Anda di halaman 1dari 5

Teori difusi kebudayaan merupakan salah satu dari sekian banyak teori yang dikenal dalam

Antropologi. Obyek studi ilmu antropologi adalah manusia. Manusia adalah makhluk sosial, yang
selalu berinteraksi dengan manusia yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terkadang
manusia atau sekelompok manusia harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Perpindahan yang dilakukan oleh manusia atau sekelompok manusia tersebut meliputi juga
kebudayaannya.

Teori difusi kebudayaan diartikan sebagai pernyebaran kebudayaan yang disebabkan adanya
migrasi manusia. Adanya penyebaran mengakibatkan peleburan. Peleburan tersebut terjadi pada
saat suatu kebudayaan beradaptasi dengan kebudayaan lain sehingga akan mengalami penyebar-
luasan atau bahkan memunculkan suatu kebudayaan baru. Difusi kebudayaan terjadi karena
migrasi, berati bahwa kebudayaan imigran melebur di daerah imigrasi, yang terjadi dalam beberapa
bentuk, seperti :

 adanya individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan ke tempat yang jauh.
 disebarkan oleh individu dalam suatu kelompok dengan pertemuan individu kelompok lain, mereka
saling mempelajaru dan memahami kebudayaan mereka masing-masing.
 adanya hubungan perdagangan, di mana pedagang masuk ke dalam suatu wilayah dan unsur-unsur
budaya tersebut masuk dalam kebudayaan penerima tanpa disengaja.

Perkembangan Teori Difusi. Pernyataan tentang perkembangan unsur-unsur kebudayaan


manusia diawali oleh F. Ratzel (1844 - 1904), seorang ahli ilmu hayat dan ilmu geologi. F. Ratzel
beranggapan bahwa kebudayaan manusia itu pangkalnya satu, dan di satu tempat yang tertentu,
yaitu pada waktu manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian, budaya induk tersebut
berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan
lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu bangsa-bangsa pemangku kebudayaan-
kebudayaan baru tersebut tidak tetap tinggal terpisah, mereka selalu berpindah dan gerakan
perpindahan bangsa-bangsa tersebut akan saling pengaruh mempengaruhi.

Mazhab Schmidt. W. Schmidt, dalam dunia antropologi ia dikenal sebagai seorang yang telah
mengembangkan lebih lanjut mengenai metode klasifikasi kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam
kulturkreise, yang bertujuan untuk dapat melihat sejarah persebaran dan perkembangan
kebudayaan atau kulturhistorie dari seluruh umat manusia di muka bumi. W Schmidt dikenal juga
dengan pendiriannya bahwa keyakinan adanya satu Tuhan bukanlah suatu perkembangan yang
termuda dalam sejarah kebudayaan manusia. Religi yang bersifat monotheisme tersebut sudah ada
dalam bentuk yang sangat amat tua.

Teori Difusi W.H.R. Rivers. W.H.R. Rivers (1864 - 1922) mengembangkan suatu metode
wawancara baru, sehingga ia behasil mengumpulkan banyak bahan, terutama mengenai sistem
kemasyarakat suku bangsa-suku bangsa yang tinggal di daerah penelitian yang dilakukannya yaitu
masyarakat sekitar selat Torres, yang meliputi data-data mengenai asal usul individu dengan
mengajukan pertanyaan tentang kerabat dan nenek moyang sebagai pangkalnya. Metode
wawancaranya yang dikenal dengan genealogical method atau metode genealogi tersebut
merupakan alat utama bagi tiap peneliti antropologi yang akan melakukan field work (studi
lapangan) di suatu daerah, yang diuraikan dalam bukunya yang berjudul 'A Genealogical Method
of Anthropological Inquiry.

Teori Difusi Kebudayaan G. Elliot Smith dan W.J. Perry. Teori difusi kebudayaan dimaksudkan
untuk meneliti dan mengungkap segala bentuk kontak dan persebaran budaya sampai ke wilayah
yang paling kecil dari persebaran budaya tersebut. Jadi kontribusi pengkajian difusi terhadap
kebudayaan manusia bukan terletak pada aspek historis budaya tersebut, tetapi teletak pada aspek
letak geografi budaya dalam kewilayahan dunia. Ide awal adanya teori difusi kebudayaan ini pertema
kali dikemukakan oleh G. Elliot Smith (1871 - 1937) dan W.J. Perry (1887 - 1949), dua orang ahli
antropologi dari Inggris. Keduanya mengajukan sebuah teori yang mereka namakan "Heliolithic
Theory". Teori tersebut menyebutkan bahwa peradaban-peradaban besar yang pernah ada di masa
lampau merupakan hasil persebaran yang berasal dari Mesir. Hal ini karena berdasarkan kajian
keduanya, pernah terjadi suatu peristiwa difusi yang sangat besar di masa lampau yang berpusat di
Mesir. Persebaran dari titik utama di Mesir ini kemudian bergerak ke arah timur yang meliputi
daerah-daerah terjauh seperti India, Indonesia, Polinesia, hingga mencapai Amerika. Orang-orang
Mesir tersebut melakukan perpindahan dengan cara menyebar ke berbagai tempat dalam usahanya
untuk mencari logam mulia dan batu mulia seperti emas, perak, dan permata.

Sebagai teori yang datang setelah teori evolusi kebudayaan, teori difusi kebudayaan pada awalnya
tidak dipertentangkan dengan teori evolusi kebudayaan. Hal tersebut dikerenakan para tokoh teori
evolusi kebudayaan, tidak menafikan adanya kenyataan bahwa kebudayaan manusia tersebut dapat
menyebar dan dapat menyebabkan beragam perubahan akibat penyebaran tersebut.

Teori Difusi Kebudayaan Franz Boaz. Pertentangan antara teori evolusi kebudayaan dan teori
difusi kebudayaan mulai mengemuka setelah Franz Boaz (1858 - 1942), seorang ahli geografi
sekaligus seorang ahli antropologi dari Jerman menyatakan bahwa penelitian difusi kebudayaan
harus diarahkan hanya pada daerah-daerah tertentu saja dan apa yang mengemuka dalam
komunitas kebudayaan tertentu tersebut harus diperhatikan secara seksama dan seteliti mungkin.
Pernyataan Franz Boas itu dilakukan setelah ia banyak melakukan ekspedisi ke wilayah-wilayah
pedalaman Amerika untuk mengumpulkan bahan-bahan etnografi yang digunakannya untuk
menyusun beragam karangannya mengenai kebudayaan.

Model penelitian Franz Boas tersebut selanjutnya dikenal dengan nama "partikularisme historis", di
mana di dalamnya melahirkan konsep-konsep baru mengenai kajian kebudayaan, seperti kulturkreis
atau daerah (lingkungan) dan kulturschichten atau lapisan kebudayaan. Dalam kajian
kebudayaannya tersebut, Franz Boas sangat memperhatikan dan mencermati unsur-unsur
persamaan yang dimiliki oleh suatu kebudayaan, untuk kemudian dimasukkan ke dalam sebuah
kategori yang disebutkannya sebagai kulturkreis dankulturschichten tersebut. Dengan cara
seperti itu, maka akan diketahui unsur-unsur yang ada dalam beragam kebudayaan dunia.

Teori Difusi Kebudayaan Clark Wissler. Teori difusi kebudayaan yang dikemukakan oleh Franz
Boas tersebut selanjutnya diteruskan oleh muridnya yang bernama Clark Wissler (1870 - 1947),
seorang ahli psikologi yang bekerja di Museum of Natural History Amerika. Clark Wissler mengajukan
suatu teori baru sebagai kelanjutan dan pengembangan dari pemikiran Franz Boaz mengenai difusi
kebudayaan. Teori dari Clark Wissler tersebut adalah "culture area", yang merupakan pembagian
dari kebudayaan-kebudayaan Indian di Amerika ke dalam daerah-daerah yang
merupakan kesatuan mengenai corak kebudayaan-kebudayaan di dalamnya. Hal tersebut dilakukan
karena Clark Wissler ingin mengklasifikasikan beragam peninggalan budaya dari aneka ragam suku
yang ada di pedalaman Amerika sebagai hasil dari perjalanan antropologis yang dilakukannya.
Dengan menerapkan dan mengimplementasikan teorinya tersebut, Clark Wissler berhasil
menggolongkan puluhan kebudayaan yang berbeda-beda ke dalam satu golongan berdasarkan
berdasarkan pada persamaan sejumlah ciri-ciri yang sangat mencolok dalam kebudayaan-
kebudayaan tersebut.
Teori Difusi Kebudayaan A.L. Kroeber. Penerus dari teori difusi kebudayaan yang dikemukakan
oleh Franz Boas yang lain adalah A.L. Kroeber (1876 - 1960). Seperti halnya Franz Boas, A.L.
Kroeber juga sangat mementingkan penelitian lapangan secara komprehensif yang berlangsung
dalam kurun waktu yang lama. Hal tersebut terapkannya juga kepada murid-muridnya dengan
mewajibkan mereka untuk melakukan penelitian lapangan dan diharuskan mengetahui dan
memahami apa yang ada dalam masyarakat tempat mereka melakukan penelitian, diantaranya
mampu menggunakan bahasa yang masyarakat tersebut gunakan serta mengumpulkan berbagai
bahan yang berhubungan dengan masyarakat tersebut.

Antropologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari kehidupan manusia beserta kebudayaan
dalam masyarakatnya baik dilihat dari segi manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Pengertian Antropologi menurut Willian a. Haviland adalah studi umat manusia, berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian
yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. David Hunter adalah memberikan pengertian lain
tentang antropologi yaitu ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia. Sedangkan Koentjaraningrat adalah yang memberikan pengertian bahwa antropologi
adalah ilmu yang mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa antropologi adalah ilmu yang
mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara berperilaku, tradisi,
nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Dengan adanya studi-studi mengenai masyarakat di luar sana, sehingga muncul lah berbagai macam
teori dan konsep mengenai antropologi diantaranya adalah teori difusi. Difusi adalah penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain. Penyebaran tersebut menimbulkan
peleburan. Peleburan yang terjadi saat suatu kebudayaan beradaptasi dengan kebudayaan lain
sehingga akan mengalami penyebarluasan atau bahkan memunculkan kebudayaan baru. Difusi itu
terjadi dari migrasi, sehingga kebudayaan imigran melebur didaerah imigrasi. Bentuknya : a. adanya
individu tertentu yg membawa unsur kebudayaan ke tempat y jauh. Missal para pelaut dan pendeta
mereka pergi jauh mendifusikan kebudayaan mereka. b. disebarkan oleh individu dalm suatu
kelompok dengan pertemuan individu kelompok lain,mereka saling mempelajari dan memahami
kebudayaan mereka masing2, c. adanya hubungan perdangan dimana pedagang masuk dalam suatu
wilayah dan unsur2 budaya tersebut masuk dalam kebudayaan penerima tanpa disengaja.

Sejarah Perkembangan teori difusi.

Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali oleh seorang sarjana bernama F.
Ratzel (1844-1904). Dia adalah seorang sarjana Ilmu hayat merangkap ilmu bumi, yang
memberiakan suatu anggapan bahwa Kebudayaan manusia itu pangkalnya satu, dan di satu tempat
yang tertentu, yaitu pada waktu makhluk manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian,
kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru,
karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu bangsa-bangsa
pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetap tinggal terpisah. Sepanjang masa di muka
bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta
pengaruh mempengaruhi.

BIOGRAFI SINGKAT TOKOH a.

1. H. R Rivers, lahir 12 Maret 1864, Luton, Chatham, Kent. Meninggal pada 4 Juni 1922, Cambridge,
Cambridgeshire.

TEORI DAN KONSEP

YANG DIBUAT Para Sarjana tertarik dengan persamaan bentuk dari unsur-unsur kebudayaan
diberbagai tempat meskipun jaraknya jauh.

1. Teori Difusi Rivers (1864-1922) meneliti unsur-unsur kebudayaan di daerah Melanesia. Ia anggota
Cambridge Torres Straits Expedition dan meneliti hubungan antara kebudayaan suku bangsa yang
mendiami sekitar Selat Torres, yaitu Irian Selatan dan Australi Utara dengan mengembangkan
metode wawancara melalui pengumpulan bahan mengenai sistem kemasyarakatannya dengan
mengumpulkan data mengenai asal-usul individu dengan mengajukan pertanyaan tentang kerabat
dan nenek moyang sebagai pangkalnya. Metode tersebut diuraikan dalam karagannya berjudul A
genealogical Method of Anthropological Inquiry (1910). Metode tersebut lebih dikenal dengan
genealogical method atau metoe genealogi yang merupakan alat utama untuk melakukan field work
Di beberapa tempat Rivers juga menggunakan metode field work yaitu untuk meneliti suku bangsa
Toda di Propinsi Mysore, India Selatan yang meghasilkan buku The Todas (1906) ia mendapat bahan
mengenai sistem kekerabatan orang Toda. Kemudia ia bandingkan dengan bahan yang diperoleh
dari Melanesia dan dikembangkan beberapa konsepsi baru dalam penelitian sistem kekerabatan.
2. Teori Difusi Elliot Smith (1871-1937) Dan W.J Perry (1887-1949) Sejarah kebudayaan dunia pada
zaman purbakala pernah terjadi suatu peristiwa difusi besar yang berpangkal di Mesir yang bergerak
kea rah timur dan meliputi jarak yang sangat jauh. Teori ini disebut heliolithic theory, meskipun
sangat dikecam R.H. Lowie, ahli antropologi Amerika, yang menyatakan bahwa teori Heliotik itu
merupakan teori difusi yang sangat extreme yang tidak sesuai dengan kenyataan, baik dipandang
dari hasil penggalian ilmu Prehistori maupun dari sudut konsep- konsep tentang proses difusi dan
pertukaran unsur-unsur kebudayaan.

PENERAPAN TEORI

Indonesia diapit oleh 2 benua dan samudera sehingga Indonesia sebagai jalur perdagangan dan
dilewati untuk perpindahan bangsa-bangsa dan kebudayaannya, selain itu Bangsa Indonesia juga
kaya akan rempah-rempah sehingga memicu daya tarik bangsa lain untuk berdagang dan
berinvestasi di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sekarang merupakan akibat dari perpindahan dan
penyebaran kebudayaan dari bangsa-bangsa yang melewati Indonesia atau yang menetap.
Contohnya kampung Pecinan yang ada di Pekalongan dikarenakan pada zaman perdagangan dahulu
bangsa Cina datang ke Indonesia untuk berdagang dan memanfaatkan rempah-rempah yang ada di
Indonesia. Bangsa Cina datang membawa kebudayaannya dan singgah serta menetap di Indonesia.
Kebudayaan dari Bangsa Cina kemudian diadopsi oleh Bangsa Indonesia sampai sekarang.
Contohnya

PENUTUP

Teori dan konsep tersebut bermaksud menunjukkan bahwa kebudayaan yang berawal dari suatu
daerah akan menyebar dan berkembang ke daerah lain karena dipengaruhi oleh perpindahan atau
migrasi dari bangsa-bangsa terdahulu, kemudian menetap dan berkembang.

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat, 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press)

Antropologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari kehidupan manusia beserta kebudayaan
dalam masyarakatnya baik dilihat dari segi manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Pengertian Antropologi menurut Willian a. Haviland adalah studi umat manusia, berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian
yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. David Hunter adalah memberikan pengertian lain
tentang antropologi yaitu ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia. Sedangkan Koentjaraningrat adalah yang memberikan pengertian bahwa antropologi
adalah ilmu yang mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang
dihasilkan. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa antropologi adalah ilmu yang
mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara berperilaku, tradisi,
nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Dengan adanya studi-studi mengenai masyarakat di luar sana, sehingga muncul lah berbagai macam
teori dan konsep mengenai antropologi diantaranya adalah teori difusi. Difusi adalah penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain. Penyebaran tersebut menimbulkan
peleburan. Peleburan yang terjadi saat suatu kebudayaan beradaptasi dengan kebudayaan lain
sehingga akan mengalami penyebarluasan atau bahkan memunculkan kebudayaan baru. Difusi itu
terjadi dari migrasi, sehingga kebudayaan imigran melebur didaerah imigrasi. Bentuknya : a. adanya
individu tertentu yg membawa unsur kebudayaan ke tempat y jauh. Missal para pelaut dan pendeta
mereka pergi jauh mendifusikan kebudayaan mereka. b. disebarkan oleh individu dalm suatu
kelompok dengan pertemuan individu kelompok lain,mereka saling mempelajari dan memahami
kebudayaan mereka masing2, c. adanya hubungan perdangan dimana pedagang masuk dalam suatu
wilayah dan unsur2 budaya tersebut masuk dalam kebudayaan penerima tanpa disengaja.

Sejarah Perkembangan teori difusi.

Perkembangan sejarah unsur-unsur kebudayaan manusia di awali oleh seorang sarjana bernama F.
Ratzel (1844-1904). Dia adalah seorang sarjana Ilmu hayat merangkap ilmu bumi, yang
memberiakan suatu anggapan bahwa Kebudayaan manusia itu pangkalnya satu, dan di satu tempat
yang tertentu, yaitu pada waktu makhluk manusia baru saja muncul di dunia ini. Kemudian,
kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan pecah ke dalam banyak kebudayaan baru,
karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu. Dalam proses pemecahan itu bangsa-bangsa
pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetap tinggal terpisah. Sepanjang masa di muka
bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan bangsa-bangsa yang saling berhubungan serta
pengaruh mempengaruhi.

BIOGRAFI SINGKAT TOKOH a.

1. H. R Rivers, lahir 12 Maret 1864, Luton, Chatham, Kent. Meninggal pada 4 Juni 1922, Cambridge,
Cambridgeshire.

TEORI DAN KONSEP

YANG DIBUAT Para Sarjana tertarik dengan persamaan bentuk dari unsur-unsur kebudayaan
diberbagai tempat meskipun jaraknya jauh.

1. Teori Difusi Rivers (1864-1922) meneliti unsur-unsur kebudayaan di daerah Melanesia. Ia anggota
Cambridge Torres Straits Expedition dan meneliti hubungan antara kebudayaan suku bangsa yang
mendiami sekitar Selat Torres, yaitu Irian Selatan dan Australi Utara dengan mengembangkan
metode wawancara melalui pengumpulan bahan mengenai sistem kemasyarakatannya dengan
mengumpulkan data mengenai asal-usul individu dengan mengajukan pertanyaan tentang kerabat
dan nenek moyang sebagai pangkalnya. Metode tersebut diuraikan dalam karagannya berjudul A
genealogical Method of Anthropological Inquiry (1910). Metode tersebut lebih dikenal dengan
genealogical method atau metoe genealogi yang merupakan alat utama untuk melakukan field work
Di beberapa tempat Rivers juga menggunakan metode field work yaitu untuk meneliti suku bangsa
Toda di Propinsi Mysore, India Selatan yang meghasilkan buku The Todas (1906) ia mendapat bahan
mengenai sistem kekerabatan orang Toda. Kemudia ia bandingkan dengan bahan yang diperoleh
dari Melanesia dan dikembangkan beberapa konsepsi baru dalam penelitian sistem kekerabatan.
2. Teori Difusi Elliot Smith (1871-1937) Dan W.J Perry (1887-1949) Sejarah kebudayaan dunia pada
zaman purbakala pernah terjadi suatu peristiwa difusi besar yang berpangkal di Mesir yang bergerak
kea rah timur dan meliputi jarak yang sangat jauh. Teori ini disebut heliolithic theory, meskipun
sangat dikecam R.H. Lowie, ahli antropologi Amerika, yang menyatakan bahwa teori Heliotik itu
merupakan teori difusi yang sangat extreme yang tidak sesuai dengan kenyataan, baik dipandang
dari hasil penggalian ilmu Prehistori maupun dari sudut konsep- konsep tentang proses difusi dan
pertukaran unsur-unsur kebudayaan.

PENERAPAN TEORI

Indonesia diapit oleh 2 benua dan samudera sehingga Indonesia sebagai jalur perdagangan dan
dilewati untuk perpindahan bangsa-bangsa dan kebudayaannya, selain itu Bangsa Indonesia juga
kaya akan rempah-rempah sehingga memicu daya tarik bangsa lain untuk berdagang dan
berinvestasi di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sekarang merupakan akibat dari perpindahan dan
penyebaran kebudayaan dari bangsa-bangsa yang melewati Indonesia atau yang menetap.
Contohnya kampung Pecinan yang ada di Pekalongan dikarenakan pada zaman perdagangan dahulu
bangsa Cina datang ke Indonesia untuk berdagang dan memanfaatkan rempah-rempah yang ada di
Indonesia. Bangsa Cina datang membawa kebudayaannya dan singgah serta menetap di Indonesia.
Kebudayaan dari Bangsa Cina kemudian diadopsi oleh Bangsa Indonesia sampai sekarang.
Contohnya

PENUTUP

Teori dan konsep tersebut bermaksud menunjukkan bahwa kebudayaan yang berawal dari suatu
daerah akan menyebar dan berkembang ke daerah lain karena dipengaruhi oleh perpindahan atau
migrasi dari bangsa-bangsa terdahulu, kemudian menetap dan berkembang.

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat, 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press)

Anda mungkin juga menyukai