Abstrak:
Saat ini, kegiatan konsumsi telah menjadi suatu fenomena dalam masyarakat.
Informasi kegiatan konsumsi dengan mudah memyerbu masyarakat dimanapun.
Melalui iklan dari beberapa media cetak dan elektronik, seperti: televisi, majalah,
koran, internet dan sebagainya merupakan sumber inforamasi yang kerap
menawarkan berbagai jenis barang dan jasa. Fenomena kegiatan konsumsi
masyarakat di Indonesia yang disertai kemajuan teknologi melahirkan perkembangan
budaya konsumsi yang ditandai dengan perkembangan gaya hidup serta menciptakan
masyarakat konsumeris. Jean baudrillard, seorang filsuf Prancis melakukan sebuah
studi terkait masyarakat konsumeris. Baudrillard menilai bahwa konsep kegiatan
konsumsi telah mengalami pergeseran yang dengan jelas dapat dilihat pada
masyarakat konsumeris. Menurutnya, konsep konsumsi masyarakat konsumeris lebih
mementingkan nilai simbolik barang dan jasa yang dikonsumsinya. Dengan
demikian, kegiatan konsumsi tidak lagi berdasarkan pada pemanfaatan nilai guna
suatu produk melainkan pada nilai simbol yang dimilikinya. Oleh karena itu,
masyarakat konsumeris menganggap bahwa nilai tanda merupakan elemen penting
dalam mengkonsumsi suatu komoditas. Jadi, bagaimanakah analisis Jean Baudrillard
dalam menanggapi fenomena konsumsi masyarakat konsumeris ?
Kata kunci: nilai guna; nilai simbol; masyarakat konsumen; gaya hidup
PENDAHULUAN
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), konsumsi mempunyai dua arti,
yaitu pemakaian barang-barang hasil produksi, dan pemakaian barang-barang yang
langsung memenuhi keperluan hidup kita. Konsumsi merupakan sebuah perilaku aktif
dan kolektif yang berimplikasi sebagai fungsi integrasi kelompok sosial. Tujuan
seseorang mengkonsumsi suatu barang untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya
yang berarti mengurangi kuantitas dan daya guna barang tersebut. Orang yang
melakukan kegiatan konsumsi disebut konsumen, yang berarti pembeli dan pemakai
barang-barang hasil produksi. Dari defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang
mengeluarkan pendapatanya untuk mendapatan barang dan jasa yang dibutuhkan.
Namun suatu kekeliruan jika konsumen membeli barang atau jasa hanya karena
keinginan bukan atas dasar kebutuhan 1. Menurut marx ada dua aspek dalam
komoditas yaitu, use value dan exchange value. Nilai guna merupakan kenikmatan
yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang tertentu, sedangkan nilai
tukar lebih menekangkan pada nilai tukar suatu barang atau di pasar, tetapi
baudrillard memiliki gagasan yang berbeda dengan marx. Sebuah komoditas tidak
hanya memiliki nilai guna dan nilai tukar, tetapi juga memiliki symbolic value dan
1
Selu Margaretha Kushendrawati, ‘MASYARAKAT KONSUMEN SEBAGAI CIPTAAN KAPITALISME
GLOBAL: FENOMENA BUDAYA DALAM REALITAS SOSIAL’, Makara Human Behavior Studies in Asia,
2006 <https://doi.org/10.7454/mssh.v10i2.19>.
sign value2. Artinya dalam mengkonsumsi barang tertentu tidak lagi berdasarkan nilai
guna atau nilai tukar tetapi juga ada nilai simbolik dan tanda yang abstrak.
Baudrillard menyatakan bahwa konsep kegitan konsumsi yang terjadi sekarang telah
bergeser menjadi konsumsi simbol dan tanda yang telah melekat pada barang dan jasa
itu sendiri. Kegitan konsumsi seperti ini yang membuat masyarakat selaku konsumen
tidak merasa puas dan cenderung akan mengkonsumsi secara terus menerus. Dengan
demikian kehidupan setiap individu dapat dilihat dari tingkat kegiatan konsumsinya,
barang dan jasa yang dipake yang juga didasari citraan dari produk tersebut yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang.
TINJAUAN PUSTAKA
Dari penelitian Mutia Pawanti (2013) gaya hidup masyarakat lebih mengara pada
gaya hidup yang hedonism, yang selalu ingin mengkonsumsi dan hidup bermewah –
mewahan, semakin mahal dan bermerek barang yang dikonsumsi, maka dikatakan ia
berada pada kelas sosial yang tinggi
Konsumsi
2
Mutia Hastiti Pawanti, ‘Masyarakat Konsumeris Menurut Konsep Pemikiran Jean Baudrillard’,
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 2013.
perilaku konsumsi yang dilakukan lebih mengarah kepada konsumsi kebutuhan yang
tidak pokok3.
Konsumerisme
Pendapatan
3
Herry Andika and Muhammad Nasir, ‘Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan’, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, 2 (2017).
4
Armaidy Armawi, ‘DARI KONSUMERISME KE KONSUMTIVISME (Dalam Perpektif Sejarah Filsafat
Barat)’, Jurnal Filsafat, 17.3 (2017), 314–23 <https://doi.org/10.22146/jf.23090>.
5
Nadya Afdholy, ‘Perilaku Konsumsi Masyarakat Urban Pada Produk Kopi Ala Starbucks’, Jurnal
Satwika, 3.1 (2019), 43 <https://doi.org/10.22219/satwika.vol3.no1.43-53>.
METODE PENELITIAN
Dimana pada penelitian kali ini merupakan penelitian kualitatif yaitu kajian
pustaka. Pendekatan yang di gunakan adalah analisis kritis. Jenis dan sumber data
adalah data sekunder yang diperoleh dari artikel dan buku-buku yang membahas
topik yang sama. Kajian pustaka sebagai ulasan kritis terhadap hasil penelitian
sebelumnya berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Sehingga dapat kita tarik
kesimpulan dimana kajian pustaka ini referensi untuk mendukung topik yang akan di
teliti.
PEMBAHASAN
9
Mary L. Carsky, ‘The Consumer Society’, Journal of Macromarketing, 1998
10
Ade Ayu Fleury Amalina, Tanti Novianti, and Alla Asmara, ‘Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan
Pembangunan, Hlm. 8-22 Vol 3 No 1’, Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan, 2018.
11
John Lechte, Fifty Key Contemporary Thinkers, Fifty Key Contemporary Thinkers, 2007
Masyarakat Konsumirisme dan Gaya Hidup
Dewasa ini pola gaya hidup masyarakat telah mengalami pergeseran, menuju
budaya konsumsi dan perilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan kebanyakkan individu
kurang dapat membedakan mana kebutuhan, keinginan dan permintaan12. Masyarakat
konsumeris adalah masyarakat yang memciptakan konsep nilai – nilai yang tinggi
terhadap barang, dan cenderung menjadikan konsumsi sebagai pusat aktivitas sehari-
hari13. Tanpa kita sadari masyarakat Indonesia saat ini mulai terjadi fenomena
masyarakat konsumeris. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat gaya berpakaian,
penggunaan telepon genggam yang bermerek, serta kepemilikan kendaraan mewah,
yang dimana dianggap mampu mempresentasikan status sosial tertentu14. Fenomena
seperti ini kerap kali kita temukan di pusat – pusat perbelanjaan seperti mal. Hamper
semua masyarakat tidak lagi membeli suatu barang berdasarkan kebutuhan dan
kegunaan, tetapi lebih kearah gensi, gaya dan prestise. Hal ini dapat dibutikan dengan
pengunjung di pusat – pusat perbelanjan ternama dijadikan sebagai sampel, dimana
hamper semua pengunjung berpakaian dan menggunakan aksesoris yang lagi tren saat
itu, bahakan mereka lebih memilih makanan fast food yang dianggap lebih bergensi
dari makanan tradisional serta mampu menaikkan status sosial mereka. Baudrillard
berpendapat, menurutnya masyarakat lebih mengkonsumsi citra atau pesan dari
produk yang dikonsumsi bukan nilai kegunaan dari produk15 sebagai contoh
seseorang membeli mobil merek Ferrari terlepas dari nilai kegunaannya sebagai
12
Dian Chrisnawati and Sri Muliati Abdullah, ‘FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMTIF REMAJA TERHADAP PAKAIAN’, Jurnal Spirits, 2.1 (2011).
13
Yasraf Amir Pilliang, Hipersimiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Jalasutra,
Yogyakarta, 2003, hlm. 17
14
Galih Ika Pratiwi, ‘PERILAKU KONSUMTIF DAN BENTUK GAYA HIDUP (Studi Fenomenologi Pada
Anggota Komunitas Motor Bike of Kawasaki Riders Club (BKRC) Chapter Malang)’, Jurnal Mahasiswa
Sosiologi, 2015.
15
Jean Baudrillard, Simulacra and Simulation, Simulacra and Simulation, 2016
<https://doi.org/10.3998/mpub.9904>.
sarana transportasi, tetapi juga menawarkan kemewahan dan kedudukan strata sosial
yang tinggi.
Gaya hidup masyarakat juga dihubungkan dengan strata sosial atau kempuan
ekonomi induvidu, misalnya kepemilikan akan barang-barang mewah seperti mobil,
rumah, perhiasaan, pakaian dan makanan yang dikonsumsi serta kemampuan individu
memenuhi hasrat hiburannya, semua variabel tersebut hanyalah simbil dari status
sosial. Gaya berpakaian mewah merupakan salah satu contoh dari masyarakat
konsumeris. Pada hakekatnya fungsi pakaian adalah melindungi dan menutupi tubuh.
Namun dalam presfektif masyarakat konsumeris pakaian tidak lagi dipandang sebagai
16
Sihir Iklan, Masyarakat Perkotaan, and Abdul Gaffar, ‘Sihir Iklan Dalam Konsumsi Masyarakat
Perkotaan’, Jurnal Dinamika Perkantoran, 2.1 (2012), 1–19.
17
M.Psi Safuwan, ‘Gaya Hidup, Konsumerisme Dan Modernitas’, Jurnal SUWA Universitas
Malikussaleh, V.1 (2007), 38–46 <http://repository.unimal.ac.id/1342/1/Gaya Hidup Modern.pdf>.
18
Anggariawan Dwi Saputra and Refti Handini Listyani, ‘MASYARAKAT KONSUMSI ( STUDI DESKRIPTIF
GEJALA KONSUMERISME JASA TATO PADA MASYRAKAT KOTA SURABAYA ) Anggriawan Dwi Saputra’,
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 05 (2017).
kebutuhan dasar manusia tetapi juga lebih ke mode fashion yang lebih mementingkan
gaya berpakaian yang bisa menaikkan strata sosial19.
19
Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, and Fitra Armawaty, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Makan Pada Remaja SMA Negeri 1 Palu’, Jurnal Preventif, 2016.
20
Nur Lailatul Mufidah, ‘Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi Deskriptif Pemanfaatan
Foodcourt Oleh Keluarga’, Biokultur, 2006.
21
Abdur Rohman, ‘Budaya Konsumerisme Dan Teori Kebocoran Di Kalangan Mahasiswa’, KARSA:
Jurnal Sosial Dan Budaya Keislaman, 2016 <https://doi.org/10.19105/karsa.v24i2.894>.
22
Tri Bagoes Wisnu Hidayat, I Nengah Punia, and Ni Luh Nyoman Kebayantini, ‘Peran Media Sosial
Terhadap Perilaku Konsumtif Kaum Remaja Di Desa Tegal Kertha, Kecamatan Denpasar Barat, Kota
Denpasar’, Jurnal Universitas Udayana, 1.1 (2018), 1–10.
23
Anisa Qodaril Thohiroh, ‘PERILAKU KONSUMTIF MELALUI ONLINE SHOPPING FASHION: Mahasiswi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta’, Jurnal Psikologi Surakarta, 2015.
Perilaku konsumtif remaja berdasarkan pada 4 indikator. (1) Ingin
berpenampilan beda dengan orang lain, artinya individu seperti ini tidak ingin harga
dirinya terlihat rendah dikarenakan ketidakmampuan dalam hal kepemilikan barang-
barang mewah, (2) Kebanggaan atas diri, harga diri remaja akan meningkat apabila
mereka mampu memiliki barang-barang mewah dan mampu menandingi teman-
teman seusianya, (3) Ikut-ikutan, indikator ketiga ini jelas dipengaruhi oleh beberpa
faktor seperti lingkungan, teman-teman dan media demi mengejar gengsi dan terlihat
berkelas, (4) Pencapaian status sosial, simbol status di kalangan remaja menunjukkan
kelas sosial ekonomi atau pendapatan orang tua yang lebih tinggi dari teman-
temannya yang lain24. Labelisasi modern saat ini dengan pemakaian produk-produk
dari Negara asing menjadi penyebab masyarakat keluar dari kebiasaan memakai
produk tradisional menuju masyarakat modern, persaimgan untuk sampai dikatakan
masyarakat modern melahirkan perilaku konsumtif sehingga produktifitas menurun 25.
Sebagai masyarakat yang paham mengenai fenomena konsumeris lebih bijak sebelum
melakukan kegiatan konsumsi.
24
Amri Hana Muhammad Puspita Nilawati Sipunga, ‘Kecenderungan Perilaku Konsumtif Remaja Di
Tinjau Dari Pendapatan Orang Tua Pada Siswa-Siswi SMA Kesatrian 2 Semarang’, Journal of Social and
Industrial Psychology, 3.1 (2014), 69–76.
25
Arbanur Rasyid, ‘PERILAKU KONSUMTIF DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM’, Yurisprudentia: Jurnal
Hukum Ekonomi, 5.9 (2019) <https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>.
KESIMPULAN
Untuk itu kita sebagai masyarakat modern seharusnya mampu bersikap bijak
dalam menanggapi fenomena perilaku konsumeris, artinya kita mampu menahan
hasrat mengkonsumsi suatu barang dengan mempertimbangkan skala prioritas
kebutuhan dan tidak mudah termakan rayuan dari janji-janji yang ditawarkan media
periklanan. Kita membeli suatu produk berdasarkan asas kebutuhan bukan karena
motivasi untuk meningkatkan strata sosial dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Afdholy, Nadya, ‘Perilaku Konsumsi Masyarakat Urban Pada Produk Kopi Ala
Starbucks’, Jurnal Satwika, 3.1 (2019), 43
<https://doi.org/10.22219/satwika.vol3.no1.43-53>
Amalina, Ade Ayu Fleury, Tanti Novianti, and Alla Asmara, ‘Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan Pembangunan, Hlm. 8-22 Vol 3 No 1’, Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan Pembangunan, 2018
Hidayat, Tri Bagoes Wisnu, I Nengah Punia, and Ni Luh Nyoman Kebayantini,
‘Peran Media Sosial Terhadap Perilaku Konsumtif Kaum Remaja Di Desa Tegal
Kertha, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar’, Jurnal Universitas
Udayana, 1.1 (2018), 1–10
Iklan, Sihir, Masyarakat Perkotaan, and Abdul Gaffar, ‘Sihir Iklan Dalam Konsumsi
Masyarakat Perkotaan’, Jurnal Dinamika Perkantoran, 2.1 (2012), 1–19
Lechte, John, Fifty Key Contemporary Thinkers, Fifty Key Contemporary Thinkers,
2007 <https://doi.org/10.4324/9780203390573>
Rahman, Nurdin, Nikmah Utami Dewi, and Fitra Armawaty, ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Makan Pada Remaja SMA Negeri 1 Palu’,
Jurnal Preventif, 2016