PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stratifikasi sosial?
2. Apa sebab-sebab timbulnya stratifikasi sosial?
3. Apa dasar-dasar stratifikasi sosial?
4. Apa saja unsur-unsur stratifikasi sosial?
5. Bagaimana sifat stratifikasi sosial itu?
6. Apa fungsi stratifikasi sosial?
7. Apa dampak stratifikasi sosial?
8. Bagaimanakah contoh stratifikasi sosial di seluruh kalangan masyarakat?
9. Apa pengertian dari diferensiasi sosial?
10. Apa saja bentuk-bentuk dari diferensiasi sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
Stratifikasi sosial (Sosial Stratification) berasal dari kata bahasa latin stratum
(tunggal) atau strata (jamak) yang berarti berlapis-lapis. Dalam Sosiologi, stratifikasi
sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-
kelas secara bertingkat
Pengertian stratifikasi sosial menurut beberapa ahli:
1. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise.
3. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda.
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan
masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat
keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam
batas-batas tertentu.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan
kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas
lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap
masyarakat.
Sistem lapisan sosial yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan
bersama biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam
organisasi formal. Kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusus dalam sisitem
lapisan.
2. Peranan (role)
Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya,
seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan
kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak
dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran
tanpa status dan tak ada status tanpa peran. Sebagai mana kedudukan, maka setiap orang
pun dapat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya.
Peranan mungkin mencakup tiga hal:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat
Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu dalam
masyarakat penting karena hal-hal sebagai berikut:
a. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak
dipertahankan kelangsungannya.
b. Peranan-peranan setogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh
masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya.Mereka harus telah terlatih dan
mempunyai hasrat untuk melaksanakannya.
c. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan
peranannya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya
memerlukan pengorbanan kepentingan-kepentingan pribadinya yang terlalu banyak.
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu
masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali
terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.
2. Contoh berbagai bentuk stratifikasi sosial yang ada dilingkungan sekitar yang
kami identifikasi
Lingkungan sekitar yang kami identifikasi stratifikasi sosialnya yaitu : Dalam perangkat
desa unsur-unsur stratifikasi sosial yang ada berupa status dan peranan dari masing-
masing perangkat yang berbeda . Status lapisan teratas dipegang oleh kepala desa yang
berperan sebagai pengatur dan penanggung jawab seluruh kegiatan atau proses yang
terjadi di lingkungan desa. Kemudian status selanjutnya dipegang oleh wakilnya yang
biasa dipanggil dengan sebutan Carik yang berperan mengantikan tugas kepala desa
apabila kepala desa mengalami halangan . Selanjutnya kedudukan diawah carik
dipegang oleh Mudin . Mudin ini mempunyai peranan sebagai pengingat atau bagian
woro-woro (bagian humas) dari kebijakan yang dibuat kepala desa yang akan
disampaikan pada masyarakat melalui RW atau RT setempat. Lapisan sosial dibawahnya
dipegang oleh RW yang bertugas atau berperan sebagai pengayom bagi warga atau
pengemban tugas yang disampaikan dari mudin kepada masyarakat setempat langsung
ataupun melalui RT , sedangkan RT adalah lapisan dibawah RW yang berperan sebagai
pengatur dan pegemban tugas yang disampaikan oleh RW secara lagsung kepada
masyarakat.
4. Contoh faktor determinasi stratifikasi sosial dan ketidaksamaan sosial di
lingkungan sekitar yang kami identifikasi.
Faktor determinasi yang kami jadikan contoh yaitu faktor jenis kelamin. Di desa
ringinanyar terdapat determinasi yang di pengaruhi oleh jenis kelamin. Dalam pemilihan
ketua rt/rw di desa ini tidak di pilih secara demokratis oleh masyarakat melainkan di
tunjuk langsung oleh kepala desa dan harus seorang laki-laki karena menurut kepala desa
seorang laki-laki adalah pemimpin dalam suatu masyarakat sehingga dalam hal ini jenis
kelamin dapat menentukan status dan peranan seseorang yang menjadikan
ketidaksamaan sosial antara laki-laki dan perempuan di desa tersebut.
5. Contoh konflik status dan peranan yang terjadi pada masyarakat sekitar
Konflik status dan peranan yang kami amati di lingkungan sekitar yaitu sekitar 3 bulan
yang lalu di desa ringinanyar diadakan pemilihan kepala desa baru dan yang menjadi
salah satu kandidat dalam pemilihan kepala desa tersebut adalah anak dari kepala desa
yang lama. Dan sebelum kepala desa yang baru terbentuk, kepala desa yang lama harus
mengatur, menjaga, dan berbuat adil dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa yang baru
mulai dari himbauhan kepada masyarakat agar memilih sesuai dengan hati nurani dan
tidak boleh terprovokasi. Itu adalah peranan yang wajib dilakukan sebagai kepala desa
namun disisi lain dia juga mempunyai status sebagai seorang bapak yang mempunyai
peranan untuk menjaga dan mendukung anaknya sehingga dari sini ada konflik status
namun pada kenyataannya yang kami teliti kepala desa tersebut membantu anaknya
dengan menghimbau masyarakat agar mendukung anaknya secara diam-diam.
Konflik status tersebut dialami oleh kepala desa dari strata paling atas di desa tersebut
yang disebabkan karena dia mempunyai peranan ganda sebagai ayah dan sebagai kepala
desa dan mengakibatkan kepala desa tersebut harus memenuhi kedua tuntutan itu. Dan
dalam hal ini kepala desa itu mendukung anaknya secara diam-diam agar dimata
masyarakat peranannya sebagai kepala desa dapat terlaksana dengan baik dan peranan
sebagai ayah juga terlaksana.
2.9.1 Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi ras
Ras (KBBI: 2001) adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan
yang sama. Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri-ciri
fisiknya bukan budayanya.
Misalkan, bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Pada dasarnya
ciri fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu ciri Fenotipe, cirri Filogenetik,
dan ciri Getif.
a) Ciri fenotipe
Ciri Fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak. Ciri fenotipe terdiri atas ciri kualitatif
dan kuantitatif. Ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna rambut, bentuk mata, bentuk
hidung, bentuk dagu,
dan bentuk bibir. Sementara itu, ciri kuantitatif antara lain tinggi badan, gerak badan, dan
ukuran bentuk kepala.
b)Ciri filogenetik
Ciri Filogenetik yaitu hubungan asal usul antara ras-ras dan perkembangan. Sedangkan
ciri getif yaitu ciri yang didasarkan pada keturunan darah.
Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan
budaya. Suku bangsa memiliki kesamaan berikut :
- ciri fisik - Kesenian
- bahasa daerah - adat istiadat
Untuk kepentingan administrasi dan politik, di masa orde baru dibedakan antara :
(1) masyarakat sukubangsa,
(2) masyarakat terasing, dan
(3) keturunan asing
Masyarakat sukubangsa adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah
Indonesia, dan mampu berinteraksi dan komunikasi dengan dunia luarnya, masyarakat
terasing adalah kelompok etnis yang asalnya dari dalam wilayah Indonesia, tetapi
terisolasi atau mengalami keterbatasan hubungan dengan dunia luarnya, sedangkan
keturunan asing memiliki daerah asal di luar wilayah Indonesia. Ada tiga keturunan
asing yang menonjol, yaitu China, India dan Arab, Suku bangsa adalah kategori yang
lebih kecil dari ras. Indonesia termasuk negara dengan aneka ragam suku bangsa yang
tersebar dari Pulau Sumatera hingga papua.
Klen / kerabat luas / keluarga besar. Klen merupakan kesatuan keturunan (genealogis),
kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adapt (tradisi).
Klen adalah system social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya
terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu
(matrilineal). Social berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama umumnya
terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu
(matrilineal).
1) Komponen-komponen Agama
Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan
jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti keyakinan
akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh
nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.
Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa dan
Roh Nenek Moyang.
Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.
Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
Dalam perkembangannya agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga
masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi yang dinamis. Di Indonesia,
kita mengenal agama Islam, Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu
berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti Khong Hu Chu, Aliran
Kepercayaan, Kaharingan dan Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan
seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari
struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara, dan sebagainya. Atas dasar itu maka ada
kelompok laki-laki/pria dan kelompok wanita/perempuan.
Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat
tinggalnya, desa atau kota. Terbagi menjadi:
- masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa
: kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari
- masyarakat kota
kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita temukan dalam hal-hal berikut:
- perilaku
- tutur kata , dsb.
3.1 Kesimpulan
1. Stratifikasi sosial atau yang biasa disebut pelapisan sosial merupakan pembedaan
penduduk/masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat. Perwujutannya adalah
terjadinya lapisan-lapisan sosial tinggi dan yang lebih rendah. Dasar dan inti dari
startifikasi sosial adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, serta tanggumg jawabnya terhadap nilai-nilai sosial dan
pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat. Sehingga dengan adanya stratifikasi
sosial ini menyebabkan seseorang mempunyai peranan yang berbeda antar individu-
individu lainnya.
2. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat majemuk atau
diferensisasi sosial adalah pembedaan penduduk atau warga masyarakat ke dalam
golongan golongan atau kelompok kelompok secara hoirizontal atau tidak bertingkat.
Adapun wujudnya adalah penggolongan penduduk atas dasar ras, suku bangsa, agama
dan lain lain. Dalam pembedaan tersebut tidak menunjukkan tinggi rendahnya martabat
atau derajat seseorang sebagaimana yang terdapat dalam stratifikasi sosial atau pelapisan
sosial masyarakat.
Dengan kata lain, pembedaan ras, suku bangsa, agama, profesi, jenis kelamin, asal
daerah dan partai politik dalam masyarakat Indonesia bukan merupakan bentuk pelapisan
sosial, tetapi merupakan pembagian sosial yang mempunyai kedudukan atau derajat yang
sama.
3.2 Saran
1. Dengan adanya stratifikasi sosial yang terjadi pada masyarakat hendaknya kita
menyikapinya dengan positif dan melaksanakan tugas/peranan sosial kita yang telah
diberikan dengan baik. Sebab dengan adanya pembagian tugas (peranan) tersebut suatu
pekerjaan/tugas yang kompleks yang kiranya tidak akan mampu dikerjakan sendiri akan
berhasil dengan baik karena dikerjakan oleh masing-masing individu sebagai ahlinya.
Karena kita ingat lagi pada haikatnya manusia adalah makhuk sosial yang tidak dapat
memenuhi segala kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Dalam hal ini kami menyarankan kepada kita semua agar selalu berfikap positif
dalam menyikapi adanya diferensiasi sosial. Karena pada hakikatnya manusia memang
diciptakan beraneka ragam untuk saling mengisi dan melengkapi. Sehingga kita harus
mengedepankan sikap toleransi agar konflik yang diakibatkan kerena adanya diferensiasi
sosial tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA :
http://ilmaalia21.blogspot.com/2012/10/diferensiasi-sosial.html
http://diyahpuspitasari75.blogspot.com/2012/12/stratifikasi-sosial-.html
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45465- Stratifikasi%20Sosial.html