Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NASYWA SABINA SURYA

NIM : 11210183000016

KELAS/PRODI : 2A/PGMI

Catatan Individu pertemuan ke 6

Kemampuan menganalisis empat paham filsafat pendidikan

Paham-paham filsafat pendidikan

1. Progressivisme
Menurut Imam Barnadib, Progresivisme menghendaki pendidikan yang
progresif (maju), semua itu dilakukan oleh pendidikan agar manusia dapat mengalami
kemajuan (Progress), sehingga orang akan bertindak dengan intelegensinya sesuai
dengan tuntutan dan lingkungan. Progresivisme telah memberikan kontribusi yang
signifikan bagi dunia pendidikan. Paham filsafat meletakkan dasar bagi kemandirian
dan kebebasan peserta didik. Peserta didik diberikan kebebasan baik secara fisik
maupun cara berpikir, untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam
dalam diri peserta didik tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.¹
Oleh karena itu, progresivisme tidak mentolerir pola otoriter.
Dalam paham ini, siswa yang terkait dengan akal ditampilkan dan kecerdasan
ditampilkan. Manusia memiliki fakta bahwa mereka memiliki keunggulan
dibandingkan makhluk hidup lainnya. Manusia memiliki fitrah yang dinamis dan
kreatif, didukung oleh kecerdasan untuk mengatasi dan memecahkan masalah. Oleh
karena itu, aliran progresif ini menggambarkan manusia sebagai makhluk biologis yang
tidak terluka dan menghargai martabat manusia sebagai aktor dalam kehidupan.

2. Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikanyang lahir pada abad
kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau
selalu. Perenialisme lahirsebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.² Dalam
pendidikan, para ahli perenialisme percaya bahwa di dunia yang tidak pasti, kacau dan
berbahaya, tidak ada yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan dan
stabilitas perilaku pendidik. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan

¹ Amka, Filsafat Pendidikan, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2019), hlm. 52.
² Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours, (Yogyakarta: Valia Pustaka, 2016),
hlm. 230.
kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam
kebudayaan ideal.³

3. Essensialisme
Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan
agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Mereka beranggapan bahwa
kebudayaan lama itu telah banyak memperbuat kebaikan-kebaikan untuk umat
manusia.⁴ Yang dimaksud dengan kebudayaan lama atau kuno adalah bahwa
kebudayaan itu telah ada sejak peradaban manusia pertama.
Berbicara tentang pendidikan, esensialisme saat ini adalah bahwa pendidikan
yang didasarkan pada segala bentuk fleksibilitas adalah penyebab munculnya
pandangan yang rentan, tidak fokus, tidak pasti dan tidak stabil, yang berubah.
Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai
yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat
yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung
essensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang
utama pada dirinya masing-masing.⁵

4. Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme
adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.⁶
Aliran rekonstruksionisme pada dasarnya sejalan dengan aliran filsafat perenial
dalam mengatasi krisis kehidupan modern. Hanya saja jalan yang ditempuhnya
berbeda dengan apa yang dipakai oleh perennialisme, tetapi sesuai dengan istilah yang
dikandungnya, yaitu berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling
mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia-restore to the
original form.⁷

³ ibid, hlm. 231.


⁴ Muhammad Ichsan Thaib, Essensialisme dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam, (Jurnal
Mudarrisuna; Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2015), hlm. 734.
⁵ Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours, (Yogyakarta: Valia Pustaka, 2016),
hlm. 232.
⁶ Jalaluddin, abdullah idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 97.
⁷ Mustafa, Mazhab Filsafat Pendidikan dan Impilkasinya terhadap Pendidikan Islam, (Jurnal Ilmiah
IQRA' Vol 5, No 2 (2011)), hlm,16.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari
kesepakatan antar sesama manusia atau orang, yakni agar dapat mengatur tata
kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan
lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru. Untuk
mencapai tujuan utama tersebut, diperlukan kerjasama antar umat manusia.⁸

⁸ Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours, (Yogyakarta: Valia Pustaka, 2016),
hlm. 53.

Anda mungkin juga menyukai