Anda di halaman 1dari 4

Tugas Antropologi

“Dimensi dan Unsur-unsur Stratifikasi Sosial”

Dosen Pengampuh:
Dr. Fauzan, SKM, M.Kes

Nama: Muammar Ilyas


NIM: N21021075
Kelas: C

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI D3-KEPERAWATAN
MATA KULIAH ANROPOLOGI
TAHUN AJARAN 2021/2022
 Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (social stratification) adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya
pembedaan dan pengelompokan suatu kelompok sosial secara bertingkat. Istilah stratification
berasal dari bahasa inggris yaitu stratum, yang artinya strata atau lapisan.
Stratifikasi sosial menjadi sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam
masyarakat. Orang yang memiliki stratifikasi sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi
dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang stratifikasi sosialnya rendah.

Berikut ini beberapa pengertian stratifikasi sosial dari beberapa sumber buku:

 Menurut Leibo (1995:61), stratifikasi sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam
suatu kelompok sosial dalam masyarakat, sehubungan dengan orang-orang lain dalam
kelompok tersebut atau masyarakat.
 Menurut Soekanto (1974:117), stratifikasi sosial adalah suatu lapisan masyarakat yang di
dalamnya terdapat kelas-kelas sosial di mana di dalam setiap masyarakat di manapun
selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai dan sesuatu yang dihargai di
masyarakat itu bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuna, dan keturunan keluarga
terhormat. 
 Menurut Wulansari (2009:101), stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarkis). Perwujudannya
adalah kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah.

 Jenis Stratifikasi Sosial 

Berdasarkan sifat pelapisan sosial dalam suatu masyarakat, stratifikasi sosial dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu (Basrowi dan Soenyono, 2004):

1. Stratifikasi Sosial Tertutup (closed sosial stratification). Sistem pelapisan dalam


masyarakat yang tertutup tidak memungkinkan pindahnya orang dari satu lapisan sosial
tertentu kelapisan sosial yang lain, baik gerak pindahnya itu ke atas (sosial climbing) atau
gerak pindahnya ke bawah (sosial sinking). Dalam sistem tertutup semacam itu satu-
satunya cara untuk menjadi anggota suatu lapisan tertentu dalam masyarakat adalah
kelahiran. Seseorang mempunyai kedudukan sosial menurut orang tuanya. Sistem sosial
yang tertutup ini terdapat di masyarakat yang menganut sistem berkasta. Dalam sistem
ini, seseorang tidak bisa mengubah kedudukan atau status nya seperti yang dimiliki oleh
orang tuanya. 
2. Stratifikasi Sosial Terbuka (open sosial stratification). Dalam sistem terbuka, setiap
anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuanya
sendiri. Apabila mampu dan beruntung seseorang dapat untuk naik ke lapisan yang lebih
atas, atau bagi mereka yang tidak beruntung dapat turun ke lapisan yang lebih rendah.

 Ukuran Stratifikasi Sosial 


masyarakat salah persepsi, karena hanya meninjau dari gelar seseorang. Ukuran atau kriteria
yang digunakan untuk menggolongkan stratifikasi sosial anggota masyarakat ke dalam lapisan-
lapisan adalah sebagai berikut (Soekanto, 1974:125):

 Kekayaan. Kekayaan merupakan dasar yang paling banyak di gunakan dalam pelapisan
masyarakat. Seseorang yang mempunyai kekayaan banyak akan dimasukkan ke dalam
lapisan atas dan yang mempunyai kekayaan sedikit akan dimasukkan ke dalam lapisan
bawah. 
 Kekuasaan. Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang yang besar akan
masuk pada lapisan atas dan yang tidak mempunyai kekuasaan akan masuk ke lapisan
bawah.
 Kehormatan. Orang yang paling disegani dan dihormati, akan dimasukkan ke lapisan
atas. Dasar semacam ini, biasanya dijumpai pada masyarakat tradisional. 
 Ilmu pengetahuan. Dasar ini dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan, walaupun kadang-kadang

 Unsur Stratifikasi Sosial 

Menurut Narwoko dan Suyanto (2011:156), terdapat dua unsur stratifikasi sosial di masyarakat
yaitu kedudukan (status) dan peranan (role). Status menunjukkan tempat atau posisi seseorang
dalam masyarakat, sedangkan peranan menunjukkan suatu tingkah laku yang diharapkan dari
seorang individu tertentu yang menduduki status tertentu.

a. Kedudukan (status) 

Kedudukan merupakan tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan
dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan
dengan kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Kedudukan sosial artinya
adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang
lain, dalam lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta kewajibannya.

Menurut proses perkembangannya, status sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Ascribet status (status yang diperoleh atas dasar keturunan). Kedudukan ini diperoleh
atas dasar turunan atau warisan dari orang tuanya, jadi sejak lahir seseorang telah diberi
kedudukan dalam masyarakat. Kedudukan ini tidak memandang perbedaan-perbedaan
ruhaniah dan kemampuan seseorang tapi benar-benar didapatkan dari keturunan
(kelahiran).
2. Achieved status (status yang diperoleh atas dasar usaha yang dilakukan secara
sengaja). Kedudukan ini diperoleh setelah seseorang berusaha melalui usaha-usaha yang
dilakukan berdasarkan kemampuannya agar dapat mencapai kedudukan yang diinginkan.

b. Peranan (role) 
Peranan (Role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola
pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peranan tersebut menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

Berdasarkan pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Peranan yang diharapkan (expected roles), yaitu cara ideal dalam pelaksanaan
peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang
diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat di tawar
dan harus di laksanakan seperti yang di tentukan peranan jenis ini antara lain
peranan hakim, peranan protokoler, diplomatik, dan sebagainya. 
2. Peranan yang di sesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya itu
dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi tertentu, peranan yang disesuaikan mungkin tidak cocok
dengan situasi setempat, tetapi kekurangannya yang muncul dapat dianggap wajar
oleh masyarakat.

Daftar Referensi

 Leibo, Jefta. 1995. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi Offset.


 Wulansari, Dewi. 2009. Sosiologi: Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama.
 Soekanto, Soerjono. 1974. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia.
 Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
 Basrowi, Muhammad dan Soenyono. 2004. Pengantar Sosiologi. Surabaya: Lutfansah
Mediatama.

Anda mungkin juga menyukai