Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Balayudha

Vol.1 No. 2, Februari 2021, hlm. 33-40 Hal 33

BUDAYA KOMUNIKASI POLITIK DI INDONESIA


Lovia Evanne 1 , Agus Srimudin2
loviaevanne@uss.ac.id
agussrimudin@uss.ac.id

ABSTRACT

There are three kinds of political culture in Indonesian society, namely parochial political culture, subjects and
participants. Parochial political culture can be seen in the lowly educated small society. They tend to be less
concerned with the output that comes out of the government, which according to them does not affect their
lives. Older political culture usually occurs in upper middle class society with higher levels of education and
who have an interest and concern for political issues, but tend to give up because they feel they do not have
the power to influence or change government policy. Meanwhile, the political culture o f participants appears
to be members of society who have the slightest influence in government decision making. Political elites,
party elites, pressure groups or pressure groups such as NGOs, or a group of students carrying out
government policies that harm the people, are examples of participant political culture.

Keywords: Political culture, parochial, subordinates, participants

ABSTRAK

Budaya politik pada masyarakat Indonesia meliputi tiga macam, yaitu budaya politik parokial, kawula dan
partisipan. Budaya politik parokial terlihat pada masyarakat kecil yang umumnya berpendidikan rendah.
Mereka cendrung kurang peduli dengan output yang keluar dari pemerintah, yang menurut mereka tidak
mempengaruhi hajat hidup mereka. Budaya politik kawula lazimnya ter jadi pada masyarakat menengah ke
atas dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki minat dan perhatian pada isu -isu politik,
tetapi cendrung pasrah karena merasa mereka tidak punya kekuatan untuk mempengaruhi atau merubah
kebijakan pemerintah. Sementara budaya politik partisipan tampak pada anggota masyarakat yang merasa
mempunyai pengaruh sekecil apapun dalam pembuatan keputusan pemerintah. Para elit politik, elit partai,
pressure group atau kelompok-kelompok penekan seperti LSM, atau bahkan sekelompok mahasiswa yang
aktif melakukan demonstrasi menentang kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat, merupakan
contoh budaya politik partisipan.

Kata kunci: Budaya politik, parokial, kawula, partisipan.

1 Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Selatan, Palembang


Peran Media Massa Dalam Komunikasi Politik Di Indonesia
p-ISSN……, e-ISSN………
Jurnal Balayudha
Vol.1 No. 2, Februari 2021, hlm. 33-40 Hal 34

1. Pendahuluan komunikasi pun turut menentukan

Komunikasi politik sangat penting memelihara, mengembangkan atau

peranannya bagi setiap negara baik yang mewariskan budaya seperti yang

berbentuk otoriter maupun liberal. dikatakan Edward T. Hall bahwa

McQuail (1992:472-473) mengartikan komunikasi adalah Budaya dan Budaya

komunkasi politik sebagai keseluruhan adalah komunikasi. Pada satu sisi,

proses penyampaian informasi termasuk komunikasi merupakan suatu mekanisme

fakta, pendapat-pendapat, keyakinan- untuk mensosialisasikan norma-norma

keyakinan dan sebagainya, pertukaran budaya masyarakat, baik secara

dan pencarian tentang itu semua yang “horizontal” dari suatu masyarakat

dilakukan oleh para partisipan dalam kepada masyarakat lainnya, ataupun

konteks kegiatan politik yang lebih secara vertikal dari suatu generasi ke

bersifat melembaga). generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya


merupakan norma-norma atau nilai-nilai
Komunikasi politik di sebuah negara
yang dianggap sesuai untuk kelompok
biasanya tidak lepas dari nilai-nilai budaya
tertentu (Mulejana dalam Lubis, 2002:1).
yang ada di negara tersebut. E.B. Taylor
(1871) seperti yang dikutip oleh Lubis 2. Metode Penelitian

(2002:2), mendefenisikan budaya sebagai Artikel ini mengggunakan metode riset


sesuatu yang kompleks yang mencakup pustaka. Dimana hanya memanfaatkan sumber
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, perpustakaan untuk memperoleh data
moral, hukum, adat istiadat, kemampuan- penelitiannya. Karena itu riset ini hanya
kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan membatasi kegiatannya pada bahan-bahan
yang didapatkan oleh manusia sebagai koleksi perpustakaan saja tanpa melakukan
anggota masyarakat. riset lapangan (Zed, 2004:1-2).

Budaya dan komunikasi mempunyai Disini penulis mencoba mengemukakan

hubungan timbal balik, seperti dua sisi berbagai teori dari perpustakaan, kemudian

mata uang. Budaya menjadi bagian dari mengkonfrontirnya dengan kenyataan di

prilaku komunikasi dan pada gilirannya

Peran Media Massa Dalam Komunikasi Politik Di Indonesia


p-ISSN……, e-ISSN………
Jurnal Balayudha
Vol.1 No. 2, Februari 2021, hlm. 33-40 Hal 35

lapangan dengan mengacu pada berita-berita berbeda selama lebih dari setengah abad.
di media, kemudian lalu topik yang diteliti. Maka tak heran Presiden Amerika Serikat,
Barack Obama, bahkan memuji Pancasila
3. Hasil dan Pembahasan
sebagai ideologi alternatif saat memberi kuliah
3.1 Hasil penelitian
umum di Universitas Indonesia di Jakarta tahun
Ditetapkannya Pancasila, yang berakar dari 2010 lalu. Negara Republik Indonesia masih
nilai-nilai luhur budaya bangsa, sebagai ideologi tetap utuh dengan Pancasila sebagai dasar
negara Republik Indonesia merupakan tanda negara hingga saat ini.
bahwa aspek budaya begitu kuat pengaruhnya
Ideologi otoritarian yang bertolak dari hasil olah
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
intelektual sejak zaman Plato dan Machiavelli
Secara garis besar, terdapat dua ideologi dasar
yang mengembangkan filsafat otoritarian
yang berada pada dua kutub yang berbeda dan
terutama dalam bidang politik yang mencakup
saling bertentangan satu dengan yang lainnya,
juga bidang komunikasi publik. Otoritarianisme
yaitu ideologi otoritarian (otoritarianisme) dan
yang berkembang pesat hingga awal abad ke
libertarian (liberalisme). Diantara kedua
19, bukan saja telah melahirkan sistem politik,
kekutub yang berbeda itu terdapat banyak
melainkan juga telah melahirkan sistem
varian yang berkembang, sesuai dengan
komunikasi yang dikenal sebagai sistem
konteks historis, kultural, sosial, politik dan
komunikasi otoritarian, terutama dalam
ekonomi setiap bangsa. Salah satu varian
penerbitan pers atau suratkabar. Dalam sistem
ideologi yang berada di luar otoritarian dan
otoritarian tidak dikenal adanya kebebasan
libertarian itu ialah ideologi Pancasila
bagi rakyat dalam menyatakan pendapat dan
(Pancasilaisme). Namun sebelum lahirnya
menyebarkan informasi publik (freedom of
Pancasila pada permulaan abad ke 20, di Eropa
information), tidak dikenal juga adanya
Timur telah berkembang juga suatu varian
kebebasan pers (freedom of the press) karena
ideologi, yaitu ideologi komunis (komunisme)
pers harus memiliki izin dan disensor oleh
yang sangat berpengaruh pada Perang Dunia II
penguasa.
(Arifin, 2011:48-49). Pancasila mampu
Sebaliknya sejumlah filosof dan pemikir seperti
mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri
John Locke, John Milton, John Stuart Mill dan
dari berbagai suku, ras dan agama yang
Thomas Jefferson mengembangkan filsafat
Peran Media Massa Dalam Komunikasi Politik Di Indonesia
p-ISSN……, e-ISSN………
Jurnal Balayudha
Vol.1 No. 2, Februari 2021, hlm. 33-40 Hal 36

atau ideologi libertarian (liberalisme) yang ditandai pengangkatan Soekarno sebagai


bersumber dari individualisme. Liberalisme presiden seumur hidup, tapi kebebasan pers
mengajarkan bahwa manusia itu dilahirkan masih bisa hidup secara domokratis.
sama dan manusia sebagai makhluk berakal Sementara pada era Orde Baru (1967-1998)
secara individual mampu mandiri dan memiliki dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto,
kebebasan untuk menentukan nasibnya yang kerap mendengung-dengungkan sistem
sendiri. Hal itu akhirnya melahirkan kapitalisme demokrasi Pancasila, namun kenyataannya
dalam ekonomi dan demokrasi dalam politik nuansa otoritarian begitu kuat terasa. Tidak ada
untuk memnuhi dan melindungi kepentingan kebebasan menyatakan pendapat bagi rakyat
individu sebagai bagian penting dari hak asasi dan kebebasan pers dibelenggu oleh penguasa.
manusia. Liberalisme yang berkembang pesat Pers wajib memperoleh izin dari pemerintah
sejak abad ke 19, bukan saja telah melahirkan dan pemerintah berhak melakukan sensor,
sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi bahkan bila perlu membredel pers yang
kapitalis, melainkan juga melahirkan sistem dianggap menentang pemerintah. Baru setelah
komunikasi libertarian, terutama dalam berakhirnya Orde Baru yang ditandai dengan
penerbitan pers dan suratkabar. Dalam sistem mundurnya Soeharto sebagai presiden, keran
komunikasi libertarian, pendapat setiap demokrasi mulai terbuka. Indonesia memasuki
individu dapat dinyatakan dengan bebas. babak baru yang dikenal dengan nama Orde
Demikian juga terdapat kebebasan informasi Reformasi. Pada masa ini rakyat Indonesia baru
publik (freedom of information) bagi rakyat dan dapat menikmati kebebasan menyatakan
kebebasan pers (freedom of the press), karena pendapat. Komunikasi politik tidak lagi
itu pers tidak memerlukan izin dan tidak boleh didominasi oleh pemerintah sehingga opini
disensor oleh penguasa (Arifin, 2011:49-50). publik pun dapat berkembang secara dinamis.
Demikian juga dengan pers, yang saat ini
Sementara Indonesia yang berlandaskan
memiliki kebebasan menyampaikan informasi
ideologi Pancasila, telah mengalami beberapa
kepada publik.
era, dimana masing-masing era memiliki gaya
komunikasi politik yang berbeda. Pada era
Orde Lama (1945-1967), meski sistem
pemerintahannya terkesan otoriter dengan
Peran Media Massa Dalam Komunikasi Politik Di Indonesia
p-ISSN……, e-ISSN………
Jurnal Balayudha
Vol.1 No. 2, Februari 2021, hlm. 33-40 Hal 37

3.2 Pembahasan nilai dan kriteria dengan informasi dan


perasaan.
Budaya politik adalah pola tingkahlaku individu
dan orientasinya terhadap kehidupan politik Sementara yang menjadi objek orientasi politik

yang dihayati oleh para anggota suatu sistem menurut Kantaprawira (1988:31-32) meliputi

politik. Istilah budaya politik tertentu melekat keterlibatan seseorang terhadap:

pada setiap masyarakat yang terdiri atas Pertama, sistem politik secara keseluruhan,
sejumlah individu yang hidup, baik dalam meliputi intensitas pengetahuan, ungkapan
sistem politik tradisional, transisional maupun perasaan yang ditandai oleh apresiasi terhadap
modern (Kantaprawira, 1988:25). Tentu sejarah, ukuran, lingkup lokasi, persoalan
dengan demikian budaya politik akan kekuasaan, karakteristik konstitusional negara
mempengaruhi pola-pola komunikasi antar atau sistem politiknya.
anggota kelompok masyarakat dengan
Kedua, proses input. Meliputi intensitas
sesamanya maupun dengan penguasa.
pengetahuan dan perbuatan tentang proses
Menurut Almond dan Verba (1990:16-17), penyaluran segala tuntutan yang diajukan atau
kebudayan politik suatu bangsa merupakan diorganisasi oleh masyarakat, termasuk
distribusi pola-pola orientasi khusus menuju prakasa untuk menerjemahkan atau
tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. mengkonversi tuntutan-tuntutan sehingga
Tipe-tipe orientasi politik diantaranya: menjadi kebijaksanaan yang otoritatif sifatnya.

Pertama, orientasi kognitif: pengetahuan Ketiga, proses output. Meliputi intensitas


tentang dan kepercayaan kepada politik, pengetahuan dan pembuaan tentang proses
peranan dan segala kewajibannya serta inpet aktivitas berbagai cabang pemerintahan yang
dan outputnya. berkesan dengan penerapan dan pemaksaan

Kedua, orientasi afektif: perasaan terhadap keputusan-keputusan otoritatif.

sistem politik, peranannya, para aktor dan Keempat, diri sendiri. Meliputi intensitas
penampilannya pengetahuan dan frekuensi perbuatan

Ketiga, orientasi evaluatif: keputusan dan seseorang dalam mengambil peranan di arena

pendapat tentang objek-objek politik yang sistem politik. Disini dipersoalkan apakah yang

secara tipikal melibatkan kombinasi standar menjadi hak, kekuasaan dan kewajibannya.
Peran Media Massa Dalam Komunikasi Politik Di Indonesia
p-ISSN……, e-ISSN………
Jurnal Balayudha
Vol.1 No. 2, Februari 2021, hlm. 33-40 Hal 38

dan karena itu ia menyerah saja kepada segala


Menurut Kantaprawira (1988:30-31) budaya kebijaksanaan dan keputusan para pemegang
politik dapat diklasifikasikan menjadi tiga jabatan dalam masyarakatnya.
bagian, yaitu:
Ketiga, budaya politik partisipan (participant
Pertama, budaya politik parokial (parochial political culture): anggota masyarakat yang
political culture): adanya kesadaran anggota menganggap dirinya sebagai anggota yang aktif
masyarakat akan adanya pusat dalam kehidupan polotik. Ia dengan sendirinya
kewenangan/kekuasaan politik dalam menyadari setiap hak dan tanggungjawabnya
masyarakatnya. Dalam masyarakat yang (kewajibannya) dan dapat pula merealisasi
bersifat parokial ini, karena terbatasnya serta mempergunakan hak serta menanggung
diferensiasi tidak terdapat peranan politik yang kewajibannya. Seseorang dalam budaya
bersifat khas dan berdiri sendiri. Pada partisipan dapat menilai dengan penuh
kebudayaan ini anggota masyarakat cenderung kesadaran baik sistem sebagai totalitas, input
tidak menaruh minat terhadap objek-objek dan output maupun posisinya sendiri. Ia sendiri
politik yang luas, kecuali dalam batas tertentu, terlibat dalam proses politik dalam sistem
yaitu tempat dimana ia terikat secara sempit. politik tertentu betapapun kecilnya.

Kedua, budaya politik kawula (subject political Ketiga budaya politik ini ada pada masyarakat
culture): anggota masyarakatnya mempunyai Indonesia. Budaya politik parokial ada pada
minat, perhatian, mungkin pula kesadaran, masyarakat kecil yang umumnya
terhadap sistem sebagai keseluruhan terutama berpendidikan rendah. Mereka kurang peduli
terhadap segi outputnya. Orientasi mereka dengan output dari pemerintah, sepanjang
yang nyata terhadap objek politik dapat terlihat tidak mempengaruhi hajat hidup mereka.
dari pernyataannya, baik berupa kebanggaan,
Sementara Budaya politik kawula biasaya ada
ungkapan sikap mendukung maupun sikap
pada masyarakat menengah ke atas dengan
bermusuhan terhadap sistem, terutama
tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan
terhadap aspek outputnya. Posisinya sebagai
mempunyai minat dan perhatian pada isu-isu
kawula pada pokoknya dapat dikatakan posisi
politik, tetapi selalu pasrah karena merasa
yang pasif. Mereka menganggap dirinya tidak
mereka tidak punya kekuatan untuk
berdaya mempengaruhi atau merubah sistem
Peran Media Massa Dalam Komunikasi Politik Di Indonesia
p-ISSN……, e-ISSN………
Jurnal Balayudha
Vol.1 No. 2, Februari 2021, hlm. 33-40 Hal 39

mempengaruhi atau merubah kebijakan Sementara budaya politik partisipan tampak


pemerintah. pada anggota masyarakat yang merasa
mempunyai pengaruh sekecil apapun dalam
Sedangkan budaya politik partisipan ada pada
pembuatan keputusan pemerintah. Para elit
anggota masyarakat yang merasa memiliki
politik, elit partai, pressure group atau
pengaruh meski sekecil apapun dalam
kelompok-kelompok penekan seperti LSM,
pembuatan keputusan pemerintah. Para elit
atau bahkan sekelompok mahasiswa yang aktif
politik, elit partai, pressure group atau
melakukan demonstrasi menentang kebijakan
kelompok-kelompok penekan seperti LSM,
pemerintah yang dianggap merugikan rakyat,
atau bahkan sekelompok mahasiswa yang aktif
merupakan contoh budaya politik partisipan
melakukan demonstrasi menentang kebijakan
pemerintah yang dianggap merugikan rakyat,
merupakan contoh budaya politik partisipan. Daftar Pustaka

4. Penutup

Almond, Gabriel A dan Verba, Sidney. 1990.


Budaya politik pada masyarakat Indonesia
Budaya Politik. Jakarta: Bumi Aksara.
meliputi tiga macam, yaitu budaya politik
Arifin, Anwar. 2011. Sistem Komunikasi
parokial, kawula dan partisipan. Budaya politik Indonesia. Bandung: Simbiosa
parokial terlihat pada masyarakat kecil yang Rekatama Media.

umumnya berpendidikan rendah. Mereka Kantaprawira, Rusadi. 1988. Sistem Politik


Indonesia. Bandung: Sinar Baru.
cendrung kurang peduli dengan output yang
keluar dari pemerintah, yang menurut mereka Lubis, Lusiana Andriani. 2002. Komunikasi
Antar Budaya, Medan: USU digital
tidak mempengaruhi hajat hidup mereka. library.

Budaya politik kawula lazimnya terjadi pada Zed, Mestika. (2004). Metode Penelitian
Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka
masyarakat menengah ke atas dengan jenjang
Obor Indonesia.
pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki minat
dan perhatian pada isu-isu politik, tetapi
cendrung pasrah karena merasa mereka tidak
punya kekuatan untuk mempengaruhi atau
merubah kebijakan pemerintah.
Peran Media Massa Dalam Komunikasi Politik Di Indonesia
p-ISSN……, e-ISSN………
Jurnal Balayudha
Vol.1 No. 2, Februari 2021, hlm. 33-40 Hal 40

Peran Media Massa Dalam Komunikasi Politik Di Indonesia


p-ISSN……, e-ISSN………

Anda mungkin juga menyukai