Pendahuluan
Banyak para akademisi dan praktisi meramalkan media massa akan mengalami perubahan dari sifat,
peran, maupun jenis. Peran Madia massa yang sebelumnya sebagai institusi edukasi sekarang
menjadi institusi produktif yang dikarenakan perubahan social yang begitu cepat dan tuntutan para
pemilik modal yang begitu kuat.
Dalam teori media massa adalah institusi yang berfungsi member informasi, edukasi dan hiburan.
Namun pada saat ini media massa tidak lagi memberikan pengertian sesungguhnya dengan
memberikan informasi dan penyajian hiburan yang tidak edukatif lagi. Wajah ganda media massa ini
karena di satu sisi media massa menamakan diri sebagai agent of change dalam pengertian yang
sesungguhnya namun di sisi lainnya media massa juga menjadi agent of destroyer yang menjadi
pemicu masalah-masalah social di masyarakat.
Secara umum di masyarakat berkembnag dua nilai yang dipahami yaitu nilai kemanusiaan (humanism)
dan nilai kehewanan. Secara umum juga masyarakat bekerja keras agar nila-nilai kemanusiaan tumbuh
dan berkembang menjadi nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat namun secara alamiah pula nilai-nilai
kehewanan itu berkembang menurut nalurinya secara liar, bebas, dan secara diam-diam dianut oleh
sebagian masyarakat.
Media massa merefleksikan peran institusi edukasi masyarakat untuk melastarikan kedua nilai tersebut
walaupun masyarakat mengarapkan media massa berfungsi sebagai institusi yang mendorong nilai-
nilai kemanusiaan dan mendorong agar nilai kehewanan tidak berkembang.
Mistik dan tahayul yang disajikan media massa dipahami oleh masyarakat sebagai mistik dan tahayul
dalam konsep masyarakat yang sarat dengan suasana misteri, ketakutan, mencekam, horo dan
sebagainya. Hal ini muncul karena ketidakmampuan masyarakat menjawab konsep mistik selama ini
Page 1
sehingga rasa ingin tahu masyarakat terhadap fenomena mistik dan tahayul menjadi sangat besar dan
semakin menarik.
Kebutuhan masyarakat terhadap hiburan semacam ini adalah seperti sebuah pertualangan batin
masyarakat untuk menjawab rasa ingin tahu terhadap misteri fisika (mistik) atau rasa ingin tahu
terhadap dunia lain. Dengan kata lain keinginan mengetahui dunia lain sebagai sifat pertualangan
manusia atau sebuah tantangan lain menjadi pendorong utama masyarakat menyukai tayangan-
tayangan mistik. Kebiasaan menonton tayangan mistik juga merupakan sebuah budaya masyarakat
yang dilakukan hampir semua masyarakat. Khususnya di Indonesia kemungkinan kebiasaan
menjelajahi dunia mistik dilakukan bukan hanya sebagai salah satu hiburan semata namun juga
menjadi pembenaran budaya, kepercayaan bahkan menjadi cara bersikap dan berperilaku.
Televisi menayangkan film-film mistik, horror adalah sebuah refleksi sosiologis yang digambarkan
sebagaimana fenomena itu hidup dalam alam kognitif di berbagai masyarakat. Tayangan-tayangan
mistik menjadi sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, budaya, dan tradisi yang dialami masyarakat
sebagai bentuk pertualangan untuk menjawab misteri yang selama ini menjadi problem batiniah
masyarakat dan media televise dapat menyuguhkannya.
Page 2
2. Mistik-fiksi yaitu fim mistik hiburan yang tidak masuk akal bersifat fiksi atau hanya sebuah fiksi
yang difilmkan untuk menciptakan dan menyajikan misteri, suasana mencekam, dan kengerian
kepada penontonnya.
Contoh :
Harry Potter
3. Mistik-horor yaitu mistik yang lebih banyak mengeksploitasi dunia lain seperti yang
berhubungan jin, setan, santet, kekuatan-kekuatan supranatural, kematian tidak wajar, balas
dendam, penyiksaan dan sebagainya.
Contoh :
(Masih) Dunia Lain di Trans 7
Page 3
Tujuan dari tayangan ini untuk menciptakan suasana mencekam dan horror. Tayangan mistik dan
tahayul yang disiarkan di media massa adalah konstruksi social media massa yang tujuannya untuk
menciptakan keseraman dan kengerian massa. Tidak ada alasan yang rasional yang mengatakan
siaran mistik dan tahayul seperti ini bermanfaat bagi masyarakat.
Saat ini penayangan program di televisi menjadi latah karena ketika salah satu sukses dengan
tayangan tersebut stasiun televisi lain akan ikut menayangankan bentuk program yang serupa. Latah
semacam ini menunjukkan kinerja stasiun televisi hanya menjual siaran yang menangkap selera
rendah pemirsanya. Televisi kehilangan agenda-setting yang paling penting yaitu sebagai media
transformasi dan budaya yang sangat strategis dalam mencerdaskan masyarakat.
Page 4
Kerusakan sikap menyangkut pembenaraan terhadap kondisi konsisi hidup yang irasional, toleransi
terhadap keburukan, dengki, iri hati dan permisif terhadap mental yang mana sikap-sikap hidup
semacam ini dipandang sebagai sikap-sikap yang buruk di masyarakat.
Walaupun secara ilmiah tidak ada hubungan konstan antara sikap dan perilaku namun tayangan
mistisme dan tahayul di media massa dikhawatirkan memengaruhi perilaku masyarakat dengan
perilaku-perilaku buruk yang ada pada tayangan tersebut.
Page 5