adalah mengenal dan
memahami sesuatu tanpa mengurangi dan menambahi sehingga
nanti bisa di ajarkan ke orang-orang setelahnya.
Dengan itu aliran-aliran realisme mencerminkan dua jenis
ketetapan mutlak dan ketetapan terbatas. Determinisme atau
ketetapan mutlak yaitu system belajar yang tanpa adanya sebuah
halangan dan harus ada, guna membentuk dunia. Dan Adapun
ketetapan terbatas yaitu suatu gambaran dari kurangnya sifat pasif
tentang belajar. Meskipun perlu adanya sebuah pengenalan
terhadap sesuatu namun namun tidak di mungkinkan seseorang
sudah menguasainya,oleh karena itu perlu adanya sebuah
pengawasan.
b) Mengenai Kurikulum
Menurut pandangan dari beberapa tokoh idealisme bahwa
hendaknya kurikulum itu bermula pada landasan idiil dan sebuah
organisasi yang kuat. Hendaknya cara didik, anak didik tidak
terkekang sehingga di perlukanya sebuah fondasi yang sesuai dan
ideal pada anak didik sendiri.
Menurut pendapat Bogoslousky supaya kurikulum dapat
terhindar dari tercampur adanya yang satu dengan yang lain.
Kurikulum dapat di umpamakan sebagai rumah yang mempunyai
empat bagian:
1) Universum. Yang artinya pengetahuan adalah latar belakang
dari sebuah kekuatan yang merupakan wujud dari hidup
manusia. Dasar dari pengetahuan adalah ilmu pengetahuan
alam dan kodrat yabg di perluas.
2) Sivilisasi. Sebuah karya yang di hasilkan manusia karena hidup
berdampingan di masyarakat. Kahirnya ia mampu mengejar
kebutuhan, menjaga pengawasan lingkungannya dan hidup
aman dan sejahtera.
3) Kebudayaan. Adalah hasil karya dari manusia yang mencakup
kesenian, filsafat, agama, penafsiran dan penilaian mengenai
lingkungan.
4) Kepribadian. Artinya tidak bertentangan dengan sifat dan
kepribadian yang ideal. Sehingga dapat berkembang dengan
harmonis dan organis sesuai dengan kemanusiaan yang ideal.
Menurut pendapat Robert Ulich meskipun pada hakikatnya
sebuah kurikulum disusun secara cepat atau fleksibel namun perlu
adanya berdasarkan kepada pribadi anak. Realisme
mengumpamakan kurikulum sebagai balok-balok yang di susun
dengan teratur satu sama lain yaitu disusun dari paling sederhana
sampai kepada yang paling kompleks. Dan susunan ini bila di
artikan adalah yang paling sederhana adalah fundamental atau
dasar yang paling kompleks, jadi apabila kurikulum di susun atas
dasar pikiran yang ada dan bersifat harmonis.
4. Konsep Pendidikan Esensialisme dalam Pandangan Filsafat Pendidikan
Islam
Adapun ajaran-ajaran dalam Esensialis memeletakan pada hal-hal
berikut yaitu:(a) yang artinya berkaitan dengan hal-hal mendasar yang
memang seharusnya manusia tahu dan sadar akan hakikat yang sebenarnya
dari dunia yang mereka tinggal ini. (b) menekankan pada data fakta
dengan kurikulum yang kelihatan vocational. (c) konsentrasi studi pada
materi-materi dasar tradisional. (d) pola orientasinya bergerak dari skill
yang bersifat semakin kompleks. (e) perhatian pada Pendidikan yang
bersifat menarik dan efisien. (f) yakin pada nilai pengetahuan untuk
kepentingan pengetahuan itu sendiri. (g) displin mental diperlukan untuk
mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang didiami serta tertarik
progrevism.
Dan dasar dari filsafat Pendidikan Islam hakikatnya adalah sama
dengan dasar ajaran Islam, yang mana keduanya berasal dari sumber yang
sama, yaitu Qur’an dan Hadits Rasulullah.13 Filsafat Pendidikan Islam
hakikatnya adalah pedoman untuk menuyusun suatu system Pendidikan
Islam. Pada pandangan filsafat Pendidikan Islam berkaitan dengan konsep
Pendidikan esensialisme mendapatkan perhatian khusus agar bisa
dijadikan alat ukur pada pengembangan Ilmu Pendidikan Islam, diantara
pandangan itu adalah:
a. Pandangan secara Ontologi
Ontologi esensialisme merupakan sebuah konsep yang menyatakan
bahwa dunia ini di kuasai oleh aturan yang tiada cela, dan yang
mengatur isinya dengan tiada ada pula. Menurut pandangan ini filsafat
Pendidikan Islam mempunyai konsep yamg mendasar yaitu tentang
Sang Khaliq(pencipta), makhluk(ciptaan-Nya),serta adanya hubungan
antara pencipta dan yang di ciptakan dan makhluk dengan makhluk.
b. Pandangan secara Epistemologi
Epistemologi esensialisme merupakan sebuah teori yang
menyatakan manusia merupakan pemikiran dari Tuhan, oleh karen itu
manusia harus mampu menyadari bahwa realita sebagai mikrokosmos
dan makrokosmos agar manusia dapat menegri sejauh mana ia mampu
memikirkan alam semesta.
c. Pandangan secara Aksiologi

13
Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Pengembangan
Pemikirannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 19.
Bagi aliran Aksiologi nilai-nilai berasal dan tergantung pada
pandangan idealisme dan realisme karena esensialimse terbentuk dari
keduanya. Dalam Filsafat Pendidikan Islam pandangan aksiologi
mempunyai prinsip -prinsip yang penting yang mengandung nilai pada
Pendidikan yaitu keyakinan bahwa akhlak termasuk pada makna yang
terpenting dalam hidup.
Dan yang menjadi konsep yaitu tujuan, tujuan dasar dari
esensialisme adalah membentuk pribadi Bahagia di alam dunia dan
akhirat.
C. Konsep Aliran Perenialisme
1. Pengertian Aliran Perennialisme
Perennialisme adalah suatu aliran yang bila diatikan adalah
kekal,abadi atau selalu. Pendidikan perenialisme mempunyai konsep yang
di latar belakangi oleh filsafat plato sebagai bapak idealisme klasik, filsafat
Aristoteles sebagai bapak realisme dan filsafat Thomas Aquanis yang
memadukan antara filsafat Aristoteles dan filsafat yang tumbuh pada abad
pertengahan.
Perenialisme mempunyai pandangan bahwa pendidakan lah tenpat
Kembali atau proses Kembali kepada kebudayaan lampau, agar dapat
mengahadapi kenyataan dari kebudayaan zaman sekarang. Perennial
membentuk prinsip yang sedemikian rupa agar dapat membentuk sikap
dan kpribadian manusia. Demikian di pilihnya prinsip itu karena melihat
dari keadaan zaman modern yang nyata dan kondisi pilihan itu.
Perennialisme merupakan sebuah pandangan hidup yang
berdasarkan paada sumber budaya dan hasil, yang artinya tidak terikat
tempatnya dan kekal adanya.
2. Tokoh-tokoh Aliran Perennialisme
Di antara tokoh aliran perenialisme adalah Plato, Aristoteles, dan
St. Thomas Aquinas. Menurut pandangan Plato bahwa kenyataan
yang hakiki atau yang sebenarnya itu tidak dapat berubah karena sudah
ada pada diri manusia sejak awalnya.
Menurut pandangan Aristoteles manusia merupakan makhluk
materi dan ronahi karena ia menyadari hidup dalam alam materi dan sadar
akan proses yang di laluinya menuju kehidupan yang sempurna 14. Dan St.
Thomas Aquinas berpendapat yaitu segala sesuatu yang ad aitu karena di
ciptakan Tuhan dan manusia bergantung kepada-Nya.
3. Pandangan Perennialisme
a. Pandangan Ontologi Perenialisme

14
Uyoh Sadullah, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 153.
Ontologi perenialisme yaitu cara membedakan suatu kenyataan
dalam aspek perwujudannya, dan terdiri atas pengertian baik itu benda
individual, esensi dan subtansi.
b. Pandangan Epistemologi Perenialisme
Epistemologi perenialisme yaitu segala sesuatu yang merupakan
sebuah kenyataan dan terlindung dari kepercayaan. Dalam Esensialisme
ilmu pengetahuan merupakan Filsafat tertinggi. Karena dengan Ilmu
seseorang dapat berpikir secara induktif, dan dengan berpikir maka
lahirlah sebuah kebenaran.
c. Pandangan Aksiologi Perenialisme
Dalam pandangan Aksiologi perenialisme nilai masuk berdasarkan pada
dasr-dasar supranatural.
4.Pola Dasar Pendidikan Perenialisme
Pola dasar pendidkan perenialisme yaitu prinsip-prinsip umum
yang dilaksanakan oleh penganut perenialisme itu sendiri. Diantara prinsip
yang harus di miliki oleh insan menurut filsafat Pendidikan perenialisme
ada empat, yaitu:
1). Kebenaran yang bersifat menyeluruh dan tidak tergantung pada apapun
2). Sebuah Pendidikan yang baik yaitu yang melibatkan padapencarian
sebuah pemahaman.
3). Kebenaran dapa ditemukan dalam karya-karya yang agung
5. Pandangan Perenialisme mengenai Belajar
Menurut perenialisme teori dalam belajar memerlukan kedisiplinan
mental sebagai pembinaan berfikir dan Latihan. Oleh karena itu, program
Pendidikan berdasarkan pada pembinaan kepemimpinan. Teori dasar
dalam belajar menurut perenialisme yaitu:
a. Mental discipline sebagai teori dasar
b. Rasionalitas dan asas kemerdekaan
c. Leraning to Reason(belajar untuk berpikir)
d. Belajar sebagai persiapan hidup
e. Learning through teaching
6.Pandangan Perennialisme mengenai Kurikulum
Menurut pendukung filsafat perenialisme Robert Maynard
Hutchins dan Mortimer Adler. Kurikulum perenialis Hutchins di dasarkan
pada tiga asumsi mengenai Pendidikan yaitu:
a. Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran manusia yang
berlangsung terus menerus.
b. Karena pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada
gagasan, Pendidikan juga harus memfokuskan pada gagasan tersebut.
c. Kurikulum bersifat pada mata pelajaran
7. Pandangan Perenialisme Mengenai Tujuan Pendidikan

Adapun tujuan dari Pendidikan menurut pemikiran perenialis


yaitu memastikan bahwa peserta didik memperoleh suatu gagasan yang
tidak berubah. Filsafat perenialis memusatkan pada kemampuan berfikir
rasional manusia. Bagi Aristoteles tujuan Pendidikan yaitu sebuah
“kebahagiaan”.

Di harapkan anak didik agar mengenal dan mengembangkan


karya yang menjadi pendoman pengembangan disiplin mental.

D. Aliran Rekonstruksionisme

1. Pengertian Aliran Rekonstruksionisme

Aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang


mencoba menyusun ulang tatanan lama agar diubah menjadi susunan
hidup yang modern. Aliran rekonstruksionisme mempunyai tujuan yaitu
mewujudkan suati sinthesa atau perpaduan ajaran Kristen dan demokrasi
modern dengan teknologi modern dan seni modern di dalam suatu
kebudayaan yang dibentuk Bersama oleh seluruh kedaulatan bangsa di
dunia.

Adapun aliran rekonstrusionisme pada dasarnya sepaham


dengan aliran perenialisme, namun, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini
tidak sama dengan prinsip yang ada pada perenialisme. Karena keduanya
punya tujuan yang berbeda dalam pemecahan masalah yang di lakukan.
Aliran Rekonstruksionisme mempunyai tujuan untuk mencapai
kesepakatan antar sesame manusia agar terbentuknya suatu tatanan
Pendidikan yang baru.

2. Tokoh-tokoh Aliran Rekonstruksionisme

Adapun tokoh yang meminpin dalam aliran


rekonstruksionisme yaitu George Count dan Harold Rugg. Mereka
menginginkan masyarakat baru yang adil dan pantas yang di landasi
pemikiran Dewwey.

3. Pandangan Filsafat Rekonstruksionisme

a. Pandangan Ontologi Rekonstruksionisme


Aliran Rekonstruksionisme mempunyai pandangan bahwa realita
mempunyai sifat yang menyeluruh dan ada dimana-mana dan di setiapa
tempat. Aliran ini mengandung dua macam hakikat sebagai sumber, yaitu,
ssumber rohani dan materi.
b. Pandangan Epistimologi Rekonstruksionisme
Aliran ini berpegang pada aliran pragmatism(progressive) dan
perennialime, agar dapat memahami kenyataan suatu asas.
c.Pandangan Aksiologi Rekonstruksionisme
Setiap proses yang dilakukan diperlukannya sebuah nilai yang
merepukan kecendrungan manusia.
5. Pandangan Rekonstruksionisme dan Penerapannya dibidang Pendididkan
Pandangan aliran rekonstruksionisme terhadap Pendidikan yaitu
dengan mengetahui pengertian dari filsafat. Karena filsafat merupakan
induk dari segala ilmu. Menurut kepercayaan aliran rekonstruksionisme
tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Oleh
karena itu,perlunya bimbingan Kembali teerhadap daya intelektual dan
spiritual yang sehat dan norma yang benar demi generasi penerus bangsa.
Lalu aliran ini mempunyai persepsi bahwa masaa depan suatu
bangsa merupakan suatu dunia yang di atur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu saja.
6. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
a. Tujuan Pendidikan
Adalah untuk membangkitkan kesadaran tiap anak didik tentang
masalah yanga da di sekitarnya. Sekolah menjadi Lembaga utama
dalam melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik di
masyarakat.
b. Meetode Pendidikan
Menganalisis kerusakan yang terjadi di masyarakat kebutuhan sosial
untuk perbaikan.
c. Kurikulum
Struktur organisasi kurikulum teerbentuk dari cabang ilmu sosial dan
proses yang terjadi.
d. Pelajar
Siswa merupakan generasi penerus yang akan menjadi pembangunn
masa depan.
e. Pengajar
Guru harus membantu dan terampil dalam menghadapi anak didik,
serta menumbuhkan cara berpikir yang berbeda pula.

Anda mungkin juga menyukai