Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPEMIMPINAN

LANGKAH-LANGKAH MENJADI SEORANG PEMIMPIN

Di susun oleh :

Dzakiya Akram

Dido Sapri

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS-SUNNAH DELI SERDANG

TA 2018/2019
PENDAHULUAN

Para akademisi dan praktisi meramalkan bahwa bahwa media massa akan
mengalami perubahan secara drastic baik sifat, peran, maupun jenisnya. Hal ini
disebabkan karena perubahan sosial yang begitu cepat dan tuntutan-tuntutan
pemilik modal yang begitu kuat sehingga siapa pun yang telah memilih bekerja di
media massa akan memiliki visi yang sama, yaitu “menyelamatkan diri” dengan
menyelamatkan medianya dari kebangkrutan atau dari larinya pemilik modal.
Ini berarti secara tidak langsung media massa tidak lagi menjalankan fungsi
utamanya dan juga telah merubah visi dan misi media massa. Kalau secara teori
media massa adalah institusi yang berfungsi memberi informasi, edukasi dan
hiburan maka dikhawatirkan pada masa yang akan datang fungsinya berubah
dengan memberi informasi yang tidak edukatif dan hiburan yang tidak edukatif
pula. Dengan kata lain, media massa memiliki sisi gelap di mata masyarakat. saat
ini, media massa distigmakan sebagai lembaga penghasut, pencetus kerusuhan,
pencetus masalah sosial dan sebagainya.
Media massa saat ini dianggap miskin dari fungsi edukasi nilai-nilai
kemanusiaan, media massa justru menjadi corong provokasi nilai-nilai kehewanan,
seperti materialistis, mistisme, hedonisme, seks, konsumerisme, kekerasan,
sekularisme, mistisme, dan semacamnya yang dimana semua itu telah
menjadi masalah-masalah sosial dalam masyarakat saat ini.
PEMBAHASAN

A. Mistisme dan Tahayul


Akhir-akhir ini tayangan mistik di media massa, khususnya televisi menjadi
salah satu mindstream di antara mindstream lain yang ada di media massa.lepas dari
kontroversi di masyarakat mengenai hal tayangan ini, namun tayangan mistisme
dan tahayul itu menyedot banyak perhatian, karena pada dasarnya masyarakat
konsumen media di Indonesia yang berbasis tradisional lebih menyukai informasi
yang tahayul dan mistisme. Kebutuhan masyarakat terhadap hiburan macam ini
adalah sebuah petualangan batin masyarakat untuk menjawab rasa ingin tahu
mereka terhadap misteri fisika (mistik) atau rasa ingin tahu terhadap dunia lain,
dunia mistik yag tak terjawab itu.
1. Macam-macam Tayangan Mistik dan Tahayul
(1) Mistik-semi sains, yaitu film-film mistik yang berhubungan dengan fiksi ilmiah.
Tayangan ini bertutur tentang berbagai macam bentuk misteri yang ada hubungan
dengan ilmiah, walaupun sebenarnya kadang tidak rasional namun secara ilmiah
mengandung kemungkinan kebenaran.
(2) Mistik-fiksi, yaitu film mistik hiburan yang tidak masuk akal, bersifat fiksi, atau
hanya sebuah fiksi yang di filmkan untuk menciptakan dan menyajikan misteri,
suasana mencekam, ataupun kengerian kepada masyarakat.
(3) Mistik-horor, yaitu film mistik yang lebih banyak mengeksploitasi dunia lain,
seperti hubungannya dengan jin, setan, santet, kekuatan-kekuatan supranatural
seseorang, kematian tidak wajar, balas dendam, penyiksaan dan sebagainya.
2. Bahaya Tayangan Mistik dan Tahayul
Setiap pemberitaan media massa memiliki efek media bagi konsumen
media, salah satu efek media tersebut adalah efek keburukan yang dialami
masyarakat. begitu pula tayangan mistik dan tahayul memiliki efek buruk bagi
masyarakat yang menontonnya. Bahaya terbesar dari tayangan mistik dan tahayul
adalah pada kerusakan sikap dan perilaku. Kerusakan sikap menyangkut
pembenaran terhadap kondisi-kondisi hidup yang irasional, toleransi terhadap
keburukan, dengki dan iri hati. Walaupun secara ilmiah tidak ada hubungan konstan
antara sikap dan perilaku, namun tayangan mistisme dan tahayul di media massa
dikhawatirkan mempengaruhi perilaku masyarakat dengan perilaku-perilaku buruk
yang ada pada tayangan-tayangan tersebut.

B. Pelecehan Seksual dan Pornomedia


1. Berawal dari Wacana Seks
Masalah tubuh perempuan sebagai objek porno, sebenarnya telah lama
menjadi polemik dihampir semua masyarakat disebabkan karena adanya dua kutup
dalam menilai tubuh manusia (terutama perempuan) sebagai objek seks. Pemikiran
tersebut mendasari semua argumentasi dan polemik tentang seks sebagai objek
porno di masyarakat baik sebagai alasan memuja-muja seks maupun alasan
penguasaan objek seks. Dari masa ke masa, masyarakat terus berpolemik tentang
seks di antara dua kutup itu.
Pada sisi lain dari kehidupan masyarakat kota, dijumpai beberapa wanita
lebh senang dieksploitasi atau mengeksploitasi dirinya sebagai objek porno. Wanita
lebih senang menonjolkan bagian-bagian tubuhnya untuk menjerat lawan jenisnya.
Bentuk tantangan seperti ini adalah sisi lain dari subjektivitas wanita dalam
memperlakukan peilaku seksnya, serta bagaimana mereka menempatkan tingkah
laku tersebut pada makna porno yang sesungguhnya.
Melihat bahawa wacana porno itu selalu ditanggapi secara subjektif menurut
konteks nilai yang berlaku di masyarakat dan dalam kurun waktu tertentu, maka
perdebatan-perdebatan tentang persoalan seks dan hal ihwal yang berhubungan
dengannya, harus dimulai dari pandangan intrasubjektif maupun intersubjektif
tentang makna sebenarnya dari porno yang diperdebatkan itu.
2. Pergesaran Konsep Pornografi
Pada awalnya ketika masyarakat belum terbuka seperti sekarang ini, begitu
pula media massa dan teknologi komunikasi belum berkembang seperti saat ini,
semua bentuk pencabulan atau tindakan-tindakan yang jorok dengan menonjolkan
objek seks disebut dengan kata porno. Saat ini ketika masyarakat sudah terbuka,
kemajuan teknologi komunikasi terus berkembang, maka konsep pornografi juga
telah bergeser dan berkembang. Karena itu secara garis besar, dalam wacana porno
atau penggambaran tindakan pencabulan (pornografi) kontemporer, ada beberapa
varian pemahaman porno yang dapat dikonseptualisasikan, seperti pornografi,
pornoteks, pornosuara, pornoaksi. Dalam kasus tertentu semua kategori konseptual
itu menjadi sajian dalam satu media, sehingga melahirkan konsep baru yang
dinamakan pornomedia.
a. Pornografi
Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak
menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia.
b. Pornoteks
c. Pornoteks adalah karya porno yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita dalam
berbagai versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita,
testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar
d. Pornosuara
Pornosuara yaitu suara, tuturan, kata-kata dan kalimat-kalimat yang diucapkan
seseorang, yang langsung atau tidak langsung bahkan secara halus atau vulgar
melakukan rayuan seksual, suara tentang tuturan tentang objek seksual atau
aktivitas seksual.
e. Pornoaksi
Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh,
penonjolan bagian-bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual
sampai dengan aksi mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak disengaja
atau disengaja untuk membangkitkan nafsu seksual bagi yang melihatnya.
f. Pornomedia
Dalam konteks media massa, pornografi, pornoteks, pornosuara dan pornoaksi
menjadi bagian-bagian yang saling berhubungan sesuai dengan karakter media
yang menyiarkan porno itu. Konsep pornomedia meliputi realitas porno yang
diciptakan oleh media.

3. Pengaruh Pornomedia; Kritik Terhadap Pornografi


Pornografi adalah sebuah istilah yang cukup lama dan cukup panjang
sejarahnya bila dibandingkan dengan berbagai istilah dalam konteks istilah-istilah
yang sama. Akhir-akhir ini masalah pornigrafi semakain sering diucapkan sejak
media massa terutama media elektronika sering menayangkan gambar-gambar
asusila.
Bahaya pornomedia dapat dikatakan sebagai berikut :
(1) Tingkat pertama, mengubah normal menjadi abnormal
(2) Tingkat kedua, meningkatkan kebiasaan menelusur dan mengkonsumsi
pornomedia dan menjadikan perilaku anomali sebagai kebiasaan.
(3) Tingkat tiga, mengumpulkan pandangan tentang pornomedia dan mengubah
pandangan normal terhadap anomali pornomedia.
(4) Tingkat empat, mencari kepuasan pornomedia di dunia nyata.
(5) Tingkat lima, sikap terhadap pencarian kepuasan pornomedia di dunia nyata dan
anomali seksual sebagai tindakan normal dan wajar.
Dengan emikian, ketika sebuah tayangan pornomedia disiarkan oleh media
massa, maka dapat dipastikan khalayak terkonstruksi dengan penayangan
pornomedia itu, karena media massa mampu meyakinkan khalayak dengan
terpaannya yang menyebar ke berbagai pihak. Hal ini sungguh menghawatirkan
banyak pihak karena kerusakan-kerusakan sosial dan moral pasti terjadi sebagai
bagian dari media massa yang tidak bisa dikendalikan sebagaimana bahaya
terhadap pornomedia tersebut.
Alasan pornomedia sebagai kekerasan (eksploitasi) terhadap manusia
terbesar di media massa adalah:
(a) Media dengan sengaja menggunakan objek perempuan untuk keuntungan bisnis
mereka, dengan demikian penggunaan pornomedia dilakukan secara terencana
untuk mengabaikan, menistakan dan mencampakkan harkat manusia, khususnya
perempuan.
(b) Objek pornomedia (umumnya tubuh perempuan) dijadikan sumber kapital yang
dapat mendatangkan uang, sementara perempuan sendiri menjadi subjek yang
disalahkan.
(c) Media massa telah mengabaikan aspek-aspek moral dan perusakan terhadap
nilai-nilai pendidikan dan agama serta tidak bertanggung jawab terhadap efek-efek
negatif yang terjadi di masyarakat.
(d) Selama ini berbagai pendapat yang menyudutkan perempuan sebagai subjek yang
bertanggung jawab atas pornomedia tidak pernah mendapat pembelian dari media
massa dengan alasan pemberitaan dari media massa harus berimbang.
(e) Media massa secara politik menempatkan perempuan sebagai bagian kekuasaan
mereka secara umum.
4. Konstruksi Sosial Pornomedia
Ketika media massa menggunakan pornomedia sebagai objek pemberitaan
maupun proses pemberitaan, maka informasi dan pemberitahuan porno itu akan
sangat cepat (dan meluas) terkonstruksi sebagai pengetahuan di masyarakat. Proses
kecepatan itu melalui tiga tahap, yaitu
(a) Proses eksternalisasi terhadap objek dan proses pencabulan terjadi dengan cepat
sebagai akibat dari penyesuaian diri yang sangat cepat dari masyarakat yang terbuka
untuk menerima informasi baru melalui media massa termasuk informasi-informais
pencabulan.
(b) Proses objektivasi, di mana masyarakat informasi yang terbuka dengan pola-pola
interaksi yang terbuka pula akan memudahkan terciptanya proses intersubjektif
yang dilembagakan, sehingga informasi yang disebarkan media massa akan dengan
mudah mengalami proses institusionalisasi di masyarakat.
(c) Proses internalisasi, dimana masyarakat yang sudah terobjektivasi dengan
pornomedia akan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian fungsional dari informasi
itu sendiri, dengan demikian masyarakat akan terbiasa dengan kehidupan porno.

C. Kekerasan Perempuan di Media Massa


1. Citra Kekerasan Perempuan
Keindahan perempuan dan kekaguman lelaki terhadap perempuan adalah
cerita klasik dalam sejarah umat manusia. Dua hal itu pula menjadi dominan dalam
inspirasi banyak pekerja seni dari masa ke masa. Eksploitasi perempuan dalam
pencitraan media massa tidak saja karena kerelaan perempuan,namun juga karena
kebutuhan kelas sosial itu sendiri. Sayangnya kehadiran perempuan dalam kelas
sosial itu masih menjadi dari refleksi realitas sosial masyarakatnya bahwa
perempuan selalu menjadi subordinat kebudayaan laki-laki.
2. Kekuasaan Laki-laki Atas Perempuan
Dari sisi pemaknaan, pemberitaan media massa juga tidak seimbang antara
pemaknaan ruang publik laki-laki dan ruang piblik perempuan. Ketika pemberitaan
media massa menyangkut persoalan laki-laki, maka media massa menyorotinya
sebagai pahlawan karena masyarakat membutuhkan mereka. Namun ketika sorotan
media massa pada persoalan perempuan, terkesan maknanya sebagai pelengkap
pemberitaan pada hari itu. Persoalan menjadi serius ketika pmberitaan media massa
menyangkut sisi-sisi aurat perempuan makna pemberitaannya justru menjadi
konsumsi laki-laki, maka disitu terkesan bahwa perempuan sedang dieksploitasi
sebagai sikap ketidakadilan terhadap perempuan dan bahkan kekerasan terhadap
mereka.

D. Kekerasan dan Sadisme


Kekerasan media massa bisa muncul secara fisik maupun verbal bagi media
televisi, dari kekerasan dengan katat-kata kasar sampai dengan siaran-siaran
rekonstruksi kekerasan yang dapat ditonton di televisi. Bentuk kekerasan dan
sadism media massa dengan modus yang sama di semua media lebih banyak
menonjolkan kengerian dan keseraman di mana tujuan pemberitaan itu sendiri.
Kejahatan di media massa terdiri dari beberapa macam, seperti (1)
kekerasan terhadap diri sendiri, seperti bunuh diri, (2) kekerasan kepada orang lain,
seperti menganiaya orang lain, (3) kekerasan kolektif, seperti perkelahian missal,
(4) kekerasan dengan skala yang lebih besar, seperti peperangan dan terorisme.

E. Pembunuhan Karakter
Pembunuhan karakter adalah juga kekerasan terhadap orang lain, karena
tidak seorang pun berhak menghalangi seseorang untuk berkarya mengekspresikan
diri dan mengembangkan karakternya di masyarakat. Bagi media massa yang
menggunakan paradigm war journalism pembunuhan karakter ini adalah model
produksi jurnalisnya, tanpa memandang apa pun akibat dari pemberitaannya bagi
semua pihak.
F. Tayangan dan Pemberitaan Yang Tidak Bermutu
Media massa juga acapkali menayangkan atau memberitakan informasi-
informasi yang tidak bermutu dan tak bermanfaat bagi masyarakat. persoalan
axiologi informasi menjadi sangat penting ketimbang persoalan epistemoligi-nya,
karena pertanyaan mengapa harus tayangan itu yang disiarkan, mengapa tayangan
semacam ini yang blow up media habis-habisan, padahal tayangan itu tak memberi
apa-apa bagi masyarakat kecuali masyarakat mengonsumsi sifat-sifat buruk dari
informasi itu, menjadi pertanyaan yang sangat mendasar dalam paragraf ini.

KESIMPULAN

Perkembangan teknologi media masa telah banyak berpengaruh terhadap


kehidupan kemasyarakatan. Banyak tayangan-tayangan dari media massa yang
menimbulkan permasalahan sosial. Secara perlahan tayangan-tayang dari media
massa membentuk budaya-budaya kekerasan, pornografi, mistikisme. Bila media
masa masih menjadi suatu industri yang mencari keuntungan maka dapat dipastikan
akan terjadi perubahan besar terhadap budaya masa depan. Budaya kekerasan dan
seks bebas akan menjadi budaya baru.

Masalah-masalah sosial yang diangkat olah media media massa telah banyak
berpengaruh terhadap perubahan dalam pola hidup dan budaya anak-anak maupun
remaja dalam kehidupan sehari-hari. Karena dimanapun kapanpun ternyata remaja
selalu membiracakan tayangan informasi terkini. Berarti bahwa media massa
mampu menerobos ke jiwa anak-anak dan remaja dalam mengaplikasi tayangannya
pada kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
http://agustocom.blogspot.com/2010/12/masalah-masalah-sosial-dan-media-
massa.html
http://matakuliahkomunikasi.blogspot.com/2010/01/masalah-masalah-sosial-dan-
media-massa.html
http://ciputrauceo.net/blog/2015/2/5/contoh-makalah-mahasiswa-yang-benar-
beserta-pedoman-pembuatan-makalah

Anda mungkin juga menyukai