Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN 8

STRATIFIKASI SOSIAL DAN HUKUM

A. TUJUAN PERKULIAHAN

Setelah menyelesaikan pertemuan ke-8 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan


1. Mengetahui dan memahamai stratifikasi sosial dalam masyarakat;
2. Mengetahui dan memahami sebab-sebab terjadinya stratifikasi sosial;
3. Mengetahui dan memahami pengaruh stratifikasi sosial terhadap fungsi hukum

B. URAIAN MATERI

1. Pengantar
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu
dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap halhal tertentu,
akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya.
Misalnya jika masyarakat menghargai kekayaan material dari pada kehormatan maka
mereka yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati kedudukan yang tinggi
dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan lapisan masyarakat
yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan
berbeda-beda secara vertikal.
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan-lapisan pada masyarkat sangatlah berbeda dan banyak.
Namun secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu
dalam masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama
lainnya, dimana ketiganya saling mempengaruhi. Secara teoritis, semua manusia dapat
dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal tersebut tidak demikian adanya.
Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial
setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan disusun untuk mengejar
suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan pernah lepas dari
terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut. filosof Aristoteles (Soekanto,
2003:227) mengatakan bahwa zaman dahulu di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu
mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di tengah-tengah. Membuktikan
bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah mengakui adanya lapisan masyarakat yang
mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang siapa yang
mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap masyarakat
berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki
sesuatu berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.

Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan sebutan stratifikasi
sosial (social stratification). Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelaskelas
secara bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper
class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Adanya lapisan
masyarakat sangat berperan penting dalam aktivitas sosial individu atau kelompok dalam
suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka masyarakat itu akan
menarik untuk dilihat, dikenal, dan dipelajari.
Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya
kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula
didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin,
golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan.
Semakin maju dan rumit teknologi suatu masyarakat, maka semakin kompleks sistem
lapisan masyarakat. Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarkat berbeda-beda dan sangat
banyak. Namun secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-
jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang
erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling mempengaruhi. Secara teoritis, semua
manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal tersebut tidak demikian
adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian
sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan disusun
untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan
pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.

2. Pengertian/definisi Stratifikasi
Sosial Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum”
(tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial
dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli :
a. Pitirim A. Sorokin Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki)
b. Max Weber Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c. Cuber Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda.
d. Drs. Robert. M.Z. Lawang Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut
dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise .
Begitu pula dengan Seoarang filsuf bangsa Yunani yaitu Aristoteles mengatakan, bahwa
di dalam tiap-tiap negara terdapat Unsur lapisan masyarakat, yaitu mereka yang kaya
sekali, mereka yang berada ditengah-tengahnya dan mereka yang melarat.

3. Sebab-sebab terjadinya stratifikasi Sosial


Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan,
kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama manusia
membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan meni
mbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan
masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau
lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak
memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua atau pemimpin pasti
menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak
mempunyai tugas apapun. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya
seseorang bisa pula ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor,
penemu, dan sebagainya. Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam
pekerjaan tertentu dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang
tidak mempunyai ketrampilan apapun.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan
kenyataan hidup berkelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan
atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap
masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat, pokok-pokok
sebagai berikut dapat dijadikan pedoman : Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem
pertentangan dalam masyarakat.
Sistem demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu
yang menjadi objek penyelidikan. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup
unsur-unsur antara lain:
a. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya; penghasilan, kekayaan,
keselamatan, (kesehatan, laju angka kejahatan) wewenang dan sebagainya. Sistem
pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
b. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik wewenang atau kekuasaan.
c. Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan,
keanggotaan pada suatu organisasi mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
d. Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menduduki
kedududkan yang sama dalam system sosial masyarakat seperti;
1) Pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan dan
sebagainya)
2) Kesamaan atau ketidaksamaan system kepercayaan, sikap dan nilai-nilai
3) Kesadaran akan kedudukan masing-masing
4) Aktivitas sebagai organ kolektif Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai
berikut:
a. Terjadinya secara otomatis, karena factor-faktor yang dibawa individu sejak lahir.
Misalnya : Kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan
seseorang dalam masyarakat.
b. Terjadinya dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian
kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, Seperti
Pemerintah, Partai politik, Perusahaan, Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.

Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan
masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang
menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia,
sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam stratifikasi
sosial.Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas
vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antar
generasi. Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu
stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup.
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya
dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.
Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya.
Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa mengubah penampilan serta strata
sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri
menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan
sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan penghasilan yang tinggi.
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak
dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh
stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada
golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang
biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat atau bangsawan darah biru.
Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas social cukup besar, sedangkan
pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.

4. Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial Ukuran atau kriteria yang menonjol atau
dominan sebagaidasarpembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
a. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan
paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial,
demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke
dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk
tempat tinggal, kepemilikan hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau, lahan
persawahan dan sebagainya. Orang-orang yang mempunyai hewan ternak seperti
kambing, sapi, kerbau mempunyai pandangan bahwa siapa yang bisa untuk membeli
hewan ternak itu adalah hanya orang-orang yang kaya atau mampu saja, bahkan dengan
adanya hewan ternak tersebut si pemilik atau peternak bisa membiayai untuk kebutuhan
hidupnya.
b. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam
masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya,
kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
c. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-
orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan
sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional,
biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada
masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur.
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan
menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.
Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik
(kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur,
doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat
negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi
daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara
yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi,
membuat ijazah palsu dan seterusnya.

Unsur-unsur dalam Stratifikasi Sosial

Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyrakat
adalah kedudukan (status) dan paranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-
unsur baku dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial.
Yang diartikan sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timba-
balik antara individu dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan
tingkah laku individu- individu tersebut. Dalsm hubumgan-hubungan timbal-balik
tersebut , keudukan dan peranan individu mempunyai peranan yang penting oleh karena
itu untuk mendapatkan gambaran yang agak mendalam, ke dua hal tersebut akan
dibicarakan tersendiri dibawah ini.
a. Kedudukan (Status) Kedudukan Kadang-kadang dibedakan pengertiannya dengan
kedudukan sosial ( social status ). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya adalah tempat
seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain,
dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta
kewajibankewaibannya. Untuk lebih mudah mendapatkan pengertia, ke dua istilah
tersebut di atas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan dengan
istilah kedudukan saja. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam
suatu pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa
kedudukan , oleh karena seseorang bisanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan.
Pengertian tersebut menunjukan tempatnaya sehubungan dengan kerangka
masyarakat secara menyeluruh. Seperti Kedudukan Tuan A sebagai warga
masyarakat, merupakan kombinasi dari segenab kedudukanya sebagai guru, kepala
sekolah, ketua rukun tetangga dan lain-lain.
Mayarakat pada umumnya mengembangkan dua macam Kedudukan yaitu :
1) Ascribed-Status, yaitu Kedudukan seseoarang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut
diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seoarang bangsawan adalah
bangsawan pula.
2) Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang denagan usaha-
usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi
tetapi bersifat terbukabagi siapa saja tergantung kemampuan masing-masing dalam
mengejar serta mencapai tujuantujuannya. Misalnya. Setiap orang dapat menjadi
hakim asalkan mempunyai persyratan tertentu. Terserahlah kepada yang bersangkutan
apakah dia mampu menjalani persyaratan-persyaratan tersebut. Apabila tidak, tak
mungkin kedudukan sebagai hakim tersebut akan diperolehnya.
Dan kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu Assignedstatus,
yang merupakan kedudukan yang diberikan.
Assigned-status sering mempunyai sering mempunyai hubungan yang erat dengan
Achieved-Status. Artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan
yang lebih tinggi kepada orang yang lebih berjasa, yang telah memperjuangkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dankepentingan masyarakat. Akan tetapi
kadangkadang kedudukan tersebut diberikan , karena seseorang telah lama menduduki
suatu kepangkatan tertentu. Misalnya seorang pegawai negeri seharusnya naik
pangkat secara reguler, setelah menduduki kepangkatannya yang lama, selama jangka
waktu tertentu.

b. Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia
menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah
untuk kepentingan ilmu dan pengetahuan. Keduanya takdapat dipisahpisahkan, karna
yang satu tergantung pada yang lain dan sbaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan
atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana halnya dengan kedudukan, peranan juga
mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam peranan yang berasal dari pola-
pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan
oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur perillaku
seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dan
perilaku orang-orang sekelompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada
masyarakat, merupakan hubungan antara peranan- peranan individu dalam
masyarakat. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Misalnya, norma
kesopanan menghendaki agar seorang lelaki berjalan bersama seorang wanita.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam
pergaulan kemasyarakatan.
Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social position) merupakan unsur statis
yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak
menunjuk pada fungsi, penyusuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang
menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan
mencakup tiga hal, yaitu :
1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaaku individu yang penting bagi struktur
sosioal masyarakat. Perlu pula disingung perihal fasilitas bagi peranan indivudu (role-
facilities).
Masyarakat biasanyamemberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk dapat
menjalankan peranan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan bagaian
masyarakat yang banyak menyediakan peluang-peluang untuk pelasaksanaan peranan.
Kadang-kadang perubahan struktur suatu golongan kemasyarakatan menyebabkan
fasilitas bertambah. Misalnya, perubahan organisasi suatu sekolah yang memerlukan
penambahan guru, pegawai administrasi, dan seterusnya. Akan tetapi sebaliknya, juga
dapat mengurangi peluang-peluang, apabila terpaksa diadakan rasionalisasi sebagai
akibat perubahan struktur dan organisasi.

2. Pengaruh Stratifikasi Sosial Terhadap Fungsi Hukum

Dalam makalah stratifikasi sosial ini tidak lagi mengkaji sub pembahsan tentang
tinjauan hukum terhadap stratifikasi sosial, melainkan hanya menyinggung pengaruh
stratifikasi sosial terhadap fungsi hukum, karena setiap dinamika yang terjadi pada
masyarakat tentu berhubungan erat dengan hukum, karena salah satu terbentuknya
hukum atau peraturan juga disebabkan adanya tindakan dan atau dinamika sosial. Jadi
pada sub pembahasan akhir ini penyusun memaparkan pengaruh stratifikasi sosial
terhadap fungsi hukum, yang mana masyarakat dalam realitanya memiliki lapisan-
lapisan di dalamnya. Terdapat masyarakat lapisan atas yang ditempati oleh orang-
orang kaya dan terpandang dan masyarakat lapisan bawah yang ditempai masyarakat
miskin. Hal tersebut tidak dapat dihilangkan.
Hukum berusaha menghilangkan perbedaan ini dengan mengusung asas equality
before the law yang artinya bahwa kedudukan setiap orang adalah sama di hadapan
hukum tidak memandang kaya atau miskin. Namun pelapisan sosial tetap saja tidak
dapat dihilangkan karena di dalam masyarakat terdapat peranan yang dimainkan
masing-masing individu. Setiap peran yang dimainkan memiliki prestige yang
berbeda. Ada peran yang dianggap oleh masyarakat baik, ada pula yang dianggap
tidak baik. Stratifikasi sosial ini pada akhirnya akan melahirkan sebuah stratifikasi
hukum. Hal ini disebabkan karena ada asumsi yang mengatakan bahwa yang
menentukan hukum yang berlaku adalah masyarkat kalangan atas. Masyarakat
kalangan atas berusaha memasukkan kepentingannya pada aturan yang ditetapkan.
Hal ini membuat kaum miskin semakin terpojok. Hal ini membuat kaum elite yang
idealis berpikir bagaimana caranya untuk memberikan bantuan hukum bagi kalangan
miskin. Bantuan diberikan dengan dua cara. Cara yang pertama melalui proses yuridis
yaitu pendampingan hukum terhadap kasus yang menimpa kaum miskin atau biasa
disebut dengan legal aid dan proses legislatif yang dilakukan dengan cara
memperjuangkan hak-hak kaum miskin dalam pembuatan suatu undang-undang yang
biasa disebut dengan legal service.
Stratifikasi sosial memang tidak dapat dihilangkan. Namun sebenarnya hal tersebut
tidak perlu dihilangkan. Hal tersebut adalah sebuah dinamika dalam masyarakat.
Stratifikasi dengan system yang terbuka akan menimbulkan sebuah persaingan yang
sehat. Kaum strata atas akan berusaha meraih strata atas, sedangkan masyarakat strata
atas akan mempertahankan kedudukannya. Hal yang harus dihilangkan adalah
diskriminasi dalam hukum. Tidak seharusnya hukum hanya dibuat oleh kaum strata
atas saja. Hukum menyangkut kehidupan setiap orang. Tidak peduli dari strata atas
atau bawah. Oleh kerena itu, hukum seharusnya dibuat secara bersama-sama untuk
kebaikan bersama. Semua kalangan harus dilibatkan dalam sebuah perumusan hukum
agar hukum dapat diterima semua pihak

C. UJI PEMAHAMAN MATERI

1. Jelaskan stratifikasi sosial menurut pendapat anda?


2. Jelaskan azas equality before the law ?
3. Bagaimana pengaruh Stratifikasi Sosial terhadap penegakan hokum di Indonesia?

D. DAFTAR PUSTAKA

1. Soekanto Soerjono, 1990; Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persaja,
Jakarta,
2. Abdulsyani, 1992; Sosiologi Skematika, teori dan Terapan, PT. Bumi Aksara;
3. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964: Setankai Bunga Sosiologi, edisi
pertama, Yayasan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta;
4. Ali, Zainuddin, Sosiologi Hukum, 2007 :PT. Sinar Grafika , Jakarta;
5. Saptono, dan Bambang Suteng Sulasmono. 2007. Sosiologi. Jakarta: PT. Phibeta
Aneka Gama;
6. http://studikumpulanmakalah.blogspot.com/2012/12/makalah-stratifikasi-sosial.htm

Anda mungkin juga menyukai