F. Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial.
Sebagaimana nampak dari definisi Ransford, mobilitas sosial dapat mengacu pada individu
maupun kelompok. Contoh yang diberikan Ronsford mengenai mobilitas sosial individu ialah
perubahan status seseorang dari seorang petani menjadi seoarang dokter. Mobilitas sosial suatu
kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik atau kaum perempuan mengalami monilitas,
misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan rata-rata bila dibandingkan dengan
kelompok mayoritas.
Suatu bahan pokok yang banyak mendapat perhatian ahli sosiologi adalah masalah
mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. mobilitas intragenerasi mengacu pada
mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya; misalnya dari asisten dosen
menjadi guru besar atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi. Mobilitas anatargenerasi
dipihak lain mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang
tuanya; misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insyiur, atau anak menteri
menjadi pedagang kaki lima.
Suatu study yang sering menjadi bahan acuan dalam bahasan mengenai mobilitas
antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap mobilitas pekerjaan di AS. Kedua
ilmuan sosial ini menyimpulkan dari data mereka bahwa masyarakat Amerika merupakan
masyarakat yang relatif terbuka karena didalamnya telah terjadi mobilitas sosial vertikal
antargenerasi, dan dalam mobilitas intragenerasi pengaruh pendidikan dan pekerjaan individu
yang bersangkutan lebih besar dari pada pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tau. Dengan
perkatan lain, dalam tiap generasi telah terjadi peningkatan sattus anak sehingga melebihi status
orang tuanya. Dan dalam tiap generasi pun telah terjadi peningkatan status anak sehingga
melebihi status yang diduduki pada awal kariernya sendiri.
Pada masyrakat yang mempunyai sistem stratifikasi terbuka pergantian status
dimungkinkan. Meski dalam masyarakat demikian terbuka kemungkinan bagi setiap anggota
masyarakat untuk naik turun dalam herarki sosial, dalam kenyataan mobilitas sosial
antargenerasi maupun intragenerasi yang terjadi bersifat terbatas.
G. Pendekatan dalam Stratifikasi sosial
Ada tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial:
1. Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama
atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2. Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat
yang menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat
menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu: metode
obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada
kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian
seseorang dalam bermasyarakat.
H. Teori-teori Stratifikasi Sosial
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial:
1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa evolusi
sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang
disebutnya sebagai kapitalis adaptif.
2. Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri
sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.
3. Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya
stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4. Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur strtifikasi.
5. Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan
pemilikan modal. Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial,
diantaranya teoriEvolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan perkembangan
masyarakat, teoriSurplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori Kelangkaan yang
mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah kepada kekayaan
seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang menagarah kepada
stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.
I. Metode dalam menentukan stratifikasi sosial ada tiga yaitu:
1) Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama
atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2) Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang
menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3) Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat
menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Bentuk-bentuk Pelapisan Sosial dalam Masyarakat
1. Kriteria politik adalah pembedaan penduduk atau warga masyarakat menurut pembagian
kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang diakui oleh
masyarakat disebabkan oleh rasa takut, rasa cinta, kepercayaan, pemujaan.
Munculnya sistem kekuasaan kemudian menimbulkan lapisan-lapisan kekuasaan yang sering
disebut Piramida Kekuasaan.
Menurut Max Iver terdapat tiga pola umum Piramida Kekuasaan yaitu tipe kasta, tipe
oligarkhis, tipe demokratis.
A. Tipe Kasta
Pelapisan masyarakat berdasarkan kriteria politik, berarti pembedaan penduduk atau wujud
masyarakat menurut kriteria wewenang dan kekuasaan-kekuasaan.
Menurut Max Iver, ada tiga pola umum sistem status sosial:
a. Tipe kasta
b. Tipe oligarkhi
c. Demokratis
a. Tipe kasta
Ciri-ciri:
- Memiliki sistem stratifikasi kekuasaan dengan garis besar pemisah yang tegas dan kaku.
- Garis pemisah antara masing-masing pelapisan hampir tidak mungkin ditembus.
- Biasa di jumpai pada masyarakat berkasta.
- Bersifat tertutup
Terdiri Atas
Susunan dari atas ke bawah sebagai berikut:
1) Raja
2) Bangsawan.
3) Orang-orang yang bekerja di pemerintahan, pegawai rendahan dan seterusnya.
4) Tukang-tukang, pelayan-pelayan.
5) Petani-petani, buruhan tani.
6) Budak-budak.
b. Tipe Oligarkhi
Ciri-ciri:
- Garis pemisahnya tegas diantara strata tapi perbedaan antara status yang satu dengan yang lain
tidak begitu
mencolok.
- Pelapisan dapat ditembus, karena bersifat terbuka.
- Biasa terdapat pada negara Tasisme atau Feodaly berkembang.
- Kedudukan dipengaruhi oleh faktor kelahiran.
Terdiri Atas
Susunan dari atas ke bawah sebagai berikut:
1) Raja (penguasa)
2) Bangsawan dari macam-macam tingkatan.
3) Pegawai tinggi (sipil dan militer).
9
4) Orang-orang kaya, pengusaha dan sebagainya.
5) Pengacara.
6) Tukang dan pedagang.
7) Buruh tani dan budak.
c. Tipe demokratis
Ciri-ciri:
- Adanya pemisah antara lapisan yang sifatnya bergerak
- Faktor kelahiran tidak menemukan kedudukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan
dan kadang-kadang faktor keberuntungan.
* terdiri atas :
1) pemimpin politik, pemimpin partai, orangkaya, pemimpin organisasi-organisasi besar
2) terdiri atas pejabat-pejabat administratif, kelas-kelasatas dasar kelahiran eisure Class
2. Kriteria Ekonomi
Pembagian/stratifiksi masyarakat berdasarkan ekonomi akan membedakan
masyarakat atas kepemilikan harta. Berdasarkan kepemilikan harta.
Masyarakat dibagi dalam tiga kelas.:
a. Kelas atas, terdiri dari kelompok orang-orang kaya dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya bahkan secara berlebihan.
b. Kelas menengah, terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan yang sudah bisa
memenuhikebutuhan pokok (primer).
c. Kelas bawah, Terdiri dari orang-orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan
primer.
Arisoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi tiga kelas, yakni :
a. golongan sangat kaya,
b. golongan kaya, dan
c.golongan miskin.
10
Arisoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut dalam sebuah piramida. :
1. Golongan sangat kaya
2. Golongan kaya
3. Golongan miskin
Gambar :
Dari Tiga kelas sosial masing-masing masih dapat dibagi menjadi subkelas sehingga kalau
digambarkan akan menjadi sebagai berikut. :
a. Kelas atas :
1. Kelas atas atas (AA)
2. Kelas atas menengah (AM)
3. Kelas ata bawah (AB)
b. Kelas menengah
1. Kelas menengah atas (MA)
2. Kelas menengah menengah (MM)
3. Kelas menengah bawah (MB)
c. Kelas bawah
1. Kelas bawah atas (BA)
2. Kelas bawah menengah (BM)
3. Kelas bawah bawah (BB)
11
Gambar :
3. Kriteria sosial Pelapisan masyarakat secara sosial; ialah sistem pengelompokan masyarakat
menurut status umumnya nilai status sosial dalam masyarakat diukur dari prestis (gengsi).
Contoh: orang lebih memilih bekerja dikantor dari pada menjadi pedagang Pada masyarakat
Bali, status masing-masing orang ditentukan berdasarkan kasta sehingga tidak memungkinkan
untuk berpindah status.
Hal lain yang dianggap penting adalah menyangkut:
a. Hukum adat
b. Perkawinan
c. Sopan santun
12
2.7. Sistem stratifikasi pada masyarakat Indonesia
Sistem pelapisan sosial yang pernah berlaku/dialami oleh masyarakat di Indonesia
diantaranya akan dibagi pada berikut ini:
A. Sistem pelapisan pada masyarakat pertanian
13
Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat feodal
Pola dasar masyarakat feodal sebagai berikut
Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan dan harus dihormati. Terdapat lapisan
utama, yaitu Raja dan kaum bangsawan dan lapisan bawah, yakni rakyat. Ada pola
ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum fedral merupakann panutan yang harus
disegani, sedangkan rakyat harus menghambat dan selalu dalam posisi di rugikan. Terdapat pola
hubungan antar kelompok yang deskriminatif. Golongan bawah cenderung memiliki sistem
stratifikasi tertutup.
14
C. Sistem stratifikasi sosial pada zaman Belanda
Secara garis besar digambarkan seperti bagan berikut ini :
Gambar :
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat dalam kelas-kelas secara bertingkat
2.Stratifikasi sosial ada karena terdapat sesuatu yang dihargai
3.Stratifikasi sosial pada masyarakat kuno dan masyarakat modern berbeda karena perbedaan
kriteria sosial yang digunakan
4.Stratifikasi sosial pada masyarakat kuno didasarkan atas
5.Stratifikasi sosial pada masyarakat modern didasarkan atas
6.Dampak dari stratifikasi sosial sangat besar karena pada kelas sosial yang ada akan
menyediakan masyarakat dengan kebutuhan yang mereka butuhkan.
Dari berbagai teori yang telah disebutkan di dalam bab-bab terdahulu dapat diambil kesimpulan
bahwa apabila masyarakat telah membaca paper ini maka akan mengetahui faktor-faktor dasar
terbentuknya pelapisan sosial yang telah terjadi dengan sendirinya.
Faktor-faktor yang terjadi dengan sendirinya antara lain :
a. Kepandaian
b.Tingkat umur
c. Sifat keaslian keanggotaan di dalam kerabat pimpinan masyarakat,
misalnya : (cikal bakal, kepala desa dan sebagainya).
d.Pemilikan harta
Sedangkan bentuk-bentuk yang terjadi di dalam masyarakat dibagi menjadi tiga golongan
yaitu :
a. Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria ekonomi
b. Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria sosial
c. Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria politik
18
Di samping itu masyarakat juga dapat mengetahui sistem-sistem pelapisan sosial yang
menempatkan masing-masing warga masyarakat pada status dan peran sosial tertentu.
Sistem-sistem pelapisan sosial antara lain :
a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif
b. Sistem pertentangan yang diciptakan oleh para warga masyarakat
c. Kriteria sistem pertentangan
d. Lambang-lambang kedudukan
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan
f. Solidaritas atas individu atau kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang sama dalam
sistem sosial masyarakat.