UNIVERSITAS INDONESIA
DIKERJAKAN OLEH :
DITA AMELIA ( NPM: 1806163120 )
JAWABAN :
Menurut Syani (2002), manusia disebut ”individu”, yang berasal dari bahasa Latin
individuum, yang berarti ‘satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi’. Sejalan dengan itu,
Darmansyah (1986) menyatakan bahwa “individu” berasal dari Bahasa Perancis
individual, artinya ‘seorang’. Kata ini selalu mengacu pada ‘manusia’ dan tidak pada
‘bukan manusia’. Dalam hal ini individu yang dimaksud yaitu satu orang manusia. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa individu adalah seorang manusia secara utuh.
Manusia sebagai individu diartikan sebagai perseorangan yang berupaya
merealisasikan segenap potensi diri yang ada pada dirinya, baik potensi jasmani maupun
potensi rohani. Walaupun sebagai individu, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak
mungkin dapat hidup sendiri ataupun mencukupi kebutuhannya sendiri. Manusia selalu
membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. sehingga manusia juga memiliki peran
sebagai mahluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial berarti manusia yang senantiasa
hidup dengan manusia lain, yaitu dalam lingkup masyarakat.
Terkait dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan pula bahwa individu
merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat, yang dalam ilmu-ilmu sosial, individu
juga berarti bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari bapak, ibu,
dan anak. Dari situ, maka anak merupakan individu dalam kelompok masyarakat tersebut
(dalam hal ini, kelompok masyarakat yang dimaksud adalah berupa keluarga), yang sudah
tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil. Sedangkan, hubungan ketiga
individu tersebut, yaitu bapak, ibu, dan anak, membentuk keluarga.
Dari individu, terbentuklah keluarga, lalu terjadilah ruang lingkup masyarakat.
Masyarakat itu sendiri memiliki pengertian yaitu kelompok manusia yang saling
berinteraksi yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut, dan adanya saling
keterikatan untuk mencapai tujuan bersama. Suatu masyarakat dapat tetap terjaga
keberlangsungannya jika masyarakat itu memiliki kebudayaan.
Ada beberapa definisi “kebudayaan” yang diberikan oleh para ahli. Salah satunya
yaitu pandangan Koentjaraningrat tentang definisi “kebudayaan”. Koentjaraningrat
(1990) menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia
dengan belajar. Dari pandangan tersebut dapat dikatakan bahwa kebudayaan merupakan
hasil dari hubungan antara manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai
makhluk sosial.
Dari uraian-uraian di atas, maka saya dapat menjawab pertanyaan tentang
bagaimana hubungan “individu” dan “kebudayaan”. Jadi, individu dan kebudayaan
merupakan suatu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat erat. Tidak mungkin
keduanya dipisahkan. Individu dengan kemampuan akalnya membentuk kebudayaan, dan
sebaliknya, kebudayaan dengan nilai - nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan
individu. Sebagai contoh, manusia memiliki naluri untuk memenuhi kebutuhannya, maka
dengan akal dan pengetahuan yang dmilikinya, manusia membuat uang sebagai media
untuk melakukan transaksi dalam pemenuhan kebutuhannya. Uang itu kemudian menjadi
landasan dalam kehidupan manusia.
BIBLIOGRAFI
Syani, Abdul. (2002). Sosiologi : Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.