Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 4 Filsafat

Pendidikan
NAMA-NAMA KELOMPOK
• MICAEL LEONARDO RAYMOND VANNES PURBA (5202422009)
• KRISTOF PUTRA PERDAMAIAN GEANIM (5212322002)
• MHD RASYID RIDHO NSTNIM (5213322012)
• ALDEN TOHONALDO SIRAITNIM (5213122034)
• NATANAEL MAYOR HUTAURUKNIM (5213122039)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PRENIALISME
Perenialisme pendidikan adalah salah satu aliran dalam pendidikan yang muncul
pada abad ke-20an. Parenialisme lahir sebagai reaksi terhadap pendidikan
progresif. Parenialisme menentang pandangan progresivisme yang memfokuskan
terhadap perubahan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum
perenialisme adalah jalan yang mundur ke belakang, yaitu dengan memakai
kembali nilai-nilai serta prinsip-prinsip umum yang sudah menjadi pandangan
hidup yang kuat, kuku pada zaman kuno dan abad pertengahan. Menurut kaum
parenialisme, pendidikan harus lebih banyak fokus pada kebudayaan ideal yang
teruji serta tangguh. Parenialisme memandang pendidikan sebagai jalan pulang
atau suatu proses untuk mengembalikan manusia ke dalam kebudayaan yang
ideal.
 Peran pendidik dan peserta didik menurut perenialisme[sunting | sunting
sumber] Menurut kaum parenialisme, peserta didik adalah makhluk rasional
karena itu pendidik mempunyai posisi yang penting dalam kegiatan
pembelajaran dikelas, dan membimbing jalannya pembelajaran atau diskusi
 yang mempermudah para peserta didik. Peserta didik juga diangap bahwa
mereka sudah memiliki potensi dari lahir yang harus diarahkan sehingga
peserta didik dapat menyimpulkan kebeneran-kebenaran secara tepat. 
ESENSIALISME
Esensialisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa suatu entitas memiliki
karakteristik yang inheren dan melekat sehingga tidak dapat dipisahkan dengan
entitas tersebut dan sekaligus mendefinisikannya. Ini mencakup keyakinan akan 
esensi, yaitu apa yang membuat sesuatu adalah sesuatu tersebut, berlawanan
dengan kontingensi, yaitu sesuatu yang hanya kebetulan, yang ketiadaannya
tidak akan meniadakan sesuatu tersebut. Esensialisme memiliki arti yang
berbeda dalam biologi dan filsafat.
Dalam Filsafat
esensialisme adalah paham tentang manusia yang berlawanan dengan 
eksistensialisme. Esensialisme bertujuan mengutamakan esensi dibandingkan
dengan eksistensi (keberadaan sesuatu atau seseorang). Esensialisme menganut
ide bahwa individu tidak bebas memilih dan menentukan makna atau kualtias
(esensi) dirinya, melainkan ia dianggap sebagai hasil dari determinisme yang
tidak dapat lepas darinya. Esensialisme menghidupkan kembali debat antara
alam (nature) dan budaya (culture).
REKONSTRUKSIONISME
Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct yang memiliki arti “menyusun
kembali”. Rekonstruksionisme merupakan satu paham filsafat yang bertujuan
melanjutkan gerakan progresivisme. Para kaum rekonstruksionis menentang para
kaum progresif yang hanya berfokus dan melibatkan diri kepada masalah-masalah
yang sekarang
Filsafat rekonstruksionisme pada dasarnya hampir sepaham dengan perenialisme
 yang hendak mencoba mengatasi krisis kehidupan modern. Hanya saja, jalan
yang ditempuh memiliki perbedaan, perenialisme memilih untuk kembali ke
kebudayaan lama yang sudah teruji dan terbukti mampu mengatasi krisis,
sedangkan rekonstruksionisme mencoba membina konsensus secara luas yaitu
dengan mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama.
 Filsafat rekonstruksionisme juga merupakan elaborasi lanjutan dari gerakan
progresivisme. Para kaum rekonstruksionis meyakini bahwa peradaban
manusia masa depan sangat ditekankan. Mereka juga menekankan tentang
perbedaan terhadap individual seperti kaum progresif, akan tetapi
rekonstruksionisme lebih menekankan terhadap pemecahan masalah, berpikir
kritis dan sejenisnya.[3]
 Kaum rekonstruksionis juga memiliki pandangan bahwa masa depan suatu
bangsa merupakan sebuah dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat
secara demokratis, bukan dunia yang diatur atau dikuasai oleh golongan-
golongan tertentu. Menurut mereka, cita-cita demokrasi yang sesungguhnya
tidak hanya dalam teori, tetapi harus diwujudkan menjadi kenyataan,
sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan, 
kemakmuran, serta keamanan di tengah masyarakat, tanpa ada pembedaan
terhadap warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan
masyarakat yang bersangkutan
TUJUAN REKONSTRUKSIONISME
Tujuan rekonstruksionisme yaitu memiliki rasa keinginan untuk membangun 
masyarakat baru yang pantas dan adil. Karena tujuan tersebut, kaum
rekonstruksionis mencoba melakukan kesepakatan antar tiap-tiap manusia agar
mereka ikut mengatur tata kehidupan manusia di dalam satu tatanan serta
lingkungan. Oleh karena itu, menurut kaum rekonstruksionis, lembaga pendidikan
 perlu melakukan tatanan ulang susunan yang telah lama dan membangun
kembali tatanan hidup dengan dasar kebudayaan yang baru
 Pendidikan formal sebagai agen utama dalam tatanan sosial[sunting | 
sunting sumber]
 Dari perspektif kaum rekonstruksionis, pendidikan dapat menjadi salah satu
instrumen yang mampu mengaburkan tuntunan mendesak transformasi sosial
 dan kemudian merintangi perubahan atau bahkan dapat menjadi instrumen
yang mengkonstruk keyakinan masyarakat dan mengarahkan peralihan ke
masa yang akan datang. Kalangan rekonstruksionis di satu sisi tidak
memandang bahwa sekolah mempunyai kekuatan untuk menciptakan
perubahan sosial pada masyarakat. Disisi lain kaum rekonstruksionis percaya
bahwa sekolah dapat menjadi agen kekuatan utama untuk menyentuh
kehidupan seluruh aspek masyarakat, karena sekolah meyantuni anak-anak
didik selama usia mereka yang paling peka. Oleh karena itu, sekolah dapat
menjadi penggerak utama untuk mencerahkan masalah-masalah sosial dan
agitator utama perubahan sosial
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Salam Teknik
Salam Sehat........; )

Anda mungkin juga menyukai