Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan terhadap hal-hal tertentu dalam


masyarakat yang bersangkutan. Penghargan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu
akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi. Jika suatu masyarakat
lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan, misalnya, maka mereka lebih
banyak mempunyai kekayaan material dan menempati kedudukan yang lebih tinggi.
Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi
seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
Disamping itu pula, Apakah dilingkungan kita masih terdapat orang yang memiliki
ciri khas dari masing-masing daerah yang berbeda? Jawabannya pasti ada.
Dalam kenyataan yang ada di dalam masyarakat perbedaan perbedaan yang terjadi
memang secara kodrati telah ada. Perbedaan tersebut yang membuat keseimbangan dan
kedinamisan dalam hidup bermasyarakat. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada
tersebut akan menyebabkan pembagian tugas di dalam masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
Dalam diferensiasi sosial perbedaan-perbedaan tersebut mempunyai derajat yang sama
dan seyogyanya saling menghormati dalam perbedaan-perbedaan tersebut. Namun pada
kenyataannya perbedaan yang terjadi pada masyarakat tersebut sering menyebabkan
terjadinya konflik. Konflik-konflik tersebut dapat terjadi karena adanya diferensiasi
sosial dalam hal agama, etnik, ras, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Sehingga pada
kesempatan kali ini saya ingin mengkaji dan menganalisis permasalahan-permasalahan
yang terkait dengan diferensiasi sosial pada masyarakat dengan harapan menemukan
perpecahan masalah yang dapat diterapkan dan berguna dengan baik. Oleh karena itu
pada makalah ini kami mencoba mengulas sedikit mengenai Stratifikasi sosial dan
Differensiasi Sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stratifikasi sosial?
2. Apa sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial?
3. Apa dasar-dasar stratifikasi sosial?
4. Apa saja unsur-unsur stratifikasi sosial?
5. Bagaimana sifat stratifikasi sosial itu?
6. Apa fungsi stratifikasi sosial?
7. Apa dampak stratifikasi sosial?
8. Bagaimanakah contoh stratifikasi sosial di seluruh kalangan masyarakat?
9. Apa pengertian dari diferensiasi sosial?
10. Apa saja bentuk-bentuk dari diferensiasi sosial?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial (Sosial Stratification) berasal dari kata bahasa latin stratum
(tunggal) atau strata (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi
sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-
kelas secara bertingkat
Pengertian stratifikasi sosial menurut beberapa ahli:
1. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise.
3. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda.

2.2 Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan
masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat
keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam
batas-batas tertentu.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan
kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas
lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap
masyarakat.
Sistem lapisan sosial yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan
bersama biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam
organisasi formal. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sisitem
lapisan.

2.3 Dasar-Dasar Stratifikasi Sosial


Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke
dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut.
1. Kekayaan
Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas.
2. Kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar,
menempati lapisan atas.
3. Kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran
semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah
golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai alat ukur, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya akibat yang
negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi
gelar kesarjanaannya.

2.4 Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial


Hal yang mewujudkan unsure dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat
adalah:
1. Kedudukan (status)
Kedudukan (status) sering kali dibedakan dengan kedudukan sosial (sosial status).
Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan
hak-hak serta kewajibannya.
Dengan demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan
kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompok yang berbeda, tapi kedudukan sosial
tersebut memengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok sosial yang berbeda.
Namun, untuk mendapatkan pengertian yang mudah kedua istilah tersebut akan
digunakan dalam pengertian yang sama, yaitu kedudukan (status).
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua kedudukan,yaitu:
a. Ascribed Status
Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-
perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran,
misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsaawan pula.
b. Achieved Status
Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat
terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta
mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan
memenuhu syarat tertentu.
Kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned status, yang merupakan
kedudukan yang diberikan. Assigned status tersebut sering mempunyai hubungan erat
dengan achieved status dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan
kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa,yang telah memperjuangkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

2. Peranan (role)
Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya,
seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan
kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak
dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran
tanpa status dan tak ada status tanpa peran. Sebagai mana kedudukan, maka setiap orang
pun dapat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya.
Peranan mungkin mencakup tiga hal:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu dalam
masyarakat penting karena hal-hal sebagai berikut:
a. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak
dipertahankan kelangsungannya.
b. Peranan-peranan setogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh
masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya.Mereka harus telah terlatih dan
mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.
c. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan
peranannya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya
memerlukan pengorbanan kepentingan-kepentingan pribadinya yang terlalu banyak.
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu
masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali
terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.

2.5 Sifat Stratifikasi Sosial


Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi 3,
yaitu:
1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Sosial Stratification)
Pada sistem sosial tertutup, kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke
lapisan lain dibatasi, baik yang merupakan gerak ke atasataupun ke bawah. Di dalam
system yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam
masyarakat adalah kelahiran.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Sosial Stratification)
Pada system sosial terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk
berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan ataupun turun lapisan. Pada
umumnya system terbuka ini menjadi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota
masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari sistem yang
tertutup.
3. Stratifikasi Sosial Campuran
Sistem ini merupakan campuran dari system stratifikasi sosial terbuka dan tertutup.

2.6 Karakteristik Stratifikasi Sosial


Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial, yaitu :
1. Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan.
Anggota masyarakat yang menduduki strata tinggi, tentu memiliki kesanggupan dan
kemampaun yang lebih besar dibandingkan anggota masyarakat yang di bawahnya.
Contoh : berbeda dengan pegawai negeri golongan IV yang kebanyakan mampu
membeli mobil, akibat keterbatasan gaji yang diperolehnya seorang pegawai negeri
golongan I dan II tentu hanya akan sanggup membeli sepeda atau sepeda motor saja.
2. Perbedaan dalam gaya hidup (life style).
Seorang direktur sebuah perusahaan, selain selalu dituntut berpakaian rapi, mereka
biasanya juga melengkapi atribut penampilannya dengan aksesoris-aksesoris lain untuk
menunjang kemantapan penampilan seperti memakai dasi, bersepatu mahal, berolahraga
tennis atau golf, memakai pakaian merek terkenal, dan perlengkapan-perlengkapan lain
yang sesuai dengan statusnya. Seorang direktur sebuah perusahaan besar kemungkinan
akan menjadi pergunjingan. Sebaliknya, seorang bawahan yang berperilaku seolah-olah
direktur tentu juga akan menjadi bahan cemoohan.
3. Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya.
Seorang yang menduduki jabatan tinggi biasanya akan semakin banyak hak dan fasilitas
yang diperolehnya. Sementara itu, seseorang yang tidak menduduki jabatan strategis
apapun tentu hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan semakin kecil. Seorang
kepala bagian, misalnya, selain memiliki gaji yang besar dan memiliki ruang kerja
sendiri, mereka juga berhak untuk memerintah stafnya.

2.7 Fungsi Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat
kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan seseorang.
2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang
menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima
anugerah penghargaan/gelar/ kebangsawanan, dan sebagainya.
3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.
4. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara
berpakaian dan bentuk rumah.
5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau kelompok, yang menduduki sistem
sosial yang sama dalam masyarakat.
2.8 Dampak Stratifikasi Sosial
1. Dampak Positif
Dengan adanya stratifikasi sosial, orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau
berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini
mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
2. Dampak Negatif
Ada 3 dampak negatif dari stratifikasi soaial,yaitu:
a. Konflik antar kelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti
kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut
kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang
ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.
Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik
antara kelas buruh dengan pengusaha.
b. Konflik antar kelompok sosial
Di dalam masyarakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di
antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila
salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan,
maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
c. Konflik antar generasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama
dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
Contoh : pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.

2.9 Contoh Stratifikasi Sosial Di Berbagai Lingkungan.

1. Contoh Stratifikasi Sosial di Lingkungan Masyarakat


Stratifikasi sosial yang kami identifikasi yaitu : Stratifikasi sosial yang ada pada
masyarakat petani yang ada di desa Ringinanyar kec.Ponggok kab.Blitar. Dalam
stratifikasi sosial ini terdapat struktur sosial yang menentukan peranan dari masing-
masing individu. Struktur sosial yang terbentuk dari stratifikasi sosial itu yaitu dimulai
dari lapisan atas yaitu pemilik tanah (juragan tanah). Juragan tanah ini sebagai pemilik
lahan sawah yang digarap oleh petani pada stratifikasi sosial ang ada dibawanya. Peranan
dari juragan tanah ini sebagai penyedia tanah dan hanya bertugas sebagai pengonrol
pelaksanaan kegiatan pertanian . Kemudian di lapisan bawahnya lagi yaitu mandor
petani. Tugas dari mandor sebagai pemimpin atau wakil juragan tanah yang terjun
langsung dilapangan . Peranan dari Mandor ini yaitu mengawasi para petani pengarap
secara langsung diladang sawah yang digarap . Sehingga mandor ini bertugas sebagai
penegur dan pembimbing langsung para petani yang bekerja. Kemudian stratifikasi sosial
yang paling bawah dalam masyarakat petani ini yaitu petani penggarap atau yang biasa
disebut dengan buruh tani. Buruh tani bekerja secara langsung sebagai pelaksana proses
pertanian yang dimulai dari kegiatan mencanggkul tanah agar tanah tersebut gemur dan
siap ditanami tanaman . Kemudian melaukan proses penanaman tanaman pertanian.
Selanjutnya melauka perawatan yang telah ditanam tadi seperti melakukan pengairan ,
penyiangan (mencabuti rumput) , pemberian pupuk , dan penyemprotan hama . Inilah
sratifikasi sosial pada masyarakat pertanian yang kami teliti dari lapisan atas dimulai dari
pemilik tanah yang peranannya sebagai penyedia lahan , mandor yang perananya sebagai
pemimpin kegiatan pertanian dan petani penggarap yang berperan sebagai pelaksana
proses pertanian.

2. Contoh berbagai bentuk stratifikasi sosial yang ada dilingkungan sekitar yang
kami identifikasi

Bentuk stratifikasi sosial yang kami identifikasi dilingkungan sekitar berupa


sratifikasi sosial tertutup dan stratifikasi terbuka . Contoh stratifikasi sosial tertutup yang
kami identifikasi yaitu sistem kasta yang terdapa pada masyarakat hindu di kecamatan
ponggok .Kasta yang menduduki strata teratas yaitu kasta Brahmana . Peran dari kasta
Brahmana ini sebagai penyebar agama dan penguat agama yang ada di masyarakat .
Kemudian strata yang ada dibawahnya lagi adalah kasta Ksatria . Peranan dari kasta
Ksatria yaitu sebagai pendekar pelindung umat . Selanjutnya kasta yang ada diawanya
lagi yaitu kasta Waisya . Perana dari kasta Waisya yaitu sebagai pedagang besar atau
pemilik tanah (orang-orang kaya ) yang memperkerjakan kasta. Struktur sosial yang
terjadi pada masyarakat hindu ini bersifat tertutup karena antar satu lapisan dengan
lapisan lain tidak bisa berpindah dan hanya berdasarkan pada keturunan.
Contoh stratifikasi terbuka yang kami amati di lingkungan sekitar, yaitu : struktur
sosial yang terjadi pada sekolah dasar. Di sekoalh dasar struktur teratas dipegang oleh
epala sekolah. Dan kepala sekolah ini mempunyai peran sebagai pengatur jalannya
seluruh proses yang terjadi di sekolah tersebut serta bertanggung jawab pada proses
pelaksanaanya. Kemudian dibawahnya dipegang oleh wakil kepala sekolah yang
berperan sebagai pengganti tugas kepala sekolah apabila kepala sekolah berhalangan
dalam menjalankan tugasnnya dan membantu seluruh proses kegiatan disekolah .
Selanjutnya dibawah wakil kepala sekolah dipegang oleh guru . Guru bertugas atau
berperan sebagai pelaksana proses belajar mengajar di sekolah . Kemudian struktur yang
ada dibawahnya lagi dipegang oleh anggota tata usaha yan berperan membantu kegiatan
administrasi. Struktur sosial yang terjadi pada sekolah dasar ini bersifat terbuka karena
kedudukan seseorang dapat berpindah contohnya dari guru menjadi seorang kepala
sekolah atau wakil kepala sekolah dengan melanjutkan studi dan mengikuti tes kepala
sekolah.

3. Contoh Unsur-unsur Stratifikasi Sosial yang ada di komunitas/lingkungan


sekitar

Lingkungan sekitar yang kami identifikasi stratifikasi sosialnya yaitu : Dalam perangkat
desa unsur-unsur stratifikasi sosial yang ada berupa status dan peranan dari masing-
masing perangkat yang berbeda . Status lapisan teratas dipegang oleh kepala desa yang
berperan sebagai pengatur dan penanggung jawab seluruh kegiatan atau proses yang
terjadi di lingkungan desa. Kemudian status selanjutnya dipegang oleh wakilnya yang
biasa dipanggil dengan sebutan Carik yang berperan mengantikan tugas kepala desa
apabila kepala desa mengalami halangan . Selanjutnya kedudukan diawah carik
dipegang oleh Mudin . Mudin ini mempunyai peranan sebagai pengingat atau bagian
woro-woro (bagian humas) dari kebijakan yang dibuat kepala desa yang akan
disampaikan pada masyarakat melalui RW atau RT setempat. Lapisan sosial dibawahnya
dipegang oleh RW yang bertugas atau berperan sebagai pengayom bagi warga atau
pengemban tugas yang disampaikan dari mudin kepada masyarakat setempat langsung
ataupun melalui RT , sedangkan RT adalah lapisan dibawah RW yang berperan sebagai
pengatur dan pegemban tugas yang disampaikan oleh RW secara lagsung kepada
masyarakat.
4. Contoh faktor determinasi stratifikasi sosial dan ketidaksamaan sosial di
lingkungan sekitar yang kami identifikasi.

Faktor determinasi yang kami jadikan contoh yaitu faktor jenis kelamin. Di desa
ringinanyar terdapat determinasi yang di pengaruhi oleh jenis kelamin. Dalam pemilihan
ketua rt/rw di desa ini tidak di pilih secara demokratis oleh masyarakat melainkan di
tunjuk langsung oleh kepala desa dan harus seorang laki-laki karena menurut kepala desa
seorang laki-laki adalah pemimpin dalam suatu masyarakat sehingga dalam hal ini jenis
kelamin dapat menentukan status dan peranan seseorang yang menjadikan
ketidaksamaan sosial antara laki-laki dan perempuan di desa tersebut.

5. Contoh konflik status dan peranan yang terjadi pada masyarakat sekitar

Konflik status dan peranan yang kami amati di lingkungan sekitar yaitu sekitar 3 bulan
yang lalu di desa ringinanyar diadakan pemilihan kepala desa baru dan yang menjadi
salah satu kandidat dalam pemilihan kepala desa tersebut adalah anak dari kepala desa
yang lama. Dan sebelum kepala desa yang baru terbentuk, kepala desa yang lama harus
mengatur, menjaga, dan berbuat adil dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa yang baru
mulai dari himbauhan kepada masyarakat agar memilih sesuai dengan hati nurani dan
tidak boleh terprovokasi. Itu adalah peranan yang wajib dilakukan sebagai kepala desa
namun disisi lain dia juga mempunyai status sebagai seorang bapak yang mempunyai
peranan untuk menjaga dan mendukung anaknya sehingga dari sini ada konflik status
namun pada kenyataannya yang kami teliti kepala desa tersebut membantu anaknya
dengan menghimbau masyarakat agar mendukung anaknya secara diam-diam.
Konflik status tersebut dialami oleh kepala desa dari strata paling atas di desa tersebut
yang disebabkan karena dia mempunyai peranan ganda sebagai ayah dan sebagai kepala
desa dan mengakibatkan kepala desa tersebut harus memenuhi kedua tuntutan itu. Dan
dalam hal ini kepala desa itu mendukung anaknya secara diam-diam agar dimata
masyarakat peranannya sebagai kepala desa dapat terlaksana dengan baik dan peranan
sebagai ayah juga terlaksana.
2.9.1 Pengertian Diferensiasi Sosial

Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama.


Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan atau klasifikasi masyarakat
secara horisontal, mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari
pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya. Pengelompokan
horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (sukubangsa), klan, agama, profesi,
jenis kelamin, asal daerah dan partai politik. Pada intinya hal-hal yang terdapat dalam
diferensiasi itu tidak terdapat tingkatan- tingkatan, namun yang membedakan satu
individu dengan individu yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak
lahir. contohnya saja, suku sunda dan suku batak memiliki kelebihan masing-masing.
jadi seseorang tidak bisa menganggap suku bangsanya lebih baik, karena itu akan
menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat. Diferensiasi merupakan perbedaan yang
dapat kita lihat dan kita rasakan dalam masyarakat, bukan untuk menjadikan kita berbeda
tingkat sosialnya seperti yang terjadi di Afrika Selatan.
Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertikal
seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan
menengah dan lapisan rendah. Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada
perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen, agama, profesi, jenis kelamin, asal daerah dan
partai politik. disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan
perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial. Kalau kita
memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang
kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen),
pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.

2.9.2 Differensiasi sosial memiliki 3 ciri :

Ciri fisik = Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu.


contohnya : warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
Ciri social = Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang
menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk
didalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan.
Contohnya : pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan
kantor
Ciri budaya = Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup
suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau
kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari
nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa,kesenian,
arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.

2.9.3 bentuk-bentuk differensiasi social


Berbagai bentuk differensiasi sosial dalam masyarakat berdasarkan perbedaan
Ras,Agama,Jenis kelamin,Profesi,Klan,dan Suku bangsa. Pada intinya hal-hal yang
terdapat dalam diferensiasi itu tidak terdapat tingkatan-tingkatan, namun yang
membedakan satu individu dengan individu yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya
telah ia bawa sejak lahir.
Contohnya saja, suku sunda dan suku batak memiliki kelebihan masing-masing. jadi
seseorang tidak bisa menganggap suku bangsanya lebih baik, karena itu akan
menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat.

Bentuk bentuk differensiasi social dalam masyarakat membentuk 8 kriteria :

Diferensiasi ras
Ras (KBBI: 2001) adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan
yang sama. Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri-ciri
fisiknya bukan budayanya.
Misalkan, bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Pada dasarnya
ciri fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu ciri Fenotipe, cirri Filogenetik,
dan ciri Getif.

a) Ciri fenotipe
Ciri Fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak. Ciri fenotipe terdiri atas ciri kualitatif
dan kuantitatif. Ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna rambut, bentuk mata, bentuk
hidung, bentuk dagu,
dan bentuk bibir. Sementara itu, ciri kuantitatif antara lain tinggi badan, gerak badan, dan
ukuran bentuk kepala.
b)Ciri filogenetik
Ciri Filogenetik yaitu hubungan asal usul antara ras-ras dan perkembangan. Sedangkan
ciri getif yaitu ciri yang didasarkan pada keturunan darah.

Secara garis besar, manusia dibagi ke dalam ras-ras sebagai berikut :


1) Menurut A.L. Krober
Austroloid, mencakup penduduk asli Australia (Aborigin)
Mongoloid
- Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah dan Asia Timur)
Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filiphina, penduduk
-
asli Taiwan)
- American Mongoloid (penduduk asli Amerika)
Kaukasoid
- Nordic (Eropa Utara, sekitar L. Baltik)
- Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)
- Mediteranian (sekitar L. Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, Iran)
Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Langka)
Negroid
- African Negroid (Benua Afrika)
- Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama orang
Semang, Filipina)
- Melanesian (Irian, Melanesia)
Ras-ras khusus (tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat ras pokok)
- Bushman (gurun Kalahari, Afrika Selatan)
- Veddoid (pedalaman Sri Langka, Sulawesi Selatan)
- Polynesian (kepulauan Micronesia dan Polynesia)
- Ainu (di pulau Hokkaido dan Karafuto Jepang)

2) Menurut Ralph Linton


Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu
badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi
menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari Sub
Ras Tionghoa (terdiri dari Jepang, Taiwan, Vietnam) dan Sub Ras Melayu. Sub
Ras Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri
dari orangorang Indian di Amerika.
Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai
coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras
Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.
Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak
mata lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro
Oseanis dan Hotentot-Boysesman.

Bagaimana dengan Indonesia ?


Sub ras apa saja yang mendiami negara kita ini ?
Indonesia didiami oleh bermacam-macam Sub Ras sebagai berikut:
Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.
Veddoid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatera Selatan, Toala dan Tomuna
di Sulawesi.
Neo Melanosoid, yaitu penduduk kepulauan Kei dan Aru.
Melayu, yang terdiri dari dua :
- Melayu Tua (Proto Melayu), yaitu orang Batak, Toraja dan Dayak
Melayu Muda (Deutro Melayu), yaitu orang Aceh, Minang, Bugis/ Makasar,
-
Jawa, Sunda, dsb.
Sukubangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan
kesatuan kebudayaan, yang sering dikuatkan dengan kesatuan bahasa.Sukubangsa sering
disamakan dengan kelompok etnik (ethnic Group). Namun, kelompok etnik tidak selalu
berarti sukubangsa. Misalnya kelompok etnik Tionghoa.Disebut kelompok etnik apabila
secara sosial telah mengembangkan SUBKULTUR-nya sendiri.

Lima ciri pengelompokan sukubangsa :

Bahasa/dialek yang memelihara keakraban dan kebersamaan di antara warga


sukubangsa
Pola-pola sosial-kebudayaan (adat istiadat, cita-cita dan ideologi)
Ikatan sebagai satu kelompok
Kecenderungan menggolongkan diri ke dalam kelompok asli
Perasaan keterikatan kelompok karena kekerabatan/genealogis dan kesadaran
teritorial di antara warga sukubangsa

Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan
budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan berikut :
- ciri fisik - Kesenian
- bahasa daerah - adat istiadat

Suku bangsa yang ada di Indonesia antara lain :

- Pulau Sumatera : Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang,


Melayu, dsb.;
- Pulau Jawa : Sunda, Jawa, Tengger, dsb.;
- PulauKalimantan : Dayak, Banjar, dsb.;
- Pulau Sulawesi : Bugis, Makasar, Toraja, Minahasa, Toli-toli, Bolaang-
Mangondow, Gorontalo,dsb.;
- Kep.Nusa Tenggara : Bali, Bima, Lombok, Flores, Timor, Rote, dsb.;
Kep.Maluku dan
- : Ternate, Tidore, Dani, Asmat, dsb.
Irian

Untuk kepentingan administrasi dan politik, di masa orde baru dibedakan antara :
(1) masyarakat sukubangsa,
(2) masyarakat terasing, dan
(3) keturunan asing

Masyarakat sukubangsa adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah
Indonesia, dan mampu berinteraksi dan komunikasi dengan dunia luarnya, masyarakat
terasing adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah Indonesia, tetapi
terisolasi atau mengalami keterbatasan hubungan dengan dunia luarnya, sedangkan
keturunan asing memiliki daerah asal di luar wilayah Indonesia. Ada tiga keturunan
asing yang menonjol, yaitu China, India dan Arab, Suku bangsa adalah kategori yang
lebih kecil dari ras. Indonesia termasuk negara dengan aneka ragam suku bangsa yang
tersebar dari Pulau Sumatera hingga papua.

Deferensiasi berdasarkan klen

Klen / kerabat luas / keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis),
kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adapt (tradisi).
Klen adalah system social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya
terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu
(matrilineal). Social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya
terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu
(matrilineal).

o Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) terdapat pada:


- Masyarakat Batak (sebutan Marga)
- Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun.
- Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar.
- Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara.
- Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut,
Tombokan, Pangkarego, Paat, Supit.
- Masyrakat Ambon (klennya disebut Fam) antara lain : Pattinasarani, Latuconsina,
Lotul, Manuhutu, Goeslaw.
- Masyarakat Flores (klennya disebut Fam) antara lain : Fernandes, Wangge, Da Costa,
Leimena, Kleden, De-Rosari, Paeira.
o Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) antara lain terdapat pada
masyarakat :
- Minangkabau, klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampung-
kampung, nama klennya antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu,
Solo, Dalimo, Kampai dan sebagainya.
- Masyarakat Flores, yaitu suku Ngadu juga menggunakan system matrilinea

Diferensiasi berdsarkan Agama


Menurut Durkheim agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan masalah yang
essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut keyakinan seseorang yang
dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara moral.
Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu
agama bisa dikenali dari cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan
sebagainya.
Jadi, Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan
agama/kepercayaannya.

1) Komponen-komponen Agama
Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan
jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti keyakinan
akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh
nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.
Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan
Roh Nenek Moyang.
Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.

Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga
masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia,
kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu

berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran
Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.

Diferensiasi Profesi (pekerjaan)


2) Agama dan Masyarakat
Diferensiasi profesi adalah pengelompokan masyarakat atas dasar jenis pekerjaan atau
profesinya. Profesi biasanya berkaitan dengan keterampilan khusus. Misal profesi guru
memerlukan keterampilan khusus, seperti: pandai berbicara, bisa membimbing, sabar
dan sebagainya. Berdasarkan perbedaan profesi orang dimasyarakat berprofesi: guru,
dokter, pedagang, buruh, pegawai negri, tentara dan sebagainya.

Diferensiasi Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan
seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari
struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu maka ada
kelompok laki-laki/pria dan kelompok wanita/perempuan.

Diferensiasai Asal Daerah

Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat
tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
- masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa
: kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari
- masyarakat kota
kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut:
- perilaku
- tutur kata , dsb.

Diferensiasi Partai Politik


Diferensiasi partai Politik adalah perbedaan masyarakat dalam kegiatannya mengatur
kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-kesatuan social, seazas, seideologi dan
sealiran.dan juga merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan perbedaan paham
partai politik.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Stratifikasi sosial atau yang biasa disebut pelapisan sosial merupakan pembedaan
penduduk/masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat. Perwujutannya adalah
terjadinya lapisan-lapisan sosial tinggi dan yang lebih rendah. Dasar dan inti dari
startifikasi sosial adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, serta tanggumg jawabnya terhadap nilai-nilai sosial dan
pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat. Sehingga dengan adanya stratifikasi
sosial ini menyebabkan seseorang mempunyai peranan yang berbeda antar individu-
individu lainnya.
2. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat majemuk atau
diferensisasi sosial adalah pembedaan penduduk atau warga masyarakat ke dalam
golongan golongan atau kelompok kelompok secara hoirizontal atau tidak bertingkat.
Adapun wujudnya adalah penggolongan penduduk atas dasar ras, suku bangsa, agama
dan lain lain. Dalam pembedaan tersebut tidak menunjukkan tinggi rendahnya martabat
atau derajat seseorang sebagaimana yang terdapat dalam stratifikasi sosial atau pelapisan
sosial masyarakat.
Dengan kata lain, pembedaan ras, suku bangsa, agama, profesi, jenis kelamin, asal
daerah dan partai politik dalam masyarakat Indonesia bukan merupakan bentuk pelapisan
sosial, tetapi merupakan pembagian sosial yang mempunyai kedudukan atau derajat yang
sama.
3.2 Saran
1. Dengan adanya stratifikasi sosial yang terjadi pada masyarakat hendaknya kita
menyikapinya dengan positif dan melaksanakan tugas/peranan sosial kita yang telah
diberikan dengan baik. Sebab dengan adanya pembagian tugas (peranan) tersebut suatu
pekerjaan/tugas yang kompleks yang kiranya tidak akan mampu dikerjakan sendiri akan
berhasil dengan baik karena dikerjakan oleh masing-masing individu sebagai ahlinya.
Karena kita ingat lagi pada haikatnya manusia adalah makhuk sosial yang tidak dapat
memenuhi segala kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Dalam hal ini kami menyarankan kepada kita semua agar selalu berfikap positif
dalam menyikapi adanya diferensiasi sosial. Karena pada hakikatnya manusia memang
diciptakan beraneka ragam untuk saling mengisi dan melengkapi. Sehingga kita harus
mengedepankan sikap toleransi agar konflik yang diakibatkan kerena adanya diferensiasi
sosial tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA :

http://ilmaalia21.blogspot.com/2012/10/diferensiasi-sosial.html
http://diyahpuspitasari75.blogspot.com/2012/12/stratifikasi-sosial-.html
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45465- Stratifikasi%20Sosial.html

Anda mungkin juga menyukai