Diferensiasi Sosial
Diferensi sosial adalah proses pembedaan masyarakat ke dalam struktur sosial yang
sifatnya horizontal. Horizontal berarti setara atau tidak ada kelompok sosial tertentu yang
menempati posisi sosial lebih tinggi atau lebih rendah. Diferensiasi sosial secara teoritis
tidak membentuk suatu kelompok masyarakat untuk mendapat perlakuan secara spesial
atau ditelantarkan. Semua kelompok masyarakat setara, menyandang status yang sama.
Terdapat tiga ciri utama diferensiasi sosial:
1. Ciri fisik
2. Ciri sosial
3. Ciri budaya
1. Ciri fisik
2. Ciri sosial
3. Ciri budaya
Diferensiasi berdasar ciri budaya terbentuk karena perbedaan orientasi nilai atau agama
yang dianut. Bisa pula karena perbedaan adat, kesenian, dan tradisi. Seorang perempuan
mengenakan jilbab dan datang di acara rutin pengajian. Dengan mudah kita bisa
mengidentifikasi apa agama orang tersebut.
1. Ras
2. Agama
3. Suku
4. Jenis kelamin
5. Profesi
6. Klan
1. Ras
Pengelompokan berdasarkan warna kulit, biasanya juga melingkupi warna dan jenis
rambut. Ras Asiatik Mongoloid berkulit kuning berambut lurus. Ras Negroid berkulit hitam
berambut keriting. Ras Kaukasoid berkulit putih. Mereka semua berbeda namun memiliki
derajat yang sama sebagai manusia.
2. Agama
3. Suku
Beragam suku dan etnis tinggal di negara Indonesia. Orang Jawa dan orang Sunda
berbicara dengan bahasa sehari-hari yang berbeda. Mereka memiliki aksen yang berbeda,
namun sama-sama satu bangsa, Bangsa Indonesia.
4. Jenis kelamin
Satu kelompok masyarakat masuk dalam kategori perempuan, lainnya laki-laki. Mereka
berbeda namun setara dalam hal akses pendidikan, ekonomi, dan politik.
5. Profesi
Seorang lurah berbeda dengan ketua RT, berbeda pula dengan rakyat jelata. Namun
semuanya memiliki hak yang sama untuk hidup layak.
6. Klan
Apabila teman kita ada yang keturunan ningrat, sedangkan kita keturunan orang biasa,
maka kita berbeda dengan teman kita. Namun tetap sama, kita memiliki peluang yang
sama untuk sukses.
Bentuk diferensiasi sosial sangat beragam. Namun ragam tersebut tidak menciptakan
jurang perbedaan status sosial, setidaknya dalam teori. Semua orang setara meskipun
berbeda.
Jenis-jenis diferensiasi sosial
Setelah ciri dan bentuk, diferensiasi sosial dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya.
Terdapat tiga jenis diferensiasi sosial:
1. Diferensiasi tingkatan
2. Diferensiasi fungsional
3. Diferensiasi adat
1. Diferensiasi tingkatan
Diferensiasi terbentuk akibat ketidakseimbangan distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan
ke suatu daerah. Harga bensin di Papua lebih mahal daripada di Jawa karena distribusi
bensin ke Papua melalui proses yang lebih lama.
2. Diferensiasi fungsional
Seorang ketua kelas menyiapkan kelasnya untuk berdoa sebelum pelajaran dimulai. Murid
yang lain tinggal mengikuti. Perbedaan peran tersebut terbentuk karena perbedaan jabatan
yang disandangnya.
3. Diferensiasi adat
Diferensiasi muncul karena perbedaan norma di suatu daerah demi mewujudkan kehidupan
masyarakat yang harmonis. Misal di suatu negara, orang yang tidak mengantri dianggap
tidak beretika dan beradab. Sedangkan di negara lain, nyerobot antrian menjadi hal yang
lumrah.
B. Stratifikasi Sosial
Berbeda dengan pendapat Soekanto, Pareto dalam Kartodirjo menemukan dua strata
penduduk diantaranya :
4. Lapisan yang lebih tinggi, golongan elite yang dibagi lagi kedalam dua kelompok, yaitu
elite yang memerintah dan elite yang tidak memerintah.
5. Lapisan yang lebih rendah, yang bukan elite dan mungkin berpengaruh juga dalam
pemerintahan. Konsepsi Pareto ini ada hubungannya dengan karya Gaetanomosca. Mosca
mengemukakan bahwa dalam suatu masyarakat senantiasa muncul dua kelas: kelas yang
memerintah dan kelas yang tidak memerintah. Namun, ada pula unsur lain dalam teori Mosca
yang sedikit mengubah cetusan pokok-pokok pikirannya semula. Unsur tersebut adalah
munculnya suatu kelas menengah baru yang lebih besar jumlahnya.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan
sosial adalah sebagai berikut :
Ukuran kekayaan
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Menurut Mac. Iver dalam Soekanto (1987) terdapat tiga pola umum dari sistem lapisan-
lapisan kekuasaan yaitu :
7. Tipe Kasta
Adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisahan yang tegas dan kaku. Tipe
semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang berkasta yang hampir
tak terjadi gerak sosial vertikal;
Tipe Oligarkis
Mempunyai garis-garis pemisah yang tegas, akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas
sosial ditentukan oleh kebudayaan tersebut terutama dalam hal kesempatan yang
diberikannya kepada para warga masyarakat untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan
tertentu. Tipe semacam ini dijumpai pada masyarakat-masyarakat feodal yang telah
berkembang;
Tipe Demokratis
Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-
orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan
sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional,
biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada
masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya Stratifikasi Sosial
Status
Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta,
golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha
yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan
masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan
masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat,
sesepuh, dan sebagainya.
7. Peran
Peran Adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peranan.
Menurut Soerjono Soekanto di dalam peran mengandung tiga hal:
1. Stratifikasi Tertutup
Sistem pelapisan yang jalan masuk menjadi anggota atau warga suatu pelapisan tertentu
hanyalah melalui kelahiran. Contoh Pelapisan pada masyarakat berkasta, pada masyarakat
dengan sistem feodal, atau pada masyarakat yang masih menggunakan kriteria ras sebagai
dasar pelapisan sosialnya.
Gambar :
Setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk naik ke pelapisan sosial yang
lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri, atau turun ke pelapisan sosial
yang lebih rendah bagi mereka yang tidak cakap dan tidak beruntung.
Contoh Masyarakat di negara industri maju atau masyarakat pertanian yang telah
mengalami gelombang modernisasi.
Gambar :
Gambar :
Unsur-unsur dalam teori sosiologi yang mewujudkan tentang sistem berlapis-lapis dalam
masyarakat adalah kedudukan dan peranan. Kedudukan sosial adalah tempat seseorang
secara umum dalam masyarakatnya yang berhubungan dengan orang-orang lain dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban. Kedudukan
sosial tidaklah semata-mata berarti kumpulan kedudukan seseorang dalam kelompok-
kelompok yang berbeda, akan tetapi kedudukan sosial mempengaruhi kedudukan
seseorang dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda (Roucek dan Warren (1962)
dalam Soekanto (1987).
Pengaruh atau dampak stratifikasi sosial pada kehidupan masyarakat sangat besar dan
berpengaruh. Karena dengan kelas sosial yang ada akan menyediakan masyarakat dengan
apa yang mereka butuhkan. Stratifikasi sosial dalam masyarakat digambarkan mengerucut
atau seperti piramida, hal ini disebabkan semakin tinggi kelas sosial, semakin sedikit pula
jumlah yang menempatinya.
1. Orang yang menduduki kelas sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan, privelese,
dan prestise yang bebeda pula, dalam artian akan menciptakan sebuah perbedaan status sosial.
2. Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan, kontravensi,
maupun konflik.
3. Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidak mampuan mencapai posisi
tertentu. Kejahatan tersebut dapat berupa alkoholisme, korupsi, kenakalan remaja dan lain
sebagainya.
4. Konsentrasi elite status, yaitu pemusatan kedudukan yang penting pada golongan
tertentu, misalnya kolusi.
4. Konflik
Sebagai proses sosial yang disosiatif sehingga tidak tercapai keselarasan antara satu
golongan dengan golongan yang lain.
Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi antara berbagai kelompok masyarakat akibat
adanya diferensiasi masyarakat Indonesia seperti beraneka ragamnya suku bangsa, ras, agama,
dsb.
Konflik vertical yaitu konflik yang terjadi antara kelas atas dengan kelas bawah yang
disebabkan adanya perbedaan kepentingan di antara mereka.
1. Integrasi
Merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan sosial,
sehingga menghsilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya sebagai masyarakat.
Proses integrasi harus diupayakan melalui pendekatan terhadap 2 dimensi, yaitu: dimensi
horizontal, dimensi vertical.