Anda di halaman 1dari 19

STRATIFIKASI SOSIAL

A. Pengertian Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin stratum (tunggal)
atau strata (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan
sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa
defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli:
a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki). ) Perwujudannya adalah adanya kelas-
kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, dasar dan inti dari lapasan-
lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, dan tanggung-jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota
masyarakat.
b. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan,
previllege dan prestise.
c. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori
dari hak-hak yang berbeda
d. Drs. Robert. M.Z. Lawang
Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu
system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese,
dan prestise.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di
sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan dua
konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu.
Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam
heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan
antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian kelas
sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih
merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial
cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi polititik, nilai
budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.
Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan
masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat
berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise
(wibawa).
B. Sistem Stratifikasi sosial
Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat
tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat berpindah
dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu. Dengan demikian
berarti dalam sistem Sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan
mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau
mungkin juga justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya
sendiri.
Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota
masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi
terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada
Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu
ke status lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat
masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.
Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di
india misalnya:
a) Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/ kelahiran. Anak yang lahir
memperoleh kedudukan orang tuanya.
b) Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang tak mungkin
mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.
c) Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.
d) Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e) Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama
kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma
kasta dan lain sebagainya.
f) Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
g) Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Ada juga yang namanya Stratifikasi campuran. Stratifikasi campuran, diartikan sebagai sistem
stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi
membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain
Dengan demikian, stratifikasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi tertutup,
terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi
kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu
seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-
sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat
didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Lapisan-lapisan dalam masyarakatdapat bersifat :
1.Closed Sosial Stratification (Lapisan-lapisan Sosial yang tertutup)
2.Open Sosial Stratification (Lapisan-lapisan Sosial yang terbuka)
3.Lapisan-lapisan Sosial yang sengaja disusun.

1. Stratifikasi Sosial yang bersifat tertutup.


Di dalam lapisan-lapisan Sosial yang tertutup, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota
dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran ( keturunan,dalam lapisan-lapisan
Sosial yang tertutup dengan jelas di lihat dalam masyarakat India yang berkasta, masyarakat
Bali, dan didalam masyarakat feodal serta dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-
perbedaan rasial.
2. Startifikasi sosial yang bersifat terbuka
Di dalam stratifikasi sosial yang bersifat terbuka, sifat individu, anggita masyarakat mempunyai
kesempatamn untuk berusaha dengan kecakapan sendiri (prestasi) untuk naik lapisan atau bagi
mereka yang beruntung (tak berprestasi)jatuh dari lapisan yang atas kelapisan dibawahnya. Pada
umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada sikap anggota
masyarakat untuk memperkembangkan kecakapannya / prestasinya, karena itu sistem tersebut
sesuai untuk dijadikan landasan pembangun masyarakat.
3. Stratifikasi Sosial yang sengaja dibentuk
Bahwa didalam masyarakat ada lapisan-lapisan sosial yang sengaja disusun atau dibentuk yaitu
ada dalam suatu organisasi formil.

C. Dimensi stratifikasi sosial


Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif
banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai
oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka
yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga
mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan
anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Kekayaan
siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-
caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya., kebiasaan untuk
berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar
menempati lapisan atasan.
3. Ukuran Kehormatan
kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan.
Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini,
banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua
atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat
yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi
gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha untuk
mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.
Ada empat yang mendorong seseorang untuk disegani maupun dihormati dalam konteks
stratifikasi sosial. Yang pertama adalah kekayaan. Dengan adanya suatu kekayaan, orang akan
membeli apa saja yang dia mau. Yang kedua adalah kekuasaan. Kekuasaan akan digunakan
sebagai penundukan seseorang yang berada dibawahnya. Yang ketiga adalah kehormatan,
dimana seseorang akan disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh utama dan yang di
sepuhkan di masyarakat itu. Yang keempat adalah ilmu pengetahuan, jika seseorang
pendidikannya tinggi dan dia sudah mendapatkan gelar doktor maupun magister, secara tidak
langsung akan ada rasa sistem kelas terhadap seseorang yang tidak pernah sama sekali
menduduki bangku sekolah.
D. Bentuk-bentuk stratifikasi sosial:
suatu pelapisan sosial itu terjadi berdasarkan suatu kriteria tertentu, dan dengan berdasarkan
kriteria-kriteria tersebut, maka dapatlah bentuk-bentuk strata sosial antara lain sebagai berikut:
4z1
1) Kriteria biologis
a. Menurut jenis kelaminnya, maka ada:
Golongan laki-laki
Golongan wanita, selain itu ada juga sejumlah individu yang banci.
b. Menurut umurnya:
Golongan anak-anak
Golongan dewasa
Golongan tua
2) Kriteria Geografis / Territorial
Dapat digolongkan atas : masyarakat desa, masyarakat kota (kota kecil, kota madya, dan kota
besar)
3) Kriteria Ekonomis
Yaitu berdasarkan hak milik penduduk, maka terdapat stratifikasi Sosial dalam tiga kelas :
Kelas Ekonomi Tinggi
Kelas Ekonomi Menengah
Kelas Ekonomi Rendah
4) Kriteria Status / Jabatan
Berdasarkan kriteria jabatan terdapatlah lapisan-lapisan :
Golongan Status Sosial Tinggi
Golongan Status Sosial Menengah
Golongan Status Sosial Rendah
Golongan bukan pegawai / pejabat
5) Kriteria Politis
Dalam kriteria politis, yang utama adalah golongan yang menganut aliran politik, yaitu anggota
partai politik dan gerakan masa,yang lain adalah golongan non partai.
Dari golongan partai politik terdapat Strata Sosial :
a. Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat pusat (pemimpin pusat) berkedudukan di ibu kota
negara.
b. Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat daerah (tk. I / propinsi)
c. Golongan pimpinan Partai tingkat Cabang
Stratifikasi Sosial yang berdasarkan status jabatan / politik, terdapatlah heirrakhi, yakni urutan
tingkatan dari yang paling atas sampai pada yang paling bawah. Demensi Stratifikasi Sosial
modern terbagi menjadi tiga golongan , yakni:
a. golongan tinggi,
b. golongan menengah,
c. golonagan rendah
6) Kriteria Kehormatan
Ukuran kehormatan, terlepas dari ukuran kekayaan / kekuasaan. Orang yang paling disegani
karena kelebihannya, dihormati,dan mendapat tempat teratas. Ukuram semacam ini banyak
dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisionil, pada golongan tua atau orang yang pernah
berjasa kepada masyarakat
7) Kriteria Ilmu Pengetahuan / Pendidikan .
Kriteria atas dasar Pendidikan tedapat Strata Sosial :
Golongan yang berpendidikan tinggi
Golongan yang berpendidikan menengah
Golongan yang berpendidikan rendah
8) Kriteria Agama
Dilihat dari segi agama, dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan yang berdasarkan
keagamaanm. Misalnya :
Golongan orang Islam dan bukan Islam
Golongan Islam yang mendalam dan yang masih dangkal ( abangan)
Golongan bukan Islam.
Dibedakan : orang yang beragama dan orang yang tidak beragama (Atheis)
Golongan bukan Islam dibedakan lagi :
a. Golongan penganut Budha
b. Golongan penganut Hindu Bali
c. Golongan penganut Katholik
d. Golongan penganut Protestan
Golongan Atheis, adalah golongan orang-orang yang belum mempunyai sesuatu keyakinan
keagamaan, sikap hidupnya kurang menyadari nilai-nilai kemanusiaan atua norma-norma sosial.
9) Kriteria Marxisme
Terdapat dua macam kelas, yakni;
1 Kelas borjuis ( pemegang kapital)
2 Kelas buruh proletar ( buruh yang hanya bermodal tenaga kerja saja)
E. Damapak Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu
tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang
kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang
digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu
hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap
dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab sebagai orang-
orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di
mana marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama membuka tanah, dianggap mempunyai
kedudukan yang tinggi.
Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi akan mengakibatkan adanya
hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Kelas yang tergolong atas akan memegang
peranan kelas bawah yang notabenya harus disamakan, karena sesama makhluk tuhan. Secara
teoritis memang semua masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi pembedaan tersebut
merupakan gejala universal yang merupakan sistem sosial dalam masyarakat. Maka dari itu,
meski ada stratifikasi sosial seseorang atau masyarakat harus memegang konsep keadilan
sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah SWT
Yang Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.

F. Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial.
Sebagaimana nampak dari definisi Ransford, mobilitas sosial dapat mengacu pada individu
maupun kelompok. Contoh yang diberikan Ronsford mengenai mobilitas sosial individu ialah
perubahan status seseorang dari seorang petani menjadi seoarang dokter. Mobilitas sosial suatu
kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik atau kaum perempuan mengalami monilitas,
misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan rata-rata bila dibandingkan dengan
kelompok mayoritas.
Suatu bahan pokok yang banyak mendapat perhatian ahli sosiologi adalah masalah
mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. mobilitas intragenerasi mengacu pada
mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya; misalnya dari asisten dosen
menjadi guru besar atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi. Mobilitas anatargenerasi
dipihak lain mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang
tuanya; misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insyiur, atau anak menteri
menjadi pedagang kaki lima.
Suatu study yang sering menjadi bahan acuan dalam bahasan mengenai mobilitas
antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap mobilitas pekerjaan di AS. Kedua
ilmuan sosial ini menyimpulkan dari data mereka bahwa masyarakat Amerika merupakan
masyarakat yang relatif terbuka karena didalamnya telah terjadi mobilitas sosial vertikal
antargenerasi, dan dalam mobilitas intragenerasi pengaruh pendidikan dan pekerjaan individu
yang bersangkutan lebih besar dari pada pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tau. Dengan
perkatan lain, dalam tiap generasi telah terjadi peningkatan sattus anak sehingga melebihi status
orang tuanya. Dan dalam tiap generasi pun telah terjadi peningkatan status anak sehingga
melebihi status yang diduduki pada awal kariernya sendiri.
Pada masyrakat yang mempunyai sistem stratifikasi terbuka pergantian status
dimungkinkan. Meski dalam masyarakat demikian terbuka kemungkinan bagi setiap anggota
masyarakat untuk naik turun dalam herarki sosial, dalam kenyataan mobilitas sosial
antargenerasi maupun intragenerasi yang terjadi bersifat terbatas.
G. Pendekatan dalam Stratifikasi sosial
Ada tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial:
1. Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama
atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2. Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat
yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat
menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu: metode
obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada
kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian
seseorang dalam bermasyarakat.
H. Teori-teori Stratifikasi Sosial
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial:
1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa evolusi
sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang
disebutnya sebagai kapitalis adaptif.
2. Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri
sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.
3. Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya
stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4. Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur strtifikasi.
5. Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan
pemilikan modal. Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial,
diantaranya teoriEvolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan perkembangan
masyarakat, teoriSurplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori Kelangkaan yang
mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan
seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang menagarah kepada
stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.
I. Metode dalam menentukan stratifikasi sosial ada tiga yaitu:
1) Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama
atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2) Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang
menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3) Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat
menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Bentuk-bentuk Pelapisan Sosial dalam Masyarakat
1. Kriteria politik adalah pembedaan penduduk atau warga masyarakat menurut pembagian
kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang diakui oleh
masyarakat disebabkan oleh rasa takut, rasa cinta, kepercayaan, pemujaan.
Munculnya sistem kekuasaan kemudian menimbulkan lapisan-lapisan kekuasaan yang sering
disebut Piramida Kekuasaan.

Menurut Max Iver terdapat tiga pola umum Piramida Kekuasaan yaitu tipe kasta, tipe
oligarkhis, tipe demokratis.
A. Tipe Kasta
Pelapisan masyarakat berdasarkan kriteria politik, berarti pembedaan penduduk atau wujud
masyarakat menurut kriteria wewenang dan kekuasaan-kekuasaan.
Menurut Max Iver, ada tiga pola umum sistem status sosial:
a. Tipe kasta
b. Tipe oligarkhi
c. Demokratis

a. Tipe kasta
Ciri-ciri:
- Memiliki sistem stratifikasi kekuasaan dengan garis besar pemisah yang tegas dan kaku.
- Garis pemisah antara masing-masing pelapisan hampir tidak mungkin ditembus.
- Biasa di jumpai pada masyarakat berkasta.
- Bersifat tertutup
Terdiri Atas
Susunan dari atas ke bawah sebagai berikut:

1) Raja
2) Bangsawan.
3) Orang-orang yang bekerja di pemerintahan, pegawai rendahan dan seterusnya.
4) Tukang-tukang, pelayan-pelayan.
5) Petani-petani, buruhan tani.
6) Budak-budak.
b. Tipe Oligarkhi
Ciri-ciri:
- Garis pemisahnya tegas diantara strata tapi perbedaan antara status yang satu dengan yang lain
tidak begitu
mencolok.
- Pelapisan dapat ditembus, karena bersifat terbuka.
- Biasa terdapat pada negara Tasisme atau Feodaly berkembang.
- Kedudukan dipengaruhi oleh faktor kelahiran.
Terdiri Atas
Susunan dari atas ke bawah sebagai berikut:
1) Raja (penguasa)
2) Bangsawan dari macam-macam tingkatan.
3) Pegawai tinggi (sipil dan militer).
9
4) Orang-orang kaya, pengusaha dan sebagainya.
5) Pengacara.
6) Tukang dan pedagang.
7) Buruh tani dan budak.
c. Tipe demokratis
Ciri-ciri:
- Adanya pemisah antara lapisan yang sifatnya bergerak
- Faktor kelahiran tidak menemukan kedudukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan
dan kadang-kadang faktor keberuntungan.
* terdiri atas :
1) pemimpin politik, pemimpin partai, orangkaya, pemimpin organisasi-organisasi besar
2) terdiri atas pejabat-pejabat administratif, kelas-kelasatas dasar kelahiran eisure Class

3) terdiri atas ahli-ahli teknik, petani, pedagang


4) pekerja rendahan, petani rendahan

2. Kriteria Ekonomi
Pembagian/stratifiksi masyarakat berdasarkan ekonomi akan membedakan
masyarakat atas kepemilikan harta. Berdasarkan kepemilikan harta.
Masyarakat dibagi dalam tiga kelas.:
a. Kelas atas, terdiri dari kelompok orang-orang kaya dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya bahkan secara berlebihan.
b. Kelas menengah, terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan yang sudah bisa
memenuhikebutuhan pokok (primer).
c. Kelas bawah, Terdiri dari orang-orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan
primer.
Arisoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi tiga kelas, yakni :
a. golongan sangat kaya,
b. golongan kaya, dan
c.golongan miskin.
10
Arisoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut dalam sebuah piramida. :
1. Golongan sangat kaya
2. Golongan kaya
3. Golongan miskin
Gambar :

Dari Tiga kelas sosial masing-masing masih dapat dibagi menjadi subkelas sehingga kalau
digambarkan akan menjadi sebagai berikut. :
a. Kelas atas :
1. Kelas atas atas (AA)
2. Kelas atas menengah (AM)
3. Kelas ata bawah (AB)

b. Kelas menengah
1. Kelas menengah atas (MA)
2. Kelas menengah menengah (MM)
3. Kelas menengah bawah (MB)

c. Kelas bawah
1. Kelas bawah atas (BA)
2. Kelas bawah menengah (BM)
3. Kelas bawah bawah (BB)
11
Gambar :

3. Kriteria sosial Pelapisan masyarakat secara sosial; ialah sistem pengelompokan masyarakat
menurut status umumnya nilai status sosial dalam masyarakat diukur dari prestis (gengsi).
Contoh: orang lebih memilih bekerja dikantor dari pada menjadi pedagang Pada masyarakat
Bali, status masing-masing orang ditentukan berdasarkan kasta sehingga tidak memungkinkan
untuk berpindah status.
Hal lain yang dianggap penting adalah menyangkut:
a. Hukum adat
b. Perkawinan
c. Sopan santun

12
2.7. Sistem stratifikasi pada masyarakat Indonesia
Sistem pelapisan sosial yang pernah berlaku/dialami oleh masyarakat di Indonesia
diantaranya akan dibagi pada berikut ini:
A. Sistem pelapisan pada masyarakat pertanian

Berdasarkan pemilikan tanah, masyarakat pertanian dapat di bedakan atas 3


lapisan, yaitu:
Lapisan tertinggi, yaitu petani yang memiliki rumah, perkarangan, serta lahan.
Lapisan menengah, yaitu petani yang memiliki rumah serta perkarangan.
Lapisan terendah, yaitu petani yang tidak memiliki rumah, perkarangan ,serta lahan.

Berdasarkan kreteria ekonomi :


Lapisan pertama : kaum elit desa yang memiliki cadangan pangan dan pengembangan usaha
lapisan kedua terdiri dari orang yang memiliki cadangan pangan saja
Lapisan ketiga : orang yang tidak memiliki cadangan pangan dan cadangan usaha dan mereka
bekerja untuk memenuhi kebutuhan konsumsi perutnya agar tetap hidup
Gambar :

13
Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat feodal
Pola dasar masyarakat feodal sebagai berikut
Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan dan harus dihormati. Terdapat lapisan
utama, yaitu Raja dan kaum bangsawan dan lapisan bawah, yakni rakyat. Ada pola
ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum fedral merupakann panutan yang harus
disegani, sedangkan rakyat harus menghambat dan selalu dalam posisi di rugikan. Terdapat pola
hubungan antar kelompok yang deskriminatif. Golongan bawah cenderung memiliki sistem
stratifikasi tertutup.

Contoh lapisan sosial pada masyarakat Aceh


1. Keturunan raja atau bangsawan
2. Golongan kedua meliputi olei baalang
3. Rakyat biasa
gambar :

14
C. Sistem stratifikasi sosial pada zaman Belanda
Secara garis besar digambarkan seperti bagan berikut ini :
Gambar :

D. Sistem stratifikasi sosial pada zama Jepang


Secara garis besar digambarkan seperti bagan berikut ini :
15

E. Sistem stratifikasi sosial pada zaman Industri modern


Secara garis besar digambarkan seperti bagan berikut ini :
1. Kel. Profesional
2. Kel. Profesional awal dan semi profesional
3. Buruh rendahan
Gambar :

2.8 Fungsi Stratifikasi Sosial :


1) Alat untuk mencapai tujuan.
2) Mengatur dan mengawasi interasksi antar anggota dalam sebuah sistem stratifikasi.
3) Stratifikasi sosial mempunyai fungsi pemersatu.
4) Mengkategorikan manusia dalam stratum yang berbeda.

2.9. Dampak Stratifikasi Sosial pada Kehidupan Masyarakat


Pengaruh atau dampak stratifikasi sosial pada kehidupan masyarakat sangat besar dan
berpengaruh. Karena dengan kelas sosial yang ada akan menyediakan masyarakat dengan apa
yang mereka butuhkan. Stratifikasi sosial dalam masyarakat digambarkan mengerucut atau
seperti piramida, hal ini disebabkan semakin tinggi kelas sosial, semakin sedikit pula jumlah
yang menempatinya.
Adapun dampak stratifikasi sosial pada dalam kehidupan masyarakat adalah:
1.Orang yang menduduki kelas sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan, privelese, dan
prestise yang bebeda pula, dalam artian akan menciptakan sebuah perbedaan status sosial.
16
2.Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan, kontravensi, maupun
konflik
3.Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidak mampuan mencapai posisi tertentu.
Kejahatan tersebut dapat berupa alkoholisme, korupsi, kenakalan remaja dan lain sebagainya
4.Konsentrasi elite status, yaitu pemusatan kedudukan yang penting pada golongan tertentu,
misalnya kolusi.

2.10. Pengaruh Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial Terhadap Masyarakat


Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia dapat menimbulkan 2 konflik :
1. Konflik sebagai proses sosial yang disosiatif sehingga tidak tercapai keselarasan antara satu
golongan dengan golongan yang lain
a. Konflik horizontal yaitu konflik yang terjadi antara berbagai kelompok masyarakat akibat
adanya diferensiasi masyarakat Indonesia seperti beraneka ragamnya suku bangsa, ras, agama,
dsb.
b. Konflik vertical yaitu konflik yang terjadi antara kelas atas dengan kelas bawah yang
disebabkan adanya perbedaan kepentingan di antara mereka.
2. Integrasi merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
sosial, sehingga menghsilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya sebagai masyarakat.
Proses integrasi harus diupayakan melalui pendekatan terhadap 2 dimensi, yaitu : dimensi
horizontal, dimensi vertical.
17

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1.Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat dalam kelas-kelas secara bertingkat
2.Stratifikasi sosial ada karena terdapat sesuatu yang dihargai
3.Stratifikasi sosial pada masyarakat kuno dan masyarakat modern berbeda karena perbedaan
kriteria sosial yang digunakan
4.Stratifikasi sosial pada masyarakat kuno didasarkan atas
5.Stratifikasi sosial pada masyarakat modern didasarkan atas
6.Dampak dari stratifikasi sosial sangat besar karena pada kelas sosial yang ada akan
menyediakan masyarakat dengan kebutuhan yang mereka butuhkan.

Dari berbagai teori yang telah disebutkan di dalam bab-bab terdahulu dapat diambil kesimpulan
bahwa apabila masyarakat telah membaca paper ini maka akan mengetahui faktor-faktor dasar
terbentuknya pelapisan sosial yang telah terjadi dengan sendirinya.
Faktor-faktor yang terjadi dengan sendirinya antara lain :
a. Kepandaian
b.Tingkat umur
c. Sifat keaslian keanggotaan di dalam kerabat pimpinan masyarakat,
misalnya : (cikal bakal, kepala desa dan sebagainya).
d.Pemilikan harta
Sedangkan bentuk-bentuk yang terjadi di dalam masyarakat dibagi menjadi tiga golongan
yaitu :
a. Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria ekonomi
b. Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria sosial
c. Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria politik

18
Di samping itu masyarakat juga dapat mengetahui sistem-sistem pelapisan sosial yang
menempatkan masing-masing warga masyarakat pada status dan peran sosial tertentu.
Sistem-sistem pelapisan sosial antara lain :
a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif
b. Sistem pertentangan yang diciptakan oleh para warga masyarakat
c. Kriteria sistem pertentangan
d. Lambang-lambang kedudukan
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan
f. Solidaritas atas individu atau kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang sama dalam
sistem sosial masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai