Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANALISIS SOSIALISASI POLITIK DAN BUDAYA


POLITIK MELALUI MEDIA SOSIAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Dasar-Dasar Ilmu Politik dengan
tema sosialisasi politik dan budaya politik

Dosen Pengampu: Dr. Auradian Marta, S.IP, M.A


Disusun oleh:

Program Studi Ilmu Pemerintahan


Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Riau
Pekanbaru 2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala rahmat-Nya,sehingga pada hari ini penyusun dapat menuntaskan
makalah kami yang berjudul “Partai Politik Sebagai Sarana Sosialisasi Politik” untuk
memenuhi tugas Dasar-dasar Ilmu Politik agar peembelajaran terlaksana dengan baik dan
makalah selesai pada waktunya.

Adapun tujuan daripada pembuatan makalah ini ialah untuk menambah wawasan,
kreatifitas, ilmu pengetahuan mahasiswa dan untuk menelaah lebih dalam lagi perihal
kelompok kepentingan dalam pembuatan keputusan politik.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik isi maupun
penyajiannya serta mungkin terdapat kelemahan pada penyusunan makalah ini.

Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun
untuk makalah ini pada masa yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan .
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosialisasi adalah proses memberitahukan dan memberikan pemahaman pada
masyarakat luas akan suatu hal yang bersifat penting. Lalu bagaimanakah dengan
sosialisasi politik?Sosialisasi politik adalah pembelajaran politik agar masyarakat dapat
mengembangkan sikap, nilai, keyakinan, pendapat, dan perilaku yang kondusif untuk
menjadi warga negara yang baik di negaranya.

Sedangkan budaya politik adalah nilai-nilai, sikap, dan kepercayaan dari


masyarakat tertetu yang diperoleh melalui sosialisasi dan memengaruhi perilaku
politik.Budaya politik juga didefinisikan sebagai sistem kepercayaan, simbol ekspresif,
dan nilai nilai yang menggambarkan situasi di mana tindakan politik dilakukan.

Budaya politik suatu Negara dapat dilihat dari karateristiknya. karateristik


budaya politik secara umum adalah adanya pola perilaku pejabat maupun aparat
pemerintahan dalam sebuah Negara, adanya kebiasaan politik yang berkaitan dengan
proses legitimasi, adanya kekhasan aturan kekuasaan dalam pemerintahan, baik di pusat
maupun di daerah, adanya gejolak di masyarakat dalam menyikapi berjalannya
kekuasaan di sebuah Negara, dan lain lain. Budaya politik yang berkembang di sebuah
negara sangat bergantung pada orientasi atau persepsi politik yang diterima atau dimiliki
oleh masyarakatnya.

B. Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah sosialisasi politik di Indonesia?
b) Bagaimanakah budaya politik di Indonesia?

C. Tujuan
a) Agar dapat memahami sosialisasi politik di Indonesia
b) Agar dapat memahami budaya politik di Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori-Teori Dasar
Landasan teori adalah bagian dari penelitian yang memuat teori-teori dan hasil-hasil
penelitian yang berasal dari studi kepustakaan yang memiliki fungsi sebagai kerangka
teori untuk menyelesaikan pekerjaan penelitian.Landasan teori juga sering disebut
kerangka teori.

a) Pengertian Analisis
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatau peristiwa untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya.

Menurut Dwi Prastowo Analisis diartikan sebagai penguraian suatu pokok atas
berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri,serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

b) Pengertian Politik
Menurut Prof.Miriam Budiarjo,Politik adalah usaha untuk mencapai
kehidupan yang baik.Politik juga berarti usaha untuk menentukan peraturan-peraturan
yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat,supaya dapat membawa masyarakat
dalam kehidupan yang harmonis.

c) Pengertian Pemerintah
Menurut DR.H.Inu Kencana Syafiie,M .Si ,Pemerintahan adalah suatu ilmu
dan seni.Pemerintahan dikatakan sebagai seni karena banyak pemimpin pemerintahan
yang tanpa pendidikan pemerintahan mampu berkiat serta dengan kharismatik
menjalankan roda pemerintahan.
Pemerintah juga dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan,adalah karena
memenuhi syarat-syaratnya yaitu dapat dipelajari dan diajarkan,memiliki objek,baik
objek material maupun forma,universal sifatnya,sistematis,serta spesifik.

d) Pengertian Masyarakat
Terdapat beberapa pengertian masyarakat menurut para ahli.Adam Smith
mengemukakan bahwa sebuah masyarakat dapat terdiri dari berbagai jenis manusia
yang berbeda,yang memiliki fungsi yang berbeda(as among different merchants),yang
terbentuk dan dilihat hanya dari segi fungsi bukan dari rasa suka maupun cinta dan
sejenisnya.
Masyarakat adalah sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang
sama,relative independent dengan orang-orang di luar wilayah itu,dan memiliki
budaya yang relatif sama.(John J.Macionis,1997).
Adapun menurut Max Weber pengertian masyarakat adalah suatu struktur atau
aksi yang ada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada
warganya Ahli Sosiologi dan bapak sosiologi modern, Emile Durkheim,
mengakatakan bahwa masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu
yang merupakan anggota-anggotanya.

e) Pengertian Media Sosial


Media sosial yaitu sebuah medium di internet yang memungkinkan
penggunanya untuk merepresentasikan diri dan melakukan interaksi, bekerja sama,
berbagi, komunikasi dengan pengguna lain dan membentuk ikatan sosial secara
virtual (Nasrullah, 2015:11).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sosialisasi Politik di Indonesia
Sosialisasi politik diartikan oleh Marshall (dalam Owen 2008, 4) sebagai
penyampaian pola melalui tindakan, hukum dan norma, serta budaya politik melalui
sejumlah agen sosialisasi seperti keluarga, institusi pendidikan, teman sebaya (peer),
media massa, institusi politik, kelompok organisasi, kelompok agama, Indonesian Journal
of Sociology and Education Policy Yovita Octafitria 18 dan militer.
Sosialisasi memiliki peran penting dalam mendorong keterlibatan kaum muda dalam
politik (Ahmeed 2014; Sarwoprasodjo 2009; Moeller 2013; Floss 2008). Berbagai media
telah digunakan untuk melakukan sosialisasi politik pada kaum muda seperti keluarga,
pendidikan, lembaga pemerintah, dan media massa (Sarwoprasodjo 2009; Schwarser
2011; Lee Shah dan McLeod 2012). Keberhasilan sosialisasi politik dapat dilihat dari
bagaimana kaum muda menerima pesan yang disampaikan. Hal ini terkait dengan apa
yang diberikan dan bagaimana agen sosialisasi menyampaikan hal tersebut. Lee Shah dan
McLeod (2012) mengemukakan kemampuan komunikasi atau pendekatan sebagai salah
satu faktor keberhasilan dalam upaya menyampaikan sosialisasi politik.
Peran agen sosialisasi lainnya yaitu media sosial.Kaum muda jauh lebih tertarik pada
media sosial karena konten dan pendekatan yang dilakukan melalui media sosial berbeda
dengan agen sosialisasi lainnya.Konten yang tersedia dalam media sosial memberikan
kebebasan pada kaum muda untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan.Selain
itu, media sosial juga mampu untuk memfasilitasi keterbukaan berpendapat yang
mendorong kaum muda untuk berpartisipasi. Salah satu contoh mensosialisasikan secara
efektif yaitu dengan
B.Budaya Politik
Menurut Kantapriwa (1988),budaya politik tidak lain dari pola tingkah laku individu
dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu
sistem politik.Masuknya teknologi maju dan pertukaran atau kontak dengan
kebudayaan luar,boleh jadi akan terjadi keadaan yang tidak harmonis atau keadaan
mengubah kearah keseimbangan yang baru dan lebih harmonis
Budaya Politik didefinisikan oleh Almond dan Verba(1963) sebagai suatu sikap
orientasi yang khas suatu warga Negara terhadap peranan warga Negara di dalam
sistem itu.Pengertian budaya politik ini membawa pada suatu konsep yang
memadukan dua tingkat orientasi politik,yaitu orientasi sistem dan orientasi
individu.organisasi politik(negara) hendaknya memiliki orientasi yang bertujuan
mengupayakan kesejahteraan warga negara.Aspek individu dalam orientasi politik
hanya sebgai pengakuan pada adanya fenomena dalam masyarakat tertentu yang
semakin mempertegas bahwa masyarakat secara keseluruhan tidak dapat terlepas dari
orientasi individu.Artinya,hakikat politik sebenarnya bukan berorientasi pada individu
pemegang kekuasaan dalam politik,melainkan kesejahteraan rakyat yang menjadi
orientasinya.
Konsep budaya politik yang didefinisikan oleh Almond dan Verba di atas sebagai
suatu sikap orientasi yang khas dari warga Negara terhadap sistem politik dan aneka
ragam bagiannya,dan sikap terhadap peranan warga Negara di dalam sistem itu,dapat
mengandung pemahaman yang luas.Pengertian budaya politik ini membawa pada
suatu pemahaman konsep yang memadukan dua konsep politik,yaitu orientasi sistem
dan orientasi individu.Aspek individu dalam orientasi politik hanya sebgai pengakuan
pada adanya fenomena dalam masyarakat tertentu yang semakin mempertegas bahwa
masyarakat secara keseluruhan tidak dapat terlepas dari orientasi individu.
Hakikat politik sebenarnya berorientasi pada individu pemegang kekuasaan dalam
politik,melainkan kesejahteraan rakyat yang menjadi orientasinya.Kesejahteraan
rakyat menjadi tujuan dari politik dalam Negara.
Dalam pemahaman dan pengertian lain, budaya politik merupakan sistem nilai
dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Namun, setiap unsur
masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan
para elitenya. Seperti juga di Indonesia, menurut Benedict R.O’G Anderson,
kebudayaan Indonesia cenderung membagi secara tajam antara kelompok elite dengan
kelompok massa. Kedua jenis kelompok yang nyata ada dalam Negara Indonesia,
dipastikan memiliki pola budaya politik yang berbeda pula.
Mengenai objek politik dalam pembahasan mengenai budaya politik menurut
Almond dan Verba (1963) mencakup tiga komponen: kognitif, afektif dan evaluatif.
Kognitif digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang mengenai
jalannya sistem politik, tokoh-tokoh pemerintahan, kebijaksanaan yang mereka ambil,
atau mengenai simbol-simbol yang dimiliki sistem politiknya secara
keseluruhan.Dalam pemahaman pada komponen ini, lebih menyoroti pada seberapa
besar seseorang mengetahui tentang sistem politik dan bagian-bagian yang ada di
dalamnya.Komponen afektif berbicara tentang aspek perasaan seorang warga Negara
yang dapat membuatnya menerima atau menolak sistem politik tertentu sikap yang
telah lama tumbuh dan berkembang dalam keluarga atau lingkungan seseorang juga
dapat mempengaruhi pembentukan perasaan tersebut. Sehingga kondisi tersebut akan
terus terbawa dalam perilaku dan cara bersikap terhadap jalannya proses dalam sistem
politik.Komponen evaluatif ditentukan oleh evaluasi moral yang dimiliki
seseorang.Di sini,nilai moral dan norma yang dianut dapat menentukan serta menjadi
dasar sikap dan penilaiannya terhadap sistem politik.Oleh karena itu,diperlukan
penanaman nilai-nilai moral bagi masyarakat,agar dapat menilai dan memihak dengan
benar dan arif,salah satunya melalui institusi pendidikan.Ketiga komponen dalam
objek politik yang menjadi bagian dari indicator menilai seberapa besar tingkat
budaya politik yang melekat dalam warga negara tersebut.
Bila dikaitkan dengan warga Negara sebagai individu,maka konsep budaya politik
pada hakikatnya berpusat pada imajinasi(pikiran dan perasaan) manusia yang
merupakan dasar semua tindakan.Oleh karena itu,dalam menuju arah pembangunan
dan modernisasi dalam penyelenggaraan Negara,suatu masyarakat akan menempuh
jalan yang berbeda antara satu masyarakat dengan yang lain dan itu terjadi Karena
peranan kebudayaan sebagai salah satu factor.Budaya politik ini dalam suatu d erajat
yang sangat tinggi dapat membentuk aspirasi,harapan,preferensi,dan prioritas tertentu
dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan sosial politik.Setiap
masyarakat memiliki common sense yang bervariasi dari satu kebudayaan dengan
kebudayaan yang lain ,yang berimplikasi pada perbedaan presepsi tentang
kekuasaan,partisipasi,pengawasan(control) sosial,serta kritik masyarakat.Pengaruh ini
akan tyerus terbawa dalam aktivitas politik dalam pengambilan keputusan politik
dalam pemilu,pilkada maupun cara berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
politik,sosial,dan pembangunan.
Keluaran dari proses politik yang berlangsung dapat mencirikan tingkat budaya
politik warga masyarakat tersebut.

Dalam teori politik Affan Gaffar (2005) dalam teori politiknya mengemukakan bahwa
budaya politik masyarakat Indonesia terbagi menjadi tiga.Budaya politik yang terbagi
tiga itu terdiri dari hierariki tegar,patronage (patron-client), dan neo
patrimonialistik.Hierarki yang tegar memilahkan dengan mengambil jarak antara
pemegang kekuasaan dengan rakyat sehingga kalangan birokrat sering menampakkan
diri dengan self-image yang bersifat benevolent.Seolah-olah mereka sebagai
kelompok pemurah,baik hati,dan pelindung rakyat,sehingga ada tuntutan rakyat harus
patuh,tunduk,dan setia pada penguasa.Perlawanan terhadap penguasa akan menjadi
ancaman bagi rakyat.Lebih tragis lagi,suatu upaya untuk melindungi hak mereka
sendiri pun diartikan sebgaai perlawanan pula.Dalam pemahaman budaya politik yang
bersifat hierarki tegar maka pola hubungan yang terjadi terpoisahkan antara
penguasa(Negara) dan yang dikuasai(rakyat).Budaya politik patronage menurut
gaffar sebagai budaya yang paling menonjol di Indonesia.Pola hubungan dalam
budaya politik patronage ini bersifat individual,yakni antara si patron dan si
client,majikan dan pembantu,atasan dan bawahan.Antara keduanya terjadi interaksi
yang bersifat resiprokal atau timbal balik dengan mempertukarkan
kekuasaan,kedudukan,jabatan dengan tenaga,dukungan,materi,dan loyalitas.Budaya
politik ini menjadi salah satu penyebab maraknya praktik KKN dan ketidakadilan
dalam masyarakat.
Selanjutnya adalah budaya politik neo-patrimonalistik karena Negara memiliki atribut
yang bersifat modern dan rasionalistik,seperti birokrasi di samping juga
memperlihatkan atribut yang bersifat patrimonalistik.Ini mengandung pemahaman
bahwa Negara modern dan rasional akan didukung oleh b irokrasi,namun d alam
praktiknya pola tradisional dengan ciri-ciri patrimonalistik tetap ada dalam
penyelenggaraan Negara.
Nurcholish Madjid (1999) menyatakan,’’sistem politik yang sebaiknya
diterapkan di Indonesia adalah sistem politik yang tidak hanya baik untuk
kelompok,tetapi yang sekiranya juga akan mebawa kebaikan untuk semua anggota
masyarakat Indonesia’’.cita-cita politik seharusnya bertujuan untuk mewujudkan
kebaikan bersama secara kemanusiaan,tidak hanya menguntungkan kelompok atau
golongan,terlebih individu tertentu sebagai pemegang kekuasaan.Apupun budaya
polik yang dianut,yang terpenting bahwa penguasa politik jangan menjauh dari
realitas rakyat yang telah memilihnya.
Dapat diasumsikan bahwa budaya politik masyarakt idealnya tetap
sebagaipola orientasi dan sikap yang mampu berkontribusi melalui tindakan-tindakan
konstruktif dalam sistem politik.Pemilihan umum yang damai,pilkada yang tidak
bergejolak dan semakin berkurangnya konflik politik di masyarakat,menjadi ciri
bahwa budaya politik semakin membaik.Kondisi tersebut akan berdampak secara
positif dalam proses pembangunan yang dilakukan pemerintahan yang terpilih.Namun
fenomena yang sering terjadi,sebagai missal pasca pemilu 2004 atau 2009 atau
pilkada sepanjang tahun 2006 sampai 2010 ini,menunjukan bahwa setelah
memenangkan pemilu atau pilkada dan berhasil menjadi pemimpin,mereka lupa diri
dan bahkan mereka tidak lagi peduli pada rakyat.Bila kekuasaan masih didominasi
oleh sistem feudal dan patrimonial-irrasional,maka demokrasi yang didambakan oleh
setiap orang akan sulit terwujud.Budaya politik yang seperti tersebut sangat tidak
mendukung terhadap budaya demokratisasi dalam penyelenggaraan Negara
Indonesia .Sampai saat ini kondisi budaya politik Indonesia masih jauh dari ideal.Ini
merupakan permasalahan yang harus terus diupayakan menjadi semakin baik dan
terbangun secara konstruktif.
Contoh dari Media Sosial dan Budaya Politik Generasi Milineal
Internet dan media sosial saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia terlebih untuk warga ekonomi
menengah ke atas dan generasi-generasi muda yang dikategorikan sebagai generasi
milineal.
Media masa berbasis cetak atau elektronik seperti Koran,majalah,radio,atau televise
semakin ditinggalkan oleh warg karena beberapa alas an di antaranya media cetak
tidak efisien lagi dari segi harga seperti halnya dengan konten media tersebut yang
tidak update seperti halnya media berbasis online. Media sosial sudah menjadi bagian
penting dari kehidupan masyarakat khusunya generasi milineal.Penggunaannya yang
begitu massif bukan saja dimanfaatkan untuk kebutuhan sosial melainkan juga untuk
kepentingan ekonomi,bisnis,sampai pada kepentingan politik.Pemilu adalah
Generasi milineal secara sederhana diartikan sebagai generasi yang lahir pada tahun
1980-an sampai pada akhir tahun 1990-an,(Mannheiml &
keckskemeti,1955).Generasi ini menjadi bagian atau segmen masyarakat yang paling
banyak menjadi pengguna sosial media berbasis internet.Intensitas generasi milineal
dalam menggunakan teknologi informasi berbasis internet telah menjadi trend
sekaligus rutinitas yang kadang kala mengambil sebagian besar waktu produktif
generasi milineal.
Media sosial sebagai salah satu feature dalam teknologi informasi berbasis interet
secara praktis,dan pada akhirnya media sosial menjadi wadah yang sangat efektif
umtuk dijadikan sebagai media untuk melakukan penyebaran
informasi,pengembangan pengetahuan,wadah pertukaran informasi,pengembangan
usaha,maupun iklan layanan masyarakat dan yang terpenting kampanye politik.
Media sosial berbasis internet yang menjadi favorit masyarakat banyak serta dijuluki
media sosial dengan pengguna terbanyak adalah
Facebook,Twitter,Whatsapp,Instagram,dan blog .Media sosial tersebut secara mudah
mudah dan murah dapat di akses melalui telepon genggam dengan fasilitas
android.Pada satu sisi,Media sosial berbasis internet ini dimantaaftakn secara positif
oleh generasi milineal dalam mengembangkan pengetahuan dan kapabilitasnya pada
berbagai sektor kehidupan.
salah satu moment politik dimana media sosial seperti facebook dan whatsapp untuk
kepentingan politik.Media sosial beserta kontennya menjadi instrument penting dalam
membentuk pola perilaku politik generasi.Peran itu antara lain ditunjukkan bahwa
generasi milineal saat ini tidak bisa dilepaskan dari media sosial.Dan konten media
sosial memberikan pendidikan politik baik terkait dengna teknis pelaksanaan pemilu
maupun visi-misi para kandidat,serta generasi milineal memiliki komunitas yang
menjadi wadah untuk berdisksi terkait konten media sosial itu.

Anda mungkin juga menyukai