Anda di halaman 1dari 21

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

MASALAH-MASALAH SOSIAL YANG TIMBUL DI MEDIA MASSA


DAN MEDIA SOSAL

OLEH

NAMA : THEOFILLA L.P TAUS

NIM : 2203050115

KELAS/SEMESTER : B/III

MATA KULIAH : SOSIOLOGI KOMUNIKASI

DOSEN PENGAMPUH : SERVINCE IMELDA NUBATONIS, S.I.KOM.,M.I.KOM

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

TAHUN 2023
MASALAH-MASALAH SOSIAL YANG TIMBUL DI MEDIA MASSA DAN MEDIA
SOSAL SEBAGAI AKIBAT DARI KONSTRUKSI MISTIS DAN TAHAYUL,
PORNOMEDIA, KONSTRUKSI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN SERTA
KONSTRUKSI KEKERASAN SADISME DAN PEMBUNUHAN KARAKTER

ABSTRAK

Media massa merupakan salah satu sarana dan prasarana yang membantu dan menunjang
berjalannya kehidupan, dimana media massa maupun media sosial dapat mempermudah
segala aktivitas dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam sosiologi komunikasi, media
merupakan salah saluran untuk menyampaikan pesan dan memfasilitasi proses inteaksi.
media banyak sekali digunakan oleh hampir semua orang yang ada di dunia. Kemudahan
itulah yang kerap kali di salah gunakan untuk berbagai macm kepentingan dan menimbulkan
berbagai masalah-masalah sosial. Masalah-maslah sosial diantaranya adalah mistisme dan
takhayul, poenomedia, kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dan sadisme juga
pembunuhan karakter. Maslah-maslah sosial ini berakar dari penggunaan media massa dan
media sosial, juga dikarenakan kondisi masyarakat kita yang gemar dan suka mengonumsi
media dengan rubrik-rubrik yang banyak dramanya, banyak sandiwaranya dan lain
sebagainya. Oleh karena itu penting untuk memahami apa yang mengakibatkan dan apa yang
perlu di antisipasi dalam penggunaan media massa dan media sosial agar menghindari
permasalah sosial tersebut.

Kata kunci: media massa, media sosial, mistis, takhayul, kekerasan terdapat perempaun,
sadisme, pembunuhan karekter, pornomedia.
BAB I

PEMBAHASAN

A. Masalah-masalah Sosial yang Timbul Akibat Konstruksi Mistis dan Takhayul di


Media Massa dan Media Sosial
a) Mistis dan Takhayul
Mistis merupakan pengetahuan yang irasional, pengetahuan yang
didapatkan dengan meditasi atau pun latihan spiritual yang diluar batas nalar
manusia pada umumnya. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonsia)
mistis artinya hal gaib/hal yang tidak dapat dilihat oleh manusia yang tidak
terjangkau dengan akal manusia yang biasa, Fenomena mistisme adalah
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat gaib,
supranatural, atau transenden. Fenomena mistisme dapat berupa pengalaman,
kepercayaan, atau praktik yang melibatkan hubungan antara manusia dengan
Tuhan, alam, atau makhluk halus. Fenomena mistisme dapat bersumber dari
agama, budaya, atau tradisi tertentu. Tahayul sendiri merupakan sesuatu yang
tidak nyata atau hanya ada dalam khayalan saja.
Seiring berjalannya waktu, mistis dan takhayul adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Masyarakat kita cenderung menganggap kedua hal
tersebut sebagai sebuah fenomena yang erat kaitannya dengan roh jahat atau
kekuatan magis dan hal tersebut dianggap menarik dan seru, bahkan diperca
oleh masyaramat setempat sebagai sesuatu hal yang bisa dipercaya dan diikuti.
Karena ketertarikan masyarakat akan hal yang berbau mistis dan takhayul
inilah yang dimanfaatkan media sebagai satu cara atau sumber untuk
mendatangkan profit melalui tayangan yang di angkat yang dimana
didalamnya mengandung unsur mistis dan takhayul. Macam-macam tayangan
yang di tayangkan media diantaranya adalah:
 Mistis Fiksi, program atau film yang tidak masuk akal, bersifat fiksi
untuk menciptakan dan menyajikan misteri, suasana mencekam, atau
kengerian kepada masyarakat.
 Mistis Semi Sains, acara atau film yang berhubungan dengan fiksi
ilmiah. tayangan ini bertutur tentang berbagai macam bentuk misteri
yang ada hubungan dengan ilmiah, meskipun kadang tisak rasional
namun secara ilmiah mengandung kemungkinan kebenaran.
 Mistis Horor, program film mistik yang lebih banyak mengeksploitasi
dunia lain, seperti hubungannya dengan jin, setan, makhluk halus,
santet dan kekuatan supranatural serta kematian tidak wajar.
b) Masalah-masalah yang Timbul Akibat Konstruksi Mistis dan Takhayul
di Media Massa dan Media Sosial
 Kerusakan Sikap dan Perilaku: Bahaya terbesar dari tayangan mistik
dan tahayul adalah pada kerusakan sikap dan perilaku. Kerusakan sikap
menyangkut pembenaran terhadap kondisi-kondisi hidup yang
irasional, toleransi terhadap keburukan, dengki dan iri hati. Walaupun
secara ilmiah tidak ada hubungan konstan antara sikapdan perilaku,
namun tayangan mistisme dan tahayul di media massa dikhawatirkan
mempengaruhi perilaku masyarakat dengan perilaku-perilaku buruk
yang ada pada tayangan-tayangan tersebut.
 Penyebaran Informasi Palsu: Konstruksi mistis dan takhayul seringkali
berkaitan dengan narasi yang tidak berdasar secara ilmiah. Hal ini
dapat menyebabkan penyebaran informasi palsu atau tidak akurat,
merugikan pemahaman yang sehat dan rasional.
 Penyebaran Ketakutan Tanpa Dasar: Ketika media massa atau media
sosial menciptakan konstruksi mistis, seperti teori konspirasi tanpa
dasar, hal ini dapat menimbulkan ketakutan yang tidak berdasar di
kalangan masyarakat. Ini bisa merugikan kesejahteraan psikologis dan
keseimbangan sosial.
 Persepsi yang Tidak Objektif: Konstruksi mistis dapat menciptakan
persepsi yang tidak objektif terhadap suatu isu atau peristiwa. Hal ini
dapat memengaruhi pandangan masyarakat dan membuat sulit untuk
mencapai pemahaman yang seimbang dan berbasis fakta.
 Polarisasi Opini: Keterlibatan dalam konstruksi mistis seringkali dapat
memperkuat polarisasi opini di antara masyarakat. Ini dapat
menyulitkan terbentuknya dialog konstruktif dan menciptakan divisi di
kalangan masyarakat.
 Penguatan Bias Kognitif: Konstruksi mistis dapat memperkuat bias
kognitif, di mana orang cenderung mencari informasi yang mendukung
pandangan mereka sendiri dan mengabaikan fakta yang tidak sejalan.
Hal ini merugikan proses pengambilan keputusan yang berbasis pada
bukti dan penelitian.
 Gangguan Terhadap Diskusi Rasional: Konstruksi mistis dapat
mengganggu diskusi rasional dan pemecahan masalah yang efektif.
Ketika orang terjebak dalam keyakinan mistis, mereka mungkin sulit
terbuka terhadap argumen yang didasarkan pada fakta dan penelitian.
c) Contoh kasus
Berkaitan dengan konstruksi ataupun fenomena mistis dan takhayul, ada
banyak sekali contoh kasus yang berkaitan dengan hal tersebut di media mass
dan media sosial. Salah satu kasusnya adalah salah satu podcast yang
namanya “Bagi Horor”.

Podcast ini merupakan dalah satu bentuk tayangan media terkait konstruksi
mistis dan takhayul yang dimana ini adalah salah satu bentuk media massa
massa dalam hal ini adalah internet yang termaksud didalamnya adalah
layanan streaming musik, dengan salah satu platformnya adalah Spotify.
Spotify menyediaakn layanan streaming musik dan podcast kepada jutaan
akses keseluruh dunia salah satu layanannya adalah podcast dan disini contoh
yang diambil berkaitan dengan konstruksi mistis dan tahayul adalah “Podcats
Bagi Horor” salah satu poscast yang mengangkat fenomena mistis dan
takhayul, didalam poscast tersebut, semua cerita dibagikan secara gratis
per/episode dengan menceritakan berbagai macam cerita mistis dan takhayul.
Berikut adalah contoh-contoh ceritanya:

Dalam podcast ini juga memiliki akun media sosial yaitu instagram dan twitter
atau X, dimana mereka membuka kesempatan bagi semua pendengar setiannya
untuk berbagi cerita dan memberikan komentar dan request mereka terkait
cerita yang akan di angkat selanjutnya. Poscast ini memiliki penilaian yang
baik di spotify dan pendengar yang lumanyan banyak yairu 4,9 dari 5 bintang
penilaiannya. Hal ini membuktikan banyak sekai pendengar yang menyukai
dan menikmati podcast tersebut. Dalam poscast ini saat didengar pengaturan
backsoundnya dan suara-suaranya memang dibuat sedemikian rupa untuk bisa
membuat pendengar merasakan aura mistis dan tegang, Hal ini menurut saya
dapat menimbulkan ketakutan, kepercayaan yang irasional dan kecenderungan
masyarakay untuk memiliki persepsi yang tidak-tidak terkait suatu tempat
karena mendengar cerita tersebut, karena menurut saya cerita yang adala
dalam poscast tersebut baik itu adalah cerita yang didapat dari pendengarnya
atau pun yang dibuat sendiri oleh adminnya yang saya rasa tidak ada bukti
vilid dan vukup myakinkan terkait dengan hal istis yang diangkat didalamnya.
B. Masalah-masalah Sosial yang Timbul Akibat Konstruksi Pornomedia di Media
Massa dna Media Sosial
a) Pornomedia
Pornomedia merupakan suatu fenomena yang sudah tidak tabu lagi di
Indonesia. Pornomedia juga muncul dengan adanya dukungan dari seluruh
media di Indonesia. Seks adalah salah satu objek menarik yang dipakai media
supaya mendapat perhatian besar dari khalayak. Media massa memiliki
peranan yang cukup besar dalam menyebarluaskan informasi, Pornografi
termasuk salah satu diantaranya. Perkembangan teknologi yang semakin
canggih memiliki dampak terhadap teknologi informasi yang kemudian
mendorong media massa menjadi suatu kebutuhan penting dalam kehidupan
masyarakat modern. Tidak hanya itu, perkembangan teknologi informasi juga
telah mendukung perkembangan pornografi. Pornografi merupakan suatu
fenomena yang sudah tidak asing lagi dimata masyarakat Indonesia. Sudah
banyak sekali media yang memberitakan tentang pemerkosaan, pelecehan
seksual, dan sebagainya. Tidak bisa memungkiri bahwa pornomedia dan
kecanggihan teknologi yang semakin pesat kemajuannya memang tidak luput
memiliki efek negatif bagi khalayak penikmat media tersebut. Selain
dampaknya terjadi pada kerusakan kognitif khalayak terutama anak-anak dan
remaja, Pornomedia dapat mengakibatkan kerusakan sikap dan perilaku
masyarakat, terutama untuk generasi muda Indonesia. Dalam media pers,
pornografi muncul dalam tiga bentuk
 Visual berupa gambar mati dan hidup
 Suara dari siaran radio dan televisi
 Teks yang didalamnya sarat kosakata konotatif.

Pornomedia ini awalnya hanya berupa suara, kemudian muncul dalam bentuk
teks dan video. Dunia maya sangat berpengaruh penting tentang pornomedia,
semua golongan masyarakat bisa mengakses situs-situs porno didunia maya
dengan mudahnya. Jika sudah sampai di sini, pornomedia menjadi sangat
berbahaya dan bisa merusak sosial.

b) Masalah-masalah Sosial yang Timbul Akibat Konstruksi Pornomedia di


Media Massa dna Media Sosial
Konsumsi pornomedia di media massa dan media sosial dapat menimbulkan
berbagai masalah, diantaranya adalah:
 Aksesibilitas yang Berlebihan: Ketersediaan pornografi yang mudah
diakses di media massa dan media sosial dapat meningkatkan risiko
konsumsi yang berlebihan, terutama oleh anak-anak dan remaja.
 Ketidaksetaraan Gender: Banyak pornografi menggambarkan
ketidaksetaraan gender, potensial memperkuat stereotip dan merugikan
perjuangan kesetaraan gender.
 Pelecehan, Eksploitasi serta Perilaku Cabul: Produksi pornografi
kadang melibatkan pelecehan atau eksploitasi, karena keseringan
mengonsumsi keiginan akan hal tersebut (keinginan untuk memenuhi
nafsu) menjadi meningkat dan hal tersebut menimbulkan terjadinya
pelecehan dan eksploitasi
 Dampak Psikologis: Konsumsi berlebihan pornografi dapat
berkontribusi pada masalah psikologis seperti kecanduan, depresi, dan
kecemasan.
 Generasi Muda yang Rusak mental dan Psikis: kecenderungan akses
yangmudah untuk mendapatkan hal-hal yang berbau pornomedia dapat
menyebabkan anak-anak mudah atau di bawah umur menjadi prinadi
yang rusak mental dan psikis karena akibat dari pengonsumsian hal
berbau ponografi
c) Contoh Kasus
Berkaitan dengan masalah-maslah yang diakibatkan dengan adanya konstruki
pornomedia di media massa dan media sosial, disini saya mengambil contoh
kasu berkaitan media yang menjadi akses dan media penyedia konten-konten
atau tayangan-tayangan pornomedia. Salah satu contohnya ialah media sosial
“Telegram”. Telegram merupakan salah satu jenis platform media sosial yang
dimana aplikasi tersebut adalah aplikasi pesan instan, berbasis cloud, aplikasi
ini mirip seperti WhatsApp namun bedanya ada pada kapasitas anggota grup
dimana telegram mampu membuat grup dengan anggota mencakup 200 ribu
anggota, sedangkan WhatsApp hanya 512 orang anggota maksimal dalam satu
grup.
Mengapa saya mengambil contoh kasus telegram sebagai konstruksi
pornomedia, karena dalam aplikasi ini cakupannya sangat luas dan heterogen
anggotanya heterogen dan anonim. Sehingga banyak sekali pesan yang didapat
dan tidak dikenal diapa pengirimnya biasanya aplikasi telegram juga
membagikan berbagai macam film dari berbagai genre dan dibuatkan grup
namun makin kesini banyak sekali film, gambar serta vidio yang mengandung
unsur pornografi dimana banyak oknum yang membuat grup alalu
membagikan film-film yang bebau ponografi kedalam nya sehingga bisa
dengan mudah diakses. Cukup dengan memasukkan keyword yang ingin
dicari langsung bisa dengan mudah diakses dan sikonsumsi. Bukan hanya film
yang yang mengandung unsur 18+ keatas tetapi vabyak juga film seperti
drama korea, china, thailand yang biasanaya sering adanya adegan kissing
yang menurut saya hal tersebut masuk kedalam jenis film yang harsunya tidak
dikonsumsi apalagi bagi anak dibawah umur, karena hal tersebut tidak sesuai
dengan budaya kita Indonesia.
Berikut ini adalah contoh gambarnya dan bebrapa contoh cara yang saya
lakukan sebagai contoh dengan memasukkan beberapa keyword atau kata
kunci dalam mencari film atau vidio di telegram, untuk menunjukkan
bagaimana kemudahan akses yang ada di telegram untuk mendapatkan hal-hal
berbau pornografi:
Hal ini tentu berbahaya bagi anak muda, apa lagi anak dibawah umur yang
dapat dengan mudah mengakses hal terebut dan secara tidal langsung dapat
menimbulkan maslah-maslah seperti kecanduan, gangguan psikologi, kasus
pekecehan dan eksploitasi dan masih banyak lagi.
C. Masalah-masalah Sosial yang Timbul Akibat Konstruksi Kekerasan Terhadap
Perempuan di Media Massa dan Media Sosial
a) Kekerasan terhadap Perempuan
Kekerasan (violent) terhadap perempuan merupakan isu penting yang
marak pada dewasa ini, selain mengandung aspek sosiologis, juga sarat
dengan aspek ideologis. Fenomena kekerasan dalam kehidupan sehari-hari
sering terjadi pada sektor domestik atau urusan rumah tangga, juga terjadi di
sektor publik atrau lingkungan kerja, mulai dari kekerasan secara fisik sampai
pada sangsi sosial atau psikologis. Timbulnya kekerasan terhadap perempuan
berkaitan dengan ideologi kultural atau tata nilai yang berlaku, jenis struktur
masyarakat dan pola relasional antara laki dan perempuan. Kejadiannya
muncul diberbagai komunitas mulai dari desa sesederhana apapun sampai
pada masyarakat kompleks kota yang modern.
Strukturasi kekerasan terhadap perempuan prosesnya berjalan dimulai
dengan penandaan atau signifikasi terhadap perempuan sebagai kelas sosial
nomor dua setelah laki-laki diberbagai bidang kehidupan. Penandaan tersebut
kemudian dibingkai dengan interpretasi yang tertanam kuat atau
terinternalisasi. Penandaan atau simbol perempuan sebagai kelas dua demikian
sudah ada tertanam dalam nilai-nilai budaya msyarakat, seperti terjadi dalam
budaya pendidikan, budaya makan, budaya rumah tangga cenderung bias
gendernya. Hasil simbolisasi demikian diperkuat dengan dominasi kaum laki-
laki dengan memposisikan kaum perempuan sesuai selera dan kepentingan
laki-laki.
Kekerasan terhadap perempuan diartikan sebagai setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikiologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga. Salah satu penyebab terjadinya kekerasna terhadap
perempuan adalh tingginya konstruksi terhadap pornografi. Dimana dalam
pornografi menimbulkan yang namanya pornomedia sampai pornoaksi yang
dimana selalu menempatkan perempuan sebagai objek fantasi maupun objek
nyata yang dijadikan sebagai pemuas keinginan kaum laki-laki dalam hal ini
melakukan kekerasan seksual dan apa bila terhambat maka bisa sampai
dengan kekerasan fisik. Berbagai macam kekerasan terhadap perempuan juga
merupakan salah satu akibat dari pengaruh media Media massa juga
memberikan kontribusi untuk pemahaman remaja.
Misalnya media massa mudah mencirikan hubungan perilaku kasar,
seperti posesif dan cemburu sebagai tindakan romantis cinta. Selain itu,
pemuda dibombardir oleh gambar media massa yang menggambarkan orang
memecahkan masalah mereka melalui cara-cara kekerasan. Selain itu, perilaku
agresif, fisik, dan sering misoginis ini dikagumi sebagai masculinity atau
heroik. Akibatnya anak laki-laki dan perempuan akan menggabungkan
kekerasan dalam definisi mereka Selanjutnya , prevalensi gambar-gambar ini
melalui berbagai bentuk media mengarah remaja percaya bahwa mereka
adalah normal Pamela, (2008).
Masalah lain yang menjadi faktor penyebab kekerasan terhadap
perempuan diantaranya adalah:
 Rendahnya kesadaran hukum
 Budaya Petriarki
 Kemiskinan
 Perselingkuhan
 Pernikahan Dini
 Peran Maskulinitas yang Toksik
 Faktor Budaya dan Norma Sosial
 Ketidakadilan Hukum
b) Masalah-masalah Sosial yang Timbul Akibat Konstruksi Kekerasan
Terhadap Perempuan di Media Massa dan Media Sosial
Konstruksi kekerasan terhadap perempuan di media massa dan media sosial
dapat menyebabkan berbagai masalah sosial, diantaranya adalah:
 Persepsi Gender yang Tidak Seimbang: Media massa yang
merendahkan atau memperkuat stereotip gender dapat menggiring
persepsi masyarakat terhadap peran dan kemampuan perempuan,
menciptakan kesenjangan gender yang lebih besar.
 Normalisasi Kekerasan: Paparan berulang terhadap kekerasan terhadap
perempuan dapat memnormalisasi perilaku tersebut, mempengaruhi
persepsi masyarakat tentang apa yang dapat diterima atau tidak.
Dimana perilaku kekerasan terhadap perempuan dianggap sebagai
sesuatu yang wajar karena tingginya terpaan media akan hal tersebut.
 Cyberbullying dan Pelecehan Online: Media sosial dapat menjadi
tempat berkembangnya cyberbullying dan pelecehan online terhadap
perempuan, merugikan kesejahteraan mental dan emosional mereka.
 Merugikan Kesehatan Mental: Paparan terus-menerus terhadap narasi
negatif atau kekerasan terhadap perempuan dapat berdampak negatif
pada kesehatan mental perempuan dan masyarakat secara umum.
Apalagi bagi korban yang malah akan semakin tertekan dan merasakan
ketakutan sehingga meilih mediamkan hal yang dialaminya (tutup
mulut).
 Menurunkan Empowerment Perempuan: Media massa dan media
sosial yang memperkuat norma-norma patriarki dapat mengurangi rasa
percaya diri dan pemberdayaan perempuan, membatasi kemampuan
mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.
 Mendorong Budaya Pemerkosaan: Kekerasan dan pelecehan terhadap
perempuan yang dipromosikan dalam media dapat memberikan
kontribusi pada budaya pemerkosaan dan mengurangi kesadaran
tentang pentingnya persetujuan.
c) Contoh Kasus
Berdasarkan Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN)
tahun 2016, 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik
dan/atau seksual oleh pasangan dan selain pasangan selama hidupnya.
Tinnginya kasus kekerasan terhadap perempuan memang tidak terlepas dari
terpaan media,dimana media memang turut ambil andil dalam mangangkat
isu-isu kekerasn terhadap perempuan. Dalah satu contih yang saya ambil
adaalh salah satu film layer lebar dari Indonesia yaitu film “POSESIF”.

Film Posesif adalah film drama psikologis Indonesia yang disutradarai


oleh Edwin dan ditulis oleh Gina S. Noer, serta dibintangi oleh Putri
Marino dan Adipati Dolken beserta pemeran pendukung
lainnya. Posesif dirilis secara luas pada 26 Oktober 2017. Film ini
menceritakan tentang bagaimana kisah cinta dua orang anak SMA yaitu
Yudris (Adipati Dolken) dan Lala (Putri Marino), awalnya keduanya memang
terlihat baik-baik saja namun lama kelamaan Yudris ini mulai menunjukkan
rasa posesifnya yang berlebihan dimana dia melatrang Lala dalam segala hal,
mulai dari pergi berenang, berbicara dengan laki-laki lain bahkan sahabayt lala
sendiri Rino (Chiko Kurniawan) yang sudah dikenal Lala jauh sebelum kenal
dengan Yudris, melarang Lala keluar atau jalan denagn orang lain selain
dirinya, dnan lain sebagainy. Hal ini menimbulkan pertengkaran antar
keduannya dnan membuat Lala banyak mendapat Kekerasan fisik dan kata-
kata yang tidak sepantasnya keluar. Namun karena yudris selalu mencari cara
agar tidak terlepas dari Lala dengan meminta maaf dan melakukan hal baik
yang akhirnya meluluhkan hati Lala. Tidak sampai disitu, Yudrus yang sakin
cinta matinya dengan lala akhirmnya memilih untuk kabur bersama dengan
Lala ke Bandung, namun ditengah jalan keduanya bertengkar hebat dan lala
sampai dipukuli matanya sampai bengkak.

Perlakuan Yudris yang posesif tersebut dalam diakibatkan karena dia kurang
mendapat perhatian lebih dari ibunya dan malah hal yang sebaliknya, yaitu
kasih sayang, cinta dan perhatian serta kebahagiaan dia dapatkan dari sosok
Lala. Itulah mengapa dia selalu merasa memiliki Lala dan takut kehilangan
lala degan cara bersikap posesif. Hal lain juga diakibatkan karena ada masalah
gangguan jiwa yang dialami oleh Yudris dimana dia mengalami gangguan
mental akibat perlakuan ibunya yang kasar dan berusaha mengekang
hidupnya, disamping itu juga karena adanya yang namanya Stockholm
Syndrome, ketika seseorang bertahan dalam hubungan yang penuh dengan
kekerasan karena rasa cinta yang dimana dialami oleh Lala.

Dari film ini dapat dilihat bagaimana media memperkenalkan dan


mengangkat hal tersebut sebagai konsumsi khalayak dalam bentuk film.
Memang ada sisi positif yang didapa. Namun, keseringan orang menonton
mereka beranggapan hal tersebut adalah hal yang keren, dan memnormalkan
hal tersebut ebagi sesuatu yang wajar dalam hubungan pacaran terutama bagi
kaum remaja, yaitu harus menunjukkan cinta dengan berlaku posesif dan kalau
dilanggar atau dilarang, maka akan mendapatkan kekerasan fisik. Inilah yang
ditiru dan inilah bahayanya konstruksi kekerasan terhadaap perempaun dalam
media massa khususnya film.

D. Masalah-masalah Sosial yang Timbul Akibat Konstruksi Kekerasan, Sadisme


dan pembunuhan Karakter oleh Media Massa dna Media Sosial
a) Kekerasan, Sadisme dan Pembunuhan Karakter

Kekerasan merupakan perlakuan menyimpang yang mengakibatkan luka dan


menyakiti orang lain. Menurut Chawazi (2001) tindak kekerasan sama juga
pengertiannya dengan penganiayaan, yaitu perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh orang lain.
Kekerasan media massa bisa muncul secara fisik maupun verbal bagi media
televisi, dari kekerasan dengan katat-kata kasar sampai dengan siaran-siaran
rekonstruksi kekerasan yang dapat ditonton di televisi. Bentuk kekerasan dan
sadism media massa dengan modus yang sama di semua media lebih banyak
menonjolkan kengerian dan keseraman di mana tujuan pemberitaan itu sendiri.
Kejahatan di media massa terdiri dari beberapa macam, seperti:
 Kekerasan terhadap diri sendiri, seperti bunuh diri
 Kekerasan kepada orang lain, seperti menganiaya orang lain
 Kekerasan kolektif, seperti perkelahian massal
 Kekerasan dengan skala yang lebih besar, seperti peperangan dan
terorisme.
Pembunuhan karakter adalah juga kekerasan terhadap orang lain, karena tidak
seorang pun berhak menghalangi seseorang untuk berkarya mengekspresikan
diri dan mengembangkan karakternya di masyarakat. Bagi media massa yang
menggunakan paradigma journalism pembunuhan karakter ini adalah model
produksi jurnalisnya, tanpa memandang apa pun akibat dari pemberitaannya
bagi semua pihak, atau bisa dikatakan juga kalau istilah ‘pembunuhan
karakter’ tidak merujuk pada tindakan kekerasan fisik, tetapi pada upaya
merusak reputasi dan citraseseorang melalui pencemaran nama baik atau
penyebaran informasi palsu, termasuk gosip. Bentuk-bentuk pembunuhan
katekter:
 Penyebaran gossip/gossip negatif
 Pemalsuan/manipulasi media sosial
 Pencemaran nama baik/kampanye difamasi
 Perundungan (bullying)
 Pembunuhan karakter dalam narasi fiksi
 Pengungkapan informasi pribadi yg merugikan dan merendahkan
 Manipulasi citra melalui pemberitaan media.
b) Masalah-masalah Sosial yang Timbul Akibat Konstruksi Kekerasan,
Sadisme dan pembunuhan Karakter oleh Media Massa dna Media Sosial
Kekerasan, sadisme, dan pembunuhan karakter dalam media massa dan sosial
dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk:
 Pengaruh Psikologis: Pemaparan berulang terhadap konten kekerasan
dapat berdampak negatif pada kesehatan mental individu,
meningkatkan risiko stres, kecemasan, atau gangguan tidur.
 Normalisasi Kekerasan: Media yang terlalu sering menampilkan
kekerasan dapat membuatnya terlihat biasa atau diterima,
mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap tindakan kekerasan.
 Pembentukan Opini Publik yang Tidak Seimbang: Pembunuhan
karakter atau penggambaran yang tendensius dapat menyebabkan
masyarakat membentuk opini yang tidak objektif atau kurang
berimbang terhadap individu atau kelompok tertentu.
 Ketidakamanan Masyarakat: Kondisi sosial yang dipenuhi dengan
kekerasan dapat menciptakan rasa ketidakamanan di masyarakat,
meningkatkan tingkat kecemasan dan ketidakpercayaan.
 Perilaku Imitatif: Paparan terus-menerus terhadap tindakan kekerasan
dapat mempengaruhi perilaku imitatif, terutama di kalangan yang
rentan seperti remaja.
 Polarisasi Masyarakat: Penggambaran ekstrem atau pembunuhan
karakter dapat memperkuat polarisasi masyarakat, memperdalam divisi
antar kelompok.
 Dampak Terhadap Etika Jurnalisme: Penekanan pada sensasi dan
kontroversi dalam media dapat mengabaikan prinsip-prinsip etika
jurnalisme, seperti kebenaran, keadilan, dan tanggung jawab.
c) Contoh Kasus
Contoh kasus disini yang saya ambil berkaitan dengan topik kekerasan,
sakisme, dan pembunuhan karekter yaitu:
 Kekerasan dan Sadisme
Salah satu contoh kasus yang saya ambil berkaitan dengan kekerasan
dan sadisme adalah pemberitaan yang ada pada januasri 2023 lalu
dimana seorang wanita bibakar hidup-hidup oleh warga Sorong
Timur,Papua. Dimana wanita tersebut diduga penculik anak dan
ditangkap warga sekitar lalu dibakar hidup-hidup.

Dalam kasus ini sangat terlihat sekali bagaimana konstruksi media


dalam hal kekerasan dan sadisme dimana media melalui pemberitaan
menggunggah vidio dan berita terkait dibakarnya wanita tersebut
dalam keadaan masih hidup. Hal ini adalah tindakan sadisme yang bisa
menimbulkan ketakutan dan mengandung ketidakseimbangan opimi
publik dimana media yang dimanfaatkan oleh masyarakat merekam
aksi tersebut dan diunggah ke media sosial yang bisa saja membuat
takut, panik, trauma dan ngeri sejumlah masyarakat dan tentunya
melanggar norma sosial. Berikut beberapa contoh potongan vidio yang
di screenshot yang dimana diunggah oleh salah satu akun @kotaserui
di akun Twitter atau sekarang disebut “X” :

 Pembunuhan Karekter
Dalam hal pembunuhan karekter saya mengambil contoh terkait
dengan pemberitaan hoax. Mengapa saya mengambil hoax sebagai
salah satu bentuk dari pembunuhan karekater? Karena menurut saya
pemberitaan yang dilakukan oleh media terkait dengan berita bohong
atau hoax, merupakan salah satu bentuk pembunuhan karakter dimana
karena didalamnya mengandung manipulasi, dan kecurangan kata-kata
yang tidak sesuai dan merugikan pihak yang diberitakan. Salahh satu
contoh yang saya ambil adalah berita terkait Raffi Ahmad yang diduga
terlibat dalam kasus Gratifikasi dengan Rafael Alun. Berikut adalah
beberapa bentuk berita hoaxnya:
Dalam berita tersebut didapatkan bahwa rumah Raffi Ahmad di
geledah KPK karena kasus gratifikasi dengan Rafael Alun. Dalam hal
ini sudah di klarifikasi bahwa itu merupakan berita bohong karena
terdapat keridak sesuaian narasi dan gambar serta beberapa fakta yang
dikemukakan. Hal itu juga sudah di beritakan dalam website resmi
milik Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), bahwa berita
tersbeut adalah berita bohong. Bahaya dari hoax yang dapat membunuh
karakter adalah dimana akan menimbulkan kesalahpahaman dan
kekeliruan interpretasi dan pandangan masyarakat akan tokoh atau
orang yang diberitakan sehingga dapat di nilai negatif dan dipandang
buruk, sekalipun itu merupakan berita bohong (hoax). Dan inilah yang
menjadi salah satu masalah dalam pembunuhan karekter yang
dilakukan oleh media-media tidak kredibel dan tidak ddipercaya atau
dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu demi kepentingan dan
mendapatkan uang dengan cara yang merugikan orang lain.
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah-masalah sosial yan ditimbulkan akibat penggunaan media massa dan
media sosial dalam hal ini konstruksi mistis dan takhayul disebabkan karena
masyarakat yang sangat percaya dan gemar akan hal-hal yang berbau mistis, sehingga
dari situlah timbul masalah seperti kerusakan sikap dan perlilaku serta ketakutan yang
berlebihan akan suatu hal. Ada juga konstruksi pornomedia dan kekerasan yang
memiliki keterkaitan dan dapat menimbulkan masalah seperti gangguan kesehatan
mental dan psikologinya serta ketidaksetaraan gender. Lalu berkaitan dengan sadisme
dan pembunuhan karakter juga dapat menimbulkan maslah sosial seperti ketakutan,
penggiring opini publik, polarisasi masyarakayt sampai dengan pelanggaran etika
jurnalisme.
B. Saran
Dalam paper ini membahas mengenai masalah-maslah sosial yang timbul
akibat konstruksi media massa dan media sosial dalam hal mistis dan takhayul,
pornomedia, kekerasan terhadap perempuan serta kekerasan dan sadisme juga
pembunuhan karakter. Didalamnya dianalisis terkit maslah yang ditumbulkan dan
contoh kasus yang berkaitan tanpa adanya penyelesaian atau solusi yang bisa
mengatasi atau paling tidak meminimalisir terjadinya maslah-maslah tersebut. Oleh
karena itu penulis sangat menyadari dan mengharapkan dalam penulisan selanjutnya
bisa lebih dikembangkan sehingga dapat dimengerti dan dijadikan sebagai salah satu
referensi menulisan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Gulo, Mustika. ahlikomunikasi.wordpress.com. “Pornomedia dan Tren Masyakat,” Oktober


2014.

(https://ahlikomunikasi.wordpress.com/2014/10/23/pornomedia-dan-trend-
masyarakat/)

Diunduh pada 03 Desember 2023

Kuliah Ilmu Komunikasi. Matakuliahkomunikasi.com. “Masalah-masalah Sosial dan Media


Massa,” Mei 2015.

(https://matakuliahkomunikasi.blogspot.com/2010/01/masalah-masalah-sosial-dan-
media-massa.html?m=1)

Diunduh pada 03 Desember 2023

Nina. Metro.suara.com. “Kekerasan terhadap Perempuan dalam Perspektif Sosiologis,”


Januari 2023

(https://metro.suara.com/read/2023/01/24/135335/sadis-wanita-diduga-penculik-anak-
dibakar-hidup-hidup-oleh-massa-di-papua)

Diunduh pada 03 Desember 2023

Purnamasari, Deti. Ykp.or.id. “Kekerasan terhadap Perempuan dalam Perspektif Sosiologis,”


Juni 2022.

(https://ykp.or.id/kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak-jenis-dan-cara-
melaporkannya/)

Diunduh pada 03 Desember 2023

Sulaeman,Munandar. Pustaka.unpad.ac.id. “Kekerasan terhadap Perempuan dalam Perspektif


Sosiologis,” Mei 2014.

(https://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Kekerasan-Terhadap-
Perempuan.pdf)

Diunduh pada 03 Desember 2023

Anda mungkin juga menyukai