A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan,
setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang
dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya.
Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya
harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi,
agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara.
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-
hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari
ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda
dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal
dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti
sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan
sosialnya.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang
berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk
sosial. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
1. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang
lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2. David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.
3. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
(Pustaka Musbir., 2013. Landasan Antropologi Pendidikan.[online] )
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari individu, masyarakat, dan budaya?
2. Bagaimana fungsi masyarakat dalam sosialisasi dan enkulturasi pendidikan?
3. Apa maksud dari pendidikan sebagai pranata sosial ?
4. Bagaimana pendidikan informal,non formal dan formal dalam pranata pendidikan ?
5. Bagaimana hubungan timbal balik antara pendidikan dengan masyarakat dan kebudayaan ?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak di capai adalah mengetahui pengertian dari individu, masyarakat,
dan budaya itu sendiri, mengetahui apa fungsi masyarakat dalam sosialisasi dan enkulturasi ,
mengetahui pendidikan sebagai pranata sosial dan mengetahui hubungan timbal balik antara
pendidikan dengan masyarakat dan kebudayaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Berdasarkan keanggotaannya
Berdasarkan keanggotaannya
- keluarga batih (nuclear family) : keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak.
- keluarga luas (extended family) : keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih.
keluarga patriarhat (patriarchal), yaitu dominasi kekuasaan berada pada pihak ayah;
keluarga matriarhat (matriarchal), yaitu dominasi kekuasaan berada pada pihak ibu
keluarga equalitarian, yaitu ayah dan ibu mempunyai kekuasaan yang sama.
keluarga monogami, yaitu pernikahan antara satu orang laki-laki dan satu orang perempuan
keluarga poligami, yaitu pernikahan antaraa satu orang laki-laki dengan lebih dari satu orang
perempuan
keluarga poliandri, yaitu satu orang perempuan mempunyai lebih dari satu orang suami pada
satu saat
e. Berdasarkan status sosial ekonominya
keluarga golongan rendah, keluarga golongan menengah
keluarga golongan tinggi.
f. berdasarkan keutuhannya
- keluarga utuh
- keluarga pecah atau bercerai
- keluarga pecah semu, yaitu keluarga yang tidak bercerai tetapi hubungan antara
suami dengan istri dan dengan anak-anaknya sudah tidak harmonis lagi.
Fungsi keluarga, antara lain fungsi affeksi, fungsi biologis, fungsi proteksi,
fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi religius, fungsi rekreasi, dsb. Namun menurut
antroplog bernama George Peter Murdock (Sudardja Adiwikarta, 1988), terdapat empat
fungsi keluarga yang bersifat universal, yaitu:
- Sebagai pranata yang membenarkan hubungan seksual antara pria dan wanita
dewasa berdasarkan pernikahan.
- Mengembangkan keturunan.
- Melaksanakan pendidikan.
- Sebagai kesatuan ekonomi.
Salah satu fungsi keluarga adalah untuk melaksanakan pendidikan. Dalam hal ini orang
tua (ibu dan ayah) berperan sebagai pengemban tanggung jawab pendidikan anak. Secara
kodrati orang tua bertanggung jawab atas pendidikan anak, dan atas kasih sayangnya orang
tua mendidik anak-anaknya. Orang yang berperan sebagai pendidik bagi anak di dalam
keluarga utamanya adalah ayah dan ibu.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang bersifat informal, artinya bahwa
suatu keluarga dibangun bukan pertama-tama sebagai pranata pendidikan, namun demikian,
pada kenyataanya secara wajar di dalam keluarga berlangsung pendidikan yang
diselenggarakan orang tua kepada anak-anaknya. Cara-cara pelaksanaan pendidikan dalam
keluarga berlangsung tidak dengan cara-cara yang formal dan artificial, melainkan melalui
cara-cara dan dalam suasana yang wajar.
Sejak kelahirannya, anak mendapatkan pengaruh dan pendidikan dari keluarganya.
Pendidikan yang dilakukan dalam keluarga sejak anak masih kecil akan menjadi dasar bagi
pendidikan dan kehidupannya di masa datang. Pengalaman yang diterima anak semasa
kecil akan menentukan sikap hidupnya dikemudian hari. Sehubungan dengan itu keluarga
merupakan peletak dasar pendidikan anak.
Sekalipun tujuan pendidikan dalam keluarga tidak dirumuskan secara tersurat, tetapi
dari apa yang tersirat dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan dalam keluarga adalah
agar anak menjadi pribadi yang mantap, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang
baik. Sehubungan dengan itu, pendidikan dalam keluarga dapat dipandang sebagai
persiapan ke arah kehidupan anak dalam masyarakatnya.
Pendidikan Informal dalam Masyarakat.
Pendidikan informal dalam masyarakat antara lain dapat berlangsung melalui adat
kebiasaan, pergaulan anak sebaya, upacara adat, pergaulan di lingkungan kerja, permainan,
pagelaran kesenian, dan bahkan melalui percakapan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Pola
Sikap Guru kepada Siswa dan Implikasinya terhadap Fungsi dan Tipe Guru.
David Hargreaves (Sudarja Adiwikarta, 1988) mengemukakan tiga kemungkinan pola
sikap guru terhadap muridnya serta implikasinya terhadap fungsi dan tipe/kategori guru
1. Pola Pertama: Guru berasumsi bahwa para muridnya belum menguasai kebudayaan,
sedangkan pendidikan diartikan sebagai enkulturasi (pembudayaan). Implikasinya
maka
tugas dan fungsi guru adalah menggiring murid-muridnya untuk mempelajari hal-hal yang
dipilihkan oleh guru dengan peretimbangan itulah yang terbaik bagi mereka. Tipe guru dalam
kategori ini dinamakan Hargreaves sebagai penjinak atau penggembala singa (“lion tamer”).
2. Pola Kedua: Guru berasumsi bahwa para muridnya mempunyai dorongan untuk belajar
yang harus meghadapi materi pengajaran yang baru baginya, cukup berat dan kurang
menarik. Implikasinya maka tugas guru adalah membuat pengajaran menjadi menyenangkan,
menarik dan mudah bagi para muridnya. Tipe guru demikian dikategorikan sebagai
penghibur atau “entertainer”.
3. Pola Ketiga: Guru berasumsi bahwa para muridnya mempunyai dorongan untuk belajar,
ditambah dengan harapan bahwa murid harus mampu menggali sendiri sumber belajar, dan
harus mampu mengimbangi dan berperan dalam kehidupan masyarakat yang terus menerus
berubah, bahkan dengan kecepatan yang semakin meningkat. Implikasinya guru harus
memberikan kebebasan yang cukup luas kepada murid. Baik secara individual maupun
kelompok kecil, guru dan murid bersama-sama menyusun program kurikuler. Hubungan
guru-murid didasari kepercayaan, dan arah belajar-mengajar adalah pengembangan
kemampuan dan kemauan belajar di kalangan murid. Tipe guru demikian dikategorikan oleh
Hargreaves sebagai “guru romantik” (romantic).
3. Pendidikan Formal
A. KESIMPULAN
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat, dan kita juga tahu masyarakat sudah pasti
berkebudayaan, namun perlu diingat antara masyarakat dan kebudayaan tidak sama, tetapi
berhubungan erat. Dalam hal ini masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan
menjadi kajian pokok antropologi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat
lebih mendasar dan merupakan tanah dimana kebudayaan itu berpijak.
Dari masing-masing tujuan pembelajaran sosiologi pendidikan dan antropologi
pendidikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sosio-antropologi pendidikan
antara lain adalah agar kita :
Dapat melihat dengan jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun anggota kelompok
atau masyarakat.
Mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat dan dapat melihat dunia atau budaya
lain yang belum kita ketahui sebelumnya.
Semakin memahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat
lain.
Lebih tanggap, kritis dan rasional menghadapi gejala sosial masyarakat yang
makin kompleks
DAFTAR PUSTAKA