Secara etimologis, istilah stratifikasi atau stratification berasal dari kata strata atau stratum yang berarti “lapisan”. Karena itu social stratification sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan yang sama menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan berada dalam suatu lapisan atau stratum. Dalam kamus sosiologi dijelaskan stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial atau sistem hierarki kelompok di dalam masyarakat. Jadi pengertian stratifikasi sosial secara etimologi adalah pelapisan dalam mayarakat secara hierarki yang dipengaruhi oleh beberapa unsur. Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial pada dasarnya berbicara tentang penguasaan sumber-sumber sosial. Sumber sosial adalah segala sesuatu yang oleh masyarakat dipandang sebagai suatu yang berharga. Menurut Soerjono Soekanto (dalam Murdiyatmoko, 2007) menyatakan social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan masyarakat seperti kue lapis, tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertikal menjadi kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Lawang (dalam Soeroso, 2008) stratifikasi sosial adalah penggolongan orang orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilege, dan prestise.
B. Dasar- Dasar Stratifikasi Sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut. 1. Ukuran kekayaan Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama 2. Ukuran kekuasaan dan wewenang Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan. 3. Ukuran kehormatan Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur. 4. Ukuran ilmu pengetahuan Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
C. Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto dilihat dari sifatnya stratifikasi sosial dibedakan menjadi stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial terbuka dan stratifikasi sosial campuran 1. Stratifikasi sosial tertutup (Close Social stratification). Stratifikasi ini adalah bentuk strata yang anggota dari setiap stratanya sulit mengadakan mobilitas vertikal. Mobilitas mereka hanya terbatas pada mobilitas horizontal. Karena itu stratifikasi sosial ini bersifat diskriminatif misalnya, sistem kasta pada masyarakat India, masyarakat rasialis, dan masyarakat feodal.
2. Stratifikasi sosial terbuka (Opened social stratification)
Stratifikasi ini bersifat demokratis. Kemungkinan mobilitasnya sangat besar. Maksudnya setiap anggota strata dapat bebas berpindah strata sosial, baik vertikal maupun horizontal. Walaupun kenyataannya mobilitas harus melalui perjuangan berat, kemungkinan untuk berpindah strata selalu ada. Contoh stratifikasi sosial terbuka adalah seseorang yang berusaha menjadi orang kaya dengan bekerja keras dan menuntut ilmu.
3. Stratifikasi sosial campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya seseorang anggota kasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat dan sangat dihargai oleh masyarakat lingkungannya, namun jika ia pindah ke Jakarta Ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat yang baru ini akan diperlakukan sesuai kedudukannya di tempat baru.
D. Fungsi Stratifikasi Sosial
1. Stratifikasi sebagai sebuah alat pendistribusian hak dan kewajiban, seperti
menentukan kedudukan, jabatan, penghasilan, tugas pada seseorang. 2. Mempersatukan pola koordinasi terhadap bagian yang terdapat pada sebuah sebuah tatanan struktur sosial, yang manfatnya adalah untuk mencapai tujuan yang sudah di tentukan sebelumnya. 3. Stratifikasi sosial memiliki fungsi untuk menentukan seseorang bertempat pada strata tertentu di dalam struktur sosial masyarakat. 4. Sebagai penentu tingkatan status sosial serta kedudukan di dalam struktur sosial masyarakat. 5. Memecahkan berbagai macam permasalahan yang ada di dalam kehidupan sosial masyarakat. 6. Untuk menggerakkan masyarakat agar bertindak sesuai fungsinya.
E. Perbedaan Stratifikasi Sosial
1. Perbedaan kemampuan individu. Kemampuan khusus yang dimiliki seseorang dan diakui oleh masyarakat menyebabkan yang bersangkutan memiliki kedudukan tertentu. Akan tetapi hal ini tak perlu menyebabkan yang bersangkutan mempunyai kedudukan yang tinggi, walaupun pada umumnya seseorang yang tak mempunyai kemampuan apa-apa mempunyai kedudukan yang rendah. 2. Perbedaan-perbedaan yang menyangkut kesukaran-kesukaran untuk melakukan bermacam-macam jenis pekerjaan. 3. Perbedaan kepentingan masing-masing jenis pekerjaan. Suatu kedudukan tinggi dalam organisasi formal tergantung pula dari kemampuan khusus untuk mengerjakan jenis-jenis pekerjaan yang penting. Pekerjaan-pekerjaan yang penting tersebut tidak perlu merupakan pekerjaan yang sulit untuk dilaksanakan. 4. Keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat organisasi. 5. Kebutuhan akan perlindungan bagi seseorang.