Anda di halaman 1dari 14

MASYARAKAT KONSUMERIS DAN GAYA HIDUP

MENURUT PEMIKIRAN JEAN BAUDRILLARD

Ahmad Syardi1, Zainal Arifin Majid2

Jurusan Ekonomi Islam

Jurusan Ekonomi Islam

UIN Alauddin Makassar

e-mail: ahmadsyardi.08@gmail.com, oscjrzainal@gmail.com

Abstrak:

Saat ini, kegiatan konsumsi telah menjadi suatu fenomena dalam masyarakat.
Informasi kegiatan konsumsi dengan mudah memyerbu masyarakat dimanapun.
Melalui iklan dari beberapa media cetak dan elektronik, seperti: televisi, majalah,
koran, internet dan sebagainya merupakan sumber inforamasi yang kerap
menawarkan berbagai jenis barang dan jasa. Fenomena kegiatan konsumsi
masyarakat di Indonesia yang disertai kemajuan teknologi melahirkan perkembangan
budaya konsumsi yang ditandai dengan perkembangan gaya hidup serta menciptakan
masyarakat konsumeris. Jean baudrillard, seorang filsuf Prancis melakukan sebuah
studi terkait masyarakat konsumeris. Baudrillard menilai bahwa konsep kegiatan
konsumsi telah mengalami pergeseran yang dengan jelas dapat dilihat pada
masyarakat konsumeris. Menurutnya, konsep konsumsi masyarakat konsumeris lebih
mementingkan nilai simbolik barang dan jasa yang dikonsumsinya. Dengan
demikian, kegiatan konsumsi tidak lagi berdasarkan pada pemanfaatan nilai guna
suatu produk melainkan pada nilai simbol yang dimilikinya. Oleh karena itu,
masyarakat konsumeris menganggap bahwa nilai tanda merupakan elemen penting
dalam mengkonsumsi suatu komoditas. Jadi, bagaimanakah analisis Jean Baudrillard
dalam menanggapi fenomena konsumsi masyarakat konsumeris ?

Kata kunci: nilai guna; nilai simbol; masyarakat konsumen; gaya hidup

PENDAHULUAN

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), konsumsi mempunyai dua arti,
yaitu pemakaian barang-barang hasil produksi, dan pemakaian barang-barang yang
langsung memenuhi keperluan hidup kita. Konsumsi merupakan sebuah perilaku aktif
dan kolektif yang berimplikasi sebagai fungsi integrasi kelompok sosial. Tujuan
seseorang mengkonsumsi suatu barang untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya
yang berarti mengurangi kuantitas dan daya guna barang tersebut. Orang yang
melakukan kegiatan konsumsi disebut konsumen, yang berarti pembeli dan pemakai
barang-barang hasil produksi. Dari defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang
mengeluarkan pendapatanya untuk mendapatan barang dan jasa yang dibutuhkan.
Namun suatu kekeliruan jika konsumen membeli barang atau jasa hanya karena
keinginan bukan atas dasar kebutuhan 1. Menurut marx ada dua aspek dalam
komoditas yaitu, use value dan exchange value. Nilai guna merupakan kenikmatan
yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang tertentu, sedangkan nilai
tukar lebih menekangkan pada nilai tukar suatu barang atau di pasar, tetapi
baudrillard memiliki gagasan yang berbeda dengan marx. Sebuah komoditas tidak
hanya memiliki nilai guna dan nilai tukar, tetapi juga memiliki symbolic value dan

1
Selu Margaretha Kushendrawati, ‘MASYARAKAT KONSUMEN SEBAGAI CIPTAAN KAPITALISME
GLOBAL: FENOMENA BUDAYA DALAM REALITAS SOSIAL’, Makara Human Behavior Studies in Asia,
2006 <https://doi.org/10.7454/mssh.v10i2.19>.
sign value2. Artinya dalam mengkonsumsi barang tertentu tidak lagi berdasarkan nilai
guna atau nilai tukar tetapi juga ada nilai simbolik dan tanda yang abstrak.
Baudrillard menyatakan bahwa konsep kegitan konsumsi yang terjadi sekarang telah
bergeser menjadi konsumsi simbol dan tanda yang telah melekat pada barang dan jasa
itu sendiri. Kegitan konsumsi seperti ini yang membuat masyarakat selaku konsumen
tidak merasa puas dan cenderung akan mengkonsumsi secara terus menerus. Dengan
demikian kehidupan setiap individu dapat dilihat dari tingkat kegiatan konsumsinya,
barang dan jasa yang dipake yang juga didasari citraan dari produk tersebut yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan dukungan hasil penelitian yang


sudah eksis sebelumnya yang mempunyai keterkaitang dengan pokok penelitian
dalam hal ini masyarakat konsumersme dalam pemikiran jean baudrillard.

Dari penelitian Mutia Pawanti (2013) gaya hidup masyarakat lebih mengara pada
gaya hidup yang hedonism, yang selalu ingin mengkonsumsi dan hidup bermewah –
mewahan, semakin mahal dan bermerek barang yang dikonsumsi, maka dikatakan ia
berada pada kelas sosial yang tinggi

Konsumsi

Dalam teori konsumsi semakin tinggi pendapatan masyarakat makan semakin


tinggi pula kegiatan konsumsinyam, dengan jumlah pendapatan yang tinggi maka
seseorang tersebut menuntut kualitas hidup yang lebih baik. Dengan kata lain

2
Mutia Hastiti Pawanti, ‘Masyarakat Konsumeris Menurut Konsep Pemikiran Jean Baudrillard’,
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 2013.
perilaku konsumsi yang dilakukan lebih mengarah kepada konsumsi kebutuhan yang
tidak pokok3.

Konsumerisme

Motif perilaku konsumerisme sangat variatif, tetapi pada intinya motif


konsumeris tidak lepas dari defenisi perilaku konsumerisme itu sendiri yang dimana
merupakan kegiatan membeli barang bukan berdasarkan priorotas kebutuhan.4 Secara
umum indikator perilaku konsumerisme, adalah; (1) Membeli produk berdasarkan
iming-iming hadiah, (2) Membeli produk dikarenakan kemasaanya bagus dan
menarik, (3) Menjaga penampilan diri dan gengsi, (4) Menjaga simbol status sosial,
Membeli produk berdasarkan kecocokan dengan model iklan, (5) Membeli produk
mahal dapat menaikkan tingkat kepercayaan diri

Pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima sesorang berdasarkan hasil


kerjanya dalam periode tertentu. Pada umunya tingkat pendapatan dan jumlah uang
yang dipengan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat
kesejahteraan masyarakat5

3
Herry Andika and Muhammad Nasir, ‘Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan’, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, 2 (2017).
4
Armaidy Armawi, ‘DARI KONSUMERISME KE KONSUMTIVISME (Dalam Perpektif Sejarah Filsafat
Barat)’, Jurnal Filsafat, 17.3 (2017), 314–23 <https://doi.org/10.22146/jf.23090>.
5
Nadya Afdholy, ‘Perilaku Konsumsi Masyarakat Urban Pada Produk Kopi Ala Starbucks’, Jurnal
Satwika, 3.1 (2019), 43 <https://doi.org/10.22219/satwika.vol3.no1.43-53>.
METODE PENELITIAN

Dimana pada penelitian kali ini merupakan penelitian kualitatif yaitu kajian
pustaka. Pendekatan yang di gunakan adalah analisis kritis. Jenis dan sumber data
adalah data sekunder yang diperoleh dari artikel dan buku-buku yang membahas
topik yang sama. Kajian pustaka sebagai ulasan kritis terhadap hasil penelitian
sebelumnya berkaitan dengan topik yang akan diteliti. Sehingga dapat kita tarik
kesimpulan dimana kajian pustaka ini referensi untuk mendukung topik yang akan di
teliti.

PEMBAHASAN

Teori Konsumsi Baudrillard

Jean baudrillard seorang pemikir yang mengkaji mengenai masyarakat


konsumer secara komprehensif. Baudrillard menyimpulkan bahwa saat ini konsumsi
tidak lagi atas objek-objek material, melainkan konsumsi akan nilai-nilai dan atas
tanda6. Barthes dan Baudrillard berpendapat bahwa dewasa ini yang berlangsung
dalam proses konsumsi adalah manipulasi tanda7. Ketika suatu produk dikonsumsi
yang dikonsumsi adalah hasil yang disebarluaskan melalui iklan. Hubungan antara
relasi tanda dan konsumsi merupakan poin penting dalam menilai masyarakat
konsumeres. Sistem makna memaksakan kekuasaannya terhadap individu bahwa
sitem makna tersebut individualistik mendapat makna8. Logika sosial konsumsi
memuat dua aspek. Pertama, sebagai proses yang berdasarkan kode dimana kegiatan
6
Heldi, ‘Pola Konsumsi Masyarakat Postmodern’, Al-Iqtishad, 1.1 (2009), 113–22
<https://media.neliti.com/media/publications/194939-ID-pola-konsumsi-masyarakat-post-modern-
sua.pdf>.
7
John Lecthe, 50 Filsuf Kontemporer, Kanisius, Yogyakarta, 2001, hlm. 356
8
William Pawlett, Jean Baudrillard: Against Banality, Jean Baudrillard: Against Banality, 2007
<https://doi.org/10.4324/9780203937365>.
konsumsi masuk dan mengambil makana, artinya konsumsi dalam konsep ini
merupakan sistem pertukaran yang sama dengan sitem bahasa. Kedua, sebagai proses
klasifikasi sosial. Distribusi ditentukan oleh konsumsi nilai yang melebihi
hubungannya dengan tanda sosial yang lain, seperti kekuasaan, pengetahuan, budaya
dan lain-lain

“Objek-objek konsumsi melahirkan perbedaan stratifikasi status: apabila hal


ini tidak segera terisolasi, apabila hal ini menentukan secara kolektif kepada
konsumen sebuah tempat dalam relasi kode”9

Dalam masyarakat post-feodal, baudrillard mengemukakan bagaimana relasi


nilai tanda dan nilai simbol terhadap subjek – objek dalam tatanan sosial. Dengan
membandingkan masyarakat feodal dan masyarakat kapitalis akan didapati transisi
masyarakat konsumer. Pada era kapitalisme logika produksi melahirkan konsep baru
yang bernama komoditi. Komoditi adalah objek produksi yang membuat dua nilai
dasar, yakni nilai dasar dan nilai guna10. Dengan konsep komoditi, barang yang
memiliki manfaat yang berbeda, masih berpeluang memiliki nilai tukar yang sama 11.
Sebuah komoditi yang tidak memiliki nalai guna berarti tidak dapat dijual
dikarenakan tidak memiliki nilai tukar, tetapi tidak semua produk yang mempunyai
nalai guna juga memiliki nilai tukar.

9
Mary L. Carsky, ‘The Consumer Society’, Journal of Macromarketing, 1998
10
Ade Ayu Fleury Amalina, Tanti Novianti, and Alla Asmara, ‘Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan
Pembangunan, Hlm. 8-22 Vol 3 No 1’, Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan, 2018.
11
John Lechte, Fifty Key Contemporary Thinkers, Fifty Key Contemporary Thinkers, 2007
Masyarakat Konsumirisme dan Gaya Hidup

Dewasa ini pola gaya hidup masyarakat telah mengalami pergeseran, menuju
budaya konsumsi dan perilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan kebanyakkan individu
kurang dapat membedakan mana kebutuhan, keinginan dan permintaan12. Masyarakat
konsumeris adalah masyarakat yang memciptakan konsep nilai – nilai yang tinggi
terhadap barang, dan cenderung menjadikan konsumsi sebagai pusat aktivitas sehari-
hari13. Tanpa kita sadari masyarakat Indonesia saat ini mulai terjadi fenomena
masyarakat konsumeris. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat gaya berpakaian,
penggunaan telepon genggam yang bermerek, serta kepemilikan kendaraan mewah,
yang dimana dianggap mampu mempresentasikan status sosial tertentu14. Fenomena
seperti ini kerap kali kita temukan di pusat – pusat perbelanjaan seperti mal. Hamper
semua masyarakat tidak lagi membeli suatu barang berdasarkan kebutuhan dan
kegunaan, tetapi lebih kearah gensi, gaya dan prestise. Hal ini dapat dibutikan dengan
pengunjung di pusat – pusat perbelanjan ternama dijadikan sebagai sampel, dimana
hamper semua pengunjung berpakaian dan menggunakan aksesoris yang lagi tren saat
itu, bahakan mereka lebih memilih makanan fast food yang dianggap lebih bergensi
dari makanan tradisional serta mampu menaikkan status sosial mereka. Baudrillard
berpendapat, menurutnya masyarakat lebih mengkonsumsi citra atau pesan dari
produk yang dikonsumsi bukan nilai kegunaan dari produk15 sebagai contoh
seseorang membeli mobil merek Ferrari terlepas dari nilai kegunaannya sebagai

12
Dian Chrisnawati and Sri Muliati Abdullah, ‘FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMTIF REMAJA TERHADAP PAKAIAN’, Jurnal Spirits, 2.1 (2011).
13
Yasraf Amir Pilliang, Hipersimiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Jalasutra,
Yogyakarta, 2003, hlm. 17
14
Galih Ika Pratiwi, ‘PERILAKU KONSUMTIF DAN BENTUK GAYA HIDUP (Studi Fenomenologi Pada
Anggota Komunitas Motor Bike of Kawasaki Riders Club (BKRC) Chapter Malang)’, Jurnal Mahasiswa
Sosiologi, 2015.
15
Jean Baudrillard, Simulacra and Simulation, Simulacra and Simulation, 2016
<https://doi.org/10.3998/mpub.9904>.
sarana transportasi, tetapi juga menawarkan kemewahan dan kedudukan strata sosial
yang tinggi.

Seseorang tidak akan berhenti mengkonsumsi komoditi yang mempunyai nilai


kemewahan dan dianggap mampu memberikan status sosial yang tinggi, hal
dikarenakan setiap individu dalam masyarakat konsumeris selalu mempunyai
keinginan untuk menaikkan status sosial lebih tinggi dari individu yang lain16

Lahirnya fenomena konsumeris dikarenakan adanya pergeseran perilaku


dalam mengespresikan diri dalam gaya hidup sehari – harinya, gaya hidup mulai
menjadi sorotan penting dalam kehidupan masyarakat dengan menciptkan aspek –
aspek tertentu dalam kehidupan ssehari - hari dengan nilai sosial dan nilai simbolok 17.
Hal ini bisa kita lihat gaya hidup seseorang, kadang kala kita menemukan individu
dalam masyarakat yang memiliki tubuh dengan hiasan dan gambar-gambar tertentu
dan mempunyai nilai ekonomi18. Kegiatan konsumsi tidak sebatas kemampuan
seseorang membeli barang seperti, mobil, telvisi dan lain sebagainya tetapi kegiatan
konsumsi juga meliputi kemampuan seseorang dalam menggunakan jasa seperti,
mengunjungi tempat – tempat hiburan atau berbagi pengalaman sosial.

Gaya hidup masyarakat juga dihubungkan dengan strata sosial atau kempuan
ekonomi induvidu, misalnya kepemilikan akan barang-barang mewah seperti mobil,
rumah, perhiasaan, pakaian dan makanan yang dikonsumsi serta kemampuan individu
memenuhi hasrat hiburannya, semua variabel tersebut hanyalah simbil dari status
sosial. Gaya berpakaian mewah merupakan salah satu contoh dari masyarakat
konsumeris. Pada hakekatnya fungsi pakaian adalah melindungi dan menutupi tubuh.
Namun dalam presfektif masyarakat konsumeris pakaian tidak lagi dipandang sebagai
16
Sihir Iklan, Masyarakat Perkotaan, and Abdul Gaffar, ‘Sihir Iklan Dalam Konsumsi Masyarakat
Perkotaan’, Jurnal Dinamika Perkantoran, 2.1 (2012), 1–19.
17
M.Psi Safuwan, ‘Gaya Hidup, Konsumerisme Dan Modernitas’, Jurnal SUWA Universitas
Malikussaleh, V.1 (2007), 38–46 <http://repository.unimal.ac.id/1342/1/Gaya Hidup Modern.pdf>.
18
Anggariawan Dwi Saputra and Refti Handini Listyani, ‘MASYARAKAT KONSUMSI ( STUDI DESKRIPTIF
GEJALA KONSUMERISME JASA TATO PADA MASYRAKAT KOTA SURABAYA ) Anggriawan Dwi Saputra’,
Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 05 (2017).
kebutuhan dasar manusia tetapi juga lebih ke mode fashion yang lebih mementingkan
gaya berpakaian yang bisa menaikkan strata sosial19.

Beberapa faktor yang mendorong terbentuknya gaya hidup masyarakat


konsumeris; (1) tersedia dan peningkatan secara konstan berbagai jenis barang, (2)
peningkatan berbagai bentuk kegiatan belanja, (3) banyaknya pusat – pusat
pembelanjaan, tempat rekreasi dan gaya hidup yang rekreatif, (4) gencarnya iklan –
iklan di media, (5) kemustahilan menghindari pemilihan terhadap barang – barang
konsumen dan pemuasan kebutuhan20.

Dengan kemajuan teknologi di era globalisasi saat ini sangat mempengarruhi


tingkat konsumtif dan gaya hidup masyarakat terutama kalangan remaja, kepemilikan
gadget bagi remaja saat ini memberikan akses internet yang luas dan dapat dijangkau
dimana saja. Hal ini ini ditunjukkan dengan adanya penetapan tanggal 12 desember
sebagai hari belanja online nasional21, inilah salah satu bukti konkrit dari peran media
terhadap masyarakat konsumeris yang dampak terhadap ekonomi dan sosialnya 22.
Perilaku konsumtif dalam hal ini online shopping dilakukan oleh kebanyakan
individu dari kalangan remaja dikarenakan lebih mudah tidak perlu kelur rumah atau
ke tempat-tempat perbelanjaan dan motif konsumsi individu seperti ini hanya untuk
memenuhi hasrat keinginan membeli semata23

19
Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, and Fitra Armawaty, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Makan Pada Remaja SMA Negeri 1 Palu’, Jurnal Preventif, 2016.
20
Nur Lailatul Mufidah, ‘Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi Deskriptif Pemanfaatan
Foodcourt Oleh Keluarga’, Biokultur, 2006.
21
Abdur Rohman, ‘Budaya Konsumerisme Dan Teori Kebocoran Di Kalangan Mahasiswa’, KARSA:
Jurnal Sosial Dan Budaya Keislaman, 2016 <https://doi.org/10.19105/karsa.v24i2.894>.
22
Tri Bagoes Wisnu Hidayat, I Nengah Punia, and Ni Luh Nyoman Kebayantini, ‘Peran Media Sosial
Terhadap Perilaku Konsumtif Kaum Remaja Di Desa Tegal Kertha, Kecamatan Denpasar Barat, Kota
Denpasar’, Jurnal Universitas Udayana, 1.1 (2018), 1–10.
23
Anisa Qodaril Thohiroh, ‘PERILAKU KONSUMTIF MELALUI ONLINE SHOPPING FASHION: Mahasiswi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadyah Surakarta’, Jurnal Psikologi Surakarta, 2015.
Perilaku konsumtif remaja berdasarkan pada 4 indikator. (1) Ingin
berpenampilan beda dengan orang lain, artinya individu seperti ini tidak ingin harga
dirinya terlihat rendah dikarenakan ketidakmampuan dalam hal kepemilikan barang-
barang mewah, (2) Kebanggaan atas diri, harga diri remaja akan meningkat apabila
mereka mampu memiliki barang-barang mewah dan mampu menandingi teman-
teman seusianya, (3) Ikut-ikutan, indikator ketiga ini jelas dipengaruhi oleh beberpa
faktor seperti lingkungan, teman-teman dan media demi mengejar gengsi dan terlihat
berkelas, (4) Pencapaian status sosial, simbol status di kalangan remaja menunjukkan
kelas sosial ekonomi atau pendapatan orang tua yang lebih tinggi dari teman-
temannya yang lain24. Labelisasi modern saat ini dengan pemakaian produk-produk
dari Negara asing menjadi penyebab masyarakat keluar dari kebiasaan memakai
produk tradisional menuju masyarakat modern, persaimgan untuk sampai dikatakan
masyarakat modern melahirkan perilaku konsumtif sehingga produktifitas menurun 25.
Sebagai masyarakat yang paham mengenai fenomena konsumeris lebih bijak sebelum
melakukan kegiatan konsumsi.

24
Amri Hana Muhammad Puspita Nilawati Sipunga, ‘Kecenderungan Perilaku Konsumtif Remaja Di
Tinjau Dari Pendapatan Orang Tua Pada Siswa-Siswi SMA Kesatrian 2 Semarang’, Journal of Social and
Industrial Psychology, 3.1 (2014), 69–76.
25
Arbanur Rasyid, ‘PERILAKU KONSUMTIF DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM’, Yurisprudentia: Jurnal
Hukum Ekonomi, 5.9 (2019) <https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>.
KESIMPULAN

Perilaku konsumsi masyarakat konsumeris tidak berdasarkan pada nilai guna


suatu komoditas melainkan konsumsi tanda suatu komoditas, nilai tanda tersebut
merupakan hasil citra dan pesan yang dikomunikasikan melalui iklan. Perubahan
gaya hidup masyarakat sangat dipengaruhi oleh peran media, karena lewat media
semua informasi mengenai suatu produk diperkenalkan kepada masyarakat dengan
penggunaan bahasa yang sangat persuasif agar produk yang ditawarkan mampu dibeli
oleh masyarakat. Gaya hidup masyarakat konsumeris lebih kearah hedonis, yang
memiliki hasrat konsumisi yang tinggi, dan kegemaran atas kepemilikan produk yang
mampu mendonggrak status sosialnya hal ini tidak lepas dari sifat individualis pada
masyarakat konsumer yang selalu ingin terlihat beda dengan individu lain. Semakin
mahal dan bermerek suatu produk yang dimiliki atau dikonsumsi, maka individu
tersebut dikatakan berada pada kelas sosial yang tinggi. dalam kasus ini masyarakat
secra tidak langsung membeli tanda yang hanya menyimbolkan individuali serta
dikelompok mana individu itu berada.

Untuk itu kita sebagai masyarakat modern seharusnya mampu bersikap bijak
dalam menanggapi fenomena perilaku konsumeris, artinya kita mampu menahan
hasrat mengkonsumsi suatu barang dengan mempertimbangkan skala prioritas
kebutuhan dan tidak mudah termakan rayuan dari janji-janji yang ditawarkan media
periklanan. Kita membeli suatu produk berdasarkan asas kebutuhan bukan karena
motivasi untuk meningkatkan strata sosial dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Afdholy, Nadya, ‘Perilaku Konsumsi Masyarakat Urban Pada Produk Kopi Ala
Starbucks’, Jurnal Satwika, 3.1 (2019), 43
<https://doi.org/10.22219/satwika.vol3.no1.43-53>

Amalina, Ade Ayu Fleury, Tanti Novianti, and Alla Asmara, ‘Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan Pembangunan, Hlm. 8-22 Vol 3 No 1’, Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan Pembangunan, 2018

Andika, Herry, and Muhammad Nasir, ‘Budaya Konsumerisme Masyarakat


Perkotaan’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2 (2017)

Armawi, Armaidy, ‘DARI KONSUMERISME KE KONSUMTIVISME (Dalam


Perpektif Sejarah Filsafat Barat)’, Jurnal Filsafat, 17.3 (2017), 314–23
<https://doi.org/10.22146/jf.23090>

Baudrillard, Jean, Simulacra and Simulation, Simulacra and Simulation, 2016


<https://doi.org/10.3998/mpub.9904>

Carsky, Mary L., ‘The Consumer Society’, Journal of Macromarketing, 1998


<https://doi.org/10.1177/027614679801800212>

Chrisnawati, Dian, and Sri Muliati Abdullah, ‘FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMTIF REMAJA TERHADAP
PAKAIAN’, Jurnal Spirits, 2.1 (2011)

Dwi Saputra, Anggariawan, and Refti Handini Listyani, ‘MASYARAKAT


KONSUMSI ( STUDI DESKRIPTIF GEJALA KONSUMERISME JASA
TATO PADA MASYRAKAT KOTA SURABAYA ) Anggriawan Dwi
Saputra’, Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 05 (2017)

Heldi, ‘Pola Konsumsi Masyarakat Postmodern’, Al-Iqtishad, 1.1 (2009), 113–22


<https://media.neliti.com/media/publications/194939-ID-pola-konsumsi-
masyarakat-post-modern-sua.pdf>

Hidayat, Tri Bagoes Wisnu, I Nengah Punia, and Ni Luh Nyoman Kebayantini,
‘Peran Media Sosial Terhadap Perilaku Konsumtif Kaum Remaja Di Desa Tegal
Kertha, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar’, Jurnal Universitas
Udayana, 1.1 (2018), 1–10

Iklan, Sihir, Masyarakat Perkotaan, and Abdul Gaffar, ‘Sihir Iklan Dalam Konsumsi
Masyarakat Perkotaan’, Jurnal Dinamika Perkantoran, 2.1 (2012), 1–19

Kushendrawati, Selu Margaretha, ‘MASYARAKAT KONSUMEN SEBAGAI


CIPTAAN KAPITALISME GLOBAL: FENOMENA BUDAYA DALAM
REALITAS SOSIAL’, Makara Human Behavior Studies in Asia, 2006
<https://doi.org/10.7454/mssh.v10i2.19>

Lechte, John, Fifty Key Contemporary Thinkers, Fifty Key Contemporary Thinkers,
2007 <https://doi.org/10.4324/9780203390573>

Mufidah, Nur Lailatul, ‘Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi Deskriptif


Pemanfaatan Foodcourt Oleh Keluarga’, Biokultur, 2006

Pawanti, Mutia Hastiti, ‘Masyarakat Konsumeris Menurut Konsep Pemikiran Jean


Baudrillard’, Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 2013

Pawlett, William, Jean Baudrillard: Against Banality, Jean Baudrillard: Against


Banality, 2007 <https://doi.org/10.4324/9780203937365>

Pratiwi, Galih Ika, ‘PERILAKU KONSUMTIF DAN BENTUK GAYA HIDUP


(Studi Fenomenologi Pada Anggota Komunitas Motor Bike of Kawasaki Riders
Club (BKRC) Chapter Malang)’, Jurnal Mahasiswa Sosiologi, 2015

Puspita Nilawati Sipunga, Amri Hana Muhammad, ‘Kecenderungan Perilaku


Konsumtif Remaja Di Tinjau Dari Pendapatan Orang Tua Pada Siswa-Siswi
SMA Kesatrian 2 Semarang’, Journal of Social and Industrial Psychology, 3.1
(2014), 69–76

Rahman, Nurdin, Nikmah Utami Dewi, and Fitra Armawaty, ‘Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Makan Pada Remaja SMA Negeri 1 Palu’,
Jurnal Preventif, 2016

Rasyid, Arbanur, ‘PERILAKU KONSUMTIF DALAM PERSPEKTIF AGAMA


ISLAM’, Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi, 5.9 (2019)
<https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004>

Rohman, Abdur, ‘Budaya Konsumerisme Dan Teori Kebocoran Di Kalangan


Mahasiswa’, KARSA: Jurnal Sosial Dan Budaya Keislaman, 2016
<https://doi.org/10.19105/karsa.v24i2.894>

Safuwan, M.Psi, ‘Gaya Hidup, Konsumerisme Dan Modernitas’, Jurnal SUWA


Universitas Malikussaleh, V.1 (2007), 38–46
<http://repository.unimal.ac.id/1342/1/Gaya Hidup Modern.pdf>

Thohiroh, Anisa Qodaril, ‘PERILAKU KONSUMTIF MELALUI ONLINE


SHOPPING FASHION: Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadyah Surakarta’, Jurnal Psikologi Surakarta, 2015

Anda mungkin juga menyukai