Anda di halaman 1dari 20

HUKUM DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Makalah diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

HUKUM DAN MASYARAKAT

DOSEN PEMBIMBING :

Muhammad Yusuf, S. Ag., M. Ag.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

FITA ALFIANA (210101077)

WIDIA ASMARA (210101084)

ICHSAN HAFIZH (210101002)

RISKA MAULIZA (210101042)

KAMIL AZHARY (210101039)

PRODI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat nya makalah ini dapat kami
kerjakan hingga selesai, shalawat serta salam kami sampaikan kepada nabi Muhammad Saw,
tidak lupa pula saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Muhammad Yusuf,
S.Ag., M.Ag. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar.

Dan kami harapkan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna, semoga
untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin bahwa masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami memerlukan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 22 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................4

B. Rumusan Masalah....................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

A. Stratifikasi Sosial.....................................................................................................6

B. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial...............................................................................8

C. Hukum dan Stratifikasi Sosial.................................................................................10

BAB III PENUTUP...........................................................................................................18

A. Kesimpulan.............................................................................................................18
B. Saran……………………………………………………………………………….19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap masyarakat mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal terntetu
dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal
tenrtentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dati hal-
hal lainnya. Misalnya jika masyarakat menghargai kekayaan material dari pada
kehormatan maka mereka yang memiliki kekayaan yang tinggi akan menempati
kedudukan yang tinggi dibandingkan pihak-pihak yang lainnya. Gejala tersebut akan
menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau
suatu kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal.

Sebagaimana folosof Aristoteles mangatakan bahwa zaman dahulu di dalam


negara terdapat tiga unsure yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang
berada di tengah-tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah
mengakui adanya lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat
dari bawah ke atas. Barang siapa yang mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah
yang banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan di atas. Meraka yang
hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu berharga dalam pandangan masyarakat
mempunyai kedudukan yang rendah.

System lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal sebutan stratifikasi


sosial. Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas, kelas mengengah dan
kelas bawah. Adanya lapisan sosial sangat berperan penting dalam aktivitas sosial atau
kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka
masyarakat itu akan menarik untuk dilihat, dikenal dan dipelajari.

Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal
adanya kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-
mula didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan anatara yang pemimpin dan yang
dipimpin, golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan
kekayaan. Semakin maju dan rumit tekhnologi suatu masyarakat, maka semakin
kompleks sistem lapisan masyarakat.

4
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarakat berbeda-beda dan sangat banyak.
Namun secara prinsip bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasi ke dalam
tiga kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam
masyarakat. Ketiga bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama
lainnya, dimana ketiganya saling mempengaruhi.

Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya
hal tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal
yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja
dibentuk dan disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi
masyarakat tidak akan pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat
tersebut.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud stratifikasi sosial?
2. Apa unsur-unsur stratifikasi sosial?
3. Bagaiaman hubungan stratifikasi sosial dan hukum?

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui stratifikasi sosial.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur stratifikasi sosial.
3. Untuk mengetahui hukum dan stratifikasi sosial.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat
bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk
jamak. Sebagaimana Pritin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan
penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hirarki. Sedangkan
menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada
kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki. Sementara Max Weber
mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarki menurut dimensi
kekuasaan previllege dan prestise.
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi adapula yang dengan sengaja untuk mengejar suatu
tujuan bersama. Factor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan
sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas
tententu.1
Sifat sistem lapisan sosial dalam masyarakat dapat bersifat tertutup, terbuka, dan
sistem lapisan sosial campuran. Stratifikasi sosial tertutup adalah stratifikasi dimana
anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas
tetapi sangat terbatas pada mobilitas hrisontal saja. Contoh: sistem kasta, kaum Sudra
tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana, feudal, kulit hitam yang dianggap di
posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih, feudal, kaum buruh
tidak bisa pindah ke posisi juragan atau majikan. Stratifikasi sosial terbuka ini bersifat
dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan
mobilitas sosial, baik vertikal maupun horizontal. Contoh: seorang miskin karena
usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya, seorang yang tidak/kurang pendidikan
akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha. Sedangkan stratifikasi
sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka.

1
Zainuddin Ali. Sosiologi Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika,2010) hal 3-7

6
Misalnya seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali,
namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah.
Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
sosial adalah kekayaan (materi atai kebendaan), ukuran kekuasaan dan kewenangan,
ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial
masyarakat adalah kedudukan dan peranan. Kedudukan dan peranan merupakan dua
unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi sistem sosial.
Yang diartikan sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal-
balik antara individu dalam masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut.
Kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan itu
dibedakan atas tiga macam yaitu pertama, kedudukan seseorang di dalam masyarakat
diperoleh karena kelahiran tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan,
misalnya kedudukan anak bangsawan adalah bangsawan pula. Kedua, kedudukan yang
dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja, misalnya profesi guru yang
diperoleh karena telah memenuhi persyaratan tertentu dengan usaha dan kemampuan
yang dimilikinya. Ketiga, kedudukan yang diberikan, mempunyai hubungan erat
dengan kedudukan yang diperoleh karena usaha, bahwa kelompok atau golongan
memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa telah
memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peranan. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam hal ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Disamping itu peranan merupakan sesuatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan
individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Serta peranan juga dapat dikatakan
sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.2

2
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. ( Jakarta: Rajawali Grapindo, 2010) hal 4-6

7
B. UNSUR-UNSUR STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan
(role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki arti penting bagi
sistem sosial.

a. Kedudukan (Status)
Status sosial menurut Ralp Linton adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang
dimiliki seseorang dalam masyarakat. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi
akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang
yang status sosialnya rendah.
Ada tiga macam status sosial dalam masyarakat:
1. Ascribed Status.
Ascribed status merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah,
artinya posisi yang melekat dalam diri seseorang diperoleh tanpa melalui serangkaian
usaha. Latar belakang ras, gender, dan usiaw dapat dikategorikan sebagai ascribed
status.Contohnya, seseorang yang dilahirkan dari keluarga bangsawan secara otomatis
akan mendapatkan gelar bangsawan begitu ia dilahirkan.
2. Achieved Status.
Achieved status merupakan status sosial yang disandang melalui perjuangan.
Pola-pola ini biasanya banyak terjadi distruktur sosial yang telah mengalami perubahan
dari pola-pola tradisional kearah modern. Lebih-lebih dari masyarakat kapitalis liberal
dengan menekan pada kebebasan individu untuk mencapai tujuan masing-masing yang
sarat dengan persaingan, dalam struktur seperti itu, biasanya struktur sosial lebih
terbuka sehingga membuka peluang kepada siapa saja untuk meraih status sosial
ekonomi sesuai dengan tujuan masing-masing. Beberapa contoh model ini adalah:
1) Stratifikasi berdasarkan jenjang pendidikan (education stratification).
Jenjang seseorang biasanya mempengaruhi status sosial seseorang di dalam
struktur sosial. Seseorang yang berpendidikan tinggi hingga bergelar Doktor tentunya
akan berstatus lebih tinggi dibandingkan dengan yang lulusan SD.
2) Stratifikasi dibidang senioritas.
Gejala ini biasanya dikaitkan dengan profesi atau pekerjaan yang dimiliki
seseorang. Tingkat senioritas dalam berbagai lembaga pekerjaan biasanya di tentukan
berdasarkan tingkat tenggang waktu bekerja dan jenjang kepangkatan atau golongan
yang lazim disebut dengan jabatan. Biasanya jabatan seseorang dalam suatu pekerjaan

8
ditentukan oleh tingkat keahlian dan tingkat pendidikanya, artinya semakin tinggi
tingkat pendidikan dan keahlian seseorang, maka akan semakin tinggi juga jabatan
yang disandangnya. Karena sistem lapisan sosial seperti ini bersifat terbuka, maka bagi
siapa saja bisa menempati status sosial yang relative dianggap lebih mapan asal mereka
mempunyai kemampuan dan usaha yang gigih.
3) Stratifikasi dibidang pekerjaan.
Berbagai jenis pekerjaan juga berpengaruh pada sistem pelapisan sosial. Anda
tentu sering memiliki penilaian bahwa, orang yang berpropesi sebagai penarik becak,
kuli bangunan, buruh pabrik, dan para pekerja kantoran yang berpakaian bersih,
berpenampilan rapi beradasi dan mengendarai mobil, selalu membawa HP, tentu
memiliki perbedaan status sosial dalam masyarakat. Para pekerja kantoran akan
memiliki status sosial yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang
berprofesi sebagai penarik becak. Pola seperti ini juga bersifat terbuka artinya sistem
pelapisan sosial seperti ini membuka peluang bagi siapa saja yang memiliki kegigihan
dalam usaha untuk meraihnya.
4) Stratifikasi dibidang ekonomi.
Gejala ini hampir ada diseluruh penjuru dunia. Yang paling mudah diidentifikasi
di dalam struktur sosial adalah didasarkan pada besar kecilnya penghasilan dan
kepemilikan benda-benda materi yang sering disebut harta benda. Indikator antara kaya
dan miskin juga mudah sekali diidentifikasi, yaitu melalui pemilikan sarana hidup.
Orang kaya perkotaan dapat dilihat dari tempat tinggalnya seperti dikawasan Bolevard
dengan rumah mewahnya yang dilengakapi dengan taman, kolam renang, memiliki
mobil mewah dan benda-benda berharga lainnya. Sedangkan kelompok masyarakat
miskin berada dikawasan marginal (pinggiran), hidup dipemukiman kumuh, tidak
sehat, kotor, dan sebagainya. Adapun orang kaya pedesaan biasanya diidentifikasi
dengan pemilikan jumlah lahan pertanian, binatang ternak, kebun yang luas dan
sebagainya.

3. Assigned Status.
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau kelompok
orang dari pemberian. Akan tetapi status berasal dari pemberian ini sebenarnya juga
tidak luput dari usaha-usaha seseorang atau sekelompok orang sehingga dengan usaha-
usaha tersebut ia memperoleh penghargaan.

9
b. Peranan (Role)
Sedangkan peran sosial merupakan aspek yang lebih dinamis dibandingkan
dengan kdudukan. Status sosial merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat
individu dalam masyarakat. Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam
masyarakat. Meskipun demikian keduanya tidak dapat dipisahkan karena satu dengan
yang lainnya saling berhubungan.
Berdasarkan cara memperolehnya, peran dibedakan menjadi dua:
1. Peranan bawaan yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena
usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, ketua RT, dan sebagainya.
2. Peranan pilihan yaitu peranan yang diperoleh atas keputusan sendiri,
Berdasarkan pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Peranan yang diharapkan yaitu cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut
penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan tersebut dilaksanakan
secermat-cermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang telah
ditentukan. Misalnya, peranan hakim, diplomatik, dan sebagainya.
2) Peranan yang disesuaikan yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan tersebut
dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan dengan situasi
dan keadaan tertentu.
Suatu peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena peran
dapat berfungsi sebagai, pertama, memberi arah pada proses sosialisasi. Kedua,
pewarisan tradisi, kepercayaan nilai, norma, dan pengetahuan. Ketiga, dapat
mempersatukan kelompok atau masyarakat. Keempat, menghidupkan sistem pengendali
dan control sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.3

C. HUKUM DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Masyarakat dengan segala aspek yang mencakup di dalamnya merupakan suatu


objek kajian yang menarik untuk diteliti. Begitu pula dengan sesuatu yang dihargai oleh
masyarakat tersebut. Dengan kata lain, sesuatu yang dihargai dalam sebuah komunitas
masyarakat akan menciptakan pemisahan lapisan atau kedudukan seseorang tersebut di
dalam masyarakat. Pada kajian yang dibahas dalam makalah ini, yaitu Hukum dan
3
Sabian Utsman. Dasar-dasar Sosiologi Hukum. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hal 22-25

10
stratifikasi sosial  adalah sesuatu yang menarik dimana menurut Lawrence
M.Friedmann, stratifikasi sosial ini merupkan kunci bagi penjelasan, mengapa hukum
itu bersifat diskriminatif, baik pada peraturan-peraturannya sendiri, maupun melalui
penegakannya.

Pengaruh atau dampak stratifikasi sosial pada kehidupan masyarakat sangat besar
dan berpengaruh. Karena dengan kelas sosial yang ada akan menyediakan masyarakat
dengan apa yang mereka butuhkan. Stratifikasi sosial dalam masyarakat digambarkan
mengerucut atau seperti piramida, Hal ini disebabkan semakin tinggi kelas sosial,
semakin sedikit pula jumlah yang menempatinya. Lebih jauh Davis dan Moore
menguraikan, bahwa posisi yang tinggi tingkatannya dalam sistem stratifikasi dianggap
kurang menyenagkan untuk diduduki, tetapi hal tersebut menurutnya penting untuk
kelangsungan hidup masyarakat, masyarakat harus memberikan reward yang memadai
bagi posisi ini, dan hanya segelintir orang yang menduduki posisi puncak dalam
masyarakat. Sebaliknya posisi tingkat rendah dalam sistem stratifikasi dianggap lebih
menyenagkan, namun menurutnya posisi seperti ini kurang penting dan diisi oleh
kebanyakan masyarakat.

Kemudian Robert K.Merton menguraikan tipe perilaku yang diakibatkan dengan


adanya struktur sosial dia mencontohkan misalnya, dalam masyarakat Amerika,
kulturnya menekankankan pada kesuksesan material, tetapi karena posisi mereka di
dalam struktur sosial, banyak orang tercegah dari upaya mencapai sukses material. Jika
seseorang terlahir dalam kelas sosioekonomi yang lebih rendah, dan sebagai akibatnya
hanya mampu mencapai tingkatan pendidikan terbaik di sekolah menegah, maka
peluang orang itu untuk mencapai kesuksesan ekonomi menurut cara yang diterima
secara umum (misalnya, melalui kesuksesan di lapangan kerja konvesional) adalah tipis
atau tidak ada sama sekali.

Berdasarkan keadaan demikian sebagai akibatnya terdapat kecenderungan ke arah


perilaku yang menyimpang, dalam keadaan ini penyimpangan sering mengambil
bentuk alternativ yang tidak dapat diterima dan kadang-kadang berbentuk cara-cara
ilegal dalam mencapai kesuksesan ekonomi, seperti menjadi penyalur obat-obatan
terlarang atau menjadi pelacur untuk mecapai kesuksesan tadi.

Dari uraian di atas, sehingga dapat disimpulkan bahwa dampak stratifikasi sosial
pada dalam kehidupan masyarakat adalah:

11
Orang yang menduduki kelas sosial yang berbeda akan memiliki kekuasaan,
privelese, dan prestise yang bebeda pula, dalam artian akan menciptakan sebuah
perbedaan status sosial.

Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan,


kontraversi, maupun konflik.

Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidak mampuan mencapai posisi


tertentu. Kejahatan tersebut dapat berupa prostitusi, perdagangan narkotika,
alkoholisme, korupsi, kenakalan remaja dan lain sebagainya.

Konsentrasi elit status, yaitu pemusatan kedudukan yang penting pada golongan
tertentu, misalnya kolusi.

Stratifikasi sosial adalah institusi yang menyentuh begitu banyak ciri kehidupan
seperti, kekayaan, politik, karir, keluarga, klub, komunitas, gaya hidup. Dengan
demikian hal-hal yang kompleks seperti di atas membutuhkan hukum sebagai alat
pengendali sosial, yang menurut Ronny Hantijo Soemitro, kontrol sosial merupakan
aspek normative dari kehidupan sosial atau dapat disebut sebagai pemberi defenisi dari
tingkah laku yang menyimpang serta akibat-akibatnya seperti larangan-larangan,
tuntutan-tuntutan, pemidanaan dan pemberian ganti rugi. Walaupun kita ketahui bahwa
hukum bukan satu-satunya alat pengendali sosial, namun fungsi hukum disini dapat
dikatakan untuk menetapkan tingkah laku mana yang dianggap penyimpangan terhadap
aturan hukum, dan apa sangksi atau tindakan yang dilakukan oleh hukum jika terjadi
penyimpangan tersebut.

Rescoe Pound mengemukakan bahwa masyarakat itu terdiri dari kelompok-


kelompok dimana di dalamnya sering terjadi konflik antara kepentingan satu dengan
kepentingan lainnya, dan disinilah fungsi hukum sebagai rekonsiliasi dan sekaligus
diharapkan dapat menciptakan keharmonisan terhadap berbagai tuntutan dan kebutuhan
yang saling bertentangan diantara sesama warga masyarakat.

Dengan demikian peran hukum dalam kaitannya dengan adanya stratifikasi sosial
dalam masyarakat menjadi hal yang sangat penting, karena dengan adanya hukum,
perbedaan-perbedaan kelas yang ada dimasyarakat yang kemudian rentang akan
timbulnya konflik dan berbagai macam pelanggaran norma, maka hukum tampil

12
sebagai alat penindak, sehingga dengan demikian harmonisasi antara semua lapisan
sosial yg ada dimasyarakat dapat terjaga.4

Keadilan adalah milik setiap orang. Setiap orang berhak merasakan sebuah
keadilan termasuk juga keadilan hukum. Sebagaimana juga yang terdapat dalam sebuah
asas hukum yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama di
hadapan hukum (equality before the law). Hukum tidak memandang kaya atau
miskinnya seseorang. Setiap orang baik kaya ataupun miskin punya hak yang sama
untuk merasakan keadilan hukum. Namun, pada kenyataanya, tidak demikian.
Terkadang terkesan bahwa hukum lebih berpihak pada kaum strata atas. Lapisan kelas
atas masih dianggap sebagai personifikasi dari sebuah struktur dalam masyarakat.
Termasuk juga struktur hukumnya. Yang menentukan hukum adalah kaum kalangan
atas dan kaum strata bawah dianggap sebagai alat struktur dan pelaksana dari struktur.

Hukum berlaku top-down. Artinya bahwa hukum ditentukan oleh kalangan atas


kemudian diterapkan pada masyarakat kalangan bawah. Pada posisi inilah kaum strata
bawah mulai tertekan. Tertekan oleh sebuah aturan yang ditetapkan oleh strata atas.
Hukum yang dibuat oleh kaum strata atas dimasuki oleh kepentingan-kepentingan
mereka sendiri. Keadaan ini diperparah lagi dengan pengetahuan kaum miskin yang
terbatas tentang hukum. Oleh karena itu, saat hukum menghadapkan antara kaum strata
atas dengan kaum strata bawah kaum strata atas secara tidak langsung lebih unggul.

Bahasan mengenai keadilan hukum bagi masyarakat miskin memang perlu untuk
diungkapkan. Realita yang ada sekarang ini adalah hukum tidak berpihak pada kaum
miskin, Masyarakat mempunyai struktur yang bertingkat. Tingkatan-tingkatan di dalam
masyarakat ini desebut dengan stratifikasi sosial. Perwujudannya adalah kelas-kelas
tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya menurut Sorokin, dasar dan inti lapisan
masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiba, kewajiban
dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota
masyarakat. Stratifikasi berdampak pada diskriminasi antara kelas sosial satu dengan
kelas sosial yang lain. Kelas sosial yang lebih tinggi akan diperlakukan lebih istimewa
dari pada kelas sosial yang tingkatannya lebih rendah.

4
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. (Jakarta:
Rajawali Pers, 1982) hal 34-37

13
Adanya diskriminasi di dalam masyarakat yang disebabkan oleh pembedaan kelas
sosial ini coba diatasi dengan hukum. Hukum menjanjikan adanya kesetaraan di
hadapan hukum. Salah satu asas hukum adalah equality before the law yang artinya
adalah kedudukan setiap orang adalah sama di hadapan hukum. Hukum tidak
membedakan status, kedudukan, kasta, dan kelas sosial. Semua sama dihadapan hukum.
Namun stratifikasi tetap saja muncul. Oleh karena itu, antara hukum dan realita sosial
terjadi sebuah kesenjangan yang biasa disebut dengan legal gap. Terjadi perbedaan
antara apa yang seharusnya terjadi menurut hukum dengan apa yang terjadi di dalam
masyarakat.

Masyarakat merupakan struktur organisasi kehidupan bersama. Dalam struktur,


setiap orang memainkan perannya masing-masing. Suatu peran berhubungan dengan
peran yang lain. Hal tersebutlah yang membuat stratifikasi sosial tetap ada walaupun
hukum berusaha untuk menghilangkannya. Setiap peran mempunyai tugasnya masing-
masing. Aktivitas kerja seseorang berkaitan dengan peran yang dimainkannya disebut
denganOcupation. Keanekaragaman peran yang ada dalam masyarakat menimbulkan
apresiasi yang berbeda terhadap pemegang peran. Ada profesi yang dianggap ada pada
struktur lapisan atas seperti contohnya presiden, menteri, pengusaha, dosen, guru, dan
profesi lain yang dipandang oleh masyarakat baik. Namun ada juga kelompok profesi
yang menurut masyarakat dianggap berada pada struktur lapisan masyarakat tingkat
bawah seperti tukang becak, kuli, dan profesi yang lain yang dianggap masyarakat
kurang terpandang. Walaupun secara moral pekerjaan tersebut tidak tercela, namun
tetap saja oleh masyarakat dipandang rendah.

Hal yang terjadi kemudian adalah disfungsi hukum bagi masyarakat kalangan
bawah. Hukum tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Seharusnya hukum tidak
membeda-bedakan dan berlaku adil bagi semua kalangan. Namun hal tersebut tidak
terjadi dalam struktur ini. Hukum tidak berpihak pada rakyat miskin. Keadaan ini
membuat berlakunya diskriminasi hukum di dalam masyarakat. Bagi masyarakat
lapisan atas, hukum terkesan amat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena memang
merekalah yang menentukan hukum. Bagi masyarakat lapisan bawah, dirasakan
banyaknya ketidak adilan dalam hukum yang berlaku. Akibatnya, masyarakat strata
bawah akan lebih cenderung untuk menyelesaikan perkara-perkara lewat caranya
sendiri dari pada cara-cara formal menurut prosedur Hukum.

14
Adanya diskriminasi bagi masyarakat miskin membuat kalangan idealis dari
kaum elit membuat sebuah konsep bantuan hukum bagi kalangan bawah. Bantuan
hukum bagi masyarakat strata bawah terdapat dalam dua model. Dua model tersebut
berbentuk bantuan secara konvensional dan bantuan secara structural. Para ahli hukum
yang berprofesi sebagai pengacara mencoba membantu mengatasi persoalan
kesenjangan kaya-miskin ini dengan cara memberikan bantuan hukun secara cuma-
cuma kepada golongan miskin, apabila golongan miskin ini harus berperkara dan
beracara di sidang-sidang pengadilan. Bantuan ini desebut dengan legal aid. Menurut
pendapat para ahli hukum yang peduli terhadap rakyat miskin tanpa bantun hukum
yang serius dari pihak-pihak yang mengerti hukum modern, orang miskin akan
terdiskriminasi oleh hukum. Bantuan hukum macam ini akan membantu kaum miskin
untuk diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan bantuan hukum yang diberikan,
kepercayaan kalangan miskin terhadap hukum tidak akan hilang. Bentuk inilah yang
kemudian disebut dengan bantuan secara konvensional.5

Menurut pandangan kaum kritisi, bantuan hukum yang terbatas pada bantuan
hukum dalam persidangan saja belum cukup untuk melepaskan kaum miskin dari
diskriminasi yang disebabkan oleh stratifikasi. Bantuan hukum juga dilakukan dengan
memperjuangkan kaum miskin pada rancangan undang-undang yang akan
diberlakukan. Pada bentuk bantuan ini, para ahli hukum akan berusaha agar hak-hak
kaum miskin tidak terpinggirkan, Perjuangan semacam ini disebut dengan legal service.
Bantuan model ini juga disebut dengan bantuan secara struktural. Pada dasarnya,
kebijakan dalam bantuan hukum struktural ditempuh untuk merealisasikan apa yang
disebut dengan kebijakan diskriminasi terbalik atau yang sering disebut juga kebijakan
diskriminatif positif.

Dikatakan demikian karena diskriminasi yang diputuskan untuk dilakukan itu


demi hukum akan memberikan kesempatan dan hak yang lebih kepada mereka yang
berada pada strata bawah dibanding dengan strata atas. Langkah-langkah legislatif
untuk membuat undang-undang baru dilakukan dengan sadar untuk memajukan
kepentingan sosial ekonomi mereka yang ada pada strata bawah. Hukum perundang-

5
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. (Jakarta:
Kencana, 2008) hal 5-6

15
undangan yang dibuat atas dasar kebijakan seperti itu dikenal secara luas sebagai
hukum perundang-undangan sosial. Contoh dari kebijakan sosial adalah kebijakan
pajak yang diberlakukan secara progresif. Bagi kalangan atas, ia akan membayar pajak
yang jumlahnya lebih besar. Pendapatan pajak dari kalangan strata atas tersebut pada
akhirnya akan disalurkan kepada kaum yang berada pada strata bawah dengan cara
pembagian subsidi dan penyediaan layanan umum.

Masyarakat dalam realitanya memiliki lapisan-lapisan di dalamnya. Terdapat


masyarakat lapisan atas yang ditempati oleh orang-orang kaya dan terpandang dan
masyarakat lapisan bawah yang ditempati masyarakat miskin. Hal tersebut tidak dapat
dihilangkan. Hukum berusaha menghilangkan perbedaan ini dengan mengusung
asas equality before the law yang artinya bahwa kedudukan setiap orang adalah sama di
hadapan hukum tidak memandang kaya atau miskin. Namun pelapisan sosial tetap saja
tidak dapat dihilangkan karena di dalam masyarakat terdapat peranan yang dimainkan
masing-masing individu. Setiap peran yang dimainkan memiliki prestige yang berbeda.
Ada peran yang dianggap oleh masyarakat baik, ada pula yang dianggap tidak baik.

Stratifikasi sosial ini pada akhirnya akan melahirkan sebuah stratifikasi hukum.
Hal ini disebabkan karena ada asumsi yang mengatakan bahwa yang menentukan
hukum yang berlaku adalah masyarkat kalangan atas. Masyarakat kalangan atas
berusaha memasukkan kepentingannya pada aturan yang ditetapkan. Hal ini membuat
kaum miskin semakin terpojok. Hal ini membuat kaum elite yang idealis berpikir
bagaimana caranya untuk memberikan bantuan hukum bagi kalangan msikin. Bantuan
diberikan dengan dua cara. Cara yang pertama melalui proses yuridis yaitu
pendampingan hukum terhadap kasus yang menimpa kaum miskin atau biasa disebut
dengan legal aid dan proses legislatif yang dilakukan dengan cara memperjuangkan
hak-hak kaum miskin dalam pembuatan suatu undang-undang yang biasa disebut
dengan legal service. 

Stratifikasi sosial memang tidak dapat dihilangkan. Namun sebenarnya hal


tersebut tidak perlu dihilangkan. Hal tersebut adalah sebuah dinamika dalam
masyarakat. Stratifikasi dengan system yang terbuka akan menimbulkan sebuah
persaingan yang sehat. Kaum strata atas akan berusaha meraih strata atas, sedangkan
masyarakat strata atas akan mempertahankan kedudukannya.

16
Hal yang harus dihilangkan adalah diskriminasi dalam hukum. Tidak seharusnya
hukum hanya dibuat oleh kaum strata atas saja. Hukum menyangkut kehidupan setiap
orang. Tidak peduli dari strata atas atau bawah. Oleh kerena itu, hukum seharusnya
dibuat secara bersama-sama untuk kebaikan bersama. Semua kalangan harus dilibatkan
dalam sebuah perumusan hukum agar hukum dapat diterima semua pihak6

BAB III
PENUTUP

6
Satjipto Rahardjo. Penegak Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. (Yogyakarta: Genta Publising,
2009) hal 8

17
A. KESIMPULAN
Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan
kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan,
previllege dan prestise. Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu
stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang
ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan
sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik ke
kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi
campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat di dalam kelas atas,
namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial:
a) Bertambah atau berkurangnya penduduk.
b) Penemuan-penemuan baru.
c) Pertentangan.
d) Terjadinya revolusi dalam masyarakat.
e) Sebab-sebab yang beerasal dari lingkungan alam fisik yang ada disekitar
manusia.
f) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Faktor yang mempengaruhi jalannya perubahan sosial:

a) Kontak dengan kebudayaan lain.


b) Sistem pendidikan formal yang maju.
c) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju.
d) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang bukan
merupakan delik.
e) Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.
f) Penduduk yang heterogen.
g) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu.
h) Orientasi kemasa depan.
i) Nilai bahwa manusia senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.

Hukum dan stratifikasi sosial:

18
Rule of law yang berarti persaaman di hadapan hukum, dimana setiap warga
harus tunduk pada hukum, namun dalam realita dan uraian di atas jelas terlihat bahwa
mekanisme hukum tidak berjalan efektif.
Hukum sebagai variabel kuantitatif, dimana banyak terjadi proses hukum apabila
frekuensi gugatan di suatu pengadilan terbilang tinggi dan menyebabkan terjadinya
perubahan ataupun pembaharuan hukum.
Struktur sosial dan hukum, struktur sosial adalah kumpulan individu-individu
yang membentuk suatu kelompok yang terkadang disebabkan karena adanya persamaan
baik itu kebudayaan, ras, mata pencaharian maupun sebuah organisasi, dalam hal inilah
hukum memiliki fungsi sebagai social control dalam kelompok tersebut.
Dalam penegakan hukum stratifikasi sosial sangat berpengaruh walaupun dalam
konsep hukum menyatakan bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama di
hadapan hukum (equality before the law) namun dapat dilihat uarain di atas keadilan
hanya berpihak pada orang-orang yang berada dalam kelas-kelas elite dan
menyebabkan terjadinya diskriminasi terhadap orang-orang yang berada dalam kelas-
kelas menengah ke bawah.
Hukum selalu dijadikan alat bagi pihak-pihak yang berkepentingan secara pribadi
dalam mewujudkan kehendak dan ambisi pribadi dan golongan.

B. SARAN
1) Stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat
optimis dan merasa cukup dalam hal ini diperlukan.
2) Stratifikasi sosial adalah hal yang sulit terhindarkan dalam masyarakat, maka
optimalisasi peran adalah yang terbaik.
3) Norma hukum beserta norma-norma lainnya seperti norma agama, norma kesusilaan,
norma kesopanan, merupakan alat yang efektif dalam mengahadapi berbagai macam
problema yang ditimbulkan dengan adanya stratifikasi sosial.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. (2010) Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Rahardjo, Satjipto. (2009) Penegak Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta:


Genta Publising

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2008) Teori Sosiologi Modern. Jakarta:


Kencana

Soekanto, Soerjono dan Mustafa Abdullah. (1982) Sosiologi Hukum dalam


Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers

Soekanto, Soerjono. (2005) Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali Grapindo

Utsman, Sabian. (2010) Dasar-dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

20

Anda mungkin juga menyukai