Anda di halaman 1dari 14

BAB II PEMBAHASAN

A. Pelapisan Sosial

1. Pengertian Pelapisan Sosial

Pelapisan sosial disebut juga dengan stratifikasi sosial. Istilah stratifikasi


berasal dari kata strat atau stratum yang berarti lapisan. Oleh karena
itu, social stratification sering diterjemahkan atau disebut dengan
pelapisan masyarakat, yang mempunyai pengertian sejumlah individu
yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran
masyrakatnya yang berada dalam suatu lapisan.

Patirim A. Sorokin memberikan definisi pelapisan masyarakat sebagai


berikut “pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat dalam kelaskelas yang tersusun secara bertingkat
(hierarkis)”. Lebih lengkap lagi batasan yang di kemukakan oleh
Theodorson dkk. di dalam Distionary of Sociology, yaitu “pelapisan
masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang relative permanen
yang terdapat di dalam sistem sosial (dari kelompok kecil sampai
masyarakat) di dalam hal perbedaan hak. pengaruh dan kekuasaan.
Masyarakat yang berstratifikasi sering dilukiskan sebagi suatu kerucut
atau piramida. Lapisan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini
menyempit ke atas.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang memiliki berbagai
latar belakang sehingga membentuk masyarakat yang heterogen yang
terdiri atas kelompok-kelompok sosial. Masyarakat tidak dapat
dibayangkan tanpa individu, seperti juga individu tidak dapat
dibayangkan tanpa adanya masyarakat. Individu dan masyarakat adalah
komplementer. Ini dapat kita lihat dari kenyataan bahwa manusia
dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya dan
individu

mempengaruhi masyarakat dan bahkan dapat menyebabkan perubahan


besar

masyarakat.
Setiap individu adalah anggota dari suatu kelompok, tetapi tidak setiap
warga dari suatu masyarakat hanya menjadi anggota dari suatu kelompok
tertentu, ia bisa menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial.
Berkaitan dengan penempatan individu dalam kelompok sosial, maka
individu memiliki kemampuan untuk menempatkan diri dan ditempatkan
oleh orang lain dalam suatu lapisan sosial ekonomi tertentu. Penempatan
seseorang dalam lapisan sosial ekonomi tertentu merupakan
pembahasan stratifikasi sosial atau yang biasa disebut dengan pelapisan
sosial. Dengan kaitannya dengan statifikasi sosial Max Weber
menjelaskan stratifikasi sosial dalam tiga dimensi, yaitu dimensi
kekayaan, dimensi kekuasaan, dan dimensi prestise. Dimensi tersebut
membentuk formasi sosial tersendiri. Dimensi kekayaan membentuk
fommasi sosial yang disebut kelas, dimensi kekuasaan membentuk partai,
dan dimensi prestise membentuk status.

Lebih jauh Weber dalam class, status, party menjelaskan bahwa sesuatu
yang disebut kelas apabila:

1. Sejumlah orang sama-sama memiliki suatu komponen tertentu yang


merupakan sumber dalam kesempatan hidup mereka.

2
2. Komponen ini secara eksklusif tercermin dalam kepentingan ckonomi
berupa pemilihan benda-benda dan kesempatan untuk memperoleh
pendapatan.

3. Hal ini terlihat dalam kondisi komuditas atau pasar tenaga kerja.

Ketiga kondisi ini disebut dengan situasi kelas. Apabila sekelompok orang
berada dalam kondisi kelas yang sama, maka dinamakan kelas. Kelas
bukanlah komunitas, ia hanya merupakan dasar bagi tindakan komunal.
Jika kelompok kelas mengejar kepentingan ekonomi dalam transsaksi
pasar, maka pembahasan partai berkaitan dengan pencapaian dalam
kekuasaan sosial.

Berbeda dengan kelas, kelompok status merupakan komunitas. Bila


kelompok kelas ditentukan oleh situasi kelas, maka kelompok status
ditentukan oleh situasi status. Situasi status yaitu setiap komponen tipikal
dari kehidupan manusia yang ditentukan oleh penilaian sosial, baik
positif, negative. maupunkhusus terhadap

kehormatan (honor).
Pada setiap kelompok status, kehormatan status dapat dicerminkan dari
gaya hidup orang-orang yang menjadi anggotanya. Berbicara tentang
gaya hidup (life style) sanga erat kaitannya dengan tulisan yang
dikemukakan oleh Melvin Tumin dalam Conseguences of Ratification life
Styles. Hidup (life style) dan peluang hidup (life chance) merupakan
konsekuensi stratifikasi sosial. Islilah gaya hidup merujuk pada perbedaan
karakteristik dari sekelompok status, dimana keanggotaan dalam
kelompok status didasarkan pada tingakat kehormatan yang dapat
diperbandingkan. Jadi, kelompok status dapat menentukn gaya hidup
seseorang.

3
Peluang hidup (life chance) ditandai oleh perbedaan kelas ekonomi yang
keanggotaannya ditandai oleh peranan individu dalam produksi. Orang
bisa dengan cepat menjadi orang kaya baru, tetapi cara orang itu berpikir,
berperasaan, dan berperilaku berbeda dari golongan sosial atas.

Pengertian haya hidup dalam beberapa hal pengertiannya sama dengan


kultur. Gaya hidup dapat juga disebut subkultur, yaitu strata gaya hidup
yang berbeda dari yang lain dalam kerangka budaya pada umumnya.
Gaya hidup menyangkut banyak dimensi kehidupan, tetapi nas dan Sande
berusaha membuat suatu pengelompokan dimendi gaya hidup dalam
lima kelompok, yaitu:

I. Dimensi morfologis

Dimensi morfologi merujuk kepada lingkungan dan sapek gcografis.


Beberapa

seseorang atau sekelompok orang lebih terikat pada tempat tertentu

dibandingkan dengan tempat yang lain, dari mulai lingkungan yang


tradisional sampai kota yang cosmopolitan.
2. Hubungan sosial dan hubungan kerja

Dimensi ini dibedakan atas tiga bidang, yaitu:

a. Pengkapsulan: keterkaitan pada lingkungan, suku, etnis, keeratan


diberbagai bidang.

b. Segregasi: tidak menekankan pada satu kegiatan saja, tetapi pada


beberapa kegiatan tanpa ada keterikatan yang akrab atau emosional.

4
c. Isolasi: tanpa ada keterikatan yang mendalam pada bidang apapun.

3. Menekankan pada bidang kehidupan (domain) Seseorang dapat


menekankan kehidupannya pada suatu bidang tertentu yang menjadi
prioritasnya.
4. Makna gaya hidup (wordview) Penilaian atu pemaknaan terhadap
bidang-bidang kehidupan.
5. Dimensi simbolis (style)
Symbol-simnbol yang digunakan dalam hidupnya.

Dimensi-dimensi gaya hidup diatas terlihat lebih mengandung niali sosial.


Artinya, dimensi-dimensi gaya hidup dibentuk dalam rangka menjalin
hubungan sosial dengan individu atau kelompok lain.

2. Pelapisan Sosial Ciri Tetap Sosial Pembinaan dan pemberian kedudukan


yang berhubungan dengan jenis kelamin nampaknya menjadi dasar dari
seluruh sistem masyarakat kuno. Seluruh masyarakat memberikan sikap
dan kegiatan yang berbeda kepada kaum laki-laki dan perempuan. Akan
tetapi, perlu dingat bahwa ketentuan tentang pembagian
kedudukan antara laki-laki dan perempuan, yang kemudian menjadi dasar
dari pembagian pekerjaan, semata-mata ditentukan oleh sistem
kebudayaan itu sendiri. Didalam organisasi primitive yang belum
mengenal tulisan, pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal ini berwujud
berbagai bentuk sebagai berikut:
1. Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dalam
penbedaan hak dan kewajiban.
2. Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan
memiliki hak-hak istimewa.
3. Adanya pemimpin yang paling berpengaruh.

5
4. Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar
perlingdungan hukum (cutlaw man).
5. Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri.
6. Adanya pembedaan standar ekonomi dan di dalam ketidaksamaan
ekonomi itu secara umum.

3. Terjadinya Pelapisan Sosial Terjadinya pelapisan sosial ada 2 yaitu:


1. Terjadi dengan sendirinya Proses ini berjalan sesuai dengan
pertumbuhan masyarakat itu sendiri.

Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan


berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat
itu,
tetapi berjalan secara almiah dengan sendirinya. Pengakuan terhadap
kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya. Karena sifatnya
yang tanpa disengaja inilah, bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu
bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat tempat
sistem itu berlaku.
2. Terjadi dengan disengaja

Sistem pelapisan yang disusun dengan sengaja ditujukan untuk mengejar


tujuan bersama. Didalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan
tegas mengenai adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan pada
seseorang. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang
dan kekuasaan ini, maka di dalam organisasi itu terdapat keteraturan
sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan
wewenang yang dimiliki dan dalam suatu organisasi, baik secara vertical
maupun secara horizontal.

Sistem organisasi yang disusun dengan cara ini mengandung dua sistem
yaitu:

6
1. Sistem fungsional, merupakan pembagian kerja kedudukan yang
tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang
sederajat, misalnya kerja sama antara kepala seksi dan lain-lain.

2. Sistem scalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau


jenjang dari bawah ke atas (vertical).

4. Perbedaan Sistem Pelapisan Sosial menurut Sifatnya Menurut sifatnya,


sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup
Di dalam sistem ini, perpindahan anggota masyarakat ke lapisan yang lain
baik keatas maupun ke bawah, tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal
yang istimewa. Satu-satunya untuk menjadi anggota dari suatu lapisan
dalam masyarakat adalah akibat kelahiran. Sistem pelapisan tertutup kita
temui, misalnya di india yang masyarakattnya mengenal sistem kasta.
Sebagaimana kita ketahui masyarakat terbagi dalam:

1. Kasta Brahmana, yang merupakan kastanya golongan pendeta dan


merupakan kasta tertinggi.

2. Kasta Ksatria, merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara


yang dipandang sebagai lapisan kedua.

3. Kasta Wisya, merupakan kasta dari golongan pedagang yang dipandang


sebagai lapisan menengah ketiga.

4. Kasta Sudra, merupakan kasta dari golongan rakyat jelita.

5. Paria, adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta. Yang
termasuk golongan ini misalnya kaum gelandangan, peminta-minta dan
sebagainya.

7
2. Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka

Di dalam sistem ini, setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan


untuk jatuh kelapisan yang ada dibawahnya atau naik ke lapisan di
atasnya. Sistem ini bisa kita temukan, misalnya di dalam masyarakat
Indonesia sekarang ini. Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki
segala jabatan bila ada kesempatan dan kemampuan untuk itu.
Sebaliknya, orang juga dapat turun dari jabatannya bila dia tidak mau
mempertahankannya. Status (kedudukan) yang berdasarkan usaha,
sendiri discbut achieved status.

B. Kesamaan Derajat
Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara
manusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya adalah secara timbal
balik. Artinya, setiap orang sebagai anggota masyarakat, mempunyai hak
dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun pemerintah dan
negara. Hak dan kewajiban ditetapkan dalam undang-undang (konstitusi).
Undang-undang tersebut berlaku untuk setiap orang, Tanpa kecuali.
Dalam arti, semua orang mempunyai kesamaan derajat. Kesamaan
derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai
sektor
kehidupan.
A. Persamaan Hak

Kekuasaan negara yang dianggap seolah-olah seperti hak individu lambat


laun dirasakan sebagai suatu yang menggu, karena setiap kali kekuasaan
negara terkembang, setiap kali pula individu terpaksa harus memasuki
lingkungan hak
manusia pribadi dan berkuranglah pula luas batas hak-hak yang dimiliki
individu
itu.

8
Mengenai persamaan hak ini selanjutnya dicantumkan dalam pernyataan

sedunia hak-hak asasi manusia tahun 1948 dalam pasal-pasalnya, seperti


dibawah ini:

Pasal 1:Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan


hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul
satu sama lain dalam persaudaraan.

pasal 2 ayat (1): setiap orang berhak atas semua hak-hak dan
kebebasankebebasan yang tercantum dalam pernyataan ini dengan taka
da kecuali apa pun, seperti bangsa, warna, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik, atau pendapat lain, asal mula, kebangsaan atau kemasyarakat,
milik, kelahiran ataupun kedudukan.

pasal 7: sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak


atas perlindungan hukum yang sama dengan tak ada
perbedaan.

B. Persamaan Derajat di Indonesia

Dalam undang-undang dasar 1945, hak dan kebebasan yang berkaitan


dengan
adanya persamaan derajat dan hak juga tercantum dalam pasal secara
jelas.

Sebagaimana kita ketahui negara republik Indonesia menganut asas


bahwa setiap Warga negara, tanpa kecuali, memiliki kedudukan yang
sama dalam hukum dan pemerintahan. Ini sebagai kensekuensi prinsip
dari kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan. Hukum dibuat

9
dimaksudkan untuk melindungi dan mengatur masyarakat secara umum
tanpa adanya perbedaan tentang hak-hak asasi itu, yakni pasal 27, 28, 29,
dan 31. Empat pokok hak-hak asasi dalam empat pasal UU 1945 adalah
sebagai berikut:

a. Pasal 27

Ayat 1, persamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di dalam


hukum dan di muka pemerintahan.

Ayat 2, hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.

b.Pasal 28

Ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul,


mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana ditetapkan
oleh undangundang.

c.Pasal 29

Ayat 1, kebebasan untuk memeluk agama bagi penduduk yang dijamin


oleh negara. Yang berbunyi sebagai berikut: negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masingmasing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.

d.Pasal 31

10
Ayat 1 dan 2, yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran, yang
berbunyi (1) tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, dan (2)
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan seatu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang,

C. Diskriminasi dan pemerataan

Dalam kehidupan masyarakat, ada sesuatu yang dihargai, yakni kekayaan,


kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Hal itu merupakan awal
terbentuknya lapisan sosial. Mereka yang banyak memiliki sesuatu yang
dihargai, dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki
lapisan atas. Sebaliknya, mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan
sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai, dinaggap oleh
masyarakat sebagai orang-orang yang menempati lapisan bawah dan
berkedudukan rendah.

Penempatan orang-orang ke dalam suatu lapisan di dalam sistem


pelapisan soaisl bukanlah menggunakan dasar yang tunggal, melainkan
bersifat komulatif. Misalnya orang kaya yang mudah sekali mendapatkan
tanah, kekuasaan dan kehormatan.

Pelapisan sosial dapat terjadi dengan sendirinya, itu sesuai dengan


kondisi anggota masyarakat, yang aktif dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dan bernasib baik. Orang-orang semacam itu akan menempati
lapisan sosial atas. Sebaliknya, bagi anggota masyarakat yang malas dan
nasibnya kurang menguntungkan, mereka biasanya menempati lapisan
sosial bawah.

Lapisan sosial dapat juga terjadi dengan dibuat secara sengaja. Lapisan
sosial itu bertujuan mengejar sesuatu. Hal itu tergantung pada sisitem
sosial masyarakat. Contoh orang yang menempati jabatan dalam DPR,
menteri, ketua OSIS, dan ketua RT.

11
Kriteria yang dipergunakan untuk menggolongkan anggota masyarakat
dalam lapisan masyarakat, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Ukuran kekuasaan

Anggota masyarakat yang memegang kekuasaan dan yang mempunyai


wewenang terbatas akan menempati lapisan yang tinggi dalam lapisan
sosial masyarakat.

b. Ukuran kekayaan

Anggota masyarakat terkaya akan menduduki lapisan teratas. Kekayaan


itu dapat dilihat dari pemilikan bentuk rumah, berabot rumah, kendaraan
pribadi, cara berpakaian serta bahan yang dipakai, olahraga yang
dilakukan, dan tempat rekreasi yang dikunjungi.
c. Ukuran kehormatan
Dalam masyarakat tradisional, orang-orang yang disegani dan dihormati
akan menempati lapisan atas. Misalnya, orang-orang yang dituakan atau
orang-orang yang dianggap berjasa dalam masyarakat. Ukuran
kehormatan biasanya tidak ada kaitannya dengan ukuran kekayaan dan
kekuasaan. Contohnya, status keturunan.
d. Ukuran ilmu pengetahuan atau pendidikan
Dalam masyarkat yang menghargai ilmu pengetahuan atau masyarakat
yang maju, ilmu pengetahuan dipergunakan sebagai salah satu dasar
pembentukan lapisan sosial. Kriteria diatas tidaklah bersifat mutlak
karena masih ada kriteria lainnya. Akan tetapi, kriteria itu paling banyak
dipergunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial.

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan

Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan


atau posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan
posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya
lapisan sosial seseorng itu disebabkan oleh bermacam-macam
perbedaan, seperti kekayaan, dibidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta
kekuasaan dan wewenang.

Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara


manusia dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik.
maksudnya orang sebagai anggota masyarakat mamiliki hak dan
kewajiban. baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan
negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam perundang-
undangan atau konstitusi.

Diskriminasi dan pemerataan ini biasanya ada dalam kehidupan


bermasyarakat, ada suatu yang dihargai, yaitu kekayaan, kekuasaan, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya. Hal ini merupakan awal terbentuknya
pelapisan sosial. Mereka yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai,
dianggap oleh masyarakat yang menduduki lapisan atas. Sebaliknya,
mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan sama sekali tidak
memiliki sesuatu yang dihargai, dianggap oleh masyarakat sebagai orang-
orang yang menempati lapisan bawah dan berjedudukan rendah.

B. Saran

Pelapisan sosial diharapkan mampu discimbangkan dengan adanya


kesamaan derajat yang ada, walaupun timbul diskriminasi schinga
menghasilkan pemerataan, namun harapan penulis agar pemerintah
mampu bertindak bijaksana terhadap semua apa yang dilakukan,

13
schingga kencegatifan dari pelapisan sosial serta diskriminasi mampu di
antisipasi.

DAFTAR PUSTAKA

Mawardi, Nur Hidayati. 2007. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu
Budaya Dasar (IAD-ISD-IBD). Bandung: Pustaka Setia.

Elly M.Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi. 2012. /lmu Sosial
Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

14

Anda mungkin juga menyukai