Anda di halaman 1dari 4

Nama: Alyda Qorina Zahra

NIM: 11201110000065

Orientasi Teoritis
Perkembangan, Masyarakat,
Secara sederhana, orientasi teoritis dapat diartikan sebagai pendekatan, yakni suatu
kerangka yang diterima oleh peneliti untuk mengkaji suatu masalah yang dapat
dipertentangkan oleh kerangka lain. Ada beberapa pokok-pokok pikiran mengenai teori
antropologi diantaranya:
1. Evolusionisme
Orientasi teoritis ini berkembang pada abad XIX. Suatu kritik yang dihantam para
evolusionis abad Sembilan belas yaitu sifat mereka yang etnosentris. Jelasnya, mereka inggris
mengaggap prestasi tertinggi dicapai oleh manusia. Mereka melakukan kontruksi logis
berdasarkan data yang diragukan.
Ada dua aspek yang terpenting, pertama kaum evolusionis abad kesembilan belas
sedang bergulat untuk menegakkan suatu mengenai fenomen kultural atau yang Tylor sebut
sebagai ilmu budaya.
Difusionisme
Teori ini popular di Inggris dan Jerman-Austria pada akhir abad XIX dan awal abad XX.
Teori ini mengutamakan peranan penyebaran dalam rangka menjelaskan kesamaan diantara
berbagai kebudayaan di dunia. Difusi itu sendiri ialah proses historis dari perubahan
kebudayaan melalui transmisi lintas-budaya. Tokoh utama dari teori ini ialah G. Eliot Smith,
William J. Perry, dan W. H. R. Rivers. Mereka berpendapat bahwa kebanyakan aspek
kebudayaan pada tahap tinggi pertama kali berkembang di Mesir dan menyebar karena adanya
kontak dari Mesir.
Adapun pendiri difusi di jerman dan Austria yaitu Fritz Graebner dan Peter Wilhelm
Schmidt. Mereka juga berpendapat bahwa manusia lebih suka meminjam unsur kebudayaan
orang lain daripada menciptakan ide baru sendiri.
Adapun pelopor difusi Amerika yaitu Clark Wissler dan Alfred Kroeber. Mereka
berpendapat bahwa ciri-ciri kebudayaan yang khas terdapat dalam wilayah kebudayaan dan
bersumber pada pusat kebudayaan.
2. Partikularisme Historis
Aliran ini dibangun oleh bapak Antropologi Amerika, Franz Boas. Boas menyangkal
semua pendapat yang dikemukakan Tylor, Morgan, dan lain-lain. Menurut Boas, mereka tidak
memiliki cukup data untuk membuat generalisasi, apalagi generalisasi yang disusun itu
berdasrkan atas data tangan kedua yang metode pengumpulannya tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara objektif. Boas juga berpandangan bahwa ciri-ciri kebudayaan
harus dipelajari dalam konteks masyarakat tertentu saja.
3. Struktural-Fungsionalisme
Fungsionalisme dipelopori oleh Bronislaw Malinowski. Dia berasumsi bahwa semua
unsur kebudayaan memiliki fungsi penting dan memenuhi beberapa fungsi mendasar bagi
keseluruhan kebudayaan yang bersangkutan. Dia melakukan penelitian di Kepulauan Trobriand.
Etnografinya menggambarkan keterkaitan hubungan yang fungsional antar berbagai unsur
kebudayaan masyarakat tersebut.
Adapun Arthur Reginald Radcliffe-Brown, seorang antropologi yang melakukan
peneitian di Kepulauan Andaman. Radcliffe berpandangan bahwa aspek perilaku sosial muncul
untuk mempertahankan struktur sosial masyarakat, bukan untuk memenuhi kebutuhan
individu. Menurutnya, upacara keagamaan masyarakat Andaman adalah untuk memelihara
kohesi sosial.
4. Antropologi Psikologi
Tokoh kunci dalam orientasi ini adalah Ruth Benedict dan Margaret Mead. Dalam
menguji konsep psikologis ia memfokuskan pada masyarakat eropa masalah pubertas di
kalangan remaja di Samoa dan perbedaan psikologis antara wanita dan oria. Dia menyimpulkan
bahwa remaja di Samoa tidak mengalami pubertas dan perbedaan kebudayaan antara wanita
dan pria bukan merupakan perbedaan biologis tetapi perbedaan yang ditentukan kebudayaan.
Lebih singkatnya ada 3 topik secara garis besar yaitu hubungan antara kebudayaan dan
hakikat manusia, hubungan antara kebudayaan dan kepribadian individu, dan hubungan antara
kebudayaan dan tipe kepribadian khas masyarakat.
5. Strukturalisme
Aliran ini dibangun oleh antropolog Prancis yaitu Levi-Strauss. Levi berpandangan bahwa
kebudayaan manusia merupakan perwakilan lahirlah dari struktur pikiran manusia yang
mendasari. Kaum strukturalisme beranggapan bahwa pikiran manusia senantiasa distukturkan
menurut oposisi biner dan mengklaim bahwa oposisi biner tersebut termanifestasi dalam
berbagai aspek kebudayaan.
6. Materialisme Dialektik
Aliran ini diusung oleh Karl Marx pada pertengahan abad XIX. Orientasi ini bertujuan
menjelaskan mengenai alasan terjadinya perubahan dan perkembangan sistem sosial budaya
yang berfkous pada asumsi bahwa struktur suatu masyarakat ditentukan oleh mode produksi.
7. Materialisme Kultural
Aliran ini dikembangkan oleh Leslie White dan Julian Steward. Menurut materialism ini,
struktur sosial dan suprastruktur ideologi ditentukan oleh mode produksi dan mode reproduksi
masyarakat. Fokus kajian aliran ini adlah penjelasan tentang cara-cara manusia dengan sarana
kebudayaan yang dimilikinya memanipulasi dan membentuk ekosistem sendiri.
Terdapat 2 konsep dalam aliran ekologi budaya, pertama lingkungan yang dipahami
sebagai hal yang berkenaan dengan habitat alami. Dan budaya yang dianggap oleh ekolog
budaya sebagai posibilisme lingkungan, para ekolog budaya berpendapat bahwa faktor
lingkungan dan budaya merupakan bagian yang saling berinteraksi.
8. Etnosains
Aliran antropologi ini diusung oleh Harold Conklin, Ward Goodenough, dan Charless
Frake. Aliran ini mengidentifikasi aturan kebudayaan yang mendasari tingkah laku manusia
melalui analisis konsep komponensia. Pada intinya, konsep ini bertujuan untuk memahami alat
konseptual yang digunakansuatu masyarakat untuk mengklasifikasi, menata. Antropolog
kognitif juga berasumsi bahwa setiap masyarakat memiliki suatu kode kognitif yang mencakup
semua domain budaya dan menandai masyarakat tersebut. asumsi lain bahwa kategori itu
terkodekan dalam struktir dan ciri bahasa yang digunakan masyarakat tersebut.
9. Antropologi Simbolik
Antropologi Ini disebut juga antropologi interpretif yang dibentuk oleh Clifford Geertz.
Aliran ini berupaya mengungkapkan cara-cara simbolik dimana manusia secara individual dan
kolektif memberikan makna kepada kehidupannya.
Antropologi dan ilmu sosial lain memiliki beberapa karakterisitik yang saling berkaitain.
Pertama, dalam pendekatan interpretif yang lebih ditekankan adalah partikularitas berbagai
kebudayaan dan objek kajian antropologi. Kedua, ilmu sosial harus interpretif dan hermeneutic.
Antropologi simbok memandang manusia sebagai subjek dan objek sekaligus. Simbol
dapat berupa apa saja yang diberikan manusia seperti tindakan, bahasa, tanda, emosi. Secara
ringkas, antropologi simbolik didasarkan pada konsep bahwa para anggota masyarakat memiliki
sistem simbol dan makna yang disebut kebudayaan.
10. Sosiobiologi
Sosiobiologi dikembangkan oleh Edward Wilson. Aliran ini berusaha menerapkan
prinsip-prinsip evolusi biologi terhadap fenomena sosial dan penggunaan pendekatan genetika
dalam memahami perilaku kebudayaan.
Wilson beragumen bahwa penerapan prinsip Darwin memungkinkan untuk menjelaskan
kebudayaan dengan cara yang banyak kesamaannya dengan ketika orang menjelaskan
kehidupan sosial. Tetapi berbeda dengan Darwin yang beragumen keseluruhan kebudayaan
manusia. Dengan menganalisis antropologi, ia memperhatikan efek seleksi kelompok dalam
perang di kalangan manusia, seleksi seksual dalam perkembangan organisasi politik, dll.
Gerakan sosiobiologi selanjutnya dikembangkan oleh Robin Fox yang menyatakan
masyarakat manusia itu memiliki dasar-dasarnya dalam sosialitas hewan. Salah satu bukti yang
ditemukannya adalah aspek sistem kekerabatan pada manusia.

Anda mungkin juga menyukai