Anda di halaman 1dari 11

MEDIA MASSA DAN MASALAH SOSIAL YANG

DIHADAPI

Sri Budi Lestari


• Dalam perspektif sosiologi, masalah sosial adalah sebuah situasi

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat


yang mana situasi seperti itu perlu dan harus diatasi.

• Menurut pandangan pekerja sosial, masalah sosial adalah


terganggunya fungsi sosial yang akan mempengaruhi masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya serta situasi yang oleh
masyarakat tidak diharapkan terjadi.
 Peran media massa diramalkan akan mengalami perubahan drastis baik

sifat maupun jenisnya.

 Media massa bukan lagi sebagai insitusi edukasi, namun sebagai institusi

produktif.

 Perubahan sosial yang cepat dan kuatnya tuntutan pemilik modal memaksa

para pemilik modal dan para pekerja di media massa untuk


“menyelamatkan diri”dengan menyelamatkan medianya dari kebangkrutan.

 Disinilah media sudah bermasalah, dengan adanya perubahan visi –

misinya.
 Secara teori media massa adalah institusi yang berfungsi memberi

informasi,edukasi hiburan dan pengawasan / kontrol sosial.

 Di masa mendatang media bukan lagi pemberi edukasi, tetapi lebih

banyak sebagai pemberi informasi dan penyaji hiburan yang kurang


bahkan tidak edukatif.
 Media lebih dekat dengan sumber-sumber anomi (perilaku tanpa

arah),meski pilihan yang dilematis, akan tetapi harus dipilih.

 Situasi ini menjadikan media sbg lembaga yang distigmakan

sebagai “institusi penghasut”, “pencetus kerusuhan” bahkan


pencetus “masalah sosial”

 Wartawan media menjadi sosok yang ditakuti, karena sering bekerja

tidak professional, sehingga merugikan masyarakat.


 Saat ini media massa menamakan diri sebagai agen perubahan (agent of

change) yang sesungguhnya, namun di sisi lain juga sebagai agen perusak
(agent of destroyer)dan pemicu masalah sosial di masyarakat.

 Di kalangan masyarakat, berkembang dan dipahami nilai kemanusiaan dan

nilai kehewanan ; diantara kedua nilai yang ada, masyarakat berharap nilai
kemanusiaan lah yang lebih berkembang , dan media massa (terutama
televisi) sebagai institusi edukasi dapat merefleksikan melalui tayangannya.

.
 Kenyataannya media akhir-akhir ini justru miskin dari fungsi

edukasi nilai-nilai kemanusian dan lebih banyak menjadi corong


provokasi nilai2 kehewanan, seperti seks, kekerasan, konsumerisme
,materialisme, hedonisme, yang kesemuanya menjadi pemicu
berbagai persoalan sosial di masyarakat
TAYANGAN-TAYANGAN YANG MEMICU MASALAH SOSIAL

1. Mistisisme dan Tahayul


Akhir-akhir ini menjadi salahsatu mindstream diantara berbagai
mindstream lain yang ada di media massa televisi. Awalnya mistisisme
dan tahayul berupa pemberitaan, kemudian menjadi tayangan sinetron dan
akhirnya banyak dikemas bersama tayangan keagamaan.
Bahaya tayangan mistik dan tahayul.
Setiap informasi yang ditayangkan media massa berpotensi memiliki efek
bagi konsumennya. Salahsatunya adalah efek buruk yang dialami oleh
masyarakat, termasuk tayangan mistik dan tahayul. Adapaun efek tersebut
selain berdampak pada kerusakan kognitif masyarakat, terutama pada
anak-anak yang berdampak pada kerusakan sikap dan perilaku.
 Kerusakan sikap menyangkut pada pembenaran terhadap kondisi hidup
yang irasional, toleransi pada keburukan.
 Meski secara ilmiah tidak ada hubungan antara sikap dan perilaku,
namun tayangan mistis dan takhayul di media massa dikhawatirkan
mempengaruhi perilaku masyarakat dengan perilaku buruk pada
tayangan.

2. Pelecehan Seksual dan Pornomedia


Berawal dari wacana seks, terdapat dua kelompok dalam menilai tubuh
manusia (terutama perempuan), kelompok pertama memuja tubuh sebagai
obyek seks serta merupakan sumber kebahagiaan. Sedangkan kelompok
kedua yang menuduh seks sebagai obyek maupun subyek sumber
malapetaka bagi kaum perempuan sendiri.
 Pergeseran Konsep Pornografi

Konsep pornografi bergeser seiring dengan era keterbukaan masyarakat


serta kemajuan teknologi. Karena itu secara garis besar dalam wacana
porno atau penggambaran Tindakan pornografi ada beberapa varian
pemahaman porno yang dapat dikonseptualisasikan, seperti pornografi,
pornoteks, porno suara, porno aksi. Dalam kasus tertentu semua kategori
konseptual itu dapat menjadi sajian dalam satu media, yang kemudian
melahirkan konsep baru yang dinamakan pornomedia.

Anda mungkin juga menyukai