Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NASYWA SABINA SURYA

NIM : 11210183000016

KELAS/PRODI : 2A/PGMI

Catatan Individu pertemuan ke 4

Kemampuan menganalisis Filsafat Pendidikan positivisme dan Empirisme

Filsafat Pendidikan positivism dan Empirism

1. Filsafat Pendidikan Positivisme

Positivime merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu-ilmu alam


(empiris) sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak nilai
kognitif dari studi filosofis atau metafisik. Tolak pemikiran positivisme adalah apa yang
diketahui, faktual, dan positif, sehingga metafisika ditolak olehnya.¹ Positivisme mulai
berpengaruh dalam filsafat pendidikan pada awal tahun 1950. Karya Charles D. Hardie,
Truth and Fallacy in Educational Theory, yang diterbitkan tahun 1942 menjadi karya
yang populer pada waktu itu. Kemudian diikuti oleh karya D. J. O’Connor, An
Introduction to the Philosophy of Education. Kedua penulis ini mengkritisi teori-teori
pendidikan yang ada sebagai sesuatu yang tidak jelas, tidak ilmiah, hanya sekedar
ekspresi gagasan.²

Adapun ciri dari positivisme adalah:

a) Objektif/bebas nilai. Positivisme mengajarkan dikotomi yang jelas antara fakta dan
nilai. Hal ini mengharuskan peneliti mengambil jarak dari objek kajiannya. Hanya
melalui cara seperti itulah sebuah penelitian akan menemukan hasil yang diakui dan
objektif;
b) Fenomenalisme, yang menyatakan bahwa realitas terdiri dari impresi-impresi, dan
ilmu pengetahuan berbicara mengenai realitas dalam konteks impresi-impresi ini.
Substansi metafisis yang berada di belakang gejala-gejala tersebut ditolak;

¹ Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours (Yogyakarta: Valia


Pustaka,2016),hlm.153
² Sembodo Ardi Widodo, Pendidikan Dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat (Yogyakarta: Idea
Press), 2015. Hlm. 37.
c) Nominalisme, yang memberikan penekanan kepada konsep umum yang mengatasi
realitas particular;
d) Reduksionisme, yang berarti realitas direduksi pada fakta-fakta yang bisa diamati;
e) Naturalisme, tesis tentang keteraturan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
semesta meniadakan kekuatan adikodrati. Alam semesta memiliki strukturnya
sendiri;
f) Mekanisme, tesis yang menyatakan bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan
prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin. Alam semesta
diibaratkan sebagai the giant clock work (Adian, 2006, p. 29).³

Positivisme mendasari perkembangan banyak disiplin ilmu, terutama ilmu


alam, pengembangan suatu disiplin atau kurikulum sains kemungkinan besar akan
didasarkan pada ide-ide positivis. Konsep positivisme yang terkandung dalam
kurikulum secara alami menghasilkan orang-orang yang kurang lebih mengikuti
pemahaman positivis. Mereka sedikit banyak dipengaruhi oleh ajarannya bahwa
sesuatu itu harus empiris dan terukur. Ada kekhawatiran bahwa ini akan menyebabkan
kurangnya rasa karena semuanya harus terlihat dan dapat ditampilkan secara numerik.

2. Filsafat pendidikan empirisme

Dalam Kattsoff (2004:132-135) empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat


yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan
dalam dirinya ketika dilahirkan.⁴

Aliran empiris memiliki sifat yang menentukan dalam abstraksi dan inferensi
dalam konstruksi dan perolehan pengetahuan. Strategi utama untuk memperoleh
pengetahuan adalah dengan menerapkan metode ilmiah. Menurut para empiris, data dan
fakta dikumpulkan oleh indera untuk mencapai pengetahuan yang benar. Dengan kata
lain, satu-satunya pengetahuan sejati diperoleh melalui pengalaman indrawi dan
pengamatan. Kontribusi utama empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern
dan penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan.

³ Adian, D. G. (2006). Percik Pemikiran Kontemporer: Sebuah Pengantar Komprehensif.


Jalasutra.
⁴ Kattsoff, Louis O. (2004). Pengantar Filsafat. Terjemahan Soejono Soemargono. Yogyakarta
: Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai