Narin Ledy Mercury Aminanti1, Putri Amalia Oktafiani2, Yudha Renaldy3, Ayu
Faradillah4
1,2,3,4
Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA
Abstract. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengkaji validitas dan reliabilitas
angket mathematical resilience dengan menggunakan Rasch Model. Metode penelitian yang
digunakan ialah metode kuantitatif survei, dengan total responden sebanyak 209 peserta didik
pada jenjang sekolah menengah yaitu SMP, SMA dan SMK. Pada penelitian ini menggunakan
angket mathematical resilience yang diadopsi dari dua penelitian lain dimana pada angket
tersebut dapat dirangkum menjadi 9 indikator dengan 44 pernyataan. Analisis data pada
penelitian ini menggunakan Rasch Model dengan aplikasi WinSteps. Hasil analisis datanya
menunjukan bahwa angket mathematical resilience ini memperoleh 8 subjek dan 4 pernyataan
yang tidak valid. Sementara, perhitungan reliabilitas memperoleh sebesar (α = 0.82).
1. Pendahuluan
Setiap peserta didik memiliki kepribadian yang beragam begitu juga dengan sikap mereka
dalam menghadapi berbagai tantangan dalam pembelajaran matematika. Kemampuan dalam
memperhitungkan, memecahkan dan mengembangkan yang dilakukan dalam tindakan, tingkah laku
atau respons emosional terhadap masalah akademik atau sosial dengan karakter yang tepat dapat
dikatakan sebagai sikap resiliensi [1], [2]. Seiring dengan hadirnya resiliensi didapat banyak hasil
yang positif dalam menghadapi berbagai kendala, dalam konteks matematika kendala tersebut adalah
kebingungan akan kegagalan di kelas, perjuangan yang berlebihan, kebosanan, kinerja yang buruk,
kurikulum dan pendidikan yang buruk, kurangnya pembelajaran antara pendidik dan peserta didik
termasuk dalam hal interaksi. Menurut Garmezy mendefinisikan resiliensi dalam psikologi adalah
keterampilan umum yang terkait dengan keterampilan beradaptasi dan fleksibilitas yang unggul dalam
menghadapi tekanan internal dan eksternal [3]. Apabila seseorang mendapatkan tekanan maka dapat
memicu stress dan mempengaruhi adaptasi kearah negative. Maka, resiliensi matematis dapat
dikembangkan pada siswa yang memiliki pengalaman matematika yang buruk dengan memfokuskan
secara strategis dan eksplisit.
Resiliensi matematis merupakan salah satu gagasan yang penting dalam dunia pendidikan, hal
ini sesuai dengan ungkapan bahwa sangat penting adanya pembahasan tentang resiliensi matematis,
karena cukup banyak peserta didik yang menghadapi hambatan dan kekalahan mempelajari
matematika [4]. Peserta didik dengan resiliensi matematika dapat membangun rasa percaya diri,
mereka percaya bahwa matematika bukanlah penghalang dan bahkan jika peserta didik itu sendiri
mulai berjuang maka dia percaya diri sampai dia berhasil, kemudian peserta didik tersebut tidak ragu
untuk menolong teman atau timnya dengan ilmu yang ia peroleh dan mendapatkan pertolongan jika ia
mengalami kesulitan. Peserta didik yang memiliki tingkat resiliensi matematis tinggi akan yakin
dengan keterampilan matematikanya yang pasti meningkat [5]. Peserta didik tidak menganggap bahwa
matematika adalah pelajaran yang tidak mereka sukai, matematika sulit dipahami oleh orang lain
bahkan mereka pun merasa kesulitan, mereka yakin akan keberadaan matematika memiliki beragam
manfaat dan kegunaan serta dapat membawa kesuksesan. Secara signifikan, peserta didik yang
percaya diri akan keterampilannya mampu mengatasi akan kesulitannya dalam matematika dan
mendapatkan keterampilan baru saat ia membutuhkannya.
Cara untuk meningkatkan resiliensi matematis adalah mampu beradaptasi dalam setiap kondisi,
memiliki rasa sadar akan kemampuannya, yakin, dan percaya diri bahwa mereka juga memahami apa
yang orang lain pahami dan mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dan hambatan
dalam pembelajaran matematika, serta mampu memberikan solusi yang tepat hingga akhirnya mereka
akan sukses [6]. Untuk mengetahui tingkat kemampuan resiliensi matematis, kita perlu menggunakan
sebuah instrumen dalam penelitian. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu
berupa angket. Tentu, dalam hal penggunaan angket kita harus menguji validitas dan reliabilitas
angket tersebut. Menguji validitas ialah proses mencari tahu apakah instrumen yang digunakan itu
memadai untuk dijadikan suatu alat ukur penelitian atau tidak, sedangkan untuk reliabilitas yaitu
proses mengukur konsistensi diantara dua data dari hasil pengukuran [7]. Validitas dan reliabilitas
sangat penting dalam sebuah angket, dimana keduanya dapat menentukan baik atau tidaknya
instrumen angket yang diteliti, kemudian angket yang digunakan dalam penelitian haruslah benar saat
mengungkap data dari variabel yang diteliti dan angket juga harus dapat dipercaya karena
konsistensinya agar menghasilkan data sesuai yang diinginkan [8].
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian pertama yang dilakukan
oleh Muntazhimah, S. Putri, dan H. Khusna tahun 2020 tentang reliabilitas dan validitas sebagai alat
ukur resiliensi matematis pada guru matematika di masa depan. Penelitian kedua yang dilakukan oleh
Ramdani, Hanurawan, Ramli, Lasan, dan Afdal 2020 yaitu penelitian untuk melakukan pengembangan
dan memvalidasi skala guna mengukur resiliensi akademik peserta didik di tingkat sekolah menengah
pertama. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Safitri, Susanto dan Mulyadi 2020 yang mengangkat
tema yaitu pengembangan instrumen angket yang valid dan reliabel untuk mengukur tingkat resiliensi
matematis siswa. Penelitian keempat yang dilakukan oleh N. Gürefe dan V. Akçakın 2018 tentang
resiliensi matematis yaitu dengan mengadaptasi skala resiliensi matematis yang dinilai memiliki hasil
yang positif kedalam bahasa Turki.
Berdasarkan penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya menunjukan bahwa penelitian yang
mengkaji reliabilitas dan validitas instrument kemampuan resiliensi pada mahasiswa calon guru
matematika menggunakan rasch model dengan empat indikator yang diturunkan kedalam tigapuluh
dua item pernyataan menunjukan hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan kriteria sangat valid
[9]. Penelitian yang mengkaji kemampuan resiliensi pada siswa SMP menggunakan model Rasch dan
software Winsteps menunjukan bahwa butir-butir skala yang digunakan memiliki validitas dan
reliabilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengukur resiliensi akademik peserta didik
SMP [10]. Kemudian penelitian yang mengkaji tentang pengembangan instrumen angket untuk
mengukur tingkat resiliensi matematis siswa menggunakan penelitian Research & Development
menunjukan bahwa produk instrumen angket telah memenuhi kriteria valid dan memenuhi kriteria
reliabel sehingga layak digunakan untuk mengukur tingkat resiliensi matematis siswa [11].
Selanjutnya penelitian yang mengkaji kemampuan resiliensi berdasarkan skala resilien yang diadaptasi
kedalam bahasa Turki menunjukan bahwa resiliensi terdiri dari tiga komponen yaitu nilai, perjuangan,
dan pertumbuhan, dan skala tersebut mampu mengukur resiliensi matematis mahasiswa sarjana secara
valid dan reliable [12].
Dari penelitian diatas yang terkait dengan resiliensi matematis ternyata belum banyak yang
menggunakan Rasch Model berbantuan software Winsteps untuk menganalisis data pada instrumen
(angket) resiliensi matematis serta terbatasnya subjek dalam penelitian yang dilakukan sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Mathematical Resilience: Validitas
dan Reliabilitas dengan Rasch Model”. Dengan diperlukannya alat ukur yang berkualitas yang dapat
menghasilkan suatu nilai yang akurat, yaitu instrumen evaluasi yang digunakan pada sebuah penelitian
[13], maka peneliti menguraikan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji validitas dan reliabilitas
angket resiliensi matematis peserta didik sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan
sekolah menengah kejuruan dengan menggunakan Rasch Model berbantuan software Winsteps yang
diharapkan dapat dijadikan sebagai instrumen evaluasi.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif survei. Penelitian kuantitatif survei
yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yang telah terjadi atau yang
sedang terjadi dan menguji beberapa asumsi tentang hubungan keyakinan, pendapat, sifat, dan variabel
perilaku [14]. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan jenjang atau tingkatan dari peserta didik dan
dalam penelitian ini berjumlah dengan 67 peserta didik sekolah menengah pertama, 70 peserta didik
sekolah menengah atas, dan 72 peserta didik sekolah menengah kejuruan. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan untuk memperoleh angket yang baik maka dilakukan validasi kepada dua
orang dosen ahli dan satu pendidik ahli dalam bidang pendidikan matematika, dengan memperoleh
hasil validasi yang baik dan tepat digunakan dalam penelitian resiliensi matematis. Kemampuan
resiliensi matematis pada penelitian ini diwakili oleh 9 buah indikator yang diturunkan menjadi 44
pernyataan baik pernyataan positif maupun negatif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model
Rasch. Model Rasch dinilai mampu untuk melihat interaksi diantara item dan responden secara
bersamaan, jadi satu buah nilai tidak hanya dilihat dari skor mentahnya saja tetapi adanya nilai logit
yang dapat mencerminkan probabilitas dipilihnya suatu item terhadap kumpulan responden [13].
Didalam penelitian ini model Rasch tidak hanya digunakan untuk evaluasi melainkan untuk
menentukan validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan dengan menggunakan perangkat lunak
WinSteps serta menentukan validitas dan reliabilitas data untuk evaluasi reliabilitas Cronbach Alpha
(α) [15].
Reliabilitas dari model Rasch terdiri dari tiga kriteria indeks yang sesuai yaitu Cronbach Alpha,
reliabilitas item dan responden serta pemisahan antara item dan responden, hal ini dijelaskan oleh
Sumintono dan Widhiarso pada tabel 2 [16].
3. Hasil Penelitian
Tabel 4 menunjukan berdasarkan nilai Outfit Mean Square Values (MNSQ), Outfit Z-
Standarized Values (ZSTD), dan Point Mesure Correlation (PTMEA-CORR) untuk urutan
item yang tidak sesuai. Terdapat beberapa angka yang dicetak tebal, hal ini menunjukan
bahwa nilainya tidak memenuhi kriteria Outfit Mean Square Values (MNSQ), Outfit Z-
Standarized Values (ZSTD), dan Point Mesure Correlation (PTMEA-CORR). Dari tabel 4
diketahui bahwa terdapat empat item (I21, I32, I34, I38) yang tidak valid, lalu ada sembilan
item (I1, I3, I9, I17, I24, I26, I27, I31, I35) yang hanya memenuhi 1 syarat, sedangkan sisanya
memenuhi ketiga kriteria outfit MNSQ, outfit ZSTD dan PTMEA-CORR[19]. Sehingga 31
item pada angket dinyatakan valid dan 13 item yang tidak valid.
Berdasarkan gambar output di atas, maka nilai yang di dapatkan telah dirangkum
didalam tabel berikut ini.
Table 6. Hasil output summary statistics
Statistics Value
Cronbach’s alpha (KR-20) 0.82
Person Reliability 0.78
Item Reliability 0.99
Person Separation 1.90
Item Separation 9.79
Pada tabel 6 menunjukan nilai dari Cronbach’s alpha (KR-20), reliabilitas responden,
reliabilitas item, responden separasi dan item separasi berdasarkan analisis dengan model
Rasch menggunakan perangkat lunak Winstep. Berdasarkan tabel 6, koefisien dari
Cronbach’s memiliki nilai 0.82, maka dapat dikategorikan “very high” (tabel 2). Ketika nilai
reliabilitas responden dan reliabilitas item kurang dari 0.67 maka dapat dikategorikan "low"
(Tabel 2), dengan demikian hasil reliabilitas responden yang bernilai 0.78 dapat dikategorikan
“sufficient” dan reliabilitas item yang bernilai 0.99 masuk kedalam kategori “excellent”.
Kemudian nilai separasi dari responden yaitu 1.90 dan item 9.79 dimana jika nilai separasi
tinggi maka akan menunjukan bahwa instrumen bernilai baik. Secara keseluruhan, menurut
analisis Rasch Model, instrumen memiliki alpha Cronbach sangat tinggi (KR-20), person
reliability cukup dan item reliability luar biasa [16].
5. Daftar Pustaka
[1] V. Grimm and J. M. Calabrese, “What is resilience? A short introduction,” Underst. Complex
Syst., vol. 2011, pp. 3–13, 2011, doi: 10.1007/978-3-642-20423-4_1.
[2] D. S. Yeager and C. S. Dweck, “Mindsets That Promote Resilience: When Students Believe
That Personal Characteristics Can Be Developed,” Educ. Psychol., vol. 47, no. 4, pp. 302–314,
2012, doi: 10.1080/00461520.2012.722805.
[3] S. Padmowihardjo, “Psikologi Belajar Mengajar,” Pengertian Psikol. Belajar Mengajar dan
Defin. Proses Belajar, 2014.
[4] C. Lee and S. Johnston-Wilder, The Construct of Mathematical Resilience. Elsevier Inc., 2017.
[5] J. Goodall and S. Johnston-Wilder, “Overcoming Mathematical Helplessness and Developing
Mathematical Resilience in Parents: An Illustrative Case Study,” Creat. Educ., 2015, doi:
10.4236/ce.2015.65052.
[6] A. I. Sugandi, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Resiliensi Matematis Siswa
Smp Melalui Pendekatan Generatif,” Jurnal Perspektif Pendidikan. 2017.
[7] H. Retnawati, “Validitas dan reliabilitas konstruk skor tes kemampuan calon mahasiswa,” J.
Ilmu Pendidik., vol. 23, no. 2, pp. 126–135, 2017, [Online]. Available:
http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/10973.
[8] F. Yusup, “Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif,” J. Tarb. J. Ilm.
Kependidikan, vol. 7, no. 1, pp. 17–23, 2018, doi: 10.18592/tarbiyah.v7i1.2100.
[9] Muntazhimah, S. Putri, and H. Khusna, “Rasch Model untuk Memvalidasi Instrumen Resiliensi
Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika,” JKPM (Jurnal Kaji. Pendidik. Mat., vol. 6, no.
1, pp. 65–74, 2020, doi: 10.30998/jkpm.v6i1.8144.
[10] R. Ramdani, F. Hanurawan, M. Ramli, B. B. Lasan, and A. Afdal, “Development and
Validation of Indonesian Academic Resilience Scale Using Rasch Models,” Int. J. Instr., vol.
14, no. 1, pp. 105–120, 2020, doi: 10.29333/IJI.2021.1417A.
[11] W. D. Safitri, H. P. Susanto, and Mulyadi, “Pengembangan Instrumen Angket untuk Mengukur
Tingkat Resiliensi Matematis Siswa,” pp. 1–6, 2020, [Online]. Available:
https://repository.stkippacitan.ac.id/id/eprint/154/.
[12] N. Gürefe and V. Akçakın, “The Turkish Adaptation of the Mathematical Resilience Scale:
Validity and Reliability Study,” J. Educ. Train. Stud., vol. 6, no. 4, pp. 38–47, 2018, doi:
10.11114/jets.v6i3.2992.
[13] M. Muntazhimah, “Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis siswa
Kelas 8 SMP,” Imajiner J. Mat. dan Pendidik. Mat., vol. 1, no. 5, pp. 237–242, 2019, doi:
10.26877/imajiner.v1i5.4551.
[14] S. Gürbüz, “Survey as a quantitative research method,” in Research Methods and Techniques
in Public Relations and Advertising, 2017.
[15] S. A. Osman et al., “The effectiveness of industrial training from the perspective of students of
the civil and structure engineering department,” J. Eng. Sci. Technol., vol. 11, no. November,
pp. 1–12, 2016.
[16] B. Sumintono and W. Widhiarso, Aplikasi Model Rasch untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial
(edisi revisi), no. November. 2014.
[17] A. Faradillah and L. Febriani, “Mathematical Trauma Students’ Junior High School Based on
Grade and Gender,” Infin. J., vol. 10, no. 1, p. 53, 2021, doi: 10.22460/infinity.v10i1.p53-68.
[18] S. S. Saidi and N. M. Siew, “Reliability and Validity Analysis of Statistical Reasoning Test
Survey Instrument using the Rasch Measurement Model,” Int. Electron. J. Math. Educ., 2019,
doi: 10.29333/iejme/5755.
[19] A. Abdaziz, M.S. Jusoh, Harith Amlus, and Tuan Salwani Salleh, “Construct Validity: A Rasch
Measurement Model Approaches,” J. Appl. Sci. Agric., vol. 9, no. 11, pp. 104–108, 2014.
[20] W. J. Boone, “Rasch analysis for instrument development: Why,when,and how?,” CBE Life Sci.
Educ., 2016, doi: 10.1187/cbe.16-04-0148.