Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................


Daftar Isi ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................
A. Individu, Masyarakat, dan Budaya ................................................................................
B. PendidikanSosialisasi Dan Enkulturasi ..........................................................................
C. Pendidikan Sebagai Pranata Sosial ................................................................................
D. Pendidikan Informal, Formal, Dan Non Formal ............................................................
E. Pendidikan, Masyarakat, dan Kebudayaaan ...............................................................
BAB III PENUTUP ...................................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan,
setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang
dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya.
Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya
harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi,
agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara.
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-
hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda
dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal
dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti
sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang
berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk
sosial. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
1. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.
3. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
(Pustaka Musbir., 2013. Landasan Antropologi Pendidikan.[online] )
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari individu, masyarakat, dan budaya?
2. Bagaimana fungsi masyarakat dalam sosialisasi dan enkulturasi pendidikan?
3. Apa maksud dari pendidikan sebagai pranata sosial ?
4. Bagaimana pendidikan informal,non formal dan formal dalam pranata pendidikan ?
5. Bagaimana hubungan timbal balik antara pendidikan dengan masyarakat dan kebudayaan ?

C. Tujuan
Tujuan yang hendak di capai adalah mengetahui pengertian dari individu, masyarakat,
dan budaya itu sendiri, mengetahui apa fungsi masyarakat dalam sosialisasi dan enkulturasi ,
mengetahui pendidikan sebagai pranata sosial dan mengetahui hubungan timbal balik antara
pendidikan dengan masyarakat dan kebudayaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Individu, Masyarakat, dan Budaya.


Individu adalah manusia perseorangan yang memiliki karakteristik sebagai kesatuan
yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik, serta
bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung jawabnya sendiri
(otonom). Masyarakat didefinisikan oleh Ralph Linton sebagai "setiap kelompok manusia
yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas". Sejalan dengan definsi dari Ralph Linton, Selo Sumardjan
mendefinisikan masyarakat sebagai “orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan
kebudayaan” (Soerjono Soekanto, 1986).
Dalam hidup bermasyarakat manusia menghasilkan kebudayaan. Kebudayaan adalah
"keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar" (Koentjaraningrat, 1985). Ada
tiga jenis wujud kebudayaan, ketiga wujud kebudayaan tersebut adalah:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan-peraturan, dsb.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Terdapat hubungan dan saling mempengaruhi antara individu, masyarakat dan
kebudayaannya. Setiap individu itu bermasyarakat dan berbudaya. adapun masyarakat itu
sendiri terbentuk dari individu-individu. Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi
individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan dipengaruhi pula oleh individu-individu
yang membangunnya.
Apabila kita pelajari, di dalam masyarakat terdapat struktur sosial, Komblum
mendefinisikannya sebagai pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar
individu dan antar kelompok dalam masyarakat. Dalam struktur sosial tersebut setiap
individu mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role) tertentu. Status adalah kedudukan
seseorang di dalam suatu struktur sosial. Sedangkan peranan adalah berbagai hal yang harus
dilakukan oleh individu sesuai dengan kedudukannya. Peranan pada dasarnya merupakan
aspek dinamis dari suatu status. Seseorang dikatakan melaksanakan peranannya apabila ia
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan statusnya. Status dibedakan menjadi dua
macam, yaitu: (1) status yang diperoleh sejak lahir atau diberikan kepada individu (ascribed
status), (2) status yang diraih, yaitu status yang memerlukan kualitas tertentu yang diraih
melalui upaya tertentu atau persaingan (achieved status) (Kamanto Sunarto, 1993)
Konformitas = bentuk interaksi yang di dalamnya setiap individu berperilaku terhadap
individu lainnya sesuai dengan yang diharapkan kelompok atau masyarakat.
Homogenitas = adanya kesamaan dalam nilai, harapan, norma dan perilaku individu-
individu di dalam masyarakatnya.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, setiap individu maupun kelompok


melakukan interaksi sosial. Dalam interaksi sosial tersebut mereka melakukan berbagai
tindakan sosial, yaitu perilaku individu yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan
berorientasi kepada perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan sosial yang
dilakukan individu hendaknya sesuai dengan status dan peranannya, dan diharapkan sesuai
pula dengan kebudayaan masyarakatnya. Masyarakat menuntut hal tersebut tiada lain agar
tercipta konformitas dan homogenitas.
Dalam konteks interaksi sosial, apabila tindakan-tindakan sosial yang dilakukan
individu tidak sesuai dengan sistem nilai dan norma atau kebudayaan masyarakatnya, maka
individu yang bersangkutan akan dipandang melakukan penyimpangan tingkah laku atau
penyimpangan social (deviant behavior atau social deviant). Terhadap pelaku penyimpangan
tingkah laku atau penyimpangan sosial tersebut masyarakat akan mengucilkannya, bahkan
melakukan pengendalian sosial (social control), yaitu apa yang didefinisikan Peter L. Berger
sebagai "berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang
membangkang" (Kamanto Sunarto, 1993).
1. Lingkungan Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung atau terselenggara secara wajar
(alamiah) di dalam lingkungan hidup sehari-hari.
 Pendidikan Informal dalam Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat di
setiap tempat di mana pun. Dalam arti sempit, keluarga adalah unit sosial yang terdiri
atas dua orang (suami-isteri) atau lebih (ayah, ibu dan anak). Adapun dalam arti luas,
keluarga adalah unit sosial berdasarkan hubungan darah atau keturunan, yang terdiri atas
beberapa keluarga dalam arti sempit.
Menurut Kamanto Sunarto (1993) keluarga dapat dibedakan dalam berbagai macam
bentuk.

a. Berdasarkan keanggotaannya
Berdasarkan keanggotaannya
- keluarga batih (nuclear family) : keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak.
- keluarga luas (extended family) : keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih.

b. Berdasarkan garis keturunannya

keluarga patrilinial (garis keturunan ditarik dari pria atau ayah)


keluarga matrilineal (garis keturunan ditarik dari wanita atau ibu)
keluarga bilateral (garis keturunan ditarik dari pria dan wanita atau ayah dan ibu).

c. berdasarkan pemegang kekuasaannya

keluarga patriarhat (patriarchal), yaitu dominasi kekuasaan berada pada pihak ayah;
keluarga matriarhat (matriarchal), yaitu dominasi kekuasaan berada pada pihak ibu
keluarga equalitarian, yaitu ayah dan ibu mempunyai kekuasaan yang sama.

d. Berdasarkan bentuk perkawinannya

keluarga monogami, yaitu pernikahan antara satu orang laki-laki dan satu orang perempuan
keluarga poligami, yaitu pernikahan antaraa satu orang laki-laki dengan lebih dari satu orang
perempuan
keluarga poliandri, yaitu satu orang perempuan mempunyai lebih dari satu orang suami pada
satu saat
e. Berdasarkan status sosial ekonominya
keluarga golongan rendah, keluarga golongan menengah
keluarga golongan tinggi.

f. berdasarkan keutuhannya

- keluarga utuh
- keluarga pecah atau bercerai
- keluarga pecah semu, yaitu keluarga yang tidak bercerai tetapi hubungan antara
suami dengan istri dan dengan anak-anaknya sudah tidak harmonis lagi.
Fungsi keluarga, antara lain fungsi affeksi, fungsi biologis, fungsi proteksi,
fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi religius, fungsi rekreasi, dsb. Namun menurut
antroplog bernama George Peter Murdock (Sudardja Adiwikarta, 1988), terdapat empat
fungsi keluarga yang bersifat universal, yaitu:
- Sebagai pranata yang membenarkan hubungan seksual antara pria dan wanita
dewasa berdasarkan pernikahan.
- Mengembangkan keturunan.
- Melaksanakan pendidikan.
- Sebagai kesatuan ekonomi.
Salah satu fungsi keluarga adalah untuk melaksanakan pendidikan. Dalam hal ini orang
tua (ibu dan ayah) berperan sebagai pengemban tanggung jawab pendidikan anak. Secara
kodrati orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anak, dan atas kasih sayangnya orang
tua mendidik anak-anaknya. Orang yang berperan sebagai pendidik bagi anak di dalam
keluarga utamanya adalah ayah dan ibu.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang bersifat informal, artinya bahwa
suatu keluarga dibangun bukan pertama-tama sebagai pranata pendidikan, namun demikian,
pada kenyataanya secara wajar di dalam keluarga berlangsung pendidikan yang
diselenggarakan orang tua kepada anak-anaknya. Cara-cara pelaksanaan pendidikan dalam
keluarga berlangsung tidak dengan cara-cara yang formal dan artificial, melainkan melalui
cara-cara dan dalam suasana yang wajar.
Sejak kelahirannya, anak mendapatkan pengaruh dan pendidikan dari keluarganya.
Pendidikan yang dilakukan dalam keluarga sejak anak masih kecil akan menjadi dasar bagi
pendidikan dan kehidupannya di masa datang. Pengalaman yang diterima anak semasa
kecil akan menentukan sikap hidupnya dikemudian hari. Sehubungan dengan itu keluarga
merupakan peletak dasar pendidikan anak.
Sekalipun tujuan pendidikan dalam keluarga tidak dirumuskan secara tersurat, tetapi
dari apa yang tersirat dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan dalam keluarga adalah
agar anak menjadi pribadi yang mantap, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang
baik. Sehubungan dengan itu, pendidikan dalam keluarga dapat dipandang sebagai
persiapan ke arah kehidupan anak dalam masyarakatnya.
 Pendidikan Informal dalam Masyarakat.
Pendidikan informal dalam masyarakat antara lain dapat berlangsung melalui adat
kebiasaan, pergaulan anak sebaya, upacara adat, pergaulan di lingkungan kerja, permainan,
pagelaran kesenian, dan bahkan melalui percakapan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Pola
Sikap Guru kepada Siswa dan Implikasinya terhadap Fungsi dan Tipe Guru.
David Hargreaves (Sudarja Adiwikarta, 1988) mengemukakan tiga kemungkinan pola
sikap guru terhadap muridnya serta implikasinya terhadap fungsi dan tipe/kategori guru
1. Pola Pertama: Guru berasumsi bahwa para muridnya belum menguasai kebudayaan,
sedangkan pendidikan diartikan sebagai enkulturasi (pembudayaan). Implikasinya
maka
tugas dan fungsi guru adalah menggiring murid-muridnya untuk mempelajari hal-hal yang
dipilihkan oleh guru dengan peretimbangan itulah yang terbaik bagi mereka. Tipe guru dalam
kategori ini dinamakan Hargreaves sebagai penjinak atau penggembala singa (“lion tamer”).
2. Pola Kedua: Guru berasumsi bahwa para muridnya mempunyai dorongan untuk belajar
yang harus meghadapi materi pengajaran yang baru baginya, cukup berat dan kurang
menarik. Implikasinya maka tugas guru adalah membuat pengajaran menjadi menyenangkan,
menarik dan mudah bagi para muridnya. Tipe guru demikian dikategorikan sebagai
penghibur atau “entertainer”.
3. Pola Ketiga: Guru berasumsi bahwa para muridnya mempunyai dorongan untuk belajar,
ditambah dengan harapan bahwa murid harus mampu menggali sendiri sumber belajar, dan
harus mampu mengimbangi dan berperan dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus
berubah, bahkan dengan kecepatan yang semakin meningkat. Implikasinya guru harus
memberikan kebebasan yang cukup luas kepada murid. Baik secara individual maupun
kelompok kecil, guru dan murid bersama-sama menyusun program kurikuler. Hubungan
guru-murid didasari kepercayaan, dan arah belajar-mengajar adalah pengembangan
kemampuan dan kemauan belajar di kalangan murid. Tipe guru demikian dikategorikan oleh
Hargreaves sebagai “guru romantik” (romantic).

B. Pendidikan Sosialisasi Dan Enkulturasi

Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menysuaikan alam


pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup
dalam kebudayaannya. Proses ini berlangsung sejak kecil, mulai dari lingkungan kecil
(keluarga) ke lingkungan yang lebih besar (masyarakat). Misalnya anak kecil menyesuaikan
diri dengan waktu makan dan waktu minum secara teratur, mengenal ibu, ayah, dan anggota-
anggota keluarganya, adat, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam keluarganya, dan
seterusnya sampai ke hal-hal di luar lingkup keluarga seperti norma, adat istiadat, serta hasil-
hasil budaya masyarakat.Dalam masyarakat ia belajar membuat alat-alat permainan, belajar
membuat alat-alat kebudayaan, belajar memahami unsur-unsur budaya dalam masyarakatnya.
Pada mulanya, yang dipelajari tentu hal-hal yang menarik perhatiannya dan yang konkret.
Kemudian sesuai dengan perkembangan jiwanya, ia mempelajari unsur-unsur budaya lainnya
yang lebih kompleks dan bersifat abstrak.
Di samping enkulturasi, terdapat sosialisasi. Sosisalisasi adalah proses
pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-
kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal,
dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di
mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di
mana ia menjadi anggota.
Di mana-mana, di berbagai kebudayaan, sosialisasi tampak berbeda-
beda tetapi juga sama. Meskipun caranya berbeda, tujuannya sama,
yaitu membentuk seorang manusia menjadi dewasa. Proses
sosialisasi seorang individu berlangsung sejak kecil. Mula-
mula mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-
individu lain dalam lingkungan terkecil (keluarga), kemudian dengan teman-
teman sebaya atau sepermainan yang bertetangga dekat, dengan saudara sepupu,
sekerabat, dan akhirnya dengan masyarakat luas.
Apakah perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi? M.J.Herskovits berpendap
at bahwa perbedaan antara enculturation (enkulturasi) dengan socialization (sosialisasi)
adalah sebagai berikut
1. Enculturation (enkulturasi )adalah suatu proses
bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar,
mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat.
2. .Socialization
(sosialisasi) adalah suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan n
orma-norma yang
berlaku dalam keluarganya. Secara singkat perbedaan antara enkulturasi dan
sosialisas i adalah dalam enkulturasi seorang individu mempelajari dan menyesuaikan
alam pikira nnya dengan lingkungan kebudayaannya, sedangkan sosialisasi individu
melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosial.
Sosialisasi dan Enkulturasi ditinjau dari sudut masyarakat, sosialisasi dan enkulturasi m
erupakan fungsi masyarakat dalam rangka mengantarkan setiap individu khususnya ked
alam generasi muda, kedalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya.
(Juliardi bachtiar., 2011. Ekulturasi dan Sosialisasi.[online])

C. Pendidikan Sebagai Pranata Sosial


Pranata sosial, menurut Theodorson G.A bahwa pranata sosial suatu sistem peran dan
norma sosial butuhan atau yang berhubungan dan terorganisasi di sekitar pemenuhan
kebutuhan atau fungsi sosial yang penting(sudarja Adiwikarta,1988). Sedangkan Komblum
mendefinisikan sebagai suatu struktur statsdn peranan yang diarahkan kepada pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar anggota masyarakat. Pranata sosial adalah suatu sistem aktvitas
yang khas dari suatu kelakuan berpola yang dilakukan oleh berbagai individu atau manusia
yang mempunyai status dan peran masing-masing yang saling berhubungan atau mempunyai
struktur, mengacu kepada sistem ide,nilai dan norma atau tata kelakuan tertentu dengan
menggunakan berbagai peralatan dan aktiftas yang berungsi untuk memenuhu kebutuhan
dasar anggota masyarakat. Jenis Pranata Sosial antara lain :
1. Pranata ekonomi
2. Pranata politik
3. Pranata agama
4. Pranata pendidikan
Pranata pendidikan merupakana salah satu pranata sosial dalam rangka proses sosialisasi
dan ekulturasi untuk mengantarkan individu ke dalam kehidupan bermasyrakat dan
berbudaya serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya.
Melalui pranata pendidikan sosialisasi dan enkulturasi diselenggarakan oleh masyarakat ,
sehingga dengan demikian eksitensi masyarakat dan kebudayaannya dapat bertahan
sekalipun individu -individu anggota masyarakatnya berganti karena terjadinya kelahiran,
kematian dan pepindahan.

D. Pendidikan Informal, Formal, Dan Non Formal


1. Pendidikan Nonformal Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Pasal 1 ayat 12 UU RI No. 20 Tahun 2003).
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan, pengetahuan, dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian professional.
Pendidikan Nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidik manusia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan kerja dan pelatihan kerja serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan Nonformal terdiri atas lembaga kursus, pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil
pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah
melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
2. Pendidikan Informal
Lingkungan pendidikan Informal
Penjelasan pendidikan informal adalah pendidikan yang berlangsung atau terselenggara
secara wajar(alamiah) di dalam lingkungan hidup sehari-hari. Pendidikan informal antara lain
berlangsung di dalam keluarga,pergaulan, anak sebaya, pergaulan di tempat kerja dll.
a. Sebagai contoh Pendidikan Informal di dalam keluarga, keluarga sendiri merupakan
unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat di setiap tempat dimanapun.
b. Jenis atau bentuk keluarga, menurut kamanto sunarto(1993), keluarga dapat dibedakan dalam
berbagai macam bentuk. Berdasarkan keanggotaan, keluarga dapat dibedakan menjadi
keluarga batih atau keluarga luas. Keluarga batih adalah keluarga terkecil atas ayah ibu dan
anak. Sedangkan keluarga luas adalah keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih
seperti kaka, saudara dan lain sebagainya.
c. Fungsi keluarga diantaranya:
1. Sebagai pranata yang membenarkan hubungan seksusal antara pria dan wanita dewasa
berdasarkan pernikahan.
2. Mengembangkan keturunan.
3. Melaksanakan Pendidikan.
4. Sebagai kesatuan ekonomi.

3. Pendidikan Formal

Sebagai lembaga pendidikan ormal, sekolah merupakan kesatuan kegiatan-kegiatan


menyelenggarakan pembelajaran yang dilakukan oleh para petugas khusus dengan cara-cara yang
terencana dan teratur menurut tatanan nilai dan norma yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Redja Mudyahardjo( Odang Muchtar,1991) antara lain
mengemukakan bahwa sebagai lembaga pendidikan formal sekolah mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
a. Sekolah mempunyai fungsi atau tugas khusus dalam bidang pendidikan.
b. Sekolah mempunyai tatanan nilai dan norma yang dinyatakan secara tersurat
c. Sekolah mempunyai program yang terorganisi dengan ketat.
d. Kredensialis dipandang penting baik dalam, penerimaan siswa baru maupun untuk
menunjukan bukti kelulusan.
Faktor-faktor yang mendorong perlunya pendidikan seumur hidup yaitu :
1. Adanya keterbatasan pendidikan sekolah
2. Terjadinya perubahan masyarakat dan peranan sosial
3. Pendayagunaan sumber pendidikan yang belum optimal
Pendidikan sepanjang hayat tedapat berbagai lembaga pendidikan atau lembaga
pendidikan atau agen sosialisasi (agents of socialization) antara lain: keluarga, taman
bermain, sekolah media massa, kursus-kursus. Pross pendidikan yang berlangsung di
berbagai lingkungan atau lembaga tersebut bersifat informal, non formal dan forma
E. Pendidikan, Masyarakat, Dan Kebudayaaan
Adanya hubungan timbal balik antara pendidikan dengan masyarakat dan
kebudayaannya. Di dalam masyarakat terdapat pranata-pranata lain atau subsistem-
subsistem lainya, terdapat hubungan fungsional antara pranata pendidikan dengan pranata-
pranata lainnya, bahkan juga dengan masyarakat sebagai sistem yang melingkupinya.
Terdapat hubungan timbal balik antara pranata pendidikan masyarakat dan kebudayaan. Perlu
di dasari bahwa pranata pendidikan, baik tujuan, isi kurikulum, cara-cara pelaksanaannya,
hendaknya di sesuaikan dengan kedaan serta harapan lingkungan masyarakat dn
kebudayaannya.
Dalam hubungan dengan keadaan serta harapan masyarakat dan kebudayaannya, pranata
pendidikan memiliki dua fungsi utama, yaitu :
1. Fungsi konservasi
Dalam hal iniDalam hal ini, pranata pendidikan berfungsi untuk
mentransmisikan/mewariskan atau melestarikan dan/atau mempertahannkan kelangsungan
eksistensi masyarakat.
2. Fungsi inovasi/kreasi/transformasi
Dalam hal ini, pranata pendidikan berfungsi untuk melakukan perubahan dan pembaharuan
masyarakat beserta nilai-nilai budayanya.
Kedua fungsi pendidkan sebagaimana dikemukakan diatas, yaitu fungsi konservasi
dan fungsi inovasi pendidikan bagi masyarakat dan kebudayaannya dapat kita pahami dan
riil terjadi didalam kehidupan masyarakat. Didalam masyarakat terdapat nilai-nilai,
pengetahuan dan kelakuakn-kelakuan berpola dan masih relevan dan dipandang baik yang
harus tetap dilestarikan. Adapun untuk melestarikan dan melakukan pembaharuan atau
perubahan tersebut masyarakat perlu melakukannya melalui pendidikan, atau melalui apa
yang didalam antropologi disebut enkulturasi.Kedua fungsi pendidkan sebagaimana
dikemukakan diatas, yaitu fungsi konservasi dan fungsi inovasi pendidikan bagi masyarakat
dan kebudayaannya dapat kita pahami dan riil terjadi didalam kehidupan masyarakat.
Didalam masyarakat terdapat nilai-nilai, pengetahuan dan kelakuakn-kelakuan berpola dan
masih relevan dan dipandang baik yang harus tetap dilestarikan. Adapun untuk melestarikan
dan melakukan pembaharuan atau perubahan tersebut masyarakat perlu melakukannya
melalui pendidikan, atau melalui apa yang didalam antropologi disebut enkulturasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat, dan kita juga tahu masyarakat sudah pasti
berkebudayaan, namun perlu diingat antara masyarakat dan kebudayaan tidak sama, tetapi
berhubungan erat. Dalam hal ini masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan
menjadi kajian pokok antropologi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat
lebih mendasar dan merupakan tanah dimana kebudayaan itu berpijak.
Dari masing-masing tujuan pembelajaran sosiologi pendidikan dan antropologi
pendidikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sosio-antropologi pendidikan
antara lain adalah agar kita :
 Dapat melihat dengan jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok
atau masyarakat.
 Mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat dan dapat melihat dunia atau budaya
lain yang belum kita ketahui sebelumnya.
 Semakin memahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat
lain.
 Lebih tanggap, kritis dan rasional menghadapi gejala sosial masyarakat yang
makin kompleks
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Juliardi., 2011, Ekulturasi dan Sosialisasi.[online]


https://juliardibachtiar.wordpress.com/2011/03/30/enkulturasi-dan-sosialisasi/
Musbir, Pustaka.,2013.Landasan Antropologi Pendidikan.[online]
http://musbir.blogspot.com/2012/09/landasan-antropologi-
pendidikan.html#ixzz3umMxFdHT
Syaripudin, T. dkk.. (2007).Landasan Pendidikan. Percikan Ilmu, Bandung

Anda mungkin juga menyukai