Parsudi Suparlan
(Universitas Indonesia)
Abstract
1
Naskah aslinya disampaikan dalam Widyakarya Nasional Antropologi 1997, Jakarta 25-
28 Agustus 1997.
Pengalaman-pengalaman menghadapi orang-luar, yang di satu pihak menguntungkan kehidupan ekonomi sehari
mereka, lain juga mereka rasakan sebagai merugikan kehidupan mereka secara menyeluruh, telah membuat merek
tidak berani untuk menentang atau mela wannya. Trenkenschuh (1970) telah membahasnya serta menyimpulkan
bahwa kebudayaan orang Kamoro telah dihancurkan sebagai akibat hubungan-hubungan mereka dengan par
penyebar agama Katolik, dengan sistem penjajahan Belanda yang menuntut pajak dan kerja rodi, dan dengan penjaja
Jepang yang lebih kejam lagi. Yang mereka punyai sekarang adalah rasa rendah diri serta tidak percaya diri dalam
menghadapi orang-luar, dan untuk membangkitkan rasa percaya diri tersebut mereka lari ke minuman beralkoho
Selama penelitian saya di lapangan, saya mengamati kebenaran pendapat Trenkenschuh tersebut dalam bentuk gejala
gejala pemabokan yang umum berlaku dalam kehidupan mereka. Tetapi saya juga melihat adanya kemampuan Orang
Kamoro, terutama di desa Mwapi untuk menyembunyikan kelemahan tersebut dengan cara berlaku sopan dalam
menghadapi orang-luar. Gejala tersebut terutama dapat diamati dalam hubungan mereka dengan para pejabat yang
biasanya datang untuk memberi hadiah-hadiah kepada mereka, berkomunikasi dengan para tamu pejabat yang datang
berkunjung dengan menggunakan idiom-idiom sesuai dengan kategori pejabat atau orang-luar yang mereka hadap
tersebut (hal ini juga dikemukakan oleh Widjojo (1997) dalam pembahasannya mengenai hubungan Orang Kamoro
dengan orang-luar). Karena itu Orang Kamoro memberikan kesan sebagai golongan sukubangsa di Kabupaten
Timika, yang dapat dibedakan dari ciri-ciri kebudayaan suku-sukubangsa lainnya, karena mereka ini berpenampila
Kepustakaan
Barth, F.
1969 'Introduction' dalam Frederik Barth (ed.) Ethnic Groups and
Boundaries. Boston: Little, Brown, hlm.8-39.
Bruner, E.M.
1974 'The Expression of Ethnicity in Indonesia', dalam Abner Cohen (ed).
Urban Ethnicity. A.S.A. Monograph (12) London: Tavistock, hlm. 251-
280.
Fried, M.
1967 The Evolution of Political Society. An Essay in Political
Antropology. New York: Random.
Geertz, C.
1973a 'Thick Description: Toward an Interpretive Theory of Culture', The
Interpretation of Cultures. New York: Basic, hal.3-32.
Goffman, E.
1959 The Presentation of Self in Everyday Life. Garden City, N.Y.:
Doubleday Anchor.
Jenkins, R.
1997 Rethinking Ethnicity: Arguments and Exploration.London: Sage.
Pouwer, J.
1955 Enkele Aspecten van de Mimika-Cultuur (Nederlands Nieuw
Guinea). 's-Gravenhage: Staatsdrukerij.
Suparlan, P.
1995 The Javanese in Surinam: Ethnicity in an Ethnically Plural Society.
Tempe, Arizona: Program for Southeast Asian Studies, Arizona State
University.
Trenkenschuh, F.
1969 'Border Areas of Asmat: The Timika', An Asmat Sketchbook, (1) hal.
77-82. Agats: Museum Asmat.
Widjojo, M.S
1995 Orang Kamoro dan Perubahan Sosial Budaya di Timika Irian Jaya.
Jakarta: LIPI.