Anda di halaman 1dari 26

Hakikat Kebudayaan dan Pendidikan Multikultural

A. Hakikat Kebudayaan
Budaya merupakan istilah yang banayak dan digunakan hampir dalam setiap aktifitas
sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa budaya begitu dengan lingkungan kita.

1. Pengertian Kebudayaan
Kata budaya/kultur (culture ) di pandang penting karena kata ini membentuk dan
merupakan bagian dari istilah Pendidikan Multikultural. Tanpa kita mengetahui arti
budaya/kultur kita akan sulit memahami implikasi Pendidikan Multikultur secara utuh.
Dalam istilah Bahasa Inggris, “budaya” adalah culture, yang berasal dari kata lain
colere yang berarti “mengolah, mengerjakan” terutama mengolah tanah atau bertani
(Koentjaraningrat, 2000). Hal ini berarti bahwa budaya merupakan aktivitasmanusia. Bukan
aktivitas makhluk yang lain dan menjadi ciri manusia. Dari sudut antropologi budaya,
mengkatagorikan temuan artifak yang disebut “Pithecanthropus Erectus” (manusia kera yang
berdiri tegak), “Homo Solosiensis” sebagai manusia atau bukan. Didasarkan pada
kemampuan artifak itu saat hidup dalam menciptakan benda budaya.
Manusia dapat dilihat dari keddukannya sebagai homo huanus,homo socius dan
homoeducandum. Humanus berasal dari bahasa latin yang berarti lebih halus, berbudaya dan
manusiawi. Manusia akan selalu mencipta, menikmati dan merasakan hal-hal yang bisa
membuat dia lebih halus, berbudaya dan manusiawi. Manusia menyukai musik, menari atau
berperilaku sopan. Semua itu di dorong oleh kodratnya sebagai manusia sebagai homo
humanus.
Selain sebagai makhluk yang berbudaya, manusia juga makhluk yang selalu
berinteraksi dan tidak terlepas dari orang lain (homo socius). Dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, manusia menggunakan simbol (homo simbolicum). Manusia akan banyak
menggunakan benda-benda sebagai simbol untuk mengekspresikan sesuatu.
Menurut Margaret Mead (1901-1978) budaya adalah perilaku yang dipelajari oleh
sebuah masyarakat atau sub kelompok. Koentjaraningrat mengartikan budaya dalam arti
sempit dan luas. Dalam arti sempit budaya itu adalah kesenian (koentjaraningrat,2000).
Secara luas, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan dan karya
manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya. Kita lihat pengertian yang dibuat oleh Koentjaraningrat itu sangat luas yang
mencakup seluruh aktivitas manusia.
Pengertian kebudayaan ini di fokuskan pada pendapat Bullivant yang mendefinisikan
budaya sebagai program bertahan hidup dan adaptasi suatu kelompok dengan lingkungannya.
Program budaya terdiri dari pengetahuan , konsep, nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota
kelompok melalui sistem komunikasi. (Banks,1993:8). Kebudayaan juga terdiri dari
keyakinan, simol, dan interpretasi dalam kelompok manusia. Esensi budaya bukan pada
benda, alat, atau elemen budaya yang terlihat lainnya namun bagaimana kelompok
menginterpretasikan, menggunakan, dan merasakannya. Orang-orang di dalam suatu
kebudayaan biasanya menginterpretasikan makna simbol, benda dan perilaku menurut cara
yang sama atau yang serupa (Banks,1993:8) dan ada kemungkinan orang
menginterpretasikan secala lain pada suatu perilaku yang sama. Semua kebudayan
menggunakan bahasa tubuh (body language) untuk berkomunikasi. Ada kebudayaan yang
lebih banyak menggunakan bahasa tubuh dibandingkan dengan yang lainnya. Masalah
menggunakan bahasa tubuh untuk komunikasi dapat terjadi jika dua makna yang
bertentangan menggambarkan satu gerakan tubuh. Misalnya di Bulgaria, menganggukan
berarti “tidak” dan menggelengkan kepala berati “iya” (Axtel,1995) sedangkan di tempat lain
umumnya mengartikan sebaliknya.

2. Unsur-unsur Budaya
E.B.Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai hal yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, huukum, adat istiadat,dan kemampuan serta kebiasaan lain yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Koentjaraningrat lebih sistematis dalam
memerinci unsur-unsur kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat
(2000:2) adalah sebagai berikut :

1. Sistem religi dan upacara keagamaan


2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian hidup
7. Sistem teknologi dan peralatan
Secara garis besar unsur-unsur yang berada di urutan bagian atas merupakan unsur yang lebih
sukar berubah daripada unsur-unsur dibawahnya. Namun perlu diperhatikan, karena ada
kalanya sub unsur dari suatu unsur di bawahnya lebih sukar di ubahnya dari pada sub unsur
dari suatu unsur yang tercantum di atasnya. Unsur-unsur yang diurutkan diatas merupakan
unsur budaya yang universal dalam arti ada dimanapun, kapanpun dan belaku kepada
siapapun. Artinya di belahan dunia manapun ada ketujuh unsur itu. Dalam sejarah manusia
baik yang primitif maupun yang modern ketujuh unsur itu berlaku kepada siapapun yang
dinamakan “manusia”.
Kebudayaan memberi pengetahuan dan ide tentang dan untuk berperilaku. Artinya, orang
harus mengetahui jenis pengetahuan dan ide yang harus digunakan pada jenis perilaku
tertentu yang sesuai (untuk berperilaku) dan juga untuk memahami perilaku tentang apa yang
dia lihat (tetang perilaku).
3. Wujud Kebudayaan
Kalau kita perhatikan definisi budaya seperti diuraikan di atas, maka wujud
kebudayaan (Koentjaraningrat,2000:5) biasa terdiri dari :

1. Wujud idiil (adat tata kelakuan) yang bersifat abstrak, tak dapat diraba. Terletak di alam
pikiran dari warga masyarakat di mana kebudayan yang bersangkutan itu hidup, yang
nampak pada karangan, lagu-lagu. Fungsinya adalah mengatur, penata, pengendali, dan
pemberi arah kelakuan manusia dalam masyarakat. Adat terdiri atas beberapa lapisan, yaitu
sistem nilai budaya, sistem norma-norma, dan peraturan khusus mengenai berbagai aktivitas
sehari-hari ( aturan sopan dan santun) yang paling kongkrit dan terbatas ruang lingkupnya.

2. Wujud kedua adalah sistem sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi yang selalu mengikuti pola
tertentu. Sifatnya kongkrit, bisa diobservasi.
3. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda
yang dapat diraba dan dilihat.
Ketiga wujud dari kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tidak terpisah
satu dengan yang lain. Kebudayaan idiil memberi arah pada perbuatan dan karya manusia.
Pikiran atau ide dan karya manusia menghasilkan benda kebudayaan fisik. Sebaliknya
kebudayaan fisik membetuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin
menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pola perbuatan,
bahkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.
4. Budaya dan Lingkungan
Keberhasilan bertahan hidup suatu kelompok tergantung pada jenis lingkungan yang
dihadapi kelompok. Pertama, ada lingkungan geografi, atau di habitat fisik. Lingkungan ini
memberi berbagai keunikan alamiah dimana kelompok sosial itu beradaptasi dengan atau
mengubah lewat teknologinya.
Kedua, anggota kelompok sosial harus hidup bersama dan berinteraksi. Beberapa
kelompok sosial ini ada interaksi lokal dan memungkinkan interaksi tatap muka, sedangkan
yang lain lebih berjarak. Dalam skala dunia kelompok sosial utama seperti negara hidup
dalam lingkungan sosial, regional, global dan harus beradaptasi dengan negara lain.
Ketiga, ada suatu jenis lingkungan yang biasanya kita tidak memikirkannya karena
tidak terlihat atau berinteraksi di dalam dunia ini Namun nyatanya sangat mempengaruhi
hidupjutaan manusia seperti dunia spiritual yang biasa disebut lingkungan metafisik. Satu
cara untuk memuaskan kebutuhan akan makna ini adalah mengembangkan keyakinan bahwa
hidup di tentukan oleh sesuatu yang lebih tinggi, seperti tuhan atau hal– hal supernatural
lainnya. Lingkungan ini berlokasi di luar pengalaman di sini dan kini. Atau transenden
(melampaui dunia).

5. Budaya dan Non Budaya


Non Budaya mencakup benda yang keberadaannya sudah dengan sendirinya atau
ciptaan Tuhan yang belum mendapat sentuhan aktivitas manusia benda-benda alamiah seperti
batu, pohon, gunung, tanah, planet. Sedangkan Budaya mencakup sesuatu yang
keberadaannya sudah mendapat sentuhan tangan manusia. Misalnya patung marmer onix,
bonsai, bangunan, aturan makanan dan lain-lain. Jadi, batu dan kayu dapat dipandang sebagai
Non Budaya bila didapatkan apa adanya sebagai batu, gunung, dan pepohonan. Namun,
menjadi sebuah budaya bila mendapat campur tangan manusia.

6. Pranata Budaya
Pranata yang ada dalam kebudyaan dikelompokkan berdasarkan kebutuhan hidup
manusia yang hidup manusia yang hidup dalam ruang dan waktu.
1. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship atau
domistic institutions). Misal : perkawinan, pengasuhan anak
2. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencaharian hidup.
Memproduksi, menimbun, dan mendistribusi harta benda (economic institutions) contoh :
pertanian, industri, koperasi, pasar
3. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia
supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna (edicational institutions). Contoh :
pengasuh anak, pendidkan dasar, menegah dan pendidika tinggi, pendidikan keagamaan,
pers.
4. Pranata yang memenuhi kebutuhan alamiah manusia menyelami alam semesta
(scientific institutions). Contoh : penjelajahan luar angkasa, satelit.
5. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan keindahannya dan
reaksi. Contoh : batik, seni rupa, seni gerak, seni drama, olah raga.
6. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan
Tuhan atau alam gaib. Contoh : masjid, do’a, kenduri, upacara, pantanagan, ilmu gaib.
7. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia. Contoh : perawatan
kecantikan, peliharaan kesehatan, kedokteran. (koentjaraningrat : 2008).

A. Hakikat Pendidikan Multikultural


Kebudayaan pada hakikatnya adalah program bertahan hidup dan beradaptasi dengan
lingkungan dan kebudayaan bisa berwujud gagasan,sistem sosial/prilaku dan hasil karya .
Dalam dunia multikultural harus mementingkan berbagai macam perbedaan antara yang satu
dengan yang lainnya dan menfokuskan pada pemahaman dan hidup bersama dalam konteks
sosial budaya yang berbeda. Pendidikan mulikultural harus dibelajarkan sejak dini, sehingga
anak akan mampu menerima dan memahami perbedaan budaya yang berdampak pada
perbedaan usage, folkways, mores, dan customs.Dengan pendidikan multicultural peserta
didik mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati, toleransi pada sesama
tanpa memandang golongan, status, gender, dan kemampuan akademik.

1. Pengertian Pendidikan Multikultural


Pengertian “multikultural” secara luas mencakup pengalaman yang membentuk
persepsi umum terhadap manusia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis identitas
budaya, bahasa, ras, dan kebutuhan khusus. Ketika membahas multikultural atau studi budaya
lainnya, maka konsep ethic dan emic akan selalu muncul. Ethic sebenarnya merupakan istilah
anthropogi yang dikembangkan Pike (1976). Istilah ini berasal dari kajian anthropologi
bahasa, yaitu phonemics yang merupakan studi yang mempelajari suara untuk bahasa tertentu
dan phonetics atau studi yang mempelajari bunyi-bunyian yang ditemukan pada semua
bahasa (universal) pada semua budaya. Pike memakai istilah Emic dan Ethic untuk
menjelaskan dua sudut pandang dan mempelajari multikultural.Ethic adalah sudut pandang
dalam mempelajari budaya dari luar sistem budaya itu, dan merupakan pendekatan awal
dalam mempelajari suatu sistem budaya yang asing. Sedangkan emic sebagai sudut pandang
merupakan studi perilaku dalam sistembudaya tersebut (Segall,1990). Ethic adalah aspek
kehidupan yang muncul konsisten pada semua budaya tertentu. Jadi, Ethic). Menjelaskan
universalitas suatu konsep kehidupan sedangkan emic menjelaskan keunikan dari sebuah
konsep budaya (Matsumoto.1996).
Pemahaman konsep ini sangat penting dan menjadi dasar dalam memahami budaya
dalam pendidikan Multikultural. Pendidikan multikultural merupakan suatu rangkaian
kepercayaan dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan
etnis di dalam pembentukan gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatab
pendidikan dari individu, kelompok maupun negara (Banks,2001). Di dalam pengertian ini
terdapat adanya pengakuan yang menilai penting aspek keragaman budaya dalam perilaku
manusia.
Lebih lanjut, James A. Banks dalam bukunya “Multicultural Education”
mendefenisikan pendidika multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan
proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga
pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa kebutuhan khusus, dan siswa yang
merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan
memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.
Jadi, pendidikan multikultural akan mencakup :
a. Ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya.
b. Gerakan pembaharuan pendidikan
c. Proses pendidikan.

2. Dasar Pendidikan Multikultural


Pendidikan Multikultural paling tidak menyangkut tiga hal yaitu :
1. Ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya
2. Gerakan pembaharuan pendidikan
3. Proses Pendidikan
Berikut ini akan diuraikan dasar yang membentuk perlunya Pendidikan Multikultur :
a. Kesadaran nilai penting keberagaman budaya
Pendidikan Multikultural berkaitan dengan ide bahwa semua siswa tanpa memandang
karakteristik budaya itu seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah.
Perbedaan yang ada itu merupakan keniscayaan atau kepastian adanya namun perbedaan itu
harus diterima secara wajar dan bukan untuk membedakan. Artinya perbedaan itu perlu kita
terima sebagai suatu kewajaran dan perlu sikap toleransi agar kita bisa hidup berdampingan
secara damai tanpa melihat unsur yang berbeda itu untuk membeda-bedakan.
b. Gerakan pembaharuan pendidikan
Ide penting yang lain adalah sebagian siswa ternyata ada yang memiliki kesempatan
yang lebih baik untuk belajar di sekolah favorit tertentu sedangkan siswa denan karakteristik
budaya yang berbeda tidak memiliki kesempatan itu .
c. Proses Pendidikan
Pendidkan Multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang tujuannya tidak
akan pernah terrealisasikan secara penuh. Pendidikan Multikultural adalah proses terjadi
Pendidikan Multikultural harus dipandang sebagai suatu proses yang terus-menerus, dan
bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama dari Pendidikan
Multikultural adalah untuk memperbaiki prestasi secara utuh bukan sekedar meningkatkan
skor.
3. Rasionalita Arti Pentingnya Keberadaan Pendidikan Multikultural
Pendidkan Multikultural dapat menjadi elemen yang kuat dalam kurikulum Indonesia
untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan hidup. Jadi, sangat relevan bagi sekolah
di Indonesia untuk menerapkan Pendidikan Multikultural dapat melatih siswa untuk
menghormati dan toleransi terhadap semua kebudayaan.
Pendidikan Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang
didasarkan pada keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat
menjelaskan perilaku manusia. Budaya memiliki peranan yang sangat besar di dalam
menentukan arah kerjasama maupun konflik antar sesama manusia.
Pendidikan Multi kultural dipresepsikan sebagai suatu jembatan untuk mencapai
kehidupan bersama dari umat manusia didalam era globalisai yang penuh tantangan baru.
Pertemuan antarbudaya bisa berpotensi memberi manfaat tetapi sekaligus menimbulkan salah
paham. Itulah rasional yang menunjukkan arti pentingnya keberadaan Pendidikan
Multikultural.

4. Tujuan Pendidikan Multikultural


Tujuan Pendidikan Multikultural dapat mencakup tiga aspek belajar (kognitif, efektif,
dan tindakan) dan berhubungan baik nilai-nilai intrinsik maupun nilai instrumental
Pendidikan Multikultural. Tujuan Pendidikan Multikultural mencakup :
a. Pengembangan Literatis Etnis dan Budaya
Salah satu alasan utama gerakanuntuk memperbaiki Pendidikan Multikultural dalam
program sekolah adalah untuk memperbaiki kelalaian dalam penyusunan kurikulum. Tujuan
utama Pendidikan Multikultural adalah mempelajari tentang latar belakang sejarah, bahasa,
karakteristik budaya, sumbangan, peristiwa kritis, individu yang berpengaruh, dan kondisi
sosial, politik, dan ekonomi dari berbagai kelompok etnis mayoritas dan minoritas.
Pengetahuan tentang pluralisme budaya merupakan dasar yang diperlukan untuk
menghormati, mengapresiasi, menilai, dan memperingati keragaman, baik lokal, nasional,
maupun internasional
b. Perkembangan Pribadi
Dasar psikologis Pendidikan Multikultural menekankan pada pengembangan
pemahaman diri yng lebih besar, konsep diri yang positif, dan kebanggaan pada identitas
pribadinya. Penekanan bidang ini merupakan bagian tujuan Pendidikan Multikultural yang
berkontribusi pada perkembangan pribadi siswa, yang berisi pemahaman yang lebih baik
tentang diri yang pada akhirnya berkontribusi terhadap keseluruhan prestasi intelektual,
akademis, dan sosial siswa.
c. Klarifikasi Nilai dan Sikap
Pendidikan Multikultural mengangkat nilai-nilai inti yang berasal dari prinsip martabat
manusia, keadilan, persamaan, kebebasan, dan demokrasi. Maksudnya adalah mengajari
generasi muda untuk menghargai dan menerima pluralisme etnis, menyadarkan bahwa
perbedaan budaya tidak sama dengan kekurangan atau kerendahan diri, dan untuk mengakui
bahwa keragaman merupakan bagian integral dari kondisi manusia.
d. Kompetensi Multikultural
Penting sekali bagi siswa untuk mempelajari bagaimana berinteraksi dan memahami
orang yang secara etnis, ras, dan kultural berbeda dari dirirnya. Pendidikan multikultural
dapat membantu siswa mempelajari bagaimana memahami perbedaan budaya tanpa membuat
pertimbangan nilai yang semena-mena tentang nilai intrinsiknya. untuk mencapai tujuan ini
anak dapat diberi pengalaman belajar dengan memberi berbagai kesempatan pada siswa
untuk mempraktekan kompetensi budaya dan berinteraksi dengan orang,pengalaman dan
situasi berbeda.
e. Kemampuan Keterampilan Dasar
Tujuan utama Pendidikan Multikultural adalah untuk memfasilitasi pembelajaran untuk
melatih kemampuan keterampilan dasar dari siswa yang berbeda secara etnis. Pendidikan
Multikultural dapat memperbaiki penguasaan membaca, menulis, dan keterampilan
matematika, materi pembelajaran, dan keterampiln proses intelektual seperti pemecah
masalah, berpikir kritis, dan pemecah konflik dengan memberi materi dan teknik yang lebih
bermakna untuk kehidupan dan kerangka berpikir dari siswa yang berbeda secara etnis.
Aspek lain dari Pendidikan Multikultural yang berkontribusi secara langsung pada level
pencapaian keterampilan dasar yang lebih tinggi adalah kesesuaian dengan gaya belajar dan
mengajar.
Jenis iklim sosial yang ada di kelas juga mempengaruhi kinerja siswa dalam tugas
akademis. Pengaruh ini terutama benar untuk kelompok etnis yang mempertimbangkan
hubungan sosial dan latar belakang informal untuk proses belajar.
f. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan
Tujuan persamaan Multikultural berkaitan erat dengan tujuan penguasaan keterampilan
dasar, namun lebih luas dan lebih filosofis. Untuk menentukan sumbangan komparatif
terhadap kesempatan belajar, pendidik harus memahami secara keseluruhan bagaiman budaya
membentuk gaya belajar, perilaku mengajar, dan keputusan pendidikan.
Aspek lain dari tujuan memasukkan informasi akurat dalam mengajarkan tentang
masyarakat adalah mengembangkan rasa kesadaran sosial, keberanian moral, dan komitmen
terhadap persamaan, dan memperoleh keterampilan dalam aktivitas politik untuk
mereformasi masyarakat untuk membuatnya lebih manusiawi, simpatik terhadap pluralisme
kultural, keadilan moral, dan persamaan. Oleh karena it tujuan multikultural untuk mencapai
persamaan dan keunggulan pendidikan mencakup kognitif, efektif, dan keterampilan
perilaku, disamping prinsip demokrasi.
g. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial
Tujuan terakhir dari pendidikan multikultural adalah memulai proses
perubahan disekolah yang pada akhirnya akan meluas kemasyarakat. Pendidikan
multikultural akan membantu siswa dari berbagai kelompok budaya yang berbeda dan
memperoleh keterampilan akademik yang dibutuhkan untuk fungsinya di dalam masyarakat
yang berpengetahuan , dan membantu siswa melampaui batas-batas budayanya dan
memperoleh pengetahuan sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk keterlibatanya di
dalam wacana publik dengan orang yang berbeda dengan dirinya .
h. Memiliki Wawasan Kebangsaan/Kenegaraan yang Kokoh
Dengan mengetahui kekayaan budaya bangsa itu akan tumbuh rasa kebangsaan yang
kuat. Rasa kebangsaan itu akan tumbuh dan berkembang dalam wadah negara Indonesia yang
kokoh. Untuk itu Pendidikan Multikultural perlu menambahkan materi,program dan
pembelajaran yang memperkuat rasa kebangsaan dan kenegaraan dengan menghilangkan
etnosentrisme, prasangka, diskriminalisasi dan stereotipe.
i. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa Sebagai Warga
Dunia
Siswa harus tetap dikenalkan dengan budaya lokal, harus diajak berpikir tentang apa
yang ada di sekitar lokalnya.
j. Hidup Berdampingan Secara Damai
Dengan melihat perbedaan sebagai sebuah keniscayaan, dengan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, dengan menghargai persamaan akan tumbuh sikap toleran terhadap kelompok
lain dan pada gilirannya dapat hidup berdampingan secara damai.
k. Fungsi Pendidikan Multikultural
Sejumlah fungsi yang menunjukkan pentingnya keberadaan dari Pendidikan
Multikultural. Fungsi tersebut adalah :
1. Memberi konsep diri yang jelas
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada
setiap masyarakat
4. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan partisipasi sosial dan keterampilan
kewarganegaraan
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa
Fungsi Pendidikan Multikultural yang mendasar adalah mempengaruhi perubahan sosial, dan
diperinci menjadi tiga yaitu :
1. Pebuhan diri
2. Perubahan sekolah dan persekolahan
3. Perubahan masyarakat

Teori dan Pendekatan Pendidikan Multikultural


A. Teori Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang membahas mengenai perbedaan
budaya dan etnis secara mengglobal sehingga pembelajarannya cukup rumit karena tidak
membahas hanya etnis dan budaya saja, tetapi juga membahas emic. Pendidikan multikultural
dalam pandangan para pakar mendefiniskan atau menjelaskan pendidikan multicultural dari
berbagai perspektifnya masing-masing. Para pakar yang mengeluarkan teori-teori tersebut
yaitu sebagai berikut:
a. Horrace Kallen
Horrace Kallen memberikan pendapat mengenai multicultural yaitu jika budaya suatu
bangsa memiliki banyak segi, nilai-nilai dan lainnya budaya tersebut disebut oleh Horrace
Kallen sebagai pluralisme budaya atau Cultularl Pluralism). Horrace menggambarkan
pluralism budaya sebagai penghargaan berbagai tingkat perbedaan, tetapi masih terdapat
dalam batas-batas dalam menjaga persatuan nasional. Kallen dalam penjelasannya mencoba
menggambarkan penjelasannya dalam lingkup daerah yaitu Amerika yang mana masing-
masing etnis dan budaya di Amerika saling berkontribusi unik sehingga menambah variasi
etnik dan budaya di Amerika. Dalam teorinya juga, Kallen menjelaskan sekaligus mengakui
bahwa budaya yang dominan dalam masyarakat harus juga diakui oleh masyarakat sendiri.
sebagai contoh yaitu keberagaman budaya yang ada di Jawa, budaya yang paling dominan di
Jawa yaitu budaya Jawa namun juga terdapat budaya-budaya yang sedikit dominan di Jawa
yang akan menambah variasi dan keberagaman budaya yang ada di Jawa.

b. Jams A. Banks
Jams A. Banks merupakan seorang yang dikenal sebagai perintis dari teori pendidikan
multicultural hal tersebut dikarenakan Banks lebih menekankan dan lebih terfokus pada
pendidikan multicultural. Menurut Banks, pendidikan lebih mengarah pada bagaimana
berfikir dari pada apa yang dipikirkan serta Banks juga menjelaskan bahwa siswa harus
diajari tentang bagaimana cara memahami berbagai jenis pengetahuan, konstruksi
pengetahuan serta interpretasi yang berbeda-beda walaupun terkadang interpretasi
pengetahuan tersebut berlawanan dengan pikiran siswa itu sendiri. Banks
mengindentifikasikan tiga kelompok yang berbeda dalam hal keberadaan kelompok-
kelompok budaya di Amerika Serikat. Yang pertama yaitu tradisionalis barat. Kelompok ini
beranggapan bahwa mereka berada dalam keadaan terancam dan berbahaya karena
mengenyampingkan kelompok fiminis, minoritas dan reformasi multicultural yang lain. Tapi
kelompok ini masih sedikit memberikan perhatian terhadap pengajaran keanekaragaman atau
multikultur.
Kelompok kedua yaitu kelompok yang menolak kebudayaan barat secara berlebih-
lebihan yaitu kelompok Afrosentris. Kelompok ini menganggap bahwa sejarah dan budaya
orang Afrika lah yang menjadi pusat dari kurikulum agar siswa dapat mempelajari peranan
bangsa Afrika dalam perkembangan budaya barat dan untuk memotivasi siswa Afrika
Amerika dalam belajar. Adapun kelompok ketiga yaitu kelompok Multikulturalis yang lebih
mempercayai pendidikan seharusnya direformasi untuk lebih memberiperhatian pada
pengalaman orang kulit berwarna dan wanita. Kelompok ini sekarang sedang dalam proses
perkembangan dan memperjuangkan posisinya dominasi di tengah kelompok yang mapan.
c. Bill Martin
Bill Martin dalam tulisannya yang berjudul Multikulturalisme: Consumerist or
Transformational? bahwa keseluruhan isu tentang multikulturalisme memunculkan
pertanyaan tentang “perbedaan” yang Nampak sudah dilakukan berbagai teori filsafat atau
teori sosial. Martin dalam pendapatnya meyebut afrosentris dan tradisional barat itu sebagai
“Consumerist Multiculturalism”. Yang mana pendapatnya tersebut menentang afrosentris dan
tradisional barat. Martin mengusulkan suatu hal yang baru yaitu multikulturalisme bukanlah
konsumeris melainkan berupa transformational yang memerlukan kerangka kerja. Martin
mngatakan bahwa disamping isu tentang kelas sosial ras, etnis, dan pandangan lain yang
berbeda sehingga diperlukan komunikasi tentang berbagai segi pandangan yang berbeda pula.
Masyarakat harus memiliki visi kolektif yang bertipe baru dari berubahan sosial menuju kea
rah multikulturalisme yaitu sebuah visi yang muncul lewat transformasi.

d. Martin J. Beck Matustik


Menurut Martin J. Beck Matustik, perdebatan tentang masyarakat multikultural yang
terjadi di masyarakat Barat selalu berkaitan dengan norma atau tatanan masyarakat. Ia
mengatakan bahwa semua segi dalam setiap pembicaraan budaya saat ini selalu mengarah
pada pemikiran kembali norma barat atau The Western Canon yang mengakui bahwa dunia
multikultural adalah dunia yang benar-benar ada dan nyata. Selain itu, Matustik juga
beranggapan bahwa teori multikulturalisme meliputi berbagai hal yang mengarah kepada
liberalisasi pendidikan dan politik Plato. Matustik yakin bahwa masyarakat harus
menciptakan pencerahan multikultural yang baru yaitu multikulturalisme lokal yang
semuanya saling berkaitan atau berhubungan secara global sebagai lawan dari monokultur
nasional.

e. Judith M. Green
Menurut Green, keunikan multikulturalisme tidak hanya dimiliki oleh Amerika,
melainkan juga negara-negara lain yang mana negara tersebutpun harus mengakomodasikan
berbagai kelompok kecil dari berbagai budaya yang berbeda-beda. Amerika dalam
pandangan Green merupakan negara yang melakukan perubahan besar dalam transformasi
berkat pendidikan, hal tersebut dikarenakan Amerika menganggap bahwa cara untuk
melakukan perubahan yang efektif adalah melalui pendidikan tidak terkecuali pendidikan
multikulturalnya. Amerika yang sejak keberadaannya telah memiliki masyarakat yang
mempunyai kebudayaan yang beragam yang dimana berbagai budaya telah bersatu melalui
perjuangan, interaksi serta kerja sama.

B. Pendekatan Pendidikan Multikultural


Dengan adanya teori-teori yang diperkenalkan oleh beberapa ahli tersebut, maka diperlukan
adanya sebuah pendekatan tentang pendidikan multikultural. Beberapa pendidikan tersebut
berupa:
1. Pendekatan Historis
Pendekatan ini mengandaikan bahwa materi yang diajarkan kepada pembelajar dengan
menengok kembali ke belakang. Maksudnya agar pebelajar dan pembelajar mempunyai
kerangka berpikir yang komplit sampai ke belakang untuk kemudian mereflesikan untuk
masa sekarang atau mendatang. Dengan demikian materi yang diajarkan bisa ditinjau secara
kritis dan dinamis.

2. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini mengandaikan terjadinya proses kontekstualisasi atas apa yang pernah
terjadi di masa sebelumnya atau datangnya di masa lampau. Dengan pendekatan ini materi
yang diajarkan bisa menjadi aktual, bukan karena dibuat-buat tetapi karena senantiasa sesuai
dengan perkembangan zaman yang terjadi, dan tidak bersifat indoktrinisasi karena kerangka
berpikir yang dibangun adalah kerangka berpikir kekinian. Pendekatan ini bisa digabungkan
dengan metode kedua, yakni metode pengayaan.

3. Pendekatan Kultural
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi yang berkembang. Dengan
pendekatan ini pembelajar bisa melihat mana tradisi yang otentik dan mana yang tidak.
Secara otolatis pebelajar juga bisa mengetahui mana tradisi arab dan mana tradisi yang
datang dari islam.

4. Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis perseorangan secara tersendiri
dan mandiri. Artinya masing-masing pembelajar harus dilihat sebagai manusia mandiri dan
unik dengan karakter dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini menuntut seorang
pebelajar harus cerdas dan pandai melihat kecenderungan pembelajar sehingga ia bisa
mengetahui metode-metode mana saja yang cocok untuk pembelajar.

5. Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar untuk berlaku sopan dan
santun, damai, ramah, dan mencintai keindahan. Sebab segala materi kalau hanya didekati
secara doktrinal dan menekan adanya otoritas-otoritas kebenaran maka pembelajar akan
cenderung bersikap kasar. Sehingga mereka memerlukan pendekatan ini untuk
mengapresiasikan segala gejala yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya sebagai bagian
dari dinamika kehidupan yang bernilai seni dan estetis.

6. Pendekatan Berprespektif Gender


Pendekatan ini mecoba memberikan penyadaran kepada pembelajar untuk tidak
membedakan jenis kelamin karena sebenarnya jenis kelamin bukanlah hal yang menghalangi
seseorang untuk mencapai kesuksesan. Dengan pendekatan ini, segala bentuk konstruksi
sosial yang ada di sekolah yang menyatakan bahwa perempuan berada di bawah laki-laki bisa
dihilangkan.

Karakteristik Pendidikan Multikultural di Berbagai


Negara
A. Karakteristik Pendidikan multicultural di berbagai Negara

1. Pendidikan Multicultural di Amerika Serikat


Pendidikan di AS mulanya dibatasi pada imigran berkulit putih, sejak didirikan sekolah
rendah pertama tahun 1633 oleh imigran Belanda dan berdirinya Universitas Harvard di
Cambrige, Boston tahun 1636. Tahun 1934 dikeluarkannya undang-undang Indian
Reservation Act di daerah reservasi suk Indian.
Suatu kelompok etnis atau etnisitas adalah populasi manusia yang anggotanya saling
mengidentifikasi satu dengan yang lain, biasanya berdasarkan keturunan (Smith, 1987).

a. White Anglo Saxon Protestan (WASP)


Pendidikan di AS didominasi oleh budaya WASP artinya dikhususkan untuk kelompok
kulit putih (Whith) yang kebanyakan berasal dari inggris,dan beragama protestan. WASp
adalah tradisi tentang siapa yang harus jadi penguasa di Amerika Serikat. Tradisi ini
dikenalkan dan dipertahankan oleh orang inggris yang merasa superior karena merekalah
yang membangun AS dengan pengetahuan dan keterampilan mereka.

b. Orang Amerika Keturunan Penduduk Asli Amerika (Native Americans)


Native America adalah penduduk asli Amerika yang kini populasinya diperkirakan
setengah juta orang. Bangsa ini disebut penduduk asli karena telah ada dibenua Amerika
sebelum terjadi gelombang dari kelompok etnis daro Eropah, Afrika maupun Asia selama
lima ratus tahun. Sejarah mencatatbahwa seluruh migrant tidak memperlakukan mereka
dengan adil secara fisik. Tahun 1924 terjadi hubungan antara whith dan black America
dengan Native Americans.

c. Orang Amerika keturuna Afrika (Africa Americans)


Orang Afrika Amerika merupakan kelompok etnis dari benua Afrika yang pertama
yang dijadikan budak oleh orang Spanyol dalam eksplorasi dunia baru, Amerika sejak 1619
samapai dengan abad 18. Kedatangan orang kulit hitam ini jumlahnya semakin membesar hal
ini mendorong pemerintah untuk mengakui kehadiran mereka sebagai budak di dalam The
Thirteentfi Amandiment to the Contitution, yang mengatur perbudakan secara hukum di
tahun 1865.

d. Orang Amerika keturunan Asia


Yang termasuk kelompok ini adalah sekitar 4 persen dari penduduk Amerika Serikat
dengan mayoritas berasal dari cina dan Jepang. Disamping imigran dari filifina, korea,
disusul orang Vietnam yang msuk ke AS beberapa tahun terakhir ini. Tiga kelompok terakhir
ini sebagai Recent Asian Immigrants. Orang Amerika (Chinese Americans) merupakan
bagian dari Asian Americans yang tercatat memasuki amerika ketika terjadi depresi ekonomi
dunia tahun 1860-an.

e. Orang Amerika berkebudayaan Spanyol (Hispanic Americans)


Secara etimologi Hispanis/Hispano berasal dari bahasa latin hispanus, yang merupakan
kata sifat dari Hispanila, nama yang dibrikan oleh orang rowawi selama periode republic
Rowawi pada seluruh Iberian Peninsula. Untuk jaman modern Iberian peninsula mencangkup
Spanyol dan Portugal, orang-orang dan budayanya, sedangkan Portugal dan orang-orangnya
(meliputi Brazil dan orang Brazil yang berbahasa portugis) secara umum disebut
Luso/Lusitania. Dalam bahasa Spanyol kata “Hispano” juga digunakan sebagai elemen
pertama yang menunjuk padainggris dan bahasa inggris. Jadi Spanyol dan Amerika adalah
Hispano-amerika.

f. White Ethnic Americans


White Ethnic Americans merupakan kelompok orang amerika berkulit putih yang
mneytaan dirinya “tidak terikat” dengan WASP. Jadi mereka digolongkan dalam kelompok
etnik nin-WASP. Mereka yang termasuk golongan ini adalah orang jerman, iriandia, italia
dan polandia. Memang pernah terjadi di AS untuk membatasi kuota imigran yang berasal dari
empat Negara ini antara 1921 dan 1968 namun tidak berhasil.
2. Pendidikan Multikultural di Inggris
Pendidikan multicultural di inggris terkait dengan perkembangan revolusi industry pada
tahun 1650-an. Pada awalnya inggris terkanal sebagai masyarakat yang monokultur dan baru
sesudah PD II menjadi multicultural ketika kedatangan tenaga kerja untuk membangun
perbaikan taraf kehidupan kelompok kulit putih berwarna ini, ternyata didalam
”Sekalipun demikian kaum wanita tidak diizinkan memberikan suara, dan sebagian
besar mempunyai akses terbatas pada pendidikan”.
Pada tahun 1968 didirikannya Select Community on Rase Relation and Immgration
(SCRRI) yang bertugas meninjau kebijakan imigran. Kesempatan ini digunakan oleh kaum
imigran terutama dari Hindia Barat dan Asia untuk mengetengahkan permasalahannya. Pada
tahun 1973 laporan SCRRI berkontribusi terhadap pendidikan kelompok imigran :
 Bahasa inggris sebagai bahasa kedua
 Pengantian istilah imigran dengan asyarkat multirasia (multiracial socicty)
 Menuntut pendidikan yang lebih baik
 Meminta untuk memenuhi tuntutan nationsl union of Teachers (NUT) akan adanya
pendidikan yang dibutuhkan masyarakat multi rasial.
 Merumuskan bahwa pengertian seperti imigran asimilasi, pluralism dapat digunakan
untuk menggambarkan hal yang sama.

3. Pendidikan Multicultural di Kanada


Di Kanada ada konsep dan kebijakan multicultural yang harus memajukan bangsa
dengan membandingkan dengan Negara lain. Negara ini berusaha keras untuk tidak terlalu
menggantungkan ekonominya pada AS dan mencoba mempersatukan multiculturalnya demi
kemajuan bangsa.
a. Sejarah pertumbuhan penduduk Kanada dapat didefinisikan atas empat kelompok:
b. Etnis asli ada 50 jenis dengan berbagai bahasa yang hidup secara nomaden sebagai
pemburu dan petani.
c. Abad 16 sampai 1760 masuk etnis Perancis sebagai penjajah dan pedangang karena
pedagang bulu binatang. Pencampuran etnis Perancis dengan penduduk asli Indian
melahirkan penduduk Metis.
d. Kedatangan Inggis setelah Treaty of Paris (1763) yang ditambahkan etnis Perancis yang
terlibat perang Kemerdekaan Amerika 1776.
e. Imigran dari Eropah (terutama Belanda Ukrains dan Jerman) dan Asia (Jepang, India,
Cina) dilator belakangi kebutujan pekerjaan di propinsi tengah dan barat.
f. Pada tahun 1972 didirikan Direktorat Multikultural didalam lingkungan Departemen
Luar Negeri untuk memajukan cita-cita multicultural integrasi social, dan hubungan
positif antae ras. Upaya tersebut melahirkan Canaddian Multiculturalism act (1988) yang
isinya antara lain :
 Alokasi dana untuk memajukan hubungan aharmonis antar ras.
 Memperluas saling pengertian kebudayaan yang berbeda
 Kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
 Pengembangan kebijakan multicultural di semua kantor pemerintah federal.

4. Pendidikan Multikultural di Australia


Australia tidak dapat menahan masuknya orang asing sehingga dia tidak dapat menutup
ekonomianya bagi bangsa-bangsa Asia dan Pasifik, karena imigran dari kedua benua itu
masuk dengan jumlah dan waktu yang sangat cepat. Akibatnya Australia mengunah
kebijakannya dari White Australia Polley in multicultural policy. Dampak dari perubahan itu
membuat orang Aborigin meningkatkan kepercayaan dirinya.
Aborigin penduduk asli Australia berasal dari benua Asia. Menyunsul imigran dari
Eropah yang sebagian merupakan orang hukuman dibawa oleh kapten Arthur Phillip. Pada
mulanya imigran pertama yang memasuki Australia berasal dari para pidana serta
pembangkang politik Irlandia, kemudian kedatangan orang jerman yang terusir dari
negerinya karena maslah agama. Menyusul orang Indian dan cina sebagai pekerja keras.
Ketika ditemukan emas di new South Wales dan Victoria mulai berdatangan para pekerja dari
berbagai bangsa.

5. Pendidikan Multikultural di beberapa Negara di Asia


Bagaiman di cina ? Cina menerapkan kebijakan khusus untuk melindungi kaum
minoritas. Cina menempuh kebijakan itu karena tidak bisa mengelak dari praktek
multicultural di negeri ini. Lalu bagaimana dengan Malaysia ? Malaysia merupakan tipikal
bangsa dengan multuetnik di Asia. Malaysia telah mengadopsi kebijakan asimilasi melalui
kebijakan “Bumiputera policy”. Jadi ada pembagian fasilitas kepada kaum bumi putera.
Tetapi sejak perkembangan ekonomi internasional berubah makin cepat, lahir kecenderungan
baru ke arah pluralisme budaya (cultural pluralization).

B. Karakteristik Indonesia sebagai Masyarakat Multikultur


1. Karakteristik Indonesia
Indonesia memiliki karakteristik yang perlu dipertimbangkan dalam segenap segi
kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Karakteristik itu bisa dalam bentuk :
1. Jumlah penduduk yang besar dengan keterampilan yang rendah
2. Wilayah yang luas
3. Posisi silang
4. Kekayaan alam dan daerah tropis
5. Jumlah pulau yang banyak
6. Persebaran pulau
7. Kualitas hidup yang tidak seimbang
8. Perbedaan dan kekayaan etnis

2. Etnis Sebagai Identitas Sosial Budaya


a. Konsep Budaya Cina
Budaya Cina berkaitan erat dengan pandangan hidup orang Cina yang mengutamakan:
- Niliai kemakmuran dan kelimpahan harta
- Kedamaian dan ketentraman
- Kesehatan
- Umur panjang
Budaya Cina tidak lepas dari kepercayaan orang Cina tentang Feng Shui sebagai seni
hidup dalam keharmonisan dengan alam sehingga seseorang mendapatkan paling banyak
keuntungan, ketenangan dan kemakmuran dari keseimbangan yang sempurna dengan alam.
Diyakini Feng Shui menjanjikan kehidupan yang berlimpah bagi mereka yang mengikuti
prinsip dan aturannya ketika membangun rumah, merancang kota, tempat kerja dan
mengubur orang yang meninggal.
Konsep Feng Shui adalah kebijakan kuno yang menyarankan adanya keseimbangan dan
keselarasan dengan alam, seperti gunung dan sungai dengan angin dan airnya. Secara harfiah,
Feng Shui berarti angin dan air. Ide dasarnya adalah penempatan posisi yang baik (rumah,
tempat usaha dan tempat tidur bahkan kuburan) akan memberi pengaruh yang
menguntungkan bagi kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan. Secara filosofis, Feng Shui
adalah angin yang tidak dapat kamu mengerti dan air yang tidak dapat kamu genggam. Unsur
angin dan air secara bersama-sama merupakan kekuatan unsur alam yang mengalir dan
mempengaruhi permukaan bumi. Feng Shui mengakui bahwa permukaan tanah diliputi oleh
angin dan air. Feng Shui menekankan bahwa manusia perlu hidup dalam keselarasan dengan
air dan angin di tanah, jika kita mengiginkan unsur ini menciptakan aliran energi positif yang
menyebabkan kita mendapat keuntungan.

1. Chi (na.pas kosmis)


Chi adalah energi, daya hidup yang membantu keberadaan manusia. Chi tercipta di
alam oleh air yang mengalir dengan lembut atau oleh bentuk gunung dan oleh bentuk simetri
dari sekelilingnya. Chi kosmis dapat diciptakan dan dikumpulkan sehingga diyakini bisa
memberi pengaruh baik pada nasib seseorang. Chi kosmis adalah sumber ketenangan dan
kemakmuran, kekayaan yang berlimpah, kehormatan dan kesehatan yang baik.
Chi tidak boleh berhamburan atau tertiup. Jika hal itu terjadi tak akan baik nasibnya. Chi
terbawa angin dan menyebar sehingga tempat yang berangin dianggap tidak menguntungkan.
Sebaliknya Chi yang ada ditempat yang dikelilingi air tidak akan berhamburan sehingga tetap
berkumpul dan dianggap sebagai lokasi yang menguntungkan. Jenis air harus diperhitungkan.
Aliran air yang deras atau yang lurus dapat menghanyutkan Chi sehingga perlu dihindari. Inti
keyakinannya adalah menjebak energi Chi yang mengalir melewati suatu tempat dan
mengumpulkannya tanpa membiarkan energi itu berhenti. Teorinya adalah mencari lokasi
yang tidak terletak di bukit atau daerah vertikal lurus. Lokasi yang ideal adalah yang
terlindungi dari angin yang keras dan ada aliran air dan sungai yang berkelok dan lambat.

a) Lima unsur : logam, air, kayu, api dan tanah


Dalam budaya Cina, ada lima unsur utama yaitu: logam, air, kayu, api dan tanah. Semua
perhitungan Cina, termasuk waktu, tahun dan tanggal kelahiran dikelompokkan ke dalam
salah satu unsur ini. Kelima unsur ini juga diasosiasikan dengan warna, musim, arah mata
angin dan planet.
- API berwarna merah, musim panas dan arah selatan
- AIR berwarna hitam, musim dingin dan arah utara
- KAYU berwarna hijau dan arah timur
- LOGAM berwarna putih atau keemasan dan arah barat
- TANAH berwarna kuning dan arah pusat
SIKLUS POSITIF : Api menghasilkan tanah, tanah menghasilkan logam, logam
menghasilkan air, air menghasilkan kayu dan kayu menghasilkan api.
SIKLUS MERUSAK : Kayu menghancurkan tanah, tanah menghancurkan air, air
menghancurkan api, api menghancurkan logam dan logam menghancurkan kayu.
Dengan memahami kedua unsur ini, pemakai memasukkan unsur itu agar tercipta
keseimbangan dan produktivitas dengan lingkungannya ketika sedang mengatur lokasi rumah
dan usahanya. Tidaklah menguntungkan orang yang dilahirkan pada tahun API mempunyai
rumah yang mengandung banyak AIR (atau benda yang berwarna hitam, kolam, air terjun
buatan) karena AIR menghancurkan API. Sebaliknya, banyak tanaman atau berwarna hijau
(KAYU) dan rumah yang terbuat dari kayu akan sangat menguntungkan karena kayu
menghasilkan api. Lebih menguntungkan lagi bila orang itu tidur di ruangan yang terletak di
bagian selatan rumah.

b) I-Ching
I Ching adalah naskah kuno yang menjadi dasar peradaban, yang menekankan hubungan
antara nasib manusia dan alam, memberikan pandangan mengenai Alam Semesta sebagai
satu kesatuan yang senantiasa berada dalam aliran konstan yaitu perubahan. I Ching adalah
sumber pemikiran dan perilaku semua orang Cina. I Ching terdiri dari 64 heksagram yang
masing-masing berisi kombinasi garis putus dan garis utuh yang mewakili tenaga kutub alam
semesta. Yang bersifat positif (garis utuh) dan Yang bersifat negatif (garis putus).
Masing-masing trigram menggambarkan arah, elemen, binatang dan lain-lain. Trigram ini
dikombinasikan untuk membentuk 64 heksagram. Makna kombinasi menyusun sistem
peramalan yang detail.

c) Tahun kelahiran
Orang Cina biasa menggunakan simbol binatang untuk menggambarkan sifat dan tahun
kelahiran seseorang. Ada 12 nama binatang yang digunakan untuk menggambarkan tahun
kelahiran mereka.

2. Yin-yang (konsep keselarasan dan keseimbangan)


Yin dan Yang adalah prinsip negatif dan positif yang menguasai alam semesta dan
kehidupannya. Yin dan Yang digambarkan dengan lambang seperti sebuah telur dengan
warna hitam dan putih yang terpisah. Yin dan Yang bersama-sama melambangkan
keselarasan yang sempurna. Prinsipnya adalah keseimbangan antara dua kekuatan itu baru
seimbangan. Terlalu banyak salah satu unsur dapat berakibat buruk.
Yin dan Yang saling melengkapi, saling bergantung yang bersama-sama membentuk
kekuatan. Yin dan Yang terus berinteraksi dan membuat perubahan. Musim panas memberi
jalan bagi musim dingin, malam mengikuti siang, bulan mengikuti matahari, gelap mengikuti
terang dan seterusnya.

3. Pa Kua
Lambang berbentuk segi delapan yang menggambarkan empat titik mata angin utama dan
empat titik tambahan. Menurut mata angin Cina, titik Selatan diletakkan di bagian atas, Utara
di bagian bawah, Timur di kiri dan Barat di kanan. Lambang Pa Kua berasal dari Delapan
Trigram I Ching yang diletakkan disekitar sisi lambang itu. Bentuk Pa Kua memainkan
peranan penting dalam praktek Feng Shui karena merupakan salah satu pemecahan paling
penting yang digunakan para praktisi untuk melindungi diri dari pengaruh yang mengancam
rumah atau lokasi. (WongSeng Tian, 2004, Lilian Too, 1994)

4. Tahayul dan Simbolisme


Feng Shui berkaitan erat dengan kepercayaan atau tahayul dan lambang yang menjadi
karakter orang Cina. Di kalangan orang Cina, ada beberapa kepercayaan tahayul yang
mengelilingi naga. Pada intinya, naga dipercayai membawa kemakmuran dan kekayaan
ketika naga itu sedang bersenang hati, seperti ketika naga langit membawa kehidupan dengan
menurunkan hujan sehingga tanaman dapat tumbuh dan panen berhasil. Atau sebaliknya
membawa bencana dan kematian.
Mereka menggunakan benda-benda tahayul yang menyimbolkan permohonan seperti patung
katak yang menggigit uang logam yang diletakkan di meja atau dekat kotak uang sebagai
simbol permohonan rezeki yang melimpah. Mereka menggunakan cermin dekat makanan
atau dekat uang supaya terlihat berlipat ganda sehingga diharapkan uang dan rezeki yang
bertambah. Mereka menggunakan mainan kucing yang melambai-lambaikan tangan sebagai
simbol menarik pembeli agar memasuki toko untuk membeli barangnya.

b. Konsep Budaya Jawa


Ada beberapa konsep budaya Jawa yang akan diuraikan di bawah ini:
1) Religi Jawa : animisme, dinamisme, sinkretisme dan agama Jawa
Masyarakat Jawa telah mengenal Tuhan dengan segala konsep dan bentuknya yang
khas. Pengenalan Tuhan yang tertua dilakukan dengan pemujaan roh dan kekuatan
benda-benda. Pemujaan pada roh disebut animisme dan pemujaan pada kekuatan
benda-benda disebut dinamisme. Religi semacam ini masih berlangsung dan
mewarnai kehidupan sampai sekarang, yaitu dengan adanya ritual dan sesaji. Ritual
dan sesaji adalah bentuk penyelarasan dengan lingkungan metafisik, agar kekuatan
adikodrati itu selaras.
2) Ada penyatuan ajaran antara animisme dan dinamisme yang berbaur dengan agama
Hindu, Budha bahkan dengan Kristen dan Islam sehingga terjadilah sinkretisme.
Wujud sinkretisme yang paling menonjol adalah perilaku mistik kejawen. Tampaknya
mistik kejawen menjadi simbol sinkretisme masa lalu sampai sekarang. Di Jawa
konsep mistik lebih dikenal dengan paham painteisme atau manunggaling kawula
dengan gusti.

3) Slametan (Selamatan)
Slametan adalah sebuah ritual yang dimaksudkan untuk memohon keselamatan
(Endrasana, 2003:7). Selamatan yang diadakan secara turun-temurun dimaksudkan
untuk memperoleh keselamatan lahir dan bathin dari gangguan makhluk halus
(Triyoga, 1991:83). Fungsi utama dari selamatan yang diadakan adalah untuk
menetralisir bencana yang datangnya dari luar kekuasaan manusia. Dalam selamatan,
selain diucapkan doa dan mantera, harus disediakan sesaji makanan, bunga dan
kemenyan. Sesaji bunga dan kemenyan adalah makanan utama makhluk halus yang
harus ada pada setiap selamatan karena benda-benda tersebut merupakan syarat utama
agar perdamaian dapat diterima makhluk halus (Triyoga, 1991:83). Dengan memberi
sedekah, diharapkan makhluk halus itu mau membantu dan tidak mengganggu
manusia. Dalam tradisis Jawa muncul berbagai macam selamatan: selamatan sebelum
kelahiran sang bayi, lahir, perkawinan hingga kematian sangat mewarnai budaya
Jawa.

4) Primbon, suluk dan wirid


Primbon, suluk dan wirid merupakan karya sastra yang banyak memuat ajaran
sinkretisme. Primbon antara lain memuat petung (perhitungan) untuk menentukan
perkawinan, mengetahui watak manusia (watak bayi lahir), pindah rumah atau
persyaratan hajat lainnya. Suluk dan wirid berisi wejangan atau petuah yang diyakini
dari ajaran para wali songo (wali sembilan) yang memuat ajaran Islam Isoteris.

5) Tata krama
Tata krama adalah adab sopan santun Jawa dalam berbahasa, bersikap dan bertingkah
laku yang sangat dijunjung tinggi dan menjadi ciri budaya Jawa. Dalam berbahasa
mereka membedakan dengan kategori ngoka, kromo madyo dan krama inggil.
Misalnya untuk kata “makan” dalam bahasa Jawa ada tingkatan “madhang” atau
“mangan” untuk ngoko, tingkatan “nedho” untuk kromo madyo dan “dhahar” untuk
kromo inggil. Ngoko untuk orang yang sama kedudukannya dengan dirinya atau lebih
rendah (misalnya sesama teman atau kepada anak atau adik). Kromo madyo untuk
kedudukan yang di atas sedikit dirinya (misalnya mas nembe/taksih nedho = kakak
laki-laki sedang makan). Kromo inggil ditujukan kepada yang lebih tua atau lebih atas
tingkatan sosialnya. Misalnya Ibu taksih dhahar.

6) Petung
Petung atau perhitungan menduduki tempat yang sangat strategis dan urgen dalam
budaya Jawa. Karena setiap kegiatan apa pun orang Jawa tidak bisa meninggalkan
tradisi menggunakan perhitungan ini. Misalnya untuk mengetahui watak seseorang,
menentukan hari perkawinan atau menentukan arah rumah (mirip budaya Cina) harus
memperhitungkan hari kelahiran dan saat (waktu) yang tepat. Hari kelahiran dihitung:
minggu = 5, senin = 4, selasa = 3, rabu = 7, kamis = 8, jumat = 6, sabtu = 9.
Sedangkan pasaran dihitung: paing = 9, pon = 7, wage = 4, kliwon = 8, legi = 5.
Seseorang yang lahir pasti bisa ditentukan atas kombinasi hari dan pasaran. Misalnya
Jumat Paing berarti = 6+9=15. Jumlah yang 15 itu dapat diketahui watak, perkawinan
dan arah rumahnya dan seterusnya.

7) Makanan
Nama dan jenis makanan dapat menjadi ciri penanda budaya suatu daerah termasuk
budaya Jawa. Di dalam masakan dan makanan Jawa ada yang bernama : rawon,
gudeg, lontong balap, urap-urap, gado-gado, sop buntut dan sebagainya.

8) Falsafah hidup
Falsafah ini menjadi pedoman hidup yang diikuti oleh orang Jawa generasi dulu
namun sekarang lebih banyak ditinggalkan karena kurangnya pemahaman dan
kekurang mampuan dalam menafsirkan makna hakikinya. Di samping itu muncul
nilai-nilai luar yang bersifat konsumeris dan materialis membuat nilai-nilai budaya
yang adiluhung (mulia) ini mulai ditinggalkan generasi muda kita. Contoh falsafah
hidup ini adalah : alon-alon waton kelakon (biar lambat asal selamat/bisa jadi = yang
merupakan pedoman yang lebih mengutamakan keselamatan), menang tanpa
ngasorake (mengalahkan musuh tanpa merendahkan harga diri musuh)digdaya tanpa
aji (sakti tanpa memiliki aji-aji kesaktian = seseorang yang dapat menjaga
kewibawaan) contoh di atas merupakan kearifan budaya yang ada pada budaya Jawa.

9) Produk budaya (keris, rumah/wisma, wayang, pakaian, peralatan)


Dalam budaya Jawa tradisional, keris bukan sekedar senjata yang unik bentuknya,
tetapi lebih merupakan kelengkapan budaya spiritual. Ada anggapan di kalangan Jawa
tradisional, seseorang baru bisa dianggap utuh dan lengkap sebagai lelaki sejati jika ia
sudah memiliki lima unsur simbolik: curiga, turangga, wisma, wanita, kukila.
Curiga, berarti keris, turangga artinya kuda atau kendaraan (motor atau mobil), wisma
adalah rumah untuk tempat tinggal, wanita berarti isteri dan kukila arti harfiahnya
adalah burung arti simbolik dari keindahan. Keris, makna simboliknya adalah
kehormatan, kedewasaan dan keperkasaan. Seorang pria Jawa tradisional, harus
tangguh dan mampu melindungi diri, keluarga atau membela bangsa dan negara.

c. Konsep Budaya Bali


1) Dharma
Dharma artinya kebenaran (kebajikan) atau kewajiban dan hukum. Yaitu suatu jalan
yang halus dan sejuk yang dapat melindungi dan menjaga orang yang mengikuti dan
menjauhkan bencana sehingga menjadi orang yang gembira, tentram dan bahagia.

2) Tri kita karana


Konsep keselarasan hubungan yang mendatangkan kebahagiaan. Keselarasan
hubungan tersebut meliputi:
 Keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan
 Keselarasan hubungan manusia dengan sesama manusia
 Keselarasan hubungan manusia denga alam sekitarnya
Yang pertama disebut hubungan Niskala (tidak nyata, rohani), yang kedua dan ketiga
disebut Sekala (nyata, duniawi). Konsep sekala diwujudkan dalam pengertian Tri
kaya (tiga aspek) yaitu pikiran (manah), perkataan (wak) dan perbuatan (kaya).

3) Rwa Bhineda
Konsep dualistis yang mengekspresikan dua kategori yang berlawanan dalam hidup
(positif dan negatif, baik dan buruk)
Segala sesuatu pasti ada kelebihan dan kekurangan. Ada bahagia dan ada derita. Tidak
ada hidup yang tidak diakhiri dengan kematian. Prinsip Rwa Bhineda ini sama dengan
prinsip Yin-Yang di Cina.

4) Karmaphala
Karmaphala adalah hasil perbuatan seseorang. Ala gawe ala nemu, ayu gawe ayu
nemu (bila melakukan hal yang tidak benar maka kesengsaraan yang akan diperoleh,
sebaliknya bila melakukan hal yang benar maka kebahagiaan yang akan didapat).
Karmaphala adalah sesuatu sebab akan menghasilkan akibat sehingga sering disebut
hukum karma. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam berbuat.

C. Wawasan Multikultural : Lokal, Nasional dan Universal

1. Identifikasi Budaya Lokal


Identifikasi budaya lokal merupakan identifikasi budaya yang bersifat langsung, dekat
dan secara fisik ada di sekelilingnya. Budaya ini biasanya dikenalkan oleh keuarga dan
kerabat dekat. Biasanya berwujudperilaku pembudayaan. Perilaku sebenarnya ditentukan
oleh pembiasaan dan pembudayaan yang ada dan berlaku pada lokal tertentu. Disadari atau
tidak kita dibesarkan dengan menggunakan budaya lokal yang ada di sekitar kita.
Seorang anak yang memiliki identifikasi budaya lokal tertentu tidak lepas dari lingkungan
yang langsung, dekat dan paling mempengaruhi dirinya. Lingkungan tersebut adalah:
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik tertentu dapat membentuk budaya lokal tertentu. Suatu masyarakat
yang berada di daerah yang banyak dikelilingi sungai dan karena seringnya air sungai
meninggi membentuk budaya berupa rumah yang lantai rumahnya lebih tinggi dari
permukaan tanah. Misalnya rumah Palimasan Joglo, Sungai Jingah Kalimantan
Selatan. Karena lingkungan fisik di daerah Kalimantan Selatan sangat kaya dengan
jenis-jenis kayu maka berbagai kebutuhan sehari-hari dibuat dengan menggunakan
jenis kayu seperti: Palimasan Kandangrasi desa Kuin Utara Kalimantan Selatan.

b. Lingkungan sosial
Selain lingkungan fisik, lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap dan
berperilaku seseorang. Orang yang dibesarkan dalam lingkungan komunitas Naudlatul
Ulama (NU) akan bersikap dan berperilaku sesuai dengan tradisi warga nahdliyin
(warga NU) yang berbeda dengan warga Muhammadiyah sekalipun keduanya berada
di lingkungan fisik yang sama. Kegiatan selamatan, tahlil menjadi ciri khas kelompok
NU ini akan diikuti dan dilaksanakan oleh lingkungan sosialnya.

c. Lingkungan metafisik
Lingkungan metafisik ini tidak dibatasi oleh lingkungan fisik dalam arti mesti tinggal
di daerah itu. Lingkungan metafisik memang mewarnai budaya yang ada di
lingkungan fisik di lokal tertentu, tetapi selain itu juga dapat mengenai orang-orang
yang “merasa memiliki” (sense of belonging) budaya itu. Biasanya mereka yang
merasa memiliki itu dulunya berasal dari daerah itu dan sudah pindah tempat tinggal
dari daerah itu, atau keturunan dari warga daerah itu. Pada prinsipnya orang yang
termasuk dalam lingkungan metafisik ini adalah orang yang mengikatkan diri dengan
tradisi budaya dan nilai-nilai tertentu.

2. Identifikasi Budaya Nasional


Sebagai warga Pancasilais dan tinggal bersama dalam wadah negara memerlukan ide
yang dapat mempersatukan berbagai identitas budaya lokal itu dalam bentuk identitas budaya
nasional. Ada dua ide yang perlu dimiliki setiap warga negara Indonesia yaitu persatuan
dalam perbedaan (wawasan kebangsaan/nasional) dan perbedaan dalam persatuan (Bhinneka
Tunggal Ika).
Kita memiliki simbol identifikasi budaya nasional antara lain seperti: batik, keris, candi
borobudur, Bali dengan segala atribut yang menyertainya. Identifikasi budaya nasional ini
berasal dari identifikasi budaya lokal yang sudah banyak dikenal secara nasional bahkan
internasional. Identitas budaya nasional ini sudah dijadikan simbol kenegaraan dan menjadi
ciri khas Indonesia. Dengan mengenal identitas budaya ini seluruh dunia akan tahu bahwa
budaya ini adalah ciri khas budaya Indonesia.

3. Identifikasi Budaya Universal


Perkembangan identifikasi global memberi kesempatan pada pelajar untuk melihat
bagaimana sebagai bangsa kita menyesuaikan diri dengan masyarakat dunia. Yang
memungkinkan pelajar memahami lebih baik bahwa tindakan suatu negara tidak hanya harus
dilihat kaitannya dengan pengaruhnya pada negara ini namun juga apa pengaruhnya pada
dunia keseluruhan. Siswa yang telah mengembangkan identitas nasional dan etnis yang kuat
seharusnya memiliki perspektif untuk mengembangkan juga identifikasi global yang
membuat mereka menjadi warga masyarakat dunia yang lebih baik. Pada saat ini penting
untuk menyadari bahwa identifikasi yang dibahas di atas bersifat hierarkhis. Dengan kata
lain, kurikulum dan kebutuhan belajar yang berproses dengan mengenalkan identitas budaya
lokal, kemudian nasional dan akhirnya global atau universal. Perkembangan yang belakangan
tergantung pada perkembangan sebelumnya.

PERBANDINGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI


BERBAGAI NEGARA

A. Pendidikan Multikultural di Indonesia


Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang
sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan
istilah mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia
yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan
dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu
(Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki
makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti
apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari
kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi
geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh
sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut
terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas
pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Multikultural di Indonesia bersifat normatif. Multikulural normatif adalah petunjuk
tentang berbagai kepentingan yang membimbing pada pengakuan yang lebih tinggi mengenai
kebangsaan dan identitas kelompok yang berbeda di dalam masyarakat. Multikultural
normatif di Indonesia pertama kali diamanatkan dalam UUD 1945. Ketentuan di dalam UU
menyatakan bahwa rakyat dan bangsa Indonesia mencakupi berbagai kelompok etnis. Mereka
telah berbagi komitmen dalam membangun bangsa Indonesia.
Di dalam pendidikan multikultural terletak tanggung jawab besar untuk pendidikan
nasional. Tanpa pendidikan yang difokuskan pada pengembangan perspektif multikultural
dalam kehidupan adalah tidak mungkin untuk menciptakan keberadaan aneka ragam budaya
di masa depan dalam masyarakat Indonesia. Multikultural hanya dapat disikapi melalui
pendidikan nasional.
Ada tiga tantangan besar dalam melaksanakan pendidikan multikultural di Indonesia,
yaitu:

1. Agama, suku bangsa dan tradisi


Agama secara aktual merupakan ikatan yang terpenting dalam kehidupan orang Indonesia
sebagai suatu bangsa. Bagaimanapun juga hal itu akan menjadi perusak kekuatan masyarakat
yang harmonis ketika hal itu digunakan sebagai senjata politik atau fasilitas individu-individu
atau kelompok ekonomi. Di dalam kasus ini, agama terkait pada etnis atau tradisi kehidupan
dari sebuah masyarakat.
Masing-masing individu telah menggunakan prinsip agama untuk menuntun dirinya dalam
kehidupan di masyarakat, tetapi tidak berbagi pengertian dari keyakinan agamanya pada
pihak lain. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui pendidikan multikultural untuk mencapai
tujuan dan prinsip seseorang dalam menghargai agama.

2. Kepercayaan
Unsur yang penting dalam kehidupan bersama adalah kepercayaan. Dalam masyarakat
yang plural selalu memikirkan resiko terhadap berbagai perbedaan. Munculnya resiko dari
kecurigaan/ketakutan atau ketidakpercayaan terhadap yang lain dapat juga timbul ketika tidak
ada komunikasi di dalam masyarakat/plural.

3. Toleransi
Toleransi merupakan bentuk tertinggi, bahwa kita dapat mencapai keyakinan. Toleransi
dapat menjadi kenyataan ketika kita mengasumsikan adanya perbedaan. Keyakinan adalah
sesuatu yang dapat diubah. Sehingga dalam toleransi, tidak harus selalu mempertahankan
keyakinannya.

B. Pendidikan Multikultural di Amerika Serikat


Pendidikan multikultural sekarang sudah mengalami perkembangan baik teoritis maupun
praktek sejak konsep paling awal muncul tahun 1960-an yang pertama kali dikemukakan oleh
Banks. Pada saat itu, konsep pendidikan multikultural lebih pada supremasi kulit putih di AS
dan diskriminasi yang dialami kulit hitam (Murrell P., 1999). Pendidikan multikultural
berkembang di dalam masyarakat Amerika bersifat antarbudaya etnis yang besar, yaitu
budaya antarbangsa.
Terdapat empat jenis dan fase perkembangan pendidikan multikultural di Amerika (Banks,
2004: 4), yaitu:

1. Pendidikan yang bersifat segregasi yang memberi hak berbeda antara kulit putih dan
kulit berwarna terutama terhadap kualitas pendidikan;
2. Pendidikan menurut konsep salad bowl, di mana masing-masing kelompok etnis
berdiri sendiri, mereka hidup bersama-sama sepanjang yang satu tidak mengganggu
kelompok yang lain.
3. Konsep melting pot, di dalam konsep ini masing-masing kelompok etnis dengan
budayanya sendiri menyadari adanya perbedaan antara sesamanya. Namun dengan
menyadari adanya perbedaan-perbedaan tersebut, mereka dapat membina hidup
bersama. Meskipun masing-masing kelompok tersebut mempertahankan bahasa serta
unsur-unsur budayanya tetapi apabila perlu unsur-unsur budaya yang berbeda-beda
tersebut ditinggalkan demi untuk menciptakan persatuan kehidupan sosial yang
berorientasi sebagai warga negara as. Kepentingan negara di atas kepentingan
kelompok, ras, dan budaya;
4. Pendidikan multikultural melahirkan suatu pedagogik baru serta pandangan baru
mengenai praksis pendidikan yang memberikan kesempatan serta penghargaan yang
sama terhadap semua anak tanpa membedakan asal usul serta agamanya. Studi
tentang pengaruh budaya dalam kehidupan manusia menjadi sangat signifikan. Studi
kultural membahas secara luas dan kritis mengenai arti budaya dalam kehidupan
manusia

Pendidikan di AS pada mulanya hanya dibatasi pada migran berkulit putih, sejak
didirikan sekolah rendah pertama tahun 1633 oleh imigran Belanda dan berdirinya
Universitas Harvard di Cambridge, Boston tahun 1636. Baru tahun 1934 dikeluarkan Undang
Undang Indian Reservation Reorganization Act di daerah reservasi suku Indian. Tujuan
pendidikannya adalah proses Amerikanisasi. Suatu kelompok etnis atau etnisitas adalah
populasi manusia yang anggotanya saling mengidentifikasi satu dengan yang lain, biasanya
berdasarkan keturunan (Smith, 1987). Pengakuan sebagai kelompok etnis oleh orang lain
seringkali merupakan faktor yang berkontribusi untuk mengembangkan ikatan identifikasi
ini. Kelompok etnis seringkali disatukan oleh ciri budaya, perilaku, bahasa, ritual, atau
agama.
Pendidikan Multikultural berkembang di dalam masyarakat multikultural Amerika yang
bersifat antarbudaya etnis yang besar yaitu budaya antarbangsa. Ada upaya untuk mengubah
Pendidikan Multikultural dari yang bersifat asimilasi (berupa penambahan materi
multikultural) menuju ke arah yang lebih radikal berupa Aksi Sosial. Berkaitan dengan nilai-
nilai kebudayaan yang perlu diwariskan dan dikembangkan melalui sistem pendidikan pada
suatu masyarakat, maka Amerika Serikat memakai sistem demokrasi dalam pendidikan yang
dipelopori oleh John Dewey. Intinya adalah toleransi tidak hanya diperuntukkan untuk
kepentingan bersama akan tetapi juga menghargai kepercayaan dan berinteraksi dengan
anggota masyarakat.

C. Pendidikan Multikultural di Australia


Australia tidak dapat menahan masuknya orang Asia sehingga dia tidak dapat menutup
ekonominya bagi bangsa-bangsa Asia dan Pasifik, karena imigran dari kedua benua itu
masuk dengan jumlah dan waktu yang sangat cepat. Akibatnya, Australia mengubah
kebijakannya dari White Australia Policy ke multicultural policy. Dampak dari perubahan
kebijakan itu membuat orang Aborigin meningkatkan kepercayaan dirinya.
Aborigin, penduduk asli Australia berasal dari benua Asia. Menyusul imigran dari Eropa
yang sebagian merupakan orang hukuman dibawa oleh kapten Arthur Philip. Pada mulanya
imigran pertama yang memasuki Australia berasal dari para narapidana serta pembangkang
politik Irlandia, kemudian berdatangan orang Jerman yang terusir dari negerinya karena
masalah agama. Menyusul orang India dan Cina sebagai pekerja kasar. Ketika diketemukan
emas di New South Wales dan Victoria mulai berdatangan para pekerja dari berbagai bangsa.
Paham multikulturalisme di Australia berkaitan erat dengan perkembangan politik,
terutama Partai Buruh. Pelaksanaan Pendidikan Multikultural dapat dibedakan tiga fase
perkembangan yaitu dari politik pasif ke arah asimilasi aktif (1945-1972), pendidikan untuk
kaum migran bersifat pasif. Artinya anak kaum imigran menyesuaikan diri dengan sistem
pendidikan yang ada. Karena ada kesulitan dalam penggunaan bahasa Inggris bagi anak
imigran diberikanlah bantuan laboratorium bahasa. Hingga tahun 1970-an kurikulum masih
terpusat hingga menyulitkan di dalam menyesuaikan dengan kebutuhan multietnis Australia.
Kedua, dari pendidikan imigran ke Pendidikan Multikultural (1972-1986) semua propinsi
diAustralia telah mengadopsi kebijakan Pendidikan Multikultural. Kebijakan tersebut adalah
sebagai berikut: “ Di dalam masyarakat multi budaya, masing-masing orang memiliki hak
atas integritas budaya; memiliki citra diri yang positif (a positif self image), dan untuk
pemahaman dan penghargaan terhadap perbedaan. Masing-masing orang tidak hanya harus
menyatakan perasaan yang positif terhadap warisan budayanya sendiri tetapi juga harus
mengalami seperti perasaan terhadap warisan budaya orang lain.” Tujuan Pendidikan
Multikultural adalah :

1. Pengertian dan menghargai bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat


multibudaya di dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa
Eropa.
2. Menemukan kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk
membangun Australia.
3. Pengertian antar budaya melalui kajian-kajian tentang tingkah laku, kepercayaan,
nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme.
4. Tingkah laku yang memperkuat keselarasan antaretnis.
5. Memperluas kesadaran akan penerimaannya sebagai seseorang yang mempunyai
identitas nasional Australia tetapi juga akan identitas yang spesifik di dalam
masyarakat multi budaya Australia.

Program Pendidikan Multikultural antara lain berbentuk bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua, pendidikan “community language” yaitu bahasa yang digunakan di dalam suatu
masyarakat tertentu. Ketiga, imperatif ekonomi dalam Pendidikan Multikultural (1986-1993).
Yaitu adanya bantuan dana dan masuknya Asian Studies Program yang berisi bahasa Asia
dan kebudayaannya. Bahkan informasi terakhir pelajaran Bahasa Indonesia sudah
dimasukkan di dalam kurikulum sekolah dasar.
Dewasa ini hampir semua sekolah di Australia telah melaksanakan Pendidikan
Multikultural. Pendidikan Multikultural Australia mempunyai wajah yang spesifik. Kebijakan
imigrasi dan masalah etnis dipecahkan secara konsensus dari seluruh masyarakat. Ada pakar
yang berpendapat bahwa Australia merupakan masyarakat yang polietnik bukan multi kultur
dalam arti Australia lebi bercorak Anglo Saxon yang menerima kebhinekaan selama tidak
mengganggu atau mengubah gaya hidup masyarakat Anglo Saxon tersebut.
D. Pendidikan Multikultural di Inggris
Pendidikan Multikultural di Inggris terkait dengan perkembangan revolusi industri pada
tahun 1650-an. Pada awalnya Inggris terkenal sebagai masyarakat yang monokultur dan baru
sesudah PD II menjadi multikultur ketika kedatangan tenaga kerja untuk pembangunan dari
kepulauan Karibia dan India. Meskipun oleh pemerintah Inggris telah berusaha memperbaiki
taraf kehidupan kelompok kulit berwarna ini, ternyata di dalam masyarakat terlihat adanya
pembedaan-pembedaan di dalam perumahan, tenaga kerja, dan pendidikan.
Gerakan wanita bermula di akhir tahun 1700-an dan awal yahun 1800-an. Perubahan
seperti revolusi Amerika dan Prancis mendorong gagasan mengenai ”kesamaan” dan
”kebebasan”. Sekalipun demikian kaum wanita tidak diizinkan untuk memberikan suara, dan
sebagian besar mempunyai akses terbatas pada pendidikan.
Pada tahun 1792, seorang penulis Inggris bernama Mary Wollstonecraft menerbitkan A
Vindication of the Rights of Woman, mengemukakan keyakinannya dalam persamaan hak
untuk pria dan wanita. Ide ini mendapat dukungan kuat selama tahun 1800-an, dan banyak
wanita yang mulai melakukan kampanye menuntut reformasi.
Pendidikan Multikultural berkembang sejalan dengan banyaknya kaum imigran yang
memasuki Inggris, namun masih terdapat perlakuan yang diskriminatif sehingga
memunculkan berbagai gerakan yang berlatar belakang budaya. Gerakan ini merupakan
gerakan politik yang didukung pandangan liberal, demokrasi dan gerakan kesetaraan
manusia. Hal ini tidak lepas dari pemikiran kelompok progresif di Universitas Birmingham
yang melahirkan studi budaya (cultural studies) pada tahun 1964 yang mengetengahkan
pemikiran progresif kaum terpinggirkan yang didukung oleh Kaum Buruh (Labor party).
Pendidikan Multikultural terjadi karena dorongan dari bawah, yaitu kelompok liberal (orang
putih) bersama dengan kelompok kulit berwarna.. Hal ini diperkuat oleh politik imigrasi
melalui undang-undang Commonwealth Immigrant Act tahun 1962 yang mengubah status
kelompok kulit berwarna dari kelompok imigran menjadi “shelter” (penghuni tetap).
Pada tahun 1968 didirikan Select Community on Race Relations and Immigration
(SCRRI) yang bertugas meninjau kebijakan imigrasi. Kesempatan ini digunakan oleh kaum
imigran terutama dari Hindia Barat dan Asia untuk mengetengahkan permasalahannya. Pada
tahun 1973 laporan SCRRI berkontribusi terhadap pendidikan kolompok imigran:

1. Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua


2. Penggantian istilah imigran dengan masyarakat multirasial (multiracal society)
3. Menuntut pendidikan yang lebih baik
4. Meminta untuk memenuhi tuntutan National Union of Teachers (NUT) akan adanya
pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat multi rasial.
5. Merumuskan bahwa pengertian seperti integrasi, asimilasi, pluralisme dapat
digunakan untuk menggambarkan hal yang sama. (Tilaar, 2004).

Pada tahun 1981 terjadi perubahan yang signifikan dengan terbitnya British Nationality
Act yang menghendaki agar Pendidikan Multikultural bukan hanya terlihat di bidang
pendidikan namun juga forum-forum pendidikan masyarakat seperti jaringan televise BBC.
Pada tahun 1988 diundangkan Education Reform Act (ERA) yang mengandung dua arti,
yaitu paham neoliberalisme yang percaya pada kekuatan pasar, dan neokonservatisme yang
memberi kekuatan besar pada kontrol pusat. Paham neoliberalisme memberi kekuasaan yang
lebih besar pada masing-masing sekolah untuk mengurus dirinya sendiri demikian juga
kepada pemerintah lokal. Pandangan neokonservatisme mempertahankan kurikulum yang
terpusat dan mempertahankan pendidikan agama yang bersifat Kristiani. Namun pelaksanaan
kebijakan ini memungkinkan terjadinya diskriminasi. Penyerahan pendidikan pada kekuatan
pasar berarti memperkecil kesempatan bagi kelompok kulit berwarna untuk mendapat
pendidikan yang layak. Kelompok kulit berwarna tidak kompetitif dengan budaya dominan
yang menguasai sumber pendidikan. Demikian juga dalam penulisan sejarah Inggris raya
yang kurang menguntungkan kelompok minoritas

E. Pendidikan Multikultural di Kanada


Di Kanada ada konsep dan kebijakan multikultural yang harus memajukan bangsa
dengan membandingkannya dengan negara lain. Negara ini berusaha keras untuk tidak terlalu
menggantungkan ekonominya pada AS dan mencoba mempersatukan multikulturalnya demi
kemajuan bangsa.
Pendidikan Multikultural di Kanada berbeda dengan negara tetangganya AS karena
perbedaan sejarah dan komposisi penduduknya. Etnis terbesar dari Perancis dan Inggris
selanjutnya dari etnis lain seperti Jerman, Cina, Italia, penduduk asli Indian, Asia Selatan,
Ukraina serta etnis lain.

Sejarah pertumbuhan penduduk Kanda dapat diidentifikasi atas empat kelompok :

1. Etnis asli ada sekitar 50 jenis dengan berbagai bahasa yang hidup secara nomaden
sebagai pemburu dan petani.
2. Abad 16 sampai 1760 masuk etnis Perancis sebagai penjajah dan pedagang karena
perdagangan bulu binatang. Percampuran etnis Perancis dengan penduduk asli Indian
melahirkan penduduk Metis.
3. Kedatangan Inggris setelah Treaty of Paris (1763) yang ditambah etnis Perancis yang
terlibat Perang Kemerdekaan Amerika 1776..
4. Imigran dari Eropa (terutama Belanda, Ukraina dan Jerman) dan Asia (Jepang, India,
Cina) dilatar belakangi kebutuhan pekerja di propinsi tengah dan barat.

Sesudah PD II terjadi banjir imigran dari Italia, Jerman, Belanda dan Polandia. Pada
tahun 1960-an terjadi perkembangan ekonomi Kanada yang membutuhkan tenaga terdidik
untuk memenuhi kebutuhan metropolitan. Toronto menjadi pusat konsentrasi imigran asing.
Berbeda dengan AS yang menerapkan politik asimilasi, Pemerintah Liberal Kanada
menerapkan politik multi kulturalisme (1971) yang memberlakukan status yang sama untuk
bahasa Perancis dan Inggris sebagai bahasa resmi.
Pada tahun 1972 didirikanlah Direktorat Multikultural di dalam lingkungan Departemen
Luar Negeri untuk memajukan cita-cita multikultural, integrasi social, dan hubungan positif
antarras. Upaya tersebut melahirkan Canadian Multiculturalism act (1988) yang isinya antara
lain :

1. Alokasi dana untuk memajukan hubungan harmonis antarras


2. Memperluas saling pengertian kebudayaan yang berbeda
3. Memelihara budaya dan bahasa asli
4. Kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
5. Pengembangan kebijakan multikultural di semua kantor pemerintah federal.

Kanada merupakan negara pertama yang memberikan pengakuan legal terhadap


multikulturalisme. Sekalipun kebijakan multikultural merupakan kebijakan federal, namun
masing-masing negara bagian melaksanakan kebijakan sesuai dengan kebutuhannya.
Kebijakan multikultural dimasukkan dalam bentuk yang berbeda-beda di dalam program
sekolah, penataran guru. Kurikulum dikaji ulang untuk dilihat hal-hal yang mengandung
stereotipe dan prasangka antaretnis. Demikian pula di dalam pendidikan oleh Ontario
Heritage Language Programme yang didirikan tahun 1977 memberikan bantuan terhadap
pengajaran bahasa etnis yang bermacam-macam sesudah jam resmi sekolah. Diberikan
penataran guru untuk menyebarluaskan sumber-sumber yang bebas dari prasangka, terutama
kelompok kulit berwarna (black population). Di propinsi Manitoba, Alberta, Saskacthewan
diijinkan memberikan bahasa di luar bahasa Inggris dan Perancis sampai 50 % dari jumlah
jam di sekolah. Kebijakan ini diterima dengan baik oleh kelompok imigran, terutama imigran
Ukraina dan Jerman.
Sejak 1993, beberapa dewan pendidikan seperti Vancouver School Board melaksanakan
penataran guru-guru untuk Pendidikan Multikultural, mendirikan komite penasehat untuk
hubungan rasial, serta melembagakan hubungan rasial di distrik sekolah.

Secara terinci Magsino (1985) mengidentifikasi 6 jenis model Pendidikan Multikultural:

1. Pendidikan “emergent society”. Model ini merupakan suatu upaya rekonstruksi dari
keanekaan budaya yang diarahkan kepada terbentuknya budaya nasional.
2. Pendidikan kelompok budaya yang berbeda. Model ini merupakan suatu pendidikan
khusus pada anak dari kelompok budaya yang berbeda. Tujuannya adalah
memberikan kesempatan yang sama dengan mengurangi perbedaan antara sekolah
dan keluarga, atau antara kebudayaan yang dikenalnya di rumah dengan kebudayaan
di sekolah. Model ini bertujuan membantu anak untuk menguasai bahasa resmi serta
norma dominan dalam masyarakat.
3. Pendidikan untuk memperdalam saling pengertian budaya. Model ini bertujuan untuk
memupuk sikap menerima dan apresiasi terhadap kebudayaan kelompok yang
berbeda. Model ini merupakan pendekatan liberal pluralis yang melihat perbedaan
budaya sebagai hal yang berharga dalam masyarakat. Di dalam kaitan ini Pendidikan
Multikultural diarahkan kepada memperkuat keadilan sosial dengan menentang
berbagai jenis diskriminasi dan etnosentrisme.
4. Pendidikan akomodasi kebudayaan. Tujuan model ini adalah mempertegas adanya
kesamaan dari kelompok yang bermacam-macam. Mengakui adanya partikularisme
dengan tetap mempertahankan kurikulum dominan.
5. Pendidikan “accomodation and reservation” yang berusaha untuk memelihara nilai-
nilai kebudayaan dan identitas kelompok yang terancam kepunahan.
6. Pendidikan Multikultural yang bertujuan untuk adaptasi serta pendidikan untuk
memelihara kompetensi bikultural. Model ini mengatasi pendekatan kelompok
spesifik, identifikasi dan mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi secara
cross-cultural dengan mendapatkan pengetahuan tentang bahasa atau kebudayaan
yang lain. (Tilaar, 2004).

Pengalaman di Kanada menunjukkan bahwa isi budaya (cultural content) di dalam


kurikulum sekolah menempati urutan kedua, sedangkan yang utama adalah bagaimana
mencapai kemajuan akademis. Pendidikan Multikultural di Kanada tergantung di mana
pendidikan multietnis itu berada di dalam kerangka struktur ekonomi, politik, dan sosial
masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
 https://phierda.wordpress.com/2013/01/29/perbandingan-pendidikan-multikultural-di-
berbagai-negara/
 http://hapis-punya.blogspot.com/2014/06/makalah-pendidikan-multikultural.html
 Sutarno.2007. Pendidikan Multikultural. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidika Nasional
 Aditia. Blogapot. 2013. Teori Pendidikan Multikultur beserta Model Pendekatan yang
di gunakan.
 Abdul Latif, Juraid, Pendidikan Multi Kultur.

Anda mungkin juga menyukai