STRATIFIKASI SOSIAL
DI SUSUN OLEH:
KELAS : XI IPS 3
NO ABSEN : 17
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan
menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Misalnya jika
masyarakat menghargai kekayaan material daripada kehormatan maka mereka yang memiliki
kekayaan tinggi akan menempati kedudukan yang tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala
tersebut akan menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang
dalam negara terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di
tengah-tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah mengakui adanya
lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang
siapa yang mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap masyarakat
berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu
Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan sebutan stratifikasi sosial
bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class), kelas
kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka masyarakat
Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya
kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada
perbedaan seks, perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin, golongan budak dan bukan
budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan. Semakin maju dan rumit teknologi
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarkat berbeda-beda dan sangat banyak. Namun secara
prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu
ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk
pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling
mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal
tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang
merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan
Terkait dengan uraian di atas maka untuk lebih memperdalam pengetahuan kita maka di
dalam makalah ini penulis akan mencoba menguraikan bentuk lapisan masyarakat yang terdapat
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
Kabupaten Wajo.
BAB II
PEMBAHASAN
A. STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota
masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal dari kata stratum
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang
orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi adapula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu
Sifat sistem lapisan sosial di dalam masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social
stratification), terbuka (open social stratification), dan sistem lapisan sosial campuran. Stratifikasi
sosial tertutup (closed social stratification) ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata
sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas
horisontal saja. Contoh: sistem kasta, kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan
Brahmana, rasialis, kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh: seorang miskin
karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya, seorang yang tidak/kurang pendidikan akan
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial masyarakat
adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur
baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi sistem sosial. Yang diartikan
sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antara individu
Kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan itu dibedakan
atas tiga macam yaitu pertama, ascribed status artinya kedudukan sesorang dalam masyarakat
diperoleh karena kelahiran tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan, misalnya
yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja, misalnya profesi guru diperoleh
dengan memenuhi persyaratan tertentu dengan usaha dan kemampuan yang dimilikinya. Dan
ketiga, assigned status artinya kedudukan yang diberikan, mempunyai hubungan erat
dengan achieved status, bahwa kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi
kepada seseorang yang berjasa telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan masyarakat.
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan
meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Peranan dalam hal ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Disamping itu peranan merupakan suatu konsep
perihal pa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Serta peranan juga
dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi stuktur sosial.
B. BENTUK-BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL DI KECAMATAN BELAWA KABUPATEN WAJO
Masyarakat Sulawesi Selatan agak ketat memegang adat yang berlaku, utamanya dalam hal
perlapisan sosial. Pelapisan sosial masyarakat yang tajam merupakan suatu ciri khas bagi
masyarakat Sulawesi Selatan (Mattuada, 1997). Sejak masa pra Islam masyarakat
Sulawesi Selatan mudah mengenal stratifikasi sosial. Di saat terbentuknya kerajaan dan
pada saat yang sama tumbuh dan berkembang secara tajam stratifikasi sosial dalam
masyarkat Sulawesi Selatan. Startifikasi sosial ini mengakibatkan munculnya jarak sosial
antara golongan atas dengan golongan bawah.
Pada suku Bugis (masyarakat bugis) menganut tiga tingkatan sosial. Ketiga tingkatan sosial itu
adalah: Ana’ Arung, To Maradeka dan Ata. Ketiga tingkatan sosial yang dianut oleh suku yang
bangsawan yang lahir pada saat ayahnya memerintah/menjadi raja. Anak ini menjadi pewaris dari
kerajaan. Sedangkan tingkatan yang disebut berikutnya adalah anak bangsawan dari raja yang
Ana’ Mattola terdiri dari tiga tingkatan sosial, yaitu Ana’ Mattola Matase, Ana’ Mattola
Malolo dan Ana’ Cera’. Ana’ Mattola Matase adalah anak yang lahir dari hasil perkawinan ayah
dan ibu dari tingkatan sosial yang sama. Ana’ Mattola Malolo adalah anak yang lahir dari
perkawinan ayah yang lebih tinggi darah kebangsawanannya dari pada ibunya. Sedangkan Ana’
Cera’ adalah anak yang lahir dari perkawinan antara seorang bangsawan dengan orang biasa.
Lapisan kedua, To Maradeka adalah orang yang tidak diperbudak oleh orang lain. Lapisan ini
terdiri atas dua lapisan, yaitu To Baji (orang baik) dan To Samara (orang biasa). Sedangkan lapisan
ketiga, Ata, terbagi kepada dua lapisan, yaitu. Ata Mana’ dan Ata Taimanu. Lapisan pertama
adalah budak turun temurun sejak nenek moyangnya, jika mereka mempunyai keturunan maka
keturunan tersebut menjadi budak lagi dari orang yang memperbudaknya. Lapisan kedua adalah
golongan budak yang paling rendah dan dianggap paling hina, karena yang memperbudaknya
adalah To Maradeka.
Era modern sekarang ini dasar penentuan stratifikasi sosial pada masyarakat bugis umumnya
dan khususnya di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo dapat dikatakan sudah tidak berdasar
pada ascribed status, yakni status yang diperoleh dari kelahiran. Namun lebih kepada achieved
status yakni kedudukan yang diberikan karena adanya sesuatu hal yang berjasa dilakukan kepada
masyarakat.
Masyarakat bugis di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo penentuan stratifikasi sosial lebih
kepada kepemilikan harta dan tingkat pendidikan serta prestise yang diperoleh dari usaha-usaha
yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki harta banyak maka akan memperoleh kedudukan
tinggi dalam masyarakat, sebaliknya mereka yang memiliki harta sedikit atau tidak ada akan
pemerintahan, memiliki gelar pendidikan yang tinggi seperti professor, doktor, dan sebagainya,
atau mereka yang memiliki profesi-profesi yang dipandang tinggi oleh masyarakat seperti dokter,
polisi, tentara, dosen dan lainnya. Kedudukan-kedudukan tersebut dalam masyarakat berada pada
posisi atas.
Sekarang setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan.
Dengan memiliki pengetahuan, mereka bisa merebut posisi dan menjadi terpandang di
masyarakat. Begitu pun dengan stratifikasi sosial, menjadi kabur dan mengalami degradasi nilai.
Akibatnya pola pandangan masyarakat tidak lagi terpaku dengan status yang diperoleh melalui
keturunan. Mereka lebih mengutamakan peranan dan fungsi seseorang dalam masyarakat melalui
prestasinya. Dengan demikian pelapisan sosial antara anak bangsawan dengan masyarakat biasa
mulai berkurang dan stratifikasi sosial yang lama sering dianggap sebagai hambatan untuk
kemajuan.
Perubahan pola stratifikasi sosial terjadi karena konsep feodalisme perlahan-lahan mulai
ditinggalkan. Disamping itu masyarakat lebih berpikir rasional dalam setiap aktivitas yang
dilakukannya. Perkembangan zaman yang begitu cepat membuat sebagian masyarakat menjadi
tertinggal karena tak mampu mengikuti arus modernisasi. Begitu pun dengan dinamika sosial, bagi
mereka yang mampu tampil dalam pentas modernisasi (berpikir modern) maka merekalah yang
Pada dasarnya stratifikasi sosial masyarakat Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo itu selalu
bersifat terbuka, hal ini didasarkan atas sifat keterbukaan dan nilai-nilai demokrasi yang berafiliasi
dengan falsafah hidup masyarakat Wajo, yakni salah satunya adalah sebagai berikut:
”Maradeka to wajoe, najaiang alena maradeka, tana’emi ata, naiya tau makketanae
dilahirkan, hanya negeri mereka yang abdi, sedangkan si pemilik negeri (rakyat) merdeka semua
dan hanya hukum adat yang disetuji bersama yang mereka pertuan.
Dalam falsafah hidup tersebut tampak jelas bahwa ada sebuah keterbukaan, ada kebebasan untuk
bertindak karena masyarakat Wajo mengakui dan menjunjung tinggi hak kemanusiaan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dilihat gambaran bahwa telah terjadi pergeseran
status sosial di masyarakat Bugis pada umumnya dan khususnya masyarakat Bugis di Kecamatan
Belawa Kabupaten Wajo. Dimana status sosial tidak lagi didasarkan pada keturunan, kasta,
maupun stratifikasi sosial lama. Jabatan struktural di pemerintahan, kekayaan, serta tingkat
pendidikan lebih dominan berpengaruh dalam menentukan derajat sosial seseorang. Pergeseran
B.SARAN
Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka dalam
melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya diskriminasi.