Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2. 1 Media dalam Konteks Perkembangan Antropologi

Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi (Cangara, 2006 : 119), media disebut juga sebagai
alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia,
maka media yang paling dominasi dalam berkomunikasi adalah pancaindera manusia seperti
mata dan telinga. Pesan–pesan yang diterima selanjutnya oleh pancaindera selanjutnya
diproses oleh pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu,
sebelum dinyatakan dalam tindakan. Selain itu, Association of Education and Communication
Technology (AECT), mengatakan bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah alat, sarana,
perantara, dan penghubung untuk menyebar, membawa atau menyampaikan sesuatu pesan
(message) dan gagasan kepada penerima. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa media
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perbuatan, minat serta perhatian masyarakat sedemikian rupa
sehingga masyarakat atau dalam hal ini konsumen media menjadi agen yang aktif dalam
mengamati, mengkritisi, dan mengambil pelajaran dari setiap isu yang disiarkan media.

Sejarah antropologi media mencatat bahwa sudah sejak lama media massa dianggap tabu
dalam Antropologi. Faye Ginsburg (2003) mengungkapkan bahwa para antropolog
beranggapan bahwa media massa kurang menggambarkan fakta-fakta sosial atau fenomena
budaya secara akurat. Hal ini karena keterbatasan media massa sebagai alat penyampaian
informasi.

Dalam tradisi Antropologi, fokus pembahasan berasal dari dimensi masa lalu (past),
sedangkan media massa bersifat kekinian (present). Dalam tradisi Antropologi, masalah yang
dibahas adalah hal-hal yang bersifat ‘exotic’, sedangkan media massa bersifat ‘ordinary’.
Dengan latarbelakang seperti itu, para Antropolog berpendapat bahwa dua ilmu yang bertolak
belakang tidak mungkin bisa dipadukan. Kehadiran media massa dalam Antropologi akan
mengkikis tradisi Antropologi secara perlahan. Namun pada perkembangan selanjutnya, para
antropolog mulai membuka diri. Mereka meyakini bahwa media massa memiliki andil besar
pada perkembangan kebudayaan. Kajian Antropologi yang semula bersifat konvensional &
tradisional, perlahan mulai mengkaji hal-hal yang bersifat modern. Perubahan zaman
membuat Antropologi perlu menyesuaikan diri agar ilmu yang holistik itu dapat sesuai
dengan kekinian. Proses penyesuaian inilah yang kemudian mendorong lahirnya Antropologi
Media.

Coman & Rothenbuhler (2005) mengungkapkan bahwa point of view dari kajian antropologi
media antara lain:

1. Antropologi media berkembang dari masyarakat modern.

2. Budaya berubah menjadi kajian media (media studies).

Jadi, kajian Antropologi Media pada dasarnya membahas tentang konstruksi simbol-simbol
budaya dalam kehidupan sehari-hari yang dipertukarkan oleh media massa. Konstruksi
simbol-simbol tersebut meliputi pesan-pesan, gagasan, ideologi, nilai-nilai, dan sebagainya.
Banyak riset menunjukkan bahwa perkembangan budaya dunia berbanding lurus dengan
produksi dan konsumsi budaya itu sendiri. Perkembangan budaya sangat tergantung pada
aktor-aktor produksi dan konsumsi budaya.

2.2 Politik dan kekuasaan

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain:

1. politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama (teori klasik Aristoteles)
2. politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
3. politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan
kekuasaan di masyarakat
4. politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan
publik.
Kehidupan manusia di dalam bermasyarakat setidaknya dalam era modern ini selalu
berada dalam rangkaian pengaruh sistem politik dan bernegara. Sebagai salah satu bentuk
peran dan pemenuhan kebutuhan berorganisasi dan pembagian kekuasaan dalam pranata-
pranata yang ada di dalam kehidupan masyarakat adalahpranata politik itu sendiri. Dalam
konteks era saat ini, setidaknya setiap warga masyarakat dalam bernegara selalu
bersentuhan denganpolitik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses
pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik
politik yang terjadi dalam realitas sosial-budaya.Jika secara tidak langsung, hal ini
memberikan gambaran bahwa individu atau kelompok tersebut sebatas mendengar
informasi, atau berita- berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Apabila secara
langsung, berarti individu atau kelompok tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

Redcliffe Brown, menulis pada kata pengantar buku African Political System dari  M.
Fortos dan E.E. Evan Pitchard :

"organisasi politik adalah organisasi yang melaksanakan aktifitas sosial yang


menyangkut penjagaan keteraturan dan stabilitas masyarakat dalam suatu wilayah
tertentu, dengan menggunakan kekuasaan dan kalau perlu kekerasan secara absah".

Brown juga menyatakan pendapatnya mengenai budaya dalam kaitannya dengan politik
sebagai suatu sikap orientasi yang khas dari suatu masyarakat terhadap sistem politik.
Budaya politik adalah salah aspek dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat
istiadat, tahayul dan mitos dalam suatu populasi tertentu. Kesemuanya dikenal dan diakui
sebagian besar masyarakat yang memberikan rasionalisasi untuk menolak atau menerima
nilai-nilai atau norma lain.Sehingga bisa dikatakan bahwa politik juga telah menelusuk
kedunia agama,kegiatan ekonomi, sosial; kehidupan pribadi dan sosial secara luas dan
memberikan corak suatu masyarakat dalam mengoperasionalisasikan caranya dalam
menghadapi suatu masalah-masalah politik, semisal masalah legitimasi, pengaturan
kekuasaan,proses pembuatan kebijakan pemerintah, dinamika partai politik, perilaku
aparatnegara serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Ilmu politik
pada umumnya lebih menekankan perspektif politik pada salahsatu unsur yang ada dari
berbagai unsur-unsur dalam kebudayaan.

Masalah politik bahkan kemudian cenderung untuk dilihat terpisah sebagai induk dalam
pemahaman realitas sosial seperti bagian dalam pranata politikyakni sistem pemerintahan
dan administrasi birokrasi dalam masyarakat bernegara yang justru kemudian
membiaskan suatu konsep dimana masyarakat dan individu dikonsepsikan sebagai
subjek yang memiliki orientasi pemahaman terhadap negara sesuai dengan subjektifitas
budayanya atau malah sepertinya tak bernegara sama sekali seperti dalam masyarakat
tradisional.
Pendefinisian secara hakikat politik :

- Hakikat politik itu adalah kekuasaan

- Politik berkaitan dengan aktivitas

a. perjuangan untuk memperoleh kekuasaan

b. teknik menjalankan kekuasaan

c.masalah-masalah pelaksanaan dan kontrol kekuasaan

d.pembentukan dan penggunaan kekuasaan

2.3 Peran media dalam isu politik

Sarah Dickey (1997) menjelaskan bahwa media membentuk suatu objek yang hidup
dalam proses pembuatan oleh produsen dan konsumen sendiri memiliki peran dalam
membangun makna secara keseluruhan dalam arti memberikan perspektif menurut
konsumen masing – masing. Pemahaman dalam konteks media dibedakan dalam
penciptaan dan pemanfaatan media yang melibatkan produsen dan konsumen mengingat
media memiliki fungsi untuk memberikan gambaran persuasif terlebih dalam lingkungan
politik.

Media dipengaruhi oleh faktor politik dimana tampilan-tampilan yang ada biasanya tidak
sesuai dengan realita yang ada. hal ini tergantung oleh pemegang kekuasaan dan yang
memiliki uang, biasanya dimana tayangan-tayangan yang ada terkadang suka dilebih-
lebihkan dan dikurang-kurangkan tergantung pada suatu tujuan yang dominan. Konsumsi
masyarakat yang sangat amat konsumtif pada media membuat rusaknnya nilai-nilai
budaya yang ada di sekitar masyarakat, masyarakat mudah terpengaruh oleh teks-teks
berita, logo-logo iklan dan sebagainya yang dibuat semenarik mungkin oleh para
pemegang kepentingan.

Apakah semua ini menunjukan bahwa media merubah alasan untuk pengorganisasian
politik dan ideologisasi, proses membangun mereka sendiri serta imajiner mereka sendiri
dan hubungan media dan kegiatan yang ada merupakan alasan untuk analisis budaya
serta produksi sosial.
Daftar Pustaka :

Dickey, Sara. 1997. Anthropology and it’s Contributions to Studies of Mass Media.

Fortos, M. & E.E. Evan Pitchard. 1940. African Political System.

Coman, Mihai. 1997. Journal of Media Anthropology. University of Bucharest : Romania.

Cangara. 2006. Buku Pengantar Ilmu Komunikasi. hlm 119

Faye Ginsburg (2003)

Eislein & Topper (1976)

6. Coman & Rothenbuhler (2005)

Anda mungkin juga menyukai