Stratifikasi Sosial
Dalam kajian ilmu sosial, istilah Stratifikasi Sosial selalu tertuju pada susunan hierarki
individu-individu ke dalam pembagian kekuasaan dan kekayaan di masyarakat. Mungkin
istilah ini bisa dianggap seperti konsep kelas yang dilihat secara sosio-ekonomi. Isitilah
stratifikasi disini biasanya digunakan untuk mendefinisikan lapisan utama masyarakat; kelas
atas (upper class), kelas menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class).
Biasanya yang sering kita lihat di masyarakat, mereka lebih menghargai orang kaya dari pada
orang miskin. Mulai dari jabatan, banyak sedikitnya harta, status yang melekat, dll. Hal ini
memberi arti bahwa stratifikasi sosial adalah pengelompokan secara vertical. Secara ringkas,
mereka yang memiliki harta berharga yang lebih banyak memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dan masyarakat yang memiliki sedikit harta memiliki kedudukan yang rendah.
Proses terjadinya stratifikasi sosial bisa terjadi secara otomatis maupun secara sengaja untuk
tujuan Bersama, misalnya kepandaian, talenta yang dimiliki, keluarga terpandang. Lalu untuk
contoh yang tujuan Bersama itu hal yang terjadi dalam organisasi-organisasi formal atau
pemerintahan seperti partai politik, militer, dll.
Lalu, kriteria yang biasanya dipakai untuk membedakan lapisan dalam masyarakat ialah
kekayaan, kekuasaan, keturunan, dan kepandaian seseorang dalam masyarakat.
Ada sebagaian orang yang beranggapan bahwa stratifikasi sosial sangat diperlukan, namun
ada Sebagian orang juga yang beranggapan bahwa stratifikasi sosial tidak perlu dan harus
dihapuskan. Pasalnya, mereka yang memiliki lapisan sosial yang lebih rendah seringkali
merasa minder, tidak percaya diri, dan mungkin dipandang rendah dan kurang dihormati.
Sedangkan untuk masyarakat yang setuju akan adanya stratifikasi sosial karena mereka
bahwa lapisan-lapisan itu dapat memberikan mereka fasilitas-fasilitas yang mungkin tidak
didapatkan oleh masyarakat dengan kelas yang rendah. Selain itu, kelas juga mempengaruhi
gaya dan tingkah laku hidup masyarakat.