PENDAHULUAN
2
stratifikasi sosial yang terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersaman dilakukan
dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi - organisasi
formal, seperti: pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan
bersenjata. Beberapa kriteria yang menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial adalah
sebagai berikut:
1) Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.
Kekayaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, mobil pribadi,
cara berpakaian, dsb.
2) Ukuran kekuasaan
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas.
Misalnya saja presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten,
hingga ketua RT.
3) Ukuran kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati biasanya mendapatkan tempat paling
tinggi. Ukuran ini banyak dijumpai pada pada masyarakat tradisional. Biasanya
mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4) Ukuran ilmu pengetahuan
Seseorang yang memiliki derajat pendidikan yang tinggi menempati posisi teratas
dalam masyarakat. Misalnya, seorang sarjana lebih tinggi tingkatannya daripada
seorang lulusan SMA. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang menyebabkan
terjadinya efek negatif karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuannya yang
menjadi ukuran, melainkan ukuran gelar kesarjanaannya. Ukuran-ukuran diatas
tidaklah bersifat limitatif.
3
2.3 Sifat – Sifat Stratafikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya, pelapisan sosial
dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan
sistem pelapisan sosial campuran.
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit
mengadakan mobilitas (perpindahan) dari satu lapisan ke lapisan sosial yang
lain. Dalam sistem ini, satu-satunya kemungkinan untuk masuk pada status
tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau
keturunan.
Contoh:
Sistem kasta di India. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di
lapisan Brahmana.
Rasialis Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa
pindah kedudukan di posisi kulit putih.
4
2.4 Unsur – Unsur Baku Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan
(role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki arti penting bagi
sistem sosial.
1. Kedudukan (Status)
Status sosial menurut Ralph Linton adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang
dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang
tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan
dengan orang yang status sosialnya rendah. Ada tiga macam status sosial dalam
masyarakat:
a. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis
kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain
sebagainya. Misalnya, kedudukan seorang anak bangsawan adalah
bangsawan pula, seorang kasta Brahmana juga akan memperolah
kedudukan yang sama. Contoh lainnya yaitu kedudukan laki-laki yang lebih
tinggi daripada perempuan dalam suatu keluarga.
b. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat seseorang karena kerja
keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu
seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Status pekerjaan,
misalnya sebagai dokter, dosen, buruh, dll, sangat menentukan status
seseorang dalam masyarakat. Begitu juga dengan tingkat pendidikan yang
telah ditempuh seseorang. Seorang sarjana tentu dipandang lebih tinggi
statusnya dari pada orang yang hanya lulus sekolah dasar. Hal itu
merupakan hasil dari usaha keras yang telah dilakukannya.
5
c. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam
lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan
karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang
yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya. Dalam
hal ini, kesalehan seseorang dalam beragama termasuk di dalamnya.
Jika seseorang memiliki pengetahuan agama yang dalam, maka ia akan
memiliki status yang lebih tinggi di masyarakat.
2. Peranan (Role)
Sedangkan peran sosial merupakan aspek yang lebih dinamis dibandingkan
dengan kedudukan. Status sosial merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat
individu dalam organisasi masyarakat. Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang
dalam masyarakat. Meskipun demikian, keduanya tak dapat dipisahkan karena satu
dengan yang lainnya saling berhubungan. Berdasarkan cara memperolehnya,
peranan dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara
otomatis, bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, ketua
RT, dan sebagainya.
b. Peranan pilihan (achieve roles), yaitu peranan yang diperoleh atas
keputusannya sendiri, misalnya seseorang memutuskan untuk memilih
Fakultas FISIP Ilmu Komunikasi Di Universitas MUHAMMADIYAH
Malang.
6
2.5 Mobilitas Sosial dalam Stratifikasi Sosial
Dalam sosiologi, mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi
sosial. Menurut Haditono, yang dimaksud mobilitas sosial ialah perpindahan seseorang
atau sekelompok orang dari kedudukan satu ke kedudukan yang lain. Mobilitas vertikal
mengacu pada mobilitas ke atas atau ke bawah dalam stratifikasi sosial. Contoh
mengenai mobilitas sosial individu ialah perubahan status seseorang dari seorang
tukang menjadi seorang dokter.
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa mobilitas sosial secara vertikal
dapat dilakukan melalui beberapa hal, yaitu angkatan bersenjata, lembaga
pendidikan, lembaga keagamaan, organisasi politik, dan organisasi ekonomi. Dalam
keadaan perang di mana setiap negara menghendaki kemenangan maka jasa seorang
prajurit akan dihargai dalam masyarakat. Bisa jadi status prajurit tersebut naik, bahkan
memperoleh kekuasaan dan wewenang. Melalui lembaga pendidikan seseorang dapat
mengubah statusnya menjadi status yang lebih tinggi. Sedangkan melalui lembaga
keagamaan, seseorang yang memiliki kedalaman agama dinilai lebih tinggi statusnya
daripada yang tidak. Seseorang yang pandai berorganisasi dalam dunia politik
dapat menaikkan statusnya melalui partisipasinya sebagai anggota DPR. Adapun
melalui organisasi ekonomi, perusahaan barang maupun jasa memberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk menaikkan statusnya, karena organisasi ini
sifatnya relatif terbuka.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selama dalam satu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat
pasti mempunyai sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya
sistem lapisan dalam masyarakat. Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi
dikenal dengan istilah socil stratification yang merupakan pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarkis). Sistem lapisan
dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya (dalam proses pertubuhan
masyarakat itu) tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu
tujuan bersama. Sifat Sistem lapisan dalam masyarakat dapat tertutup dan dapat pula
terbuka. yang bersifat tertutup tidak memungkinkan pindahnya seseorang dari satu
lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak pindahnya itu ke atas atau kebawah. Sebaliknya
di dalam system terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk
berusaha dengan kecakapan sendiri naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak
beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di bawahnya.
3.2 Saran
Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka
dalam melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa
adanya diskriminasi.
8
DAFTAR PUSTAKA