BAB VI
ALIRAN – ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN
1
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007) hal. 141-
142
2
Abdul Khabir, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 49
berbanding terbalik dengan normative itu sendiri yang perlu
adanya interaksi.
c. Pandangan-Pandangan Progrevisisme
1) Pandangan Kurikulum Progrevisisme
Adapun kurikulum Progrevisme menggunakan konsep
pelajaran yaitu memengaruhi anak belajar secara mendidik baik di
dalam maupun anak sudah di luar sekolah. Maka dalam hal ini
diperlukaanya sekolah dengan kurikulum yang tertata dan baik.
2).Pandangan Progrevisisme Tentang Budaya
Manusia dengan berbagai kebudayaan yang sudah tidak
kaku lagi dan diakui sepanjang sejarah. Filsafat Progrevisisme
menganggap sudah mengubah manusia untuk membina diri dalam
menyesuaikan diri dalam menyikapi perubahan budaya dan
tantangan zaman. Sekaligus membantu manusia dalam
menyongsong zaman tradisional menuju zaman modern.
Aliran progrevisisme merupakan aliran filsafat yang
berkembang dengan pesat pada abad ke XX serta sangat
berpengaruh terhadap Pendidikan dan mendapatkan banyak
dukungan dari beberapa aliran lain, progrevisisme sering disebut
juga dengan “The liberal road to cultural” yaitu secara terbuka dan
toleran dan aliran bersifat natural dan alamiah.
Naturalisme dapat pula menjadi bahan karna melihat bahwa
manusia bisa turun kedudukannya menjadi sebuah bahan juga. Dan
progrevisisme sering juga dikenal dengan istilah experimentalisme
yaitu percobaan ilmiah dalam menguji kebenaran suatu teori dan
ilmu pengetahuan. Progrevisisme disebut juga instrumentalisme
aliran ini menganggap bahwa kemampuan mental yang membantu
seseorang mengenali dan memahami perasaan orang lain
merupakan alat sebagai kekuatan memecahkan masalah manusia.
Progrevisisme bisa disebut juga environtalisme aliran ini
menjadikan lingkungan hidup sebagai medan juang untuk berjuang
baik secara langsung maupun lingkungan sosial karena manusia itu
diuji dengan bagaimana ia berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya, baik secara perubahan dan kenyataannya. Selain itu
progrevisime di sebut juga pragmatisme karena sebagai aliran
pelaksana tebesar dalam menjalankan misinya yaitu memajukan
Pendidikan dan pengembangan pemikiran dan mental dalam
penyelesaian masalah maupun kepercayaan individu dari
pencapain itu lah menimbulkan perubahan dan pembaharuan, dari
kemajuan itulah menimbulkan tujuan yang mudah untuk dicapai
serta mengandung nilai yang dapat menjadi alat untuk mencapai
tujuan lain lagi. Misalnya kandungan faedah Kesehatan yang baik
akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.3
d. Adapun tokoh-tokoh progrevisisme ini antara lain:
1). William James
Ia lahir di New York, 11 Januari 1182 dan meninggal di Chorurora,
New Hemshire tanggal 26 Agustus 1910. Beliau merupakan seorang
psycologist dan filosoup yang terkenal dari Amerika, paham dan
ajarannya termasuk yang berpengaruh di daerah Eropa dan Amerika.
Selain itu juga beliau terkenal sebagai seorang penulis yang sangat
brilian, dosen serta penceramah di bidang Filsafat dan dikenal sebagai
pendiri paragmatisme.
2). Dewey, lahir di Burlington, Vermon, pada tanggal 20 Oktober 1859,
dan meninggal di New York tanggal 1 Januari 1952. Beliau juga
termasuk sebagi bapak pendiri Filsafat Pragmatisme, beliau
mengembangkannnya ke dalam orisinil, namun walau demikian
pemikirannya sering di kaitkan dengan aliran filsafat yang lain. Adapun
ide dari filsafatnya adalah perpindahan dalam hubungan dengan problema
Pendidikan yang konkrit, baik secara teoritis maupun praktek lapangan.
3). Hans Vaihinger;
4). Ferdinant Schiller dan Georges Santayana.4
e. Ciri-ciri Utama
Adapun konsep dari progrevisisme itu didasari pada kepercayaan dan
kemampuan yang wajar untuk mengatasi masalah yang mengancam dirinya
sendiri. Oleh karena itu progrevisisme tidak menyukai dengan adanya Pendidikan
secara otoriter atau sewenang-wenang meski yang sudah ada di zaman dulu dan
ada pada zaman sekarang karena system Pendidikan secara ototriter ini selalu
ingin menang sendiri dan kurang menghargai terhadap kemampuan yang ada pada
diri orang lain. Padahal itu ibarat suatu penggerak untuk menjalankan system
tersebut agar mengalami kemajuan dalam progresnya.
Asas belajar menurut pandangan aliran progresivisme yaitu adalah setiap
anak didik mempunyai kemampuan akal yang diberikan oleh sang pencipta yang
tak diberikannya kepada makhluk lain. Dan dengan akal itu pula iya dapat
menyelesaikan setiap problema-problema . Menurut pandangan John Dewey
bahwa Pendidikan itu sebagai tempat untuk bersosialisasi(Suwarno, 1992: 62-
3
H. M. Djumberansyah Indar, Filsafat Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hal. 131-
132
4
H. Jalaluddin, Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta;
Media Pertama)
63). Artinya adalah sekolah sebagai tempat untuk anak didik tumbuh berproses
dengan lingkungan sekitarnya maka dari setiap kejadian itu bisa dia jadikan
sebagai pengalaman. Oleh karena itu, dinding pemisah antara sekolah dengan
masyarakat perlu dihapuskan karena sekolah yang baik itu sekolah yang
berintegrasi langsung dengan sekitar.
Filsafat progresivisme menginginkan bentuk pembelajaran yang bukan
hanya materi tapi juga adanya praktek langsung atau “Learning by doing”
(Zuhairini, 1991:24). Lebih tegasnya adalah akal didik anak harus dikembangkan
lebih baik lagi, perlu diketahui bahwa sekolah bukan hanya “transfer of
knowledge” tetapi juga sebagai “transfer of value” sehingga anak didik
berwawasan dan trampil baik secara fisik maupun psikis.
Sedangkan menurut John Locke(1632-1704) bahwa sekolah hendaklah
ditujukan untuk kepentingan Pendidikan anak, dan Pendidikan anak pun menurut
sudut pandang anak itu sendiri bukan melalui sudut pandang orang dewasa karna
anak bukan miniature orang dewasa tapi anak dengan dunia nya sendiri. Dari
beberapa pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa sekolah sebagai tempat
lingkungan Pendidikan yang mana sebagai wadah bagi pengembangan,
pembinaan setiap potensi baik itu bakat, minat, dan kemampuan lain agar
berkembang secara maksimal. Dan Guru sebagai pendidik bertanggung jawab atas
tugas pendidikannya.5
5
Jalaluddin dkk, Filsafat Pendidikan, hal. 34
6
M. Nor Syam, Filsafat Pendidkan, Dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1998) hal. 252
Adapun Core Curriculum ini menggunakan pengalaman yang disusun
secara teratur dan sudah terencana. Cara ini dilakukan agar Pendidikan itu sesuai
dengan tujuan proses yang telah di rencanakan, maka sudah jelas bahwa yang di
perlukan adalah sebuah lingkungan dan pengalaman agar teciptanya Pendidikan
yang berkurikulum kepada materi dan proyek yang diciptakan oleh William Heard
Kilpatrick.7
Adapun pandangan progressivisme terhadap budaya atau kebudayaan
adalah milik manusia sepanjang sejarah yang terus berubah dan berkembang.
Secara umum Filsafat Progresivisme telah mampu mengubah dan menyesuaikan
diri agar mampu menghadapi segala tantangan zaman dan perubahan kultural
sekaligus membantu manusia untuk menghadapi perubahan dari zaman tradisioal
menuju zaman modern. Manusia sebagai makhluk yang diciptakan telah memiliki
akal dan berbagai macam kebudayaan. Dengan sifatnya yang dinamis dan
berpikiran kreatif mulai dari zaman purbakala hingga zaman sekarang. Yang
awalnya kehidupan manusia selalu bergantung dengan alam, kini daya cipta, rasa
ke ingin tahuan yang tinggi serta karsa nya lah yang mengubah alam menjadi
sesuatu yang berguna. Maka dengan adanya ransangan dari Pendidikan lah
akhirnya potensi manusia dapat berkembang, baik itu potensi akal untuk berpikir,
berkreasi, berbudaya, berbudi dan lain sebagainya. Dan Filsafat Progresivisme ini
berpendapat bahwa manusia itu sudah diberikan kemampuan akal tinggal
bagaimana caranya agar kemampuan itu dapat dikembangkan dan diasah melalui
konsep Pendidikan sehingga dengan adanya pembaharuan Pendidikan maka itu
mempengaruhi manusia untuk berproses untuk maju, semakin tinggi tingkat
berpikir manusia maka semakin tinggi pula tingkat kebudayaan peradapan
manusia kedepannya, bukan lagi sebagai masyarakat yang tertinggal tetapi
sebagai masyarakat yang maju, komplek dalam dewasa ini.
Perkembangan Aliran Progresivisme baru muncul pada abad ke-19 dengan
jelas meskipun begitu garis perkembangannya dapat terlihat jelas, Heralitus
berpendapat bahwa sifat yang terlihat pada realita adalah perubahan, karena pada
dasarnya tidak ada yang tetap di dunia ini semuanya berubah-ubah kecuali asas
perubahan itu yang berubah. Ilmuwan yang Bernama Socrates berusaha
mempersatukan bahwa epistemology dan axiologi karena pada dasarnya
pengetahuan itu kunci dari kebaikan, baik itu pengetahuan intelek atau yang pada
dasarnya sudah ada pada diri seseorang. Adapun orang-orang yang disebut
sebagai penyumbang pemikiran dalam proses terjadinya aliran pragmatisme dan
progresivisme yaitu Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant dan Hegel.
Diantara pemikiran yang disumbangkan oleh Francis Bacon adalah memberikan
usaha dan sumbangan nya untuk memperbaiki penelitian ilmiah dalam
pengetahuan alam. Sedangkan Locke dengan kebebasan politik, serta keyakinan
7
Imam Barnadib, Filsafat Pendidkan, hal. 36
dari Rousseau bahwa dalam diri manusia itu sudah ada yang Namanya kebaikan
yang memang sudah menjadi kodratnya, dan menurut dari yang lain pun juga
sama bahwa alam dan sekitarnya itu memang bergerak dan bersifat dinamis.
Mereka percaya bahwa akan adanya Demokrasi dan penolakan terhadap
sikap yang keras kepala terutama dalam hal agama. Charles S. Peirce pernah
mengemukakan tentang berpikir dan pikiran: “Pikiran itu akan berarti dan berguna
saat pemikiran manusia itu bekerja, karena tidak lain dari fungsi berpikir itu ialah
membiasakan manusia untuk bergerak baik dengan perbuatan maupun perasaan
karena kedua itu saling berkaitan yang tidak bisa di pisahkan dari kegiatan
berpikir8.
13
Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Pengembangan
Pemikirannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 19.
Bagi aliran Aksiologi nilai-nilai berasal dan tergantung pada
pandangan idealisme dan realisme karena esensialimse terbentuk dari
keduanya. Dalam Filsafat Pendidikan Islam pandangan aksiologi
mempunyai prinsip -prinsip yang penting yang mengandung nilai pada
Pendidikan yaitu keyakinan bahwa akhlak termasuk pada makna yang
terpenting dalam hidup.
Dan yang menjadi konsep yaitu tujuan, tujuan dasar dari
esensialisme adalah membentuk pribadi Bahagia di alam dunia dan
akhirat.
C. Konsep Aliran Perenialisme
1. Pengertian Aliran Perennialisme
Perennialisme adalah suatu aliran yang bila diatikan adalah
kekal,abadi atau selalu. Pendidikan perenialisme mempunyai konsep yang
di latar belakangi oleh filsafat plato sebagai bapak idealisme klasik, filsafat
Aristoteles sebagai bapak realisme dan filsafat Thomas Aquanis yang
memadukan antara filsafat Aristoteles dan filsafat yang tumbuh pada abad
pertengahan.
Perenialisme mempunyai pandangan bahwa pendidakan lah tenpat
Kembali atau proses Kembali kepada kebudayaan lampau, agar dapat
mengahadapi kenyataan dari kebudayaan zaman sekarang. Perennial
membentuk prinsip yang sedemikian rupa agar dapat membentuk sikap
dan kpribadian manusia. Demikian di pilihnya prinsip itu karena melihat
dari keadaan zaman modern yang nyata dan kondisi pilihan itu.
Perennialisme merupakan sebuah pandangan hidup yang
berdasarkan paada sumber budaya dan hasil, yang artinya tidak terikat
tempatnya dan kekal adanya.
2. Tokoh-tokoh Aliran Perennialisme
Di antara tokoh aliran perenialisme adalah Plato, Aristoteles, dan
St. Thomas Aquinas. Menurut pandangan Plato bahwa kenyataan
yang hakiki atau yang sebenarnya itu tidak dapat berubah karena sudah
ada pada diri manusia sejak awalnya.
Menurut pandangan Aristoteles manusia merupakan makhluk
materi dan ronahi karena ia menyadari hidup dalam alam materi dan sadar
akan proses yang di laluinya menuju kehidupan yang sempurna 14. Dan St.
Thomas Aquinas berpendapat yaitu segala sesuatu yang ad aitu karena di
ciptakan Tuhan dan manusia bergantung kepada-Nya.
3. Pandangan Perennialisme
a. Pandangan Ontologi Perenialisme
14
Uyoh Sadullah, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 153.
Ontologi perenialisme yaitu cara membedakan suatu kenyataan
dalam aspek perwujudannya, dan terdiri atas pengertian baik itu benda
individual, esensi dan subtansi.
b. Pandangan Epistemologi Perenialisme
Epistemologi perenialisme yaitu segala sesuatu yang merupakan
sebuah kenyataan dan terlindung dari kepercayaan. Dalam Esensialisme
ilmu pengetahuan merupakan Filsafat tertinggi. Karena dengan Ilmu
seseorang dapat berpikir secara induktif, dan dengan berpikir maka
lahirlah sebuah kebenaran.
c. Pandangan Aksiologi Perenialisme
Dalam pandangan Aksiologi perenialisme nilai masuk berdasarkan pada
dasr-dasar supranatural.
4.Pola Dasar Pendidikan Perenialisme
Pola dasar pendidkan perenialisme yaitu prinsip-prinsip umum
yang dilaksanakan oleh penganut perenialisme itu sendiri. Diantara prinsip
yang harus di miliki oleh insan menurut filsafat Pendidikan perenialisme
ada empat, yaitu:
1). Kebenaran yang bersifat menyeluruh dan tidak tergantung pada apapun
2). Sebuah Pendidikan yang baik yaitu yang melibatkan padapencarian
sebuah pemahaman.
3). Kebenaran dapa ditemukan dalam karya-karya yang agung
5. Pandangan Perenialisme mengenai Belajar
Menurut perenialisme teori dalam belajar memerlukan kedisiplinan
mental sebagai pembinaan berfikir dan Latihan. Oleh karena itu, program
Pendidikan berdasarkan pada pembinaan kepemimpinan. Teori dasar
dalam belajar menurut perenialisme yaitu:
a. Mental discipline sebagai teori dasar
b. Rasionalitas dan asas kemerdekaan
c. Leraning to Reason(belajar untuk berpikir)
d. Belajar sebagai persiapan hidup
e. Learning through teaching
6.Pandangan Perennialisme mengenai Kurikulum
Menurut pendukung filsafat perenialisme Robert Maynard
Hutchins dan Mortimer Adler. Kurikulum perenialis Hutchins di dasarkan
pada tiga asumsi mengenai Pendidikan yaitu:
a. Pendidikan harus mengangkat pencarian kebenaran manusia yang
berlangsung terus menerus.
b. Karena pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada
gagasan, Pendidikan juga harus memfokuskan pada gagasan tersebut.
c. Kurikulum bersifat pada mata pelajaran
7. Pandangan Perenialisme Mengenai Tujuan Pendidikan
D. Aliran Rekonstruksionisme