Anda di halaman 1dari 2

Nama: Ikhsan Nurdiansyah

NIM: 11201110000006

Budaya dan Sosiologi Budaya


Budaya. Perbedaan cultural sociology, sociology of culture, dan cultural studies. Sudut pandang sosiologi dan
antropologi melihat budaya. Film Borat (2006)

Budaya dipahami sebagai suatu kompleksitas yang mencakup dua hal yang dibagi menjadi internal dan
eksternal. Barangkali hal ini erat berkaitan dengan out-put dan produk budaya, namun setidaknya meringankan
jawaban mengenai definisi budaya secara komprehensif. Budaya dalam pemahaman internal berupa sudut
pandang, pola pikir, dan prinsip yang berkaitan dengan suatu periode teretntu dalam masyarakat. Sedangkan
dalam pemahaman eksternal saya mendefinisikan budaya sebagai hasil cipta dari masyarkat yang berkaitan
dengan pola bertahan hidup, hingga pola kehidupan yang memiliki ciri khas antara yang satu dan yang lainnya.
Saya juga memahami bahwa perkembangan budaya sangat erat dengan bagaimana definisi itu dibentuk. Jika
aktivitas berburu adalah budaya untuk bertahan hidup pada masa beberapa abad silam, hal itu tidak lagi terjadi
pada saat ini. Daripada berburu, masyarakat saat ini mungkin lebih erat dengan istilah hustle culture yang pada
dasarnya memiliki kesamaan prinsip untuk memenuhi kebutuhan dan bertahan hidup. Perkembangan budaya juga
yang pada akhirnya menciptakan polarisasi berdasarkan letak geografis. Perihal berbahasa misalnya, negara-
negara di Asia Tenggara cenderung berbahasa dasar melayu, jika dijelaskan hal ini berkaitan dengan sejarah dan
persebaran manusia sebagai pelaku budaya. Namun, tetap terjadi ketidakidentikan antara satu negara dengan
negara lainnya meskipun memiliki bahasa dasar yang serupa. Hal itu terjadi karena pola kehidupan dan gaya
bertahan hidup masyarakat di kedua negara tersebut berbeda, yang berdampak panjang pada serapan-separan
dan pembentukan bahasa baru. Adapun penjelasan menegnai budaya sebagai proses umum perkembangan
intelektual, spiritual dan estetika; cara hidup tertentu, baik dari suatu bangsa, suatu periode, suatu kelompok atau
umat manusia pada umumnya. Karya dan praktik aktivitas intelektual dan khususnya aktivitas artistik (Williams,
1976, hlm. 90).
Perbedaan terhadap pemaknaan istilah cultural sociology, sociology of culture, dan cultural studies
berdasarkan yang saya pahami terjadi karena adanya perkembangan mengenai pemahaman terhadap budaya yang
berbeda-beda antara beberapa wilayah. Cultural sociology merupakan sudut pandang sosiologis yang luas
terhadap pemaknaan budaya. Lebih jauh menjelaskan bagaimana budaya dapat terjadi pada masyarakat dalam
bentuk kebiasaan. Sedangkan sociology of culture merupakan sudut pandang yang cenderung melihat budaya
dalam pengamatan sosiologis dalam pendekatan artistik, sebagai wujud lain kebudayaan yang terdapat dalam
masyarakat. Kemudian culture studies jika ditranslasi ke dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti studi budaya
memiliki pemahaman mendasar mengenai bagaimana istilah ini digunakan oleh orang-orang yang menyebutnya
karya mereka sendiri sebagai cultural studies.1 Lebih jauh secara definisi cultural studies memiliki hubungan
dengan persoalan kekuasaan dan politik, dengan kebutuhan akan perubahan dan dengan representasi atas ‘bagi’
kelompok-kelompok sosial yang terpinggirkan, khususnya kelas, gender, dan ras (bahkan termasuk umur,
kecacatan, nasionalitas, dll).2 Sehingga saya mereduksi bahwa cultural studies merupakan pokok hasil pemikiran
yang dinamai demikian oleh pencetusnya, yang secara eksplisit mengandung nilai dan pemahaman erat dengan
aktivitas politik dan kekuasaan.
Sudut pandang sosiologi dan antropologi melihat budaya dibedakan berdasarkan orientasi masing-
masing disiplin ilmu dalam melihat suatu fenomena. Jika dalam sosiologi teradapat kecenderungan untuk melihat
hubungan antara suatu fenomena terhadap pada umumnya masyarakat, antropologi memiliki keluasan sudut
pandang untuk melihat secara holistik, baik pembahasan secara biologis, historis, dan sosial-kultur. Sehingga
perbedaan ini akan berdampak pada fokus masing-masing disiplin ilmu yang menempatkan suatu objek terhadap
keperluannya untuk menjelaskan hal berkaitan dengan konsep yang dimiliki. Pada sosiologi misalnya, budaya

1
Barker, Chris. (2000). Cultural Studies. Sage Publications, London. Hlm 5.
2
Ibid, hlm 6.
Nama: Ikhsan Nurdiansyah
NIM: 11201110000006
dipahami sebagai kompleksitas hubungan antara masyarakat dengan cara bertahan hidup yang mengalami
perubahan. Sosiologi yang memiliki konsep mendasar seperti interaksi, pada umumnya cenderung melihat budaya
sebagai sistem nilai yang terjadi dalam masyarakat. Lebih jauh, interaksi yang terjadi dalam masyarakat memiliki
hubungan-hubungan yang dapat dijelaskan melalui pendekatan budaya. Seperti bagaimana pada umumnya
masyarakat Jawa memiliki kebiasaan untuk berbahasa halus, lemah, dan lembut. Sepintas hal ini berbeda dengan
kebiasaan orang Medan yang pada umumnya memiliki kebiasaan untuk berbicara dengan suara lantang. Hubungan
antara budaya dengan perkembangan masyarakat inilah yang menurut saya menjadi acuan dasar bagaimana sudut
pandang sosiologi dalam melihat budaya. Sedangkan antropologi dengan kecenderungan melihat secara holistik
tentu melihat budaya secara lebih luas. Baik dari sejarah, yakni bagaimana suatu hal yang secara berkala menjadi
kebiasaan, diterima dan disebarkan oleh individu terhadap individu lainnya, kemudian secara lebih jauh mulai
melekat dan tercipta kebudayaan yang memiliki ciri khas. Menurut saya uraian tersebut dapat menggambarkan
bagaimana perbedaan di antara keduanya. Setidaknya sosiologi dan antropologi memiliki orientasi yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya.
Film Borat (2006) secara umum bercerita seputar perjalanan seorang reporter asal Khazakstan
mengelilingi Amerika Serikat serta mendokumentasikan kehidupannya selama di sana. Selanjutnya bagaimana
keterkaitan antara film tersebut dengan pemahaman saya mengenai cultural sociology, sociology of culture,
cultural studies, dan antropologi dalam melihat film tersebut menurut saya akan berpusat dari bagaimana disiplin
ilmu tersebut menempatkan budaya pada proporsi orientasi yang dimiliki masing-masing disiplin ilmu tersebut.
Menyadari bahwa film tersebut kental sekali dengan gambaran suatu budaya yang melekat pada pelakunya,
kemudian dibawa dan dipraktikkan pada wilayah lainnya, tentu akan terjadinya penerimaan atau sebaliknya
sebagai ketidakterimaan. Jika melihat pada definisi luas yang dimiliki oleh cultural sociology saya berasumsi bahwa
bagaimana kebiasaan yang dilakukan oleh Borat, baik dalam segi pola pikir yang cenderung patriarkis dan
menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dari laki-laki (ditunjukkan pada tayangan perempuan
yang menarik gerobak yang ditumpangi laki-laki, kemudian bagaimana Borat berpikir bahwa perempuan tidak
memerlukan edukasi tinggi). Selain itu juga berdasarkan perilaku yang ditunjukkan Borat, misalnya dengan bercium
pipi dengan lawan bicaranya, itu merupakan hal yang cenderung tidak biasa di Amerika Serikat, juga dengan
Budaya pernikahan yang dibawa Borat dari negara asalnya dengan sesuatu yang disebut, “karung pernikahan” ini
merupakan hal-hal luas yang barangkali menjadi fokus pada cultural sociology. Sedangkan sociology of culture
menempatkan fokus dalam melihat film Borat pada eksplorasi budaya yang lebih mendalam terhadap sesuatu yang
bernilai artistik, seperti bagaimana dansa dilakukan antar sesama masyarakat Khazakstan (tayangan sebelum Borat
bertolak menuju Amerika). Kemudian, fokus yang dilihat oleh cultural studies dalam melihat film Borat barangkali
cenderung merujuk pada perbedaan kondisi sosial-politik antar kedua Negara, Khazakstan yang masyarakatnya
yang lebih terbelakang dalam urusan pendidikan daripada Amerika tentu menjadi pokok perhatian khusus pada
bidang ini. Sedangkan antropologi, menurut saya cenderung melihat film Borat berdasarkan bagaimana Borat
sebagai representase terjadinya koneksi antara budaya, sebagian kebiasaan Borat dapat diterima oleh warga
Amerika, namun sebagian lainnya justru tidak diterima.

Anda mungkin juga menyukai