Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SOSIOLOGI

STRATIFIKASI SOSIAL

DI SUSUN OLEH:

NAMA : MUHAMMAD NURSAL

KELAS : XI IPS 3

NO ABSEN : 17

NAMA GURU : PAK ARFAH

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu

dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal tertentu, akan

menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Misalnya jika

masyarakat menghargai kekayaan material daripada kehormatan maka mereka yang memiliki

kekayaan tinggi akan menempati kedudukan yang tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala

tersebut akan menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang

atau suatu kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal.

Sebagaimana filosof Aristoteles (Soekanto, 2003:227) mengatakan bahwa zaman dahulu di

dalam negara terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di

tengah-tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah mengakui adanya

lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang

siapa yang mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap masyarakat

berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu

berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.

Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan sebutan stratifikasi sosial

(social stratification). Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class), kelas

menengah (middle class)  dan kelas bawah (lower class).


Adanya lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam aktivitas sosial individu atau

kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka masyarakat

itu akan menarik untuk dilihat, dikenal, dan dipelajari.

Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya

kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan pada

perbedaan seks, perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin, golongan budak dan bukan

budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan. Semakin maju dan rumit teknologi

suatu masyarakat, maka semakin kompleks sistem lapisan masyarakat.

Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarkat berbeda-beda dan sangat banyak. Namun secara

prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu

ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk

pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling

mempengaruhi.

Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal

tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang

merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan

disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan

pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.

Terkait dengan uraian di atas maka untuk lebih memperdalam pengetahuan kita maka di

dalam makalah ini penulis akan mencoba menguraikan bentuk lapisan masyarakat yang terdapat

di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo.

B.       RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:

1.      Apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial?

2.      Bagaimana bentuk-bentuk stratifikasi sosial di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo?


C.      TUJUAN

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Untuk mengetahui dan memahami stratifikasi sosial.

2.      Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk stratifikasi sosial di Kecamatan Belawa

Kabupaten Wajo.

BAB II

PEMBAHASAN

A.      STRATIFIKASI SOSIAL

Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota

masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal dari kata stratum

yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Sebagaimana Pitirin A. Sorokin

mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam

kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan

menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang

dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-

orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki

menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses

pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi adapula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu

tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya

adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.

Sifat sistem lapisan sosial di dalam masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social

stratification), terbuka (open social stratification), dan sistem lapisan sosial campuran. Stratifikasi

sosial tertutup (closed social stratification) ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata
sulit mengadakan

mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas

horisontal saja. Contoh: sistem kasta, kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan

Brahmana, rasialis, kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah

kedudukan di posisi kulit putih, feodal, kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi

juragan atau majikan. Stratifikasi sosial terbuka (opened social stratification) ini bersifat dinamis

karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata

dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh: seorang miskin

karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya, seorang yang tidak/kurang pendidikan akan

dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha. Sedangkan stratifikasi sosial

campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang

Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke

Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri

dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan

sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran kekuasaan dan wewenang, ukuran

kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.

Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial masyarakat

adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur

baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi sistem sosial. Yang diartikan

sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antara individu

dalam masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut.

Kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan itu dibedakan

atas tiga macam yaitu pertama, ascribed status artinya kedudukan sesorang dalam masyarakat

diperoleh karena kelahiran tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan, misalnya

kedudukan anak bangsawan adalah bangsawan pula. Kedua, achieved status artinya kedudukan

yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja, misalnya profesi guru diperoleh

dengan memenuhi persyaratan tertentu dengan usaha dan kemampuan yang dimilikinya. Dan
ketiga,  assigned status artinya kedudukan yang diberikan, mempunyai hubungan erat

dengan achieved status, bahwa kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang lebih tinggi

kepada seseorang yang berjasa telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan masyarakat.

Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak

dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan

meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam

masyarakat. Peranan dalam hal ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Disamping itu peranan merupakan suatu konsep

perihal pa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Serta peranan juga

dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi stuktur sosial.
B.       BENTUK-BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL DI KECAMATAN BELAWA KABUPATEN WAJO

Masyarakat Sulawesi Selatan agak ketat memegang adat yang berlaku, utamanya dalam hal
perlapisan sosial. Pelapisan sosial masyarakat yang tajam merupakan suatu ciri khas bagi
masyarakat Sulawesi Selatan (Mattuada, 1997). Sejak masa pra Islam masyarakat
Sulawesi Selatan mudah mengenal stratifikasi sosial. Di saat terbentuknya kerajaan dan
pada saat yang sama tumbuh dan berkembang secara tajam stratifikasi sosial dalam
masyarkat Sulawesi Selatan. Startifikasi sosial ini mengakibatkan munculnya jarak sosial
antara golongan atas dengan golongan bawah.

Pada suku Bugis (masyarakat bugis) menganut tiga tingkatan sosial. Ketiga tingkatan sosial itu

adalah: Ana’ Arung, To Maradeka dan Ata. Ketiga tingkatan sosial yang dianut oleh suku yang

terbesar di Sulawesi Selatan ini masing-masing memiliki bahagian-bahagian.

Lapisan teratas adalah Ana’ Arung. Suku Bugis mengenal Ana’ Arung atas dua tingkatan

sosial, yaitu Ana’ Jemma dan Ana’ Mattola. Tingkatan yang disebut pertama adalah anak

bangsawan yang lahir pada saat ayahnya memerintah/menjadi raja. Anak ini menjadi pewaris dari

kerajaan. Sedangkan tingkatan yang disebut berikutnya adalah anak bangsawan dari raja yang

lahir sebelum atau sesudah ayahnya memerintah.

Ana’ Mattola terdiri dari tiga tingkatan sosial, yaitu Ana’ Mattola Matase, Ana’ Mattola

Malolo dan Ana’ Cera’. Ana’ Mattola Matase adalah anak yang lahir dari hasil perkawinan ayah

dan ibu dari tingkatan sosial yang sama. Ana’ Mattola Malolo adalah anak yang lahir dari
perkawinan ayah yang lebih tinggi darah kebangsawanannya dari pada ibunya. Sedangkan Ana’

Cera’ adalah anak yang lahir dari perkawinan antara seorang bangsawan dengan orang biasa.

Lapisan kedua, To Maradeka adalah orang yang tidak diperbudak oleh orang lain. Lapisan ini

terdiri atas dua lapisan, yaitu To Baji (orang baik) dan To Samara (orang biasa). Sedangkan lapisan

ketiga, Ata, terbagi kepada dua lapisan, yaitu. Ata Mana’ dan Ata Taimanu. Lapisan pertama

adalah budak turun temurun sejak nenek moyangnya, jika mereka mempunyai keturunan maka

keturunan tersebut menjadi budak lagi dari orang yang memperbudaknya. Lapisan kedua adalah

golongan budak yang paling rendah dan dianggap paling hina, karena yang memperbudaknya

adalah To Maradeka.

Era modern sekarang ini dasar penentuan stratifikasi sosial pada masyarakat bugis umumnya

dan khususnya di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo dapat dikatakan sudah tidak berdasar

pada ascribed status, yakni status yang diperoleh dari kelahiran. Namun lebih kepada achieved

status yakni status yang diperoleh melalui usaha-usaha yang dilakukannya dan assigned

status yakni kedudukan yang diberikan karena adanya sesuatu hal yang berjasa dilakukan kepada

masyarakat.

Masyarakat bugis di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo penentuan stratifikasi sosial lebih

kepada kepemilikan harta dan tingkat pendidikan serta prestise yang diperoleh dari usaha-usaha

yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki harta banyak maka akan memperoleh kedudukan

tinggi dalam masyarakat, sebaliknya mereka yang memiliki harta sedikit atau tidak ada akan

memperoleh kedudukan rendah. Begitupun seseorang yang memperoleh kedudukan diposisi

pemerintahan, memiliki gelar pendidikan yang tinggi seperti professor, doktor, dan sebagainya,

atau mereka yang memiliki profesi-profesi yang dipandang tinggi oleh masyarakat seperti dokter,

polisi, tentara, dosen dan lainnya. Kedudukan-kedudukan tersebut dalam masyarakat berada pada

posisi atas.

Sekarang setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan.

Dengan memiliki pengetahuan, mereka bisa merebut posisi dan menjadi terpandang di

masyarakat. Begitu pun dengan stratifikasi sosial, menjadi kabur dan mengalami degradasi nilai.

Akibatnya pola pandangan masyarakat tidak lagi terpaku dengan status yang diperoleh melalui
keturunan. Mereka lebih mengutamakan peranan dan fungsi seseorang dalam masyarakat melalui

prestasinya. Dengan demikian pelapisan sosial antara anak bangsawan dengan masyarakat biasa

mulai berkurang dan stratifikasi sosial yang lama sering dianggap sebagai hambatan untuk

kemajuan.

Perubahan pola stratifikasi sosial terjadi karena konsep feodalisme perlahan-lahan mulai

ditinggalkan. Disamping itu masyarakat lebih berpikir rasional dalam setiap aktivitas yang

dilakukannya. Perkembangan zaman yang begitu cepat membuat sebagian masyarakat menjadi

tertinggal karena tak mampu mengikuti arus modernisasi. Begitu pun dengan dinamika sosial, bagi

mereka yang mampu tampil dalam pentas modernisasi (berpikir modern) maka merekalah yang

mendapat posisi tinggi dalam lapisan sosial.

Pada dasarnya stratifikasi sosial masyarakat Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo itu selalu

bersifat terbuka, hal ini didasarkan atas sifat keterbukaan dan nilai-nilai demokrasi yang berafiliasi

dengan falsafah hidup masyarakat Wajo, yakni salah satunya adalah sebagai berikut:

”Maradeka to wajoe, najaiang alena maradeka, tana’emi ata, naiya tau makketanae

maradeka maneng”, artinya Orang-orang Wajo, adalah orang merdeka, mereka merdeka sejak

dilahirkan, hanya negeri mereka yang abdi, sedangkan si pemilik negeri (rakyat) merdeka semua

dan hanya hukum adat yang disetuji bersama yang mereka pertuan.
Dalam falsafah hidup tersebut tampak jelas bahwa ada sebuah keterbukaan, ada kebebasan untuk
bertindak karena masyarakat Wajo mengakui dan menjunjung tinggi hak kemanusiaan.  

BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dilihat gambaran bahwa telah terjadi pergeseran

status sosial di masyarakat Bugis pada umumnya dan khususnya masyarakat Bugis di Kecamatan

Belawa Kabupaten Wajo. Dimana status sosial tidak lagi didasarkan pada keturunan, kasta,

maupun stratifikasi sosial lama. Jabatan struktural di pemerintahan, kekayaan, serta tingkat
pendidikan lebih dominan berpengaruh dalam menentukan derajat sosial seseorang. Pergeseran

ini semakin kental seiring perkembangan kehidupan.

B.SARAN

Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka dalam

melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya diskriminasi.

Anda mungkin juga menyukai