Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk berpikir, sejak manusia tercipta, aktivitas itu ada
berkembang, dan meningkat terus, seiring dengan perkembangan tantangan setiap zaman.
Ilmu pengetahuan adalah atas tiga kelompok besar, yaitu ilmu sosial, alam, dan
humaniora.

Paradigma ilmu pengetahuan menyatakan bahwa semua ilmu pada dasarnya adalah
satu kesatuan yang berasal dari dan bermuara pada Allah melalui wahyuNya baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, semua ilmu sudah semestinya saling
berdialog dan bermuara pada satu tujuan yakni mengantarkan pengkajinya semakin
mengenal dan dekat pada Allah sebagai al-Alim (Yang Maha Tahu).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari paradigma ?

2. Bagaimana paradigma dalam ilmu kealaman ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma
Paradigma dimbil dari bahasa Inggris, paradigm. Dari bahasa Yunani, para
deigma dari kata para (di samping, di sebelah), dan dekynai ( memperlihatkan; yang
berarti model, contoh, arketipe, ideal).
Bebarapa pengertian lain adalah :
a. Cara memandang sesuatu.
b. Dalam ilmu pengetahuan : Model, pola, ideal. Dari model- model ini, fenomena
yang dipandang , dijelaskan.
c. Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-
problem riset.
Paradigma merupakan konstruk berpikir yang mampu menjadi wacana untuk
temuan ilmiah: yang dalam konseptualisasi khun : menjadi wacana untuk temuan
ilmiah baru.1

Paradigma ini sesungguhnya bukan hal yang baru. Paradigma ini telah dipratikan
oleh para ilmuan muslim klasik seperti Ibn Sina, al-Kindi, dan al-Farabi. Mereka
mempelajari ilmu-ilmu Yunani yang disesuaikan dengan anjuran wahyu. Kedua corak
ilmu pengetahuan itu diikat dalam satu kesatuan oleh wahyu. Mereka mempelajari
semua ilmu dan kemudian mendialogkannya hingga saling memperkaya.
Mendialogkan semua ilmu membuat seseorang ilmuwan semakin kaya wawasan. Hal
itu dapat dilihat dari ilmuwan muslim klasik itu sesungguhnya seorang ulama
sekaligus dokter, ulama sekaligus filosof dan ulama yang ahli matematika. Dengan
kata lain, paradigma unity of sciences akan melahirkan seorang ilmuwan yang
menguasai banyak ilmu, memandang semua ilmu sebagai satu kesatuan dan
mendialogkan semua ilmu menjadi senyawa yang kaya.

Unity of sciences tidak menghasilkan ilmuwan yang memasukkan semua ilmu


pengetahuan dalam otaknya bagai kliping koran yang tak saling menyapa tapi mampu
mengolahnya menjadi uraian yang padu. Unity yang dikembangkan oleh UIN

1 Thomas Kuhn, Peran Paradigma dalam Revolusi Sains, Bandung : Remadja Karya, 1989, hlm 42

2
Walisongo adalah penyatuan antara semua cabang ilmu dengan memberikan landasan
wahyu sebagai latar atau pengikat penyatuan. Unity of sciences bisa digambarkan
seperti negara federal USA (united states of amerika). Rincian ilmu apapun
dipersilahkan berkembang sebagaimana sebuah negara bagian di USA. Namun semua
negara bagian itu masih disatukan oleh hal tertentu seperti kebijakan luar negeri dan
pajak. Begitu pula unity of sciences. Apapun cabang ilmunya, masih diikat oleh satu
kesaruan yaitu sama-sama bersumber pada wahyu dan alam. Itulah makanya, terdapat
beberapa prinsip tentang paradigma ini.2

Prinsip-prinsip paradigma Wahdat al-Ulum (Unity of Sciences) adalah sebagai


berikut:

1. Integrasi.
Prinsip ini menyakini bahwa bangunan semua ilmu pengetahuan sebagai satu
kesatuan yang saling berhubungan yang kesemuanya bersumber dari ayat-ayat
Allah baik yang diperoleh melalui para Nabi, eksplorasi akal, maupun alam.
2. Kolaborasi
Prinsip ini memadukan nilai universal Islam dengan ilmu pengetahuan
modern guna peningkatan kualitas hidup dan peradapan manusia.
3. Dialektika
Prinsip ini meniscayakan dialog yang intens antara ilmu-ilmu yang berakar
pada wahyu, ilmu pengetahuan modern dan kearifan lokal.
4. Prospektif
Prinsip ini menyakini bahwa akan menghasilkan ilmu-ilmu yang baru yang
lebih humanis dan etis yang bermanfaat bagi pembangunan martabat dan
kualitas bangsa serta kelestarian alam
5. Pluralistik
Prinsip ini meyakini adanya pluralitas realitas dan metode dalam semua
aktivitas keilmuan.
Selain memiliki prinsip, paradigma wahdatul ulum juga memiliki pendekatan.
Pendekatan yang dimaksud adalah teo-antroposentris. Pendekatan ini membimbing
agar selalu menjadikan Tuhan sebagai akal dan tujuan dari segala proses ilmiah tanpa
meninggalkan peran manusia sebagai makhluk yang memiliki mandat ilmiah. Dalam
hal strategi untuk mengimplemetasikan paradigma Unity of Sciences itu, terdapat tiga
2 Muhyar Fanani, Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan, Semarang : Karya Abadi Jaya, 2015, hlm 3-4

3
strategi yakni humanisasi ilmu-ilmu keislaman, spiritualisasi ilmu-ilmu modern dan
revitalisasi local wisdom. Humanisasi yang dimaksud adalah merekonstruksi ilmu-
ilmu keislaman agar semakin menyentuh dan memberi solusi bagi persoalan nyata
kehidupan manusia. Strategi humanisasi ilmu-ilmu keislaman mencakup segala upaya
untuk mamadukan nilai universal islam dengan ilmu pengetahuan modern guna
peningkatan kualitas hidup dan peradaban manusia.3
Sedangkan spiritualisasi adalah memberikan pijakan nilai-nilai ketuhanan dan
etika terhadap ilmu-ilmu sekuler untuk memastikan bahwa pada dasarnya semua ilmu
berorientasi pada peningkatan kualitas/keberlangsungan hidup manusia dan alam
semesta serta bukan penistaan/perusakan keduanya. Strategi spiritualisasi ilmu-ilmu
modern meliputi segala upaya membangun ilmu pengetahuan yang baru didasarkan
pada kesadaran kesatuan ilmu pengetahuan yang kesemuanya bersumber dari Allah.
Sementara revitalisasi local wisdom adalah penguatan kembali ajaran-ajaran
luhur bangsa. Strategi revitalisasi local wisdom terdiri dari semua usaha untuk tetap
setia pada ajaran luhur budaya lokal dan pengembangannya guna penguatan karakter
bangsa.

B. Paradigma Dalam Ilmu Kealaman


1. Pengertian
Secara umum dapat dikatakan bahwa ilmu ialah suatu cara untuk
mengetahui. "Suatu cara" tentulah salah satu saja dari sejumlah cara, berarti
bukan satu-satunya cara. Diluar cara keilmuan (scientific method) masih ada cara-
cara lain untuk mengetahui, dan tak ada pretensi bahwa cara keilmuanlah yang
paling unggul. Sebaliknya, justru ada kerendahan hati untuk mengakui bahwa
banyak pertanyaan yang tak dapat dijawab oleh ilmu.
Ilmu pengetahuan alam atau sains diambil dari kata latin scientia yang arti
harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus
ilmu pengetahuan alam atau sains. Sund dan Trowbrige merumuskan bahwa sains
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.4
Ilmu alam atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang
merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan
hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dan dimana pun. Orang

3 Ibid, hlm 5
4 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988, hlm 8

4
yang menekuni bidang ilmu pengetahuan alam disebut sebagai Saintis. Ilmu alam
terkait dengan istilah “positivistic” merujuk kepada pendekatan logis untuk
mempelajari alam semesta secara objektif, tidak hidup dan di dunia fisik. Ilmu
pengetahuan alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains,
ilmu pengetahuan jenis ini berbeda denagn ilmu pengetahuan sosial yang
menggunakan metode sains untuk mempelajari perilaku manusia dan masyarakat,
ataupun ilmu pengetahuan formal seperti matematika.
2. Objek Ilmu Alam
Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu tentang alam, maka obyek
penyelidikannya adalah semesta sejauh berada dalam waktu dan ruang. Ciri-ciri
dasar pertama yang menandai ilmu-ilmu kealaman adalah bahwa ilmu-ilmu itu
melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan registrasi
indrawi secara langsung. Data-data indrawi yang merupakan obyeknya, harus
dimengerti tepat menurut penampakannya. Bahan-bahan ini disaring, diselidiki,
diawasi, diidentifikasi dan diklarifikasikan secara ilmiah, yaitu digunakannya
instrumen-instrumen sebagai alat bantu. Ekperimentasi ilmu-ilmu kealaman
mampu menjangkau obyek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati, seperti
elektron dan multi-protein.
Ilmu-ilmu kealaman memperoleh suatu objektivitas yang khas, yaitu semata-
mata bersifat empiris-eksperimental. Suatu aksi tertentu dapat melahirkan reaksi
tertentu pula, hukum aksi reaksi ini berlangsung menurut sifatnya yang spesifik.
Oleh karena itu, eksperimen-eksperimen yang dilakukan dapat diulangi.
Kelebihan dari objek kelaman ini adalah jumlah variabelnya sangat terbatas dan
gejala fisik yang diamati pada umumnya seragam.
Apabila ilmu bertumpu pada landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis,
maka ilmu-ilmu kealaman ialah ilmu yang landasan ontologisnya alam. Artinya
realitas yang hendak diketahui melalui kegiatan keilmuan dalam disiplin ilmu-
ilmu kealan ialah alam: hakikatnya, rahasia-rahasia yang dikandungnya, dan
sebagainya.
Seperti ilmu pada umumnya atau setidak-tidaknya seperti ilmuilmu kealaman,
lebih khususnya-ilmu-ilmu kealaman yang menggarap alam nirnyawa misalnya
Fisika dan Kimia, mempunyai dua komponen. Kedua komponen itu ialah
komponen eksperimental dan komponen teoretis. Tanpa kehilangan kerampatan

5
(generality), selanjutnya kita akan memakai Fisika untuk mewakili berbagai ilmu
kealaman tentang alam nirnyawa.
3. Cabang-cabang Ilmu Alam
Sains dikelompokkan dalam dua golongan, ilmu murni (mempelajari benda-
benda) dan ilmu terapan (untuk tujuan-tujuan praktis), berikut ini yaitu:
a. Ilmu Bumi, yang termasuk didalamnya:
- Geologi: ilmu yang mempelajari tentang batuan-batuan, gempa bumi,
gunung berapi dan fosil
- Meteorologi: ilmu yang mempelajari tentang atmosfir dan cuaca
- Oceanograpi: ilmu yang mempelajari tentang gelombang, air pasang,
arus, muara, dan kehidupan laut
- Paleontologi: ilmu yang mempelajari tentang fosil hewan dan
tumbuhan
b. Ilmu Hayat, yang termasuk didalamnya:
- Anatomi: ilmu yang mempelajari tentang struktur, bentuk dan susunan
tubuh
- Bakteriologi: ilmu yang mempelajari tentang bakteri, perkembangan
dan tingkah lakunya
- Biologi: ilmu yang mempelajari tentang hewan dan tumbuhan, asal
mula, morfologi dan lingkungan
- Botani: ilmu yang mempelajari tentang dunia tumbuhan
- Ekologi: ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara benda hidup
dan lingkungan
- Kedokteran: ilmu yang mempelajari tentang pencegahan dan
pengobatan penyakit
- Farmakologi: ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan (pembuatan,
penggunaan, dan akibatnya)
- Fisiologi: ilmu yang mempelajari tentang fungsi dari benda hidup
- Psikologi: ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan
hewan yang berhubungan dengan otak
- Zoologi: ilmu yang mempelajari tentang dunia hewan
c. Ilmu Pasti dan Alam
- Matematika: ilmu yang mempelajari tentang menerangkan tentang
geometri, aljabar, dan aritmatika untuk data konkrit

6
- Statistik: ilmu yang memepelajari tentang keterangan berupa angka-
angka dan analisisnya
- Astronomi: ilmu yang mempelajari tentang benda-benda langit dan
peredarannya
- Elektronika: ilmu yang mempelajari tentang kegiatan elektron dalam
ruang hampa, dalam gas dan dalam semi konduktor serta aplikasinya.
- Fisika: ilmu yang mempelajari tentang sifat dan kegiatan materi dan
energi
- Kimia: ilmu yang mempelajari tentang sifat dan tingkah laku zat
- Mekanika: ilmu yang mempelajari tentang penemuan dan perancangan
mesin, pelaksanaannya dan perhitungannya
- Metalurgi: ilmu yang mempelajari tentang sistem kerja logam
(peleburan dan penyulingan)5
4. Metode Ilmu Alam
Alam yang menampakkan dirinya kepada kita (the world of appearance,
the phenomenal world) dipelajari oleh ilmu pengetahuan alam dengan suatu
metode sebagai berikut:
a. Pengamatan dengan seksama (observasi metodis)
b. Penggolongan (klasifikasi)
c. Analisa data atau fakta yang di peroleh dari observasi itu menurut
kecerdasan akal, dengan maksud menemukan hubungan yang logis antara
fakta itu dan memahami makna relatifnya
d. Menarik kesimpulan induktif dan deduktif dari hasil-hasil analisa itu
e. Penglukisan (deskripsi fungsional)
f. Percobaan (experimen atau observasi yang disengaja secara sistimatis).

Semua itu dilakuakn dengan cermat, dengan tujuan menempatkan alam


fisis empiris di bawah kekuasaan hukum, yang memungkinkan manusia
meramalkan apa yang terjadi dalam keadaan-keadaan tertentu. Metode yang
digunakan dalam ilmu alam bersifat siklus-empirik yang merujuk pada dua hal
pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya sesuatu kegiatan yang
dilaksanakan secara berulang-ulang, dan empirik yang merujuk pada sifat
bahan yang diteliti (bersifat indrawi).6
5 Ibid, hlm 23
6Ibid, hlm 27

7
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

8
Dari uraian di atas dapat disimpulkan Paradigma merupakan konstruk berpikir
yang mampu menjadi wacana untuk temuan ilmiah yang dalam konseptualisasi khun
menjadi wacana untuk temuan ilmiah baru. Paradigma ini sesungguhnya bukan hal
yang baru. Paradigma ini telah dipratikan oleh para ilmuan muslim klasik seperti Ibn
Sina, al-Kindi, dan al-Farabi. Mereka mempelajari ilmu-ilmu Yunani yang
disesuaikan dengan anjuran wahyu. Kedua corak ilmu pengetahuan itu diikat dalam
satu kesatuan oleh wahyu. Mereka mempelajari semua ilmu dan kemudian
mendialogkannya hingga saling memperkaya. Prinsip-prinsip paradigma Wahdat al-
Ulum (Unity of Sciences) adalah sebagai berikut: Integrasi, Kolaborasi, Dialektika,
Prospektif dan Pluralistik. Dalam hal strategi untuk mengimplemetasikan paradigma
Unity of Sciences itu, terdapat tiga strategi yakni humanisasi ilmu-ilmu keislaman,
spiritualisasi ilmu-ilmu modern dan revitalisasi local wisdom.

Ilmu alam adalah ilmu yang mempelajari alam dengan seluruh unsur-
unsurnya, ia bersifat lebih objektif, matematis, dan berdasarkan bukti-bukti empiris
serta perhitungan, kelemahannya cenderung lambat, statis dan itu-itu saja. Pada ilmu
kealaman diatas disebutkan pula objek ilmu alam, objek dan metode ilmu alam. Jadi
dapat juga dikatakan bahwa ilmu alam mengkaji alam yang menjadi tempat hidup
bagi manusia itu sendiri.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun semoga bermanfaat bagi pembaca dan
pemakalah sendiri untuk mampu mengetahui lebih dalam inspirasi dan peluang bisnis.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

9
Fanani, Muhyar. 2015. Paradigma Kesatuan Ilmu Pengetahuan. Semarang : Karya
Abadi Jaya.

Kuhn, Thomas. 1989. Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung :


Remadja Karya.

S. Suriasumantri, Jujun. 1988. Ilmu Pengetahuan dan Metodenya. Jakarta :


Yayasan Obor Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai