Anda di halaman 1dari 2

Nama: Ikhsan Nurdiansyah

NIM: 11201110000006
Identitas dan Konsumsi
Identitas dan Identitas Sosial. Identitas sebagai Proses Menjadi. Hubungan Identitas dengan Konsumsi. Konsep
Identitas menurut Baudrillard, Bauman, Giddens, dan Bordieu. Perilaku Konsumsi sebagai Pembentukan Identitas.
Masyarakat Modern dan Post-Modern. Pembahasan Konsumsi dalam Konteks Masyarakat Modern dan Post-
Modern. Problem Identitas dan Pembentukan Identitas dalam Film Arisan.

Identitas dan Identitas sosial pada dasarnya memuat satu istilah yang sama yaitu identitas, merujuk pada
kamus besar bahasa Indonesia, identitas merupakan jati diri. 1 Secara lebih jauh, saya memahami identitas sebagai
karakter yang dipresentasikan oleh individu terhadap individu lain. Sedangkan istilah identitas sosial, merukana
istilah yang lebih sosiologis terhadap pemaknaan karakteristik yang dimiliki oleh individu dalam masyarakat. Saya
maksudkan bahwa dalam prosesnya, identitas sosial memuat kategorisasi yang merepresentasikan nilai-nilai suatu
identitas dalam masyarakat. James Fearon dalam bukunya menuliskan bahwa, ‘identitas merupakan sebuah
kategori sosial’2 berdasarkan simpulan tersebut, identitas dapat dipahami melalui bagaimana kita diri kita
menempatkan kita sebagai suatu kategori tertentu dalam masyarakat serta bagaimana kita melihat individu lain
dalam masyarakat ditempatkan sesuai kategorisasi yang terdapat dalam masyarakat itu sendiri.
Identitas sebagai sebuah proses menjadi dipahami melalui pemahaman bahwa identitas bukan sesuatu
yang apa adanya sebagai benda yang bisa dilihat wujudnya, melainkan sebuah proses identifikasi yang terhubung
dengan ruang dan waktu serta konteks di mana identitas terbentuk. 3 Berangkat dari pemahaman bahwa adanya
sebuah proses dalam pembentukan dan penentuan posisi identitas manusia, proses ini dimaknai sebagai orientasi
yang diharapkan oleh individu untuk melihat seperti apa dirinya dan seperti apa orang lain melalui kategorisasi
sosial yang tercipta dalam masyarakat.
Hubungan identitas dengan konsumsi secara umum saya melihat bahwa hubungan di antara keduanya
dilihat melalui bagaimana pola perilaku konsumsi mempengaruhi bagaimana seorang individu melihat kategorisasi
yang ada dalam masyarakat. Misal, jika pola konsumsi barang elektronik dilihat berdasarkan mereknya untuk
diafiliasikan dengan status sosial yang dimiliki, maka penggua produk Apple akan dipandang sebagai sebuah
identitas yang dinilai memiliki status sosial lebih tinggi. Hal ini mungkin umum terjadi, begitupun dengan pola
konsumsi lainnya seperti kendaraan, makanan, musik, dan sebagainya. Secara lebih jauh dapat dijelaskan bahwa
pola konsumsi masyarakat yang berkaitan langsung dengan gaya hidup akan sangat terlihat sebagai suatu hal yang
dominan dalam menentukan kategorisasi dalam masyarakat. Dinamika pembentukan identitas cukup banyak
dipengaruhi oleh gaya hidup. ‘when constructing their identities, people are always influenced by social
collectivities.4
Konsep identitas menurut Baudrillard, Bauman, Giddens, dan Bordieu merujuk pada pengertian bahwa
identitas merupakan suatu pemaknaan tentang sesuatu berdasarkan ketegori yang ada dalam masyarakat, baik diri
sendiri maupun orang lain. Secara lebih jauh, saya melihat bahwa dalam pemikiran Baudrillard, identitas
cenderung dipenagruhi oleh internalisasi dari pola konsumsi. Sedangkan menurut Bauman, cenderung
memfokuskan pada individu dalam pola modernisasi yang terjadi. Menurut Giddens, identitas dalam prosesnya
melibatkan validasi yang diberikan oleh orang lain, sehingga menjadi identitas yang sempurna jika telah mendapat
pengakuan dari individu lain. Kemudian, menurut Bordieu, ia cenderung melihat berdasakan sudut pandang
strukturalis, di mana identitas ditentukan oleh masyarkat yang tetap. Pada akhirnya, dapat saya simpulkan bahwa
identitas cenderung merujuk pada suatu kategorisasi sosial dalam masyarakat.
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia V. 2018. Identitas. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
2
Fearon, J. What Is Identity (As We Now Use The Word). Penerjemah Afthonul Afif. (Kudus: Parist Penerbit), hlm
37.
3
Nurhayati, Kasyfiyullah. Identitas Sosial. Modul 7, hlm 10.
4
Wilska, T. 2002. Me – A Consumer? Comsumption. Identities and Lifestyles. Today’s Finland Author, hlm 208.
Nama: Ikhsan Nurdiansyah
NIM: 11201110000006
Perilaku konsumsi sebagai pembentukan identitas dipahami melalui bagaimana masyarakat
mengkonstruksikan suatu nilai yang dimiliki individu dalam masyarakat berdasakan hal-hal yang dipresentasikan
individu tersebut, berdasarkan hal itu, perilaku konsumsi merupakan hal yang representatif untuk menunjukkan
bagaimana seorang individu dapat dibentuk identitasnya. Dalam bahasan ini, saya akan coba memahami melalui
bagaimana jika saya memahami identitas diri pribadi dan memahami identitas orang lain di masyarakat. Pertama,
bagaimana saya melihat diri sendiri melalui pola konsumsi dapat diuraikan melalui kecenderungan untuk
mengkategorisasi sesuatu berdasarkan umur, jika sejatinya saya masih berumur belasan tahun, diekspektasikan
bahwa selera dan perilaku konsumsi saya pun mengikuti kebanyakan individu berusia belasan tahun. Misal, dalam
mendengerkan musik, meskipun begitu banyak jenis dan genre musik yang tersedia, namun selalu ada polarisasi
musik mana yang terkesan anak muda, dan musik mana yang tekesan tua/lawas. Kemudian jika saya
mengidentifikasi identitas seorang individu dalam masyarakat, saya akan melihat pola konsumsinya untuk
menempatkan pada kategori sosial yang ada. Misal, dari hal yang paling sederhana, masyarakat yang lebih
cenderung mengkonsumsi produk Barat dapat diafiliasikan sebagai masyarakat yang telah menyaksikan atau
setidaknya menikmati tayangan Barat, atau secara umum telah terpengaruh oleh globalisasi.
Masyarakat modern dan postmodern merupakan istilah yang digunakan untuk mendefinisikan
masyarakat berdasarkan yang saya pahami mengenai istilah di antara keduanya, masyarakat modern merupakan
masyarakat sesuai dengan periodesasi saat ini, salah satu aspek yang menonjol dalam pembahasan mengenai
masyarakat modern adalah pola perilaku hidup, di mana masyarakat modern menjalankan pola perilaku hidup
sesuai dengan zaman pada saat ini. Misal, masyarakat saat ini menggunakan teknologi sebagai alat untuk
mempermudah keperluan hidup. Sedangkan, postmodern merupakan sejarah baru yang dianggap telah
menggantikan era modern. Dengan demikian, teori sosial postmodern juga merupakan cara berpikir baru yang
memerlukan teknik berpikir yang sama sekali baru juga. 5
Pembahasan konsumsi dalam masyarakat modern dan postmodern saya cenderung melihat
perkembangan pembahasan sosiologi secara luas dan kontekstual, pola konsumsi dalam konteks masyarakat
modern dan postmodern menjadi salah satu hal yang berpengaruh, hal ini dalam asumsi saya dapat terjadi karena
pola konsumsi tersebut dipengaruhi oleh kemajuan dan perkembangan zaman yang begitu pesatnya. Melihat dari
aspek globalisasi pola konsumsi masyarakat secara general mengalami peningkatan, industrialisasi dan kapitalisme
tentu mejadi faktor yang mempengaruhi peningkatan produktifitas suatu hal untuk dikonsumsi. Dalam asumsi
saya, pembahasan konsumsi akan selalu relevan dalam tiap masyarakat karena pada dasarnya ‘ consumption is a
never-ending process’6 sehingga pembahasannya akan selalu mengikuti dinamika masyarakat dalam kehiduan
sosial.
Problem identitas yang ditayangkan pada film arisan yang saya tangkap adalah ketika di awal film di mana
satu keluarga berkumpul di meja makan untuk sarapan, masing-masing anggota keluarga mengenakan atribut yang
merepresntasikan identitas masing-masing, seorang anak sebagai siswa, ayah yang mengenakan jas untuk
berangkat kerja, dan ibu yang mengenakan pakaian dress berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus
memastikan keluarganya mendapatkan seluruh keperluan yang dibutuhkan. Pembentukan Identitas dalam Film
Arisan pada dasarnya seperti umumnya bagaimana identitas dapat dirumuskan dalam masyarakat, yakni melalui
penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain berdasarkan kategorisasi yang ada dalam masyarakat.

5
Heldi. Pola Konsumsi Masyarakat Postmodern. Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Hlm 114.
6
Clarke, D. 2011. Consumption Markets & Culture. School of Geography, hlm 249.

Anda mungkin juga menyukai