Anda di halaman 1dari 17

The Media

 Media-Audience theories
 Media and social construction
 Impact Media on contemporary
Life
Komunikasi Massa
 komunikasi massa yaitu pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
kepada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated
through a mass medium to a large number of people) (Bittner dalam Rakhmat
1985, 176)
 Unsur-unsur Komunikasi Massa: a) komunikator, b) Media massa, c)
Informasi/pesan, d) gatekeeper, e) khalayak/audiens, e) efek
 Massa adalah sasaran komunikasi massa yang memiliki unsur-unsur: 1)
jumlahnya banyak; 2) tidak bisa dibedakan satu samalainnya;3) sebagian besar
memiliki image negatif terhadap berita;4) susah diorganisir; 5) merupakan
refleksi kehidupan sosial yang luas
Komunikasi Massa dan Audiens

 Fungsi Komunikasi Massa: 1) Fungsi Pengawasan; 2) Social Learning; 3)


Penyampaian Informasi; 4) Transformasi Budaya; 5) Hiburan
 Littlejohn menyebut proses komunikasi massa dengan konsep media
encoding, yaitu proses di mana organisasi media memediakan pesannya
kepada khalayak.
 Ada dua tujuan organisasi media dalam berkomunikasi dengan
khalayaknya, pertama dalam rangka membuka isolasi komunikasi antar
penduduk dunia dan kedua untuk perubahan penting dalam organisasi dan
fungsi masyarakat.
 organisasi media sangat memperhitungkan audiens sebagai komponen penting
ketika mereka melakukan proses encoding terutama dalam kaitannya dengan
variabel-variabel the major needs and interests, social categories, and the social
relationships.
 Isi media ada tiga kategori (De Fleur & Rokeach 1982, 173) terdiri dari :
1. low-taste content (isi yang berkontribusi terhadap penciptaan selera rendah
dan perusakan moral, misalnya seperti pornografi, drama-drama kriminal,
komik-komik kriminal atau musik sugestif);
2. nondebated content (isi yang sifatnya tidak mengancam standard moralitas,
misalnya laporan ramalan cuaca atau musik simpony yang tidak populer;
3. high-taste content : isi media yang bersifat kritis yang disampaikan dengan
“in better taste”, misalnya seperti musik serius, drama canggih, diskusi politik
dan acara lain yang sifatnya sebagai lawan dari low-taste content.
Komunikasi Massa
sebagai sistem sosial
Komunikasi Massa sebagai sistem sosial memiliki komponen-komponen penting,
yaitu:
1. Narasumber /komunikator media massa
2. Khalayak yang mengonsumsi media massa
3. Media Massa yang mencakup institusi media, SDM, fasilitas produksi dll
4. Aturan hukum, norma, kode etik.
5. Institusi samping yang bekontribusi terhadap kegiatan komunikasi massa,
misalnya badan sensor, periklanan, percetakan, dll
6. Unsur-unsur penunjang lainnya (produsen teknologi, kondisi politik dll)
Media-Audience theories
 The Hypodermic Needle Model, dibuat pada tahun 1920-an. Teori inilah
yang pertama kali mencoba menjelaskan bagaimana khalayak massa
“might react to mass media”. Teori ini menunjukkan bahwa, sebagai
penonton, kita dimanipulasi oleh pembuat teks media itu sendiri, dan
bahwa perilaku kita dan pemikiran kita mungkin dengan mudahnya diubah
oleh pembuat media
 Dependency Theory (teori ketergantungan) berasumsi bahwa semakin
seseorang menggantungkan kebutuhannya untuk dipenuhi oleh
penggunaan media, semakin penting peran media dalam hidup orang
tersebut, sehingga media akan semakin memiliki pengaruh kepada orang
tersebut
 The Hypodermic Needle Model, dibuat pada tahun 1920-an. Teori inilah
yang pertama kali mencoba menjelaskan bagaimana khalayak massa
“might react to mass media”. Teori ini menunjukkan bahwa, sebagai
penonton, kita dimanipulasi oleh pembuat teks media itu sendiri, dan
bahwa perilaku kita dan pemikiran kita mungkin dengan mudahnya
diubah oleh pembuat media
 Dependency Theory (teori ketergantungan) berasumsi bahwa semakin
seseorang menggantungkan kebutuhannya untuk dipenuhi oleh
penggunaan media, semakin penting peran media dalam hidup orang
tersebut, sehingga media akan semakin memiliki pengaruh kepada orang
tersebut
 Stimulating Effects (Aggressive Cues) Theory: terpaan terhadap rangsangan-
rangsangan agresif akan meningkatkan level dorongan emosi dan kejiwaan
seseorang, dan selanjutnya ini dengan sendirinya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya perilaku agresive seseorang itu.
 Observational Learning Theory: Pesan-pesan televisi atau bentuk-bentuk lainnya
dari media kekerasan, meningkatkan kemungkinan tingkat agresifitas khalayak
yang bukan hanya melalui penyediaaan kesempatan bagi khalayak untuk belajar
agresi, tetapi juga melalui penyampaian tokoh yang memerankan kekerasan yang
menjadi contoh bagi khalayak
 Hal yang sama terkait dengan asumsi para pengamat tadi, juga dijelaskan Berkowitz
melalui Stimulating Effects (Aggressive Cues) Theory-nya. Sebagaimana dikatakan, terpaan
terhadap rangsangan-rangsangan agresif akan meningkatkan level dorongan emosi dan
kejiwaan seseorang, dan selanjutnya ini dengan sendirinya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya perilaku agresive seseorang itu. (dalam De Fleur & Rokeach
1982, 203)
 Bandura dan Walters melalui Observational Learning Theory-nya. Sebagaimana dijelaskan
teori tersebut, bahwa pesan-pesan televisi atau bentuk-bentuk lainnya dari media
kekerasan, meningkatkan kemungkinan tingkat agresifitas khalayak yang bukan hanya
melalui penyediaaan kesempatan bagi khalayak untuk belajar agresi, tetapi juga melalui
penyampaian tokoh yang memerankan kekerasan yang menjadi contoh bagi khalayak
(dalam De Fleur & Rokeach 1982, 203).
Media and Social Construction

 paradigma definisi sosial berpandangan bahwa manusia adalah aktor yang kreatif
dari realitas sosialnya. Tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh
norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya, yang semuanya
tercakup dalam fakta sosial.
 media massa menjadi sangat substansi dalam proses eksternalisasi, subjektivasi,
dan internalisasi dalam mengkonstruksi realitas sosial
 Posisi konstruksi sosial media massa adalah mengkoreksi kelemahan dan
melengkapi konstruksi sosial atas realitas, dengan menempatkan seluruh
kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan konstruksi sosial media
massa atas konstruksi sosial relitas.
 Bagi kalangan masyarakat tertentu khususnya tokoh, pemuka
masyarakat, media massa merupakan insfrastruktur kekuasaan
(power). Adapun kebijakan perundang-undangan, peraturan, dan
lainnya, merupakan refleksi dari keterlibatan kalangan “dominant
class”.
 Di lain pihak, kalangan masyarakat (subordinate class)
menghadapkan media massa sebagai alat kontrol sosial dan
perubahan. Dengan demikian jelas sekali bahwa media massa
dihadapkan suatu dilema, yakni menghadapi berbagai benturan
kepentingan.
Asumsi-asumsi Teori Konstruksi Sosial Berger dan Luckmann adalah:
 Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan konstruksi sosial
terhadap dunia sosial di sekelilingnya.
 Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat pemikiran itu timbul,
bersifat berkembang dan dilembagakan.
 Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus.
 Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang
terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak
bergantung kepada kehendak kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai
kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik.
Berger dan Luckmann mempublikan karyanya The Social Construction of
Reality. Dalam pembahasannya tentang media, terdapat 5 proposisi utama dari
teori konstruksionisme sosial, yakni;
 Masyarakat merupakan sebuah konstruk, bukannya realitas yang pasti
(fixed reality)
 Media memberikan bahan-bahan bagi proses konstruksi sosial
 Makna ditawarkan oleh media namun dapat dinegosiasikan atau ditolak
 Media mereproduksi makna-makna tertentu
 Media tidak bisa memberikan realitas sosial yang objektif karena semua
fakta adalah interpretasi.
Impact Media
on Contemporary Life
 Keberadaaan media massa dalam menyajikan informasi cenderung memicu
perubahan serta banyak membawa pengaruh pada penetapan pola hidup dan
perilaku masyarakat. Beragam informasi yang disajikan dapat memberi pengaruh
yang berwujud positif dan negatif.
 Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan masyarakat
terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang
seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.
 Pesan/informasi yang disampaikan oleh media bisa jadi mendukung masyarakat
menjadi lebih baik, membuat masyarakat merasa senang akan diri mereka, merasa
cukup atau sebaliknya mengurangi kepercayaan diri.
 Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus-menerus akan menimbulkan berbagai
pengaruh terhadap perkembangan jiwa, khususnya untuk anak-anak dan remaja. Pola perilaku
mereka, mungkin melenceng dari tahap perkembangan jiwa maupun norma-norma yang berlaku.
Hal ini dapat terjadi bila tayangan atau informasi yang mestinya di konsumsi oleh orang dewasa
yang ditonton oleh anak-anak.
 Dampak yang ditimbulkan media massa bisa beraneka ragam diantaranya terjadinya perilaku
yang menyimpang dari norma-norma sosial atau nilai-nilai budaya. Di jaman modern ini
umumnya masyarakat menganggap hal tersebut bukanlah hal yang melanggar norma, tetapi
menganggap bagian dari trend massa kini
 Dampak lainnya yaitu adanya kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme.
Perkembangan media massa, apalagi dengan munculnya media massa elektronik (media massa
modern) sedikit banyak membuat masyarakat senantiasa diliputi perasaan tidak puas dan bergaya
hidup yang serba instant Gaya hidup seperti ini tanpa sadar akan membunuh kreatifitas.
Beberapa efek media massa yang lain di antaranya adalah sebagai berikut:
 Menghapuskan kultur lama
 Membentuk kepribadian masyarakat
 Mempermudah sosialisasi tradisi atau adat istiadat
 Mempermudah akses pengetahuan bagi masyarakat luas
 Memudahkan sosialisasi kebijakan pemerintah
 Mengubah gaya hidup seseorang
 Memperluas sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian tertentu
 Peristiwa-peristiwa yang telah terjadi terdokumentasi
 Terbangunnya citra positif subjek tertentu di tengah masyarakat
 Terjadinya pengalihan isu
Contoh Hasil Riset Media

Menurut anggota KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) Nugroho, siaran sinetron, berita
dan iklan pun turut berkontribusi dalam menimbulkan efek kekerasan pada
khalayak. Dari total unsur kekerasan di media televisi, menurut hasil penelitian KPI
50 % diantaranya berasal dari sinetron, 30 % dari berita kriminal pada acara-acara
seperti Buser, Sergap, Sidik, Brutal dan acara sejenis lainnya dan 20 % lainnya
berasal dari sejumlah iklan.

Anda mungkin juga menyukai